Anda di halaman 1dari 21

“STUDI KASUS KONSELING PASTORAL TERHADAP PEMUDA YANG

MEMILIKI SIFAT TEMPRAMEN PEMARAH DI KELURAHAN LEWET


KABUPATEN MINAHASA SELATAN”

OLEH : YUDI MARIO SANTO HORMAN

Mahasiswa Institut Agama Kristen Negeri Manado, Fakultas Teologi,Prodi Pastoral


Konseling, Email : yudihorman@gmail.com
200202048

ABSTRAK
Marah merupakan perasaan yang pasti pernah dimiliki oleh semua orang.
Namun orang dengan tempramen pemarah sering mengekspresikan amarahnya
dengan cara yang kurang baik. Jika dibiarkan, hal itu tentu saja bisa memberikan
dampak buruk bagi kesehatan maupun hubungan dengan orang lain. Tempramen
memberikan pengaruh terhadap sikap dan perilaku, serta cara manusia berinteraksi
dengan orang lain. Watak tempramen bisa terlihat dari cara seseorang
mengekspresikan kemarahannya.

Tempramen masing-masing orang bisa berbeda-beda. Ada yang sensitif dan


mudah sedih, serta ada pula yang mudah sekali marah. Orang yang memiliki
tempramen mudah marah dikenal sebagai orang yang tempramental. Sebagai contoh,
saat marah suka melempar-lempar barang, membentak atau berteriak, hingga
melakukan kekerasan fisik kepada orang lain. Orang dengan watak ini juga memiliki
kecendrungan mudah tersinggung bahkan mengeluarkan kata-kata yang bisa
menyakiti hati orang lain, kemudian menyesal setelahnya. Meski begitu, banyak pula
faktor lain yang bisa mempengaruhitempramen seseorang, termasuk keluarga,
budaya, hingga pengalaman pribadi masing-masing individu.

1
Kata Kunci : Tempramen, Pemarah, Pengaruh, Faktor-faktor

ABSTACT

Anger is a feeling that everyone must have had. But people with
temperamental temper often express their anger in a bad way. If left unchecked, it
could, of course, be harmful to health as well as to relationships with others.
Templates have an effect on attitudes and behavior, as well as on how humans
interact with others. His temper is reflected in the way a person expresses anger.

The temperament of each person can be different. Some are sensitive and
sensitive, while others are prone to anger. A person with short temper is known as a
temperamental guy. For example, angry people throw things, shout or shout, into
physical abuse. People with this disposition also have a tendency to be easily
offended, even blurting out words that could hurt others, only to regret later. Even so,
there are other factors that can affect a person's amen, including his family, culture,
to each individual's personal experience.

Key Words: Temprament, Anger, Influence, Factors

2
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk hidup yang selalu mengalami perubahan dari waktu
ke waktu. Mulai dari dalam kandungan, lahir kemudian menjadi dewasa dan tua,
kemudian terjadi perubahan dalam aspekaspek fisik, motorik, pikiran, emosi dan
sosial. Pola-pola perubahan mula-mula bersifat meningkat, kemudian menurun.
Peningkatan terjadi dalam proses penurunan pertumbuhan perkembangan, dan
kematangan. Sejak lahir manusia terus mengalami perubahan, mulai berada dalam
kandungan lahir kemudian menjadi dewasa dan tua. Terus terjadi dalam perubahan-
perubahan di aspek fisik, gerak, pikir, emosional dan kematangan. Perubahan yang
terjadi dalam perkembangan manusia akan menimbulkan perselihan atau masalah
terhadap individu.

Masalah yang muncul pada manusia datang dari berbagai faktor baik dalam
keluarga, sosial, ekonomi, lingkugan, agama, pekerjaan dan berbagai masalah
lainnya. Masalah-masalah tersebut berawal dari integritas manusia sejak lahir yang
berbeda-beda baik kegembiraan, tindakan, kesedihan, kreativfitas, kebaikan,
keburukkan, kecerdasan, tempramental dan berbagai integritas lainnya. Semua
perilaku yang terjadi pada individu sangat berdampak pada manusia terutama masa
beranjak dewasa.

Integritas yang terjadi pada manusia akan terus terbawah bawah mulai dari
sejak lahir hingga beranjak dewasa. Salah satu perilaku yang terjadi pada masa
dewasa adalah emosi yang timbul dari dalam diri manusia. Emosi memiliki dampak
negatif yang timbul dari berbagai aspek dan sangat berpengaruh terhadap lingkungan
sekitar. Emosi dapat digambarkan sebagai virus yang dapat merusak hubungan
seseorang dimana emosi dapat disebut sebagai tempramen pemarah.

Sujanto (2004) mendefinisikan asal istilah tempramen yaitu tempra yang


artinya campuran. Sikap temperamen berasal dari sejumlah zat dalam tubuh yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang. Edwald (2003)Definisi tempramaen iyalah

3
suatu sikap yang mendapat pengaruh dari jasmani dan psikis. Sikap tempramen
merupakan keturunan dan watak bawaan individu. Lingkungan dan pendidikan tak
berdampak langsung pada temperamen individu.De Mijolla (2005) Emosi diartikan
sebagai bentuk gambarandari gerakan fisikyang dapat di asumsikansebagai makna
yang terasosiasikan dari gerakan mental diri. 1Sebenarnya tidak ada penyebab pasti
dari seseorang yang memiliki watak temperamental. Akan tetapi, seperti yang telah
disebutkan, temperamen bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya
lingkungan. Oleh sebab itu, watak pemarah bisa saja terbentuk oleh sikap dan
perilaku orang dewasa di sekitar Anda saat masih kecil. Artinya, saat itu, Anda
mungkin mengadaptasi bagaimana cara orangtua, pengasuh, atau saudara yang lebih
tua dalam berperilaku dan mengekspresikan amarah. Jika orang pada saat itu
menunjukkan rasa marahnya dengan membanting barang, berteriak-teriak, hingga
menyakiti orang lain secara fisik, bisa jadi Anda memiliki sikap dan perilaku sejenis
yang terbawa hingga dewasa.

Masalah diatas merupakan satu dari sekian banyak masalah yang terjadi dalam
kehidupan manusia. berbicara tentang sifat Tempramen pemarah jika dibiarkan maka
akan dapat memunculkan masalah-masalah yang lainnya dalam kehidupan mereka.
Sehubungan dengan itu tenaga-tenaga ahli harus bisa mengambil sikap untuk
membantu mereka yang mengalami masalah ini. Khususnya tenaga konseling
pastoral, konselor di harapkan bisa membantu mereka dengan permasalah sifat
Tempramen pemarah yang marak terjadi ini. Berdasarkan masalah diatas peneliti
kemudian tertarik untuk meneliti kasus yang terjadi di Lingkungan Kelurahan Lewet
Kabupaten minahasa selatan. Sehingga peneliti dapat meneliti lebih lanjut terhadap
kasus Tempramen tersebut dengan demikian peniliti menetapkan penetilitian yang
berjudul: “STUDI KASUS KONSELING PASTORAL TERHADAP PEMUDA
YANG MEMILIKI SIFAT TEMPRAMEN PEMARAH DI KELURAHAN
LEWET KABUPATEN MINAHASA SELATAN”

Dr. Agus Santoso, S.Ag., M.Pd. “MENGONTROL EMOSI MENJADI SENI”.


1

CV. Anggota IAKPI, Jawa Timur, 2021, No. 282/JTI/2021. 1 Hlm

4
DESKRIPSI TEORETIK

A. Konseling Pastoral

1.Konseling Pastoral.

Istiliah “Konseling Pastoral” merupakan perpaduan antaradua kata sifat


Konseling dan Pasoral. Perpaduan kedua kata ini sekaligus mewakili dua bidang
ilmu terapan yaitu Konsling yang merupak ilmu terapan dari psikologi dan
pastoral yang merupakan ilmu terapan dari teologi pratika atau pastoral. Jadi
konseling pastoral merupakan perpaduan antara psikologi dan teologi atau antar
ilmu sekuler dan religius. Perpaduan antara dua bidang terapan ini dibandang
pening karena ada kecendrungan di antara orang kristen awam yang lebih
menekankan unsur psikologi saja sementara di pihak lainnya para rohaniwan lebih
menekankan aspek teologinya. Dengan terobosan ini akan lebiih menampilkan
suatu gambaran yang utuh lengkap tentang manusia sebagai suatu bentuk totalitas
psikospiritualitas. Perpaduan antara psikologi dan teologi ini akan jauh lebih
relevan dan efektif karena dapat menyetuh seluruh aspek kebutuhan manusia baik
psikis, sosial, dan rohani.2
Jadi konseling Pastoral adalah suatu proses pertolongan dalam perspektif
pastoral kristen yang terjadi melalui percakapan dan hubungan timbal balik sehingga
mereka yang di tolong mencapai pemahaman dan pengertian yang lebih lengkap
mengenai dirinya, lingkungannya, serta hubungan dan tanggung jawabnya kepada
Tuhan. Berdasarkan percakapan dan hubungan timbal balik tersebut diharapkan agar
mereka dapat mengatasi permasalahannya secara mandiri serta tumbuh dalam
lehidupannya secara utuh. Berdasarkan pernyataan diatas maka konseling pastoral
tidak semata-mata bersifat “dialogis” melainkan “trialogis” karena dalam proses

Marthen Nanipu. M.Th, “PEDULI TERHADAP SESAMA MELALUI


2

KONSELING PASTORAL”. Media Nusa Creative Bukit Cemara Tidar H5 No. 34,
Malang, 2016, Hlm 193

5
konseling pastoral konselor selalu berusaha untuk menempatkan konseli dalam
relasinya dengan Tuhan dan bertanggung jawab kepadanya.3

a. Fungsi Pastoral.
Fungsi konselong pastoral seperti yang telah diuraikan oleh Aart Van Beek
(2007:13-16) yaitu:
1. Fungsi membimbing
Fungsi ini untuk menolong dan mendampingi seseorang dimana konselor
melakukan pelayanan pendampingan kepada klien untuk memilih dan
mengambil keputusan tentang apa yang akan ditempuh atau apa yang
menjadi masa depannya.
2. Fungsi mendamaikan/memperbaiki hubungan
Kehadiran konselor dapat berfungsi sebagai perantara untuk memperbaiki
hubungan yang rusak dan terganggu.
3. Fungsi menopang/menyokong
Sokongan berupa kehadiran dan sapaan yang menuduhkan dan sikap yang
terbuka, akan mengurangi penderitaan yang begitu memukul.
4. Fungsi menyembuhkan
Pendampingan yang berisi kasih sayang, rela mendengarkan segala
keluhan batin, dan kepedulian yang tinggi akan membuat seseorang yang
sedang menderita mengalami rasa aman dan kelegaan sebagai pintu
masuk kearah penyembuhan yang sebenarnya.
5. Fungsi mengasu
Hidup berarti bertumbuh dan berkembang, perkembangan itu meliputi
aspek emosional, cara berpikir, motivasi dan kemauan, tingkah laku,
kehidupan rohani, dalam interaksi dan sebagainya. Demikianlah untuk
menolong mereka yang memerlukan pertolongan, kita perlu melihat

3
Ibid, h. 17

6
potensi apa yang dapat menumbuhka-kembangkan kehidupannya sebagai
kekuatan yang dapat diandalkannya, yakni untuk melanjutkan kehidupan.
6. Fungsi mengutuhkan
Fungsi pusat, karena sekaligus merupakan tujuan utama, yaitu
pengutuhan kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya, yakni
fisik, sosial, mental dan spiritual.4

b. Model dan Teknik Pendekatan Konseling


Beberapa ahli menggolongkan model-model konseling pastoral ke dalam
tiga kategori model (Hough : 24-25; Corey: 5-7; Arifin: 67-183). Pertama,
model Psikodinamika yang berorientasi pada insight, dorongan dunia
ketidaksadaran dan rekonstruksi kepribadian. Model ini digunakan dalam
terapi Psikoanalitik dan kebanyakan praktik layanan Psikoterapi serta
Psikiatri. Kedua, model Ekperiensial dan relasional yang berorientasi pada arti
dan bagaimana menjadi manusia secara penuh dan utuh, kebebasan dan
tanggung jawab manusia, pilihan manusia, menciptakan nilai dan makna
kehidupan, kecemasan, rasa bersalah, kesadaran akan hakikat sebagai makluk
terbatas. Ketiga, model Behavioral atau tingkahlaku yang berorientasi pada
tindakan dan latihan untuk mengubah tingkah laku, faktor kognitif yang
mempengaruhi tingkah laku, pikiran dan irasional yang memperngaruhi
tingkah laku, masalah masa kini, penerimaan diri dan tanggung jawab
seseorang untuk mengubah dirinya.5 Selanjutnya ketiga model utama di atas
dibagi ke dalam sembilan model yang lebih rinci yaitu:
1. Psikoanalisis (Psikodinamika).
Penemu model ini adalah Sigmund Freud (1856-1939). Model ini segala
pikiran dan tingkah laku pada masa kini dikendalikan oleh energi psikis
4
Pdt. Dr. Yohan Brek, M.Th., M.Pd, “Budaya Masamper Lifestyle Masyarakat Nusa
Utara”, CV. Pena Persada, Jl. Gerilya No. 292 Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas
Jawa Tenga, 2022, 300 Hlm
5
T. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral, Yogyakarta, Diandra
Pustaka Indonesia, 2014,

7
(dunia tidak sadar) dan pengalaman pada awal perkembangannya.
Motivasi dan konflik pada alam tidak sadar adalah penyebab utama dari
tingkah laku orang pada masa kini. 6
2. Eksistensial (Eksperiensial dan relasional)
Penemu model ini adalah Victor Frankl (1905-1997). Model ini
memfokuskan diri pada kondisi hidup manusia yang paling hakiki.
Model ini memberikan kesempatan kepada manusia untuk
mengembangkan dirinya, dengan cara menentukan sendiri apa yang
menjadi pilihannya sendiri dan tanggung jawabnya. Model ini
berusaha membuat manusia yang memiliki kecemasan akan hidupnya
untuk bisa mencari makna ditengah ketiadaaan arti hidup yang dia
miliki.7

3. Berpusat pada Klien (Eksperiensial dan relasional)


Penemu model ini adalah Carl Rogers (1902-1987). Model
memberikan pandangan tentang hal yang dia alami sebelumnya tidak
disadarinya. Pedekatan ini konseli biasanya memiliki suatu masalah
yang semula tidak disadarinya namun menggangu potensi dirinya yang
kemudian menimbulkan suatu hal yang menyimpang akibat dari
ketidak sesuaian antara apa yang dia inginkan dan apa yang
sebenarnya ada atau terjadi pada dirinya, pada kasus seperti ini
biasanya kesehatan mental adalah poin utama agar dalam proses
pengekspresian diri, manusia bisa susai dengan apa yang diinginkan
dan yang dimilikinya.8

4. Gestalt (Ekperiensial dan relasional)

6
Ibid, h, 159
7
Ibid, h. 162
8
Ibid, h. 165

8
Model ini ditemukan oleh Fritz Pelrs (1893-1970) model ini
menekankan pada pengaruh urusan tau masalah yang tidak
terselesaikan pada tingkalaku mas kini. Pastoral konseling membantu
konseli mencapai kesadaran tentang pengalamannya dari waktu ke
waktu adalah tugas seorang konselor. 9

5. Adlerian (Behavioral)
Model ini diberi nama sesuai dengan penemunya yaitu Alfred
Aldler (1870-1937). Adlerian bertumpu pada model pertumbuhan. Hal
ini bertumbuh pada kemampuan manusia untuk hidup dalam
masyarakat secara bersama. Model ini menekankan pada keutuhan
manusia sebagai suatu kepribadian yang utuh. Konselor diharapkan
bisa membangun hubungan dengan klien yang kemudian memberikan
rasa tanggung jawab, saling percaya, kesejajaran dan menghormati
kepada klien dan membuat klien meiliki sikap yang sama kepada
konselor, bertujuan agar keduanya bisa menetapkan tujuan dan sasaran
yang pas dalam proses konseling.10

6. Analisis Transaksional (Behavioral)


Eric Berne (1910-1970) adalah penemu model ini. Analisis
transaksional terutama berguna untuk membantu remaja memperbaiki
hubungan mereka untuk memahami prinsip-prinsip komunikasi yang
efektif dan menghargai orang lain dalam kehidupan. Transaksional
adalah hubungan komunikasi antara seseorang dengan orang lain.
Dengan demikian analisis transaksional lebih banyak digunakan dalam
suasana kelompok. Pendekatan ini yang perlu dianalisis menyangkut
komunikasi antara dua orang atau lebih yang meliputi bagaimana
bentuk, cara dan isi komunikasi. 11

9
Ibid, h.166
M. Arief, Penerapan Konseling Adlerian, Diakses 29 Maret 2021
10

11
Netrawati, Khairani, Yeni Karneli, Upaya Guru BK untuk Mengentaskan
Masalah-Masalah Perkembangan Remaja dengan Pendekatan Konseling Analisis

9
7. Behavioral (Behavioral)
Ada beberapa tokoh yang menjadi penemu model ini diantaranya
Albert Bandura (1925-kini), Joseph Wolpe (1915-1997), Alnold Allan
Lazarus (1932-2013) dan Alan E. Kazdin (1945-kini). Model ini
membuat ukuran-ukuran keberhasilan dari konseling serinci mungkin
sebagai bahan evaluasi nantinya. Perilaku normal diperoleh dari proses
menirukan dan penguatan ransangan. Proses pastoral konseling,
konselor akan membantu konseling dengan cara menghilangkan
perilaku menyimpang dan belajar tingkalaku yang lebih efektif. 12

8. Emotif-Rasional (Behavioral)
Penemu model ini adalah Albert Elis (1913-2007) model ini
memberikan pandangan bahwa manusia cenderung
mengindoktrinasikan diri (mengajari diri sendiri) dengan keyakinan
dan pikiran irasional (tidak berdasarkan akal yang sehat). Tujuan
model ini adalah mebantu konseli untuk menghilangkan pikiran-
pikiran yang cenderung merusak dirinya sendiri dan membantu mereka
unutk lebih toleran, serta rasional tentang kehidupan taknik utama dari
model ini adalah bagaimana konselor menjadi guru dan konseli
menjadi murid. 13

9. Realitas (Behavioral)
Willian Glasser (1925-2013) adalah penemu model ini, Manusia
bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri dan bebas menentukan
dirinya sendiri. Manusia dipandang secara positif dan non-
deterministik. Tujuaan dari model ini adalah konselor yang membantu
konseli agar bisa menjadi kuat rasional secara emosional dan pikiran
unutk menerima tanggung jawab atas kehidupanya. Konselor berusaha
membuat konseli mengingat dan menilai kembali apa yang sedang
Transaksional, (Counseling, Vol 2, 2018), h. 6.
12
Ibid, h. 172.
13
Ibid, h. 175.

10
diperbuat dan memikirkan bagaimana sebaiknya tindakan-tindkan
yang sesuai. 14
Ketika masuk dalam pendampingan pastoral, konselor
harus menunjukan kepeduliannya dengan melibatkan diri dalam
seluruh proses konseling.

c. Pengertian Pemarah
Dalam KBBI kata pemarah adalah orang yang lekas (mudah) marah; Tetapi
lekas berbaik lagi. Artinya orang yang pemarah memiliki karakter yang tidak tahu
akan permasalahannya tetapi ia telah marah duluan. Tetapi hal itu tidak akan
berlangsung lama terahadap orang tesebut sehingga emosi dari marahnya akan hilang
seketika.

Dalam masa dewasa Kemunculan marah terkadang tidak bisa dihindari dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap orang memang memiliki potensi untuk menjadi seorang
yang pemaarah ketika ia merasa terganggu atau ada sesuatu yang mengusiknya.
Tingkat kemarahan yang muncul juga tergantung pada seberapa parah masalah yang
dihadapi sehingga dapat menyebabkan seseorang menjadi marah. Entah itu masalah
yang berhubungan dengan fisik, psikis, dan bahkan yang berkaitan dengan moralitas,
ada banyak sekali penyebab marah di dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, pada batas-batas tertentu, marah itu tidak selalu identik
dengan sesuatu yang negatif. Dalam Dictionary of Psychology, ahli psikologi Chaplin
menyebutkan marah sebagai reaksi emosional akut yang timbul karena sejumlah
situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri,
serangan lisan, kekecewaan, atau frustrasi.¹ Reaksi ini ditandai oleh reaksi kuat pada
sistem otomik-khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatetik-dan secara
implisit disebabkan oleh reaksi seragam, baik yang bersifat somatis (jasmaniah)
maupun verbal (lisan).15

14
Ibid, h. 177.
15
A. Yusrianto Elga. STOP! JANGAN MARAH. Laksana 2020. h 11

11
METODOLOGI

12
A. Metode Penelitian.

Penelitian merupakan proses pengumpulan data dan analisis informasi (data)


logis untuk beberapa kegunaan tergantung pada tujuan dan dilaksanakannya
penelitian. Definisi ini umum karena banyak sekali metode yang dapat menyelidiki
suatu masalah atau pertanyaan.penelitian tidak terbatas pada pendekatan yang
dilakukan dalam ilmu pengetahuan alam dan fisika bukan pula seharusnya, kata
“Penelitian” digunakan terpisah untuk menjelaskan observasi dan spekulasi apa yang
sekarang dipakai. Metode penelitian terkadang disebut “Metodologi” merupakan
cara seseorang megumpulkan dan menganalisis data. Metode penelitian
dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan prosedur yang sah dan
terpercaya sesuai kaidah ilmiah. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
pengukuran teknik interview yang luas dan observasi atau pengumpulan dokumen.16
Tercapainya penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.
Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif memerlukan teknik pengempulan data sebagai hal yang


utama, pada penelitian kualitatif teknik pengumpulan data ini berupa observasi,
wawancara, studi dokumentasi dan gabungan ketiganya atau triangulasi. 17 Pada
penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah :
1. Observasi (Observation)
Kegiatan observasi ini, peneliti langsung mengadakan pengamatan di
GMIST Bukit Kasih Eneratu kecamatan Tahuna Timur, Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Kegiatan obsevasi yang dilaksanakan pada penelitian
ini, dilakukan tanpa ada manipulasi data dalam jenis apapun. Dalam
penelitian ini, yang diobservasi adalah “Kasus perselingkuhan” yang ada

16
UHAR SUHARSAPUTRA “METODE PENELITIAN KANTITATIF,
KUALITATIF DAN TINDAKAN”.PT Refika Aditama Jl.Mengger Girang No 981
Bandung. April 2012. 304 Hlm.
17
Suryabrata, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003) h.91

13
pada anggota jemaat GMIST Bukit Kasih Eneratu kecamatan Tahuna
Timur, Kabupaten Kepulauan Sangihe.

2. Wawancara (interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.18
Pada wawancara hal-hal yang akan ditanyakan berupa garis-garis besar dari
permasalahan yang terjadi. Hal ini peneliti berusaha mendapatkan
keterangan dengan jelas baik itu tertulis maupun lisan dari pada informasi
dengan cara tatap muka dan kemudian meminta informasi untuk
memberikan pendapat dari masalah yang diteliti. Wawancara dilakukan
melalui para tokoh/key informan. Pada tahap ini materi wawancara bersifat
umum.Pada tahap berikutnya wawancara akan lebih diarahkan pada fokus
penelitian dan langsung menghubungi sumber-sumber yang berhubungan
langsung.
3. Studi dokumentasi.
Studi dokumentasi dimaksudkan untuk menambah atau memperkuat apa
yang terjadi dan sebagai bahan untuk melakukan komparasi dengan hasil
wawancara dan sejauh dokumentasi yang diperoleh dilapangan.

18
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif”, (Bandung: Alfabeta,
2008) h. 194.

14
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berikut ini hasil penelitian yang peneliti dapatkan dari hasil observasi,
wawancara dan studi dokumentasi:

A. Penyebab dari Sifat Tempramen Pemarah.


1. Depresi

Mudah marah bisa menjadi indikasi seseorang mengalami depresi. Biasanya, juga
disertai dengan rasa sedih terus menerus hingga kehilangan minat terhadap hal yang
sebelumnya disukai. Kondisi ini bisa berlangsung hingga dua minggu, bergantung
pada tingkatan depresi yang dialami. Perhatikan juga apabila depresi sudah
menyebabkan seseorang merasakan suicidal thought atau menyakiti diri sendiri. Jika
ini sudah terjadi, perlu pendampingan dari orang terdekat dan penanganan
profesional.

2. Obsessive compulsive disorder

OCD atau obsessive compulsive disorder adalah rasa cemas berlebih sehingga
membuat penderitanya terus menerus melakukan hal secara repetitif. Di pikirannya,
kerap muncul pikiran yang mengganggu atau tak diinginkan. Salah satu gejala paling
umum dari OCD adalah seseorang mudah marah. Bahkan, ini terjadi pada separuh
orang dengan OCD. Rasa marah muncul karena ketidakmampuan mengendalikan
pikiran dan tindakan repetitif.

3. Ketergantungan pada alkohol

Bahaya alkohol tak hanya berdampak pada kesehatan fisik dan mental seseorang,
namun juga menyebabkan seseorang menjadi mudah marah. Bahkan, ketergantungan
pada alkohol membuat seseorang tak bisa berpikir jernih dan mustahil mengambil
keputusan rasional. Ditambah ketika muncul emosi seperti kemarahan, akan semakin
sulit untuk mengendalikannya.

15
4. Attention deficit hyperactivity disorder

ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder adalah gangguan perkembangan


saraf yang membuat seseorang tak bisa fokus, hiperaktif, atau kerap bertindak
impulsif. Gejalanya bisa terlihat sejak kecil dan terus ada hingga tumbuh dewasa.
Mudah marah atau emosi tidak stabil juga kerap dialami orang dengan ADHD. Gejala
lainnya seperti sulit fokus, tak bisa beristirahat dengan tenang, hingga tak bisa
mengelola waktu secara optimal.

5. Kepribadian ganda

Kepribadian ganda atau bipolar disorder bisa menyebabkan mood swing. Perubahan
mood pada orang dengan kepribadian ganda bisa berupa fase mania dan depresi. Saat
berada di fase depresi, orang dengan kepribadian ganda menjadi mudah marah.

6. Fase kesedihan

Mudah marah juga menjadi salah satu ciri tahapan kesedihan. Biasanya, pemicunya
adalah kesedihan mendalam seperti perceraian, kematian, atau kehilangan pekerjaan.
Kemarahannya bisa tertuju pada orang yang meninggal, orang lain yang ada di
sekitar, atau bahkan benda-benda yang dianggap berhubungan.Orang yang berada
dalam tahapan kesedihan ini juga kerap merasa kesepian, merasa bersalah, mati rasa,
hingga takut.

B. Dampak dari Sifat Tempramen Pemarah.

1. Dimusuhi banyak orang


sifat pemarah bisa menyebabkanmu dimusuhi banyak orang. Masalah sepele
yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan mudah, dapat membuat pada masa dewasa
marah berapi-api.
2. Sulit bahagia

16
Hal lain kenapa tak bisa mengendalikan amarah itu buruk, yakni bisa
memengaruhi kebahagiaanmu. Kamu jadi sulit sekali merasa tenang. Selalu saja ada
hal mengganggu yang bikin kamu ingin marah-marah. Akibatnya, kamu jadi sulit
fokus mengerjakan apa yang penting, misalnya mengerjakan tugas pekerjaanmu.
Karena saat marah, otak jadi tegang, sehingga sulit sekali berkonsentrasi.

3. Risiko kesehatan
Sudah bukan rahasia lagi kalau kesehatan selain dipengaruhi oleh asupan, juga
dipengaruhi oleh pikiran. Orang yang mudah tersulut amarah, kondisi mentalnya
terus tegang dan tertekan, akibatnya jadi kerap stres. Sementara stres yang berlarut-
larut dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan. Selain daya tahan tubuh
menurun, sering stres juga dapat meningkatkan risiko penyakit berat, seperti penyakit
jantung dan stroke.

4. Mempermalukan diri sendiri


Orang yang sulit mengendalikan amarah biasanya gampang banget berkata kasar
atau menyakitkan. Enggak hanya melukai si penerimanya, sehingga merusak
hubungan. Hal tersebut juga sebenarnya mempermalukan dirimu sendiri, lho! Orang
akan menilai kalau kamu masih belum matang atau masih bersikap kekanak-kanakan
karena gampang sekali marah.

5. Memperbesar masalah
Orang yang tak bisa mengendalikan amarah, biasanya dipicu juga oleh hal-hal
sepele. Masalah yang sejatinya remeh malah jadi besar akibat karakter pemarahnya.
Orang jadi sakit hati, yang kemudian akhirnya menimbulkan masalah baru.
Mengendalikan amarah memang sulit. Namun dengan latihan sabar, pelan-pelan
kamu pasti bisa mengendalikan sifat pemarahmu itu.

Salah satu toko Alkitab yang memiliki sifat pemarah yaitu Kain. Kain adalah
anak dari Adam dan Hawa, yang pekerjaannya sebagai petani. Dia bersama Habel,

17
adiknya itu, memberikan korban persembahan kepada Allah. Kain
mempersembahkan sebagian dari hasil tanah kepada Tuhan sebagai korban
persembahan. Sedangkan persembahan Habel berupa hasil anak sulung kambing
domba. Kejadian 4:5 mencatat, “Tetapi Kain dan korban persembahannya tidak
diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.” Kain
menjadi panas hati terhadap Habel, karena persembahannya tidak diterima oleh
Tuhan. Kain tidak dapat menguasai hatinya, sehingga ia merencanakan untuk
membunuh adiknya. Kain pun akhirnya membunuh adiknya. Inilah pembunuhan
pertama kali di dunia. “Kata Kain kepada Habel, adiknya: ‘Marilah kita pergi ke
padang.’ Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu,
lalu membunuh dia” (Kej. 4:8).

Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa menjadi seorang pemarah adalah hal
yang tidak baik. Teruntuk itu ada beberapa ayat yang akan menjadi pegangan dalam
kehidupan agar bisa terjauhkan dari kemarahan di dalam proses masa pendewasaan
yaitu: Mazmur 37:1”Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat,
jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang;”. Sebab mereka segera lisut seperti
rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. Percayalah kepada TUHAN dan
lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah
karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.
Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan
bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti
siang. Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena
orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.
Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya
membawa kepada kejahatan. Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan
dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi
negeri.

18
PENUTUP

Kesimpulan

Sifat pemarah atau temperamental yaitu kondisi di mana amarah seseorang


sering meningkat dengan cepat, baik itu masalah sepele yang dihadapi atau tidak.
Orang yang memiliki sifat temperamental biasa suka membanting barang, memaki-
maki, atau melakukan kekerasan kepada orang lain saat sedang marah. Penyebab dari
Sifat Tempramen Pemarah. Yaitu seperti depresi, Obsessive compulsive disorder
Ketergantungan pada alcohol, Attention deficit hyperactivity disorder, Fase
kesedihan,Sulit bahagia, Risiko kesehatan, Mempermalukan diri
sendiri,Memperbesar masalah. Orang yang tak bisa mengendalikan amarah, biasanya
dipicu juga oleh hal-hal sepele. Masalah yang sejatinya remeh malah jadi besar akibat
karakter pemarahnya. Orang jadi sakit hati, yang kemudian akhirnya menimbulkan
masalah baru. 

Salah satu toko Alkitab yang memiliki sifat pemarah yaitu Kain. Kain adalah
anak dari Adam dan Hawa, yang pekerjaannya sebagai petani. Dia bersama
Habel, adiknya itu, memberikan korban persembahan kepada Allah. Kain
mempersembahkan sebagian dari hasil tanah kepada Tuhan sebagai korban
persembahan. Kejadian 4:5 mencatat, «Tetapi Kain dan korban persembahannya tidak
diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.» Kain
menjadi panas hati terhadap Habel, karena persembahannya tidak diterima oleh
Tuhan. Kain tidak dapat menguasai hatinya, sehingga ia merencanakan untuk
membunuh adiknya. Kain pun akh

19
irnya membunuh adiknya.«’ Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain
memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia» . Dalam hal ini kita dapat melihat
bahwa menjadi seorang pemarah adalah hal yang tidak baik. Berhentilah marah dan
tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada
kejahatan. Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-
orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Agus Santoso, S.Ag., M.Pd. “MENGONTROL EMOSI MENJADI SENI”.


CV. Anggota IAKPI, Jawa Timur, 2021, No. 282/JTI/2021. 1 Hlm

Marthen Nanipu. M.Th, “PEDULI TERHADAP SESAMA MELALUI


KONSELING PASTORAL”. Media Nusa Creative Bukit Cemara Tidar H5 No. 34,
Malang, 2016, Hlm 193

Pdt. Dr. Yohan Brek, M.Th., M.Pd, “Budaya Masamper Lifestyle Masyarakat
Nusa Utara”, CV. Pena Persada, Jl. Gerilya No. 292 Purwokerto Selatan, Kab.
Banyumas Jawa Tenga, 2022, 300 Hlm

T. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral, Yogyakarta, Diandra Pustaka


Indonesia, 2014,

M. Arief, Penerapan Konseling Adlerian, Diakses 29 Maret 2021.

Netrawati, Khairani, Yeni Karneli, Upaya Guru BK untuk Mengentaskan


Masalah-Masalah Perkembangan Remaja dengan Pendekatan Konseling Analisis
Transaksional, (Counseling, Vol 2, 2018), h. 6.

A. Yusrianto Elga. STOP! JANGAN MARAH. Laksana 2020. h 11

UHAR SUHARSAPUTRA “METODE PENELITIAN KANTITATIF,


KUALITATIF DAN TINDAKAN”.PT Refika Aditama Jl.Mengger Girang No 981
Bandung. April 2012. 304 Hlm.
Suryabrata, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003) h.91
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif”, (Bandung: Alfabeta, 2008) h.
194.

21

Anda mungkin juga menyukai