Anda di halaman 1dari 10

JURNAL REFLEKSI EDUKATIKA 8 (1) (2017)

p-ISSN: 2087-9385 e-ISSN: 2528-696X


http://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE

UPAYA PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER


BELAJAR ANAK

Moh. Miftahul Choiri

Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro

Info Artikel Abstract


________________ _______________________________________________________________
Sejarah Artikel: This article seeks to examine the child's learning environment. In education is better known as Tri
Diterima 18 Okt 2017 Education Center. Namely three educational environments that can support the learning process
Disetujui 18 Nov 2017 of children. The three environments are the family environment, school environment and the
Dipublikasikan Des 2017 environment (community). In the context of education, society is the third environment after family
________________ and school. In this article the authors would like to invite a look back that the community
Keywords: Community environment has an important influence on the learning process of children. Because most of the
Environment, Learning time the child is in the family and society. For it becomes a necessity of the community participate
Resources, Children in education either directly or indirectly. Because the community is a maid in the process of
____________________ maturation of individuals as members of groups in a society. The learning process in society is not
limited by time and space. As long as the children interact and socialize with the environment it
can be said that as their learning process. Through this library research hope can determine how
far the role of the community environment in helping children's learning process.

Abstrak
Artikel ini berupaya mengkaji tentang lingkungan belajar anak. Dalam dunia pendidikan lebih
dikenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan. Yaitu tiga lingkungan pendidikan yang dapat
menunjang proses belajar anak. Ketiga lingkungan tersebut adalah lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar (masyarakat). Dalam konteks pendidikan, masyarakat
merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pada artikel ini penulis ingin
mengajak melihat kembali bahwa lingkungan masyarakat mempunyai pengaruh penting terhadap
proses belajar anak. Karena sebagian besar waktu anak berada dalam lingkup keluarga dan
masyarakat. Untuk itu menjadi sebuah keniscayaan masyarakat ikut berpartisipasi dalam
pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena masyarakat merupakan
pembantu pada proses pematangan individu sebagai anggota kelompok dalam suatu masyarakat.
Proses pembelajaran dalam masyarakat tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Selama anak
berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan maka bisa dikatakan itu sebagai proses belajar
mereka. Melalui penelitian kepustakaan ini harapannya dapat menentukan seberapa jauh peran
lingkungan masyarakat dalam membantu proses belajar anak.

© 2017 Universitas Muria Kudus



Alamat korespondensi: p-ISSN 2087-9385
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
e-ISSN 2528-696X
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus
Kampus UMK Gondangmanis, Bae Kudus Gd. L. lt I PO. BOX 53
Kudus
Tlp (0291) 438229 ex.147 Fax. (0291) 437198
E-mail: choirinafik90@gmail.com
Choiri, Moh. Miftahul / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

PENDAHULUAN Tidak bisa dipungkiri bahwa lingkungan


Dalam dunia pendidikan kita mengenal masyarakat memberikan pengaruh yang besar
istilah Tri Pusat Pendidikan. Tiga lingkungan terhadap proses belajar anak. Semua hal dan
yang menjadi faktor pendukung proses belajar kejadian-kejadian yang ada di sekitar anak
anak. Ki Hajar Dewantoro (2013) berpendapat mempunyai pengaruh langsung terhadap
bahwa ada tiga lingkungan pendidikan yang pembentukan dan perkembangan anak.
dikenal dengan tri pusat pendidikan yaitu Lingkungan dapat memberikan pengaruh positif
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. terhadap pembentukan dan perkembangan, tetapi
Ketiga lingkungan ini saling berkaitan dalam sebaliknya lingkungan dapat pula memberikan
proses membantu tercapainya tujuan belajar pengaruh yang negatif.
anak. Indrakusuma (1973: 32) menjelaskan
Apakah salah satu lingkungan tertentu bahwa yang dimaksud dengan pengaruh yang
mempunyai peran yang lebih besar dari yang positif ialah apabila lingkungan itu memberikan
lain. Untuk menjawabnya memerlukan sebuah kesempatan yang baik serta memberikan
kajian dan penelitian. Dalam artikel ini akan dorongan atau motivasi terhadap pembentukan
dibahas lebih khusus tentang lingkungan sekitar dan perkembangan anak. Sedang yang dimaksud
(masyarakat) dalam membantu proses belajar dengan pengaruh yang negatif ialah, apabila
anak. Serta seberapa besar peran masyarakat lingkungan itu tidak memberikan kesempatan
sebagai penunjang proses belajar anak. yang baik dan bahkan menghambat terhadap
Barnadib (1971) menyatakan bahwa proses pembelajaran dan pendidikan.
masyarakat sebagai kumpulan orang yang Contohnya kita belajar bahasa Inggris di
menempati daerah, diikat oleh pengalaman- suatu lingkungan dimana bahasa Inggris
pengalaman yang sama, memiliki sejumlah merupakan bahasa pergaulan sehari-hari. Di
penyesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta mana saja kita berada, kita harus menggunakan
dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis bahasa Inggris. Maka lingkungan yang demikian
kehidupannya. Antar satu daerah dengan daerah dikatakan memberikan pengaruh positif.
yang lain mempunyai perbedaan suku bangsa, Misalnya lagi di sekolah kita memberikan
bahasa, adat istiadat dan kebudayaan. Bahkan pendidikan agama kepada anak. Tetapi di rumah,
dalam satu daerah saja mereka mempunyai di dalam keluarga dari anak tersebut, juga di
kebiasaan yang berbeda beda. Dengan perbedaan dalam keluarga dari tetangga-tetangganya tidak
seperti itu sesungguhnya menambah khasanah ada orang yang melaksanakan ibadah
kebangsaan sebagai warga negara. keagamaan. Bahkan dalam lingkungan itu sering
Purwanto (1994: 59) menyatakan pada terjadi, bahkan mengadakan hal-hal yang
dasarnya lingkungan masyarakat mencakup bertentangan dengan ajaran-ajaran agama yang
beberapa aspek diantaranya: pertama, Tempat diterima anak di sekolah. Maka dalam hal ini
(lingkungan fisik) keadaan iklim, tanah. Kedua, lingkungan itu memberikan pengaruh yang
Kebudayaan (lingkungan budaya). Ketiga, negatif.
kelompok hidup masyarakat (lingkungan sosial Dengan demikian, lingkungan turut
atau masyarakat). menentukan pada berhasil atau tidaknya
Dalam konteks pendidikan, masyarakat pendidikan yang dilaksanakan. Kalau kita
merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga cermati bahwa lingkungan sebagai faktor
dan sekolah. Lingkungan masyarakat pendukung proses belajar. Kalau di sekolah anak
mempunyai peran penting dalam menunjang sudah dibiasakan mengerjakan hal-hal positif
proses belajar anak. Syam (1984) menyatakan maka dilingkungan harus terus ditumbuhkan agar
bahwa hubungan masyarakat dengan pendidikan anak terbiasa mengerjakan hal positif tersebut.
sangat bersifat korelatif, bahkan seperti telur Masyarakat sebagai sumber belajar hal ini
dengan ayam. Masyarakat maju karena ditegaskan oleh Ramayulis (2008: 139) beliau
pendidikan dan pendidikan yang maju hanya mengatakan sumber belajar mencakup dua aspek
ditemukan dalam masyarakat yang maju pula. yaitu sumber pokok dan sumber tambahan.
Untuk itu sebagai warga masyarakat kita Sumber pokok ilmu pengetahuan adalah Al-
ciptakan suasana belajar yang kondusif. Agar Qur‟an dan Hadits.
dapat mendukung proses belajar anak. Pada masa awal pertumbuhan Islam, Nabi
Sebutan masyarakat yang maju ialah Muhammad Saw telah menjadikan Al-Qur‟an
masyarakat madani. Masyarakat tersebut dapat sebagai sumber belajar pendidikan Agama Islam
dijadikan contoh untuk pembelajaran sepanjang di samping Sunnah beliau sendiri (hadits).
hayat. Karena di dalamnya mereka saling Kedudukan Al-Qur‟an, sebagai sumber belajar
toleransi, tolong menolong dan suka dengan yang paling utama dijelaskan dalam Al-Qur‟an
kedamaian. surah Al-Nahl: 64 yang artinya : “ Dan kami

90
Choiri, Moh. Miftahul / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al- dengan struktur pikiran (intellectual scheme).
Qur’an) ini melainkan agar kamu dapat Dengan demikian, pikiran harus memiliki suatu
menjelaskan kepada mereka perselisihan itu dan struktur yaitu skema yang berfungsi melakukan
menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang adaptasi dengan lingkungan dan menata
beriman”. Al-Qur‟an dan hadits merupakan lingkungan itu secara intelektual.
sumber belajar yang paling utama untuk Secara sederhana skema dapat dipandang
siapapun dan sampai kapanpun. Karena Al- sebagai kumpulan konsep atau kategori yang
Qur‟an merupakan petunjuk manusia sepanjang digunakan individu ketika berinteraksi dengan
hayat. lingkungannya. Skema ini senantiasa
Sumber belajar tambahan salah satunya berkembang. Artinya ketika masih kecil seorang
adalah manusia (orang, masyarakat). Misalnya anak memiliki beberapa skema saja, tetapi
guru, konselor, administratur pendidikan, tutor setelah beranjak dewasa skemanya secara
dan sebagainya. Untuk kepentingan yang lain berangsur-angsur bertambah banyak, luas,
dapat juga diambil dari luar sekolah seperti beranekaragam dan komplek.
mubaliq, hakim agama, ulama, pemegang Perkembangan ini dimungkinkan oleh
kebijakan dalam bidang pendidikan agama. stimulus-stimulus yang dialaminya yang
Manusia sebagai sumber belajar terdapat dalam kemudian diorganisasikan dalam pikirannya.
setiap jenis lembaga pendidikan (formal, non Piaget mengatakan skema orang dewasa
formal dan informal). Termasuk juga merupakan berkembang mulai dari skema anak melalui
sumber belajar ialah situasi belajar atau proses adaptasi sampai pada penataan dan
lingkungan belajar. organisasi. Semakin mampu seseorang
Situasi dan lingkungan yang kondusif membedakan satu stimulus dengan stimulus
dapat dijadikan sebagai sumber belajar seperti lainnya makin banyak skema yang dimilikinya.
gedung sekolah yang indah dan bersih, Dengan demikian, skema adalah struktur kognitif
laboratorium keagamaan, taman yang indah dan yang selalu berkembang dan berubah. Proses
menarik dan lain sebagainya. Di luar lingkungan yang menyebabkan adanya perubahan tersebut
sekolah ada pula sumber belajar lain seperti: adalah asimilasi dan akomodasi.
masjid atau mushalla, majlis taklim dan berbagai Skema bisa diartikan sebagai naluri
jenis kegiatan keagamaan. seorang anak untuk berinteraksi dan beradaptasi
Lembaga-lembaga yang ada di dalam dengan lingkungannya. Semakin terbiasa
masyarakat seperti lembaga/organisasi sosial berinteraksi dengan lingkungan maka semakin
keagamaan (misal lembaga da‟wah), Lembaga tumbuh terus skema tersebut. Oleh karena itu
adat, Lembaga hukum, Lembaga bahasa, alangkah baiknya kalau lingkungan mendukung
Lembaga profesi, yayasan-yayasan sosial dan perkembangan dan pertumbuhan skema yang
perkumpulan-perkumpulan atas dasar suku dan dimiliki oleh anak. Dengan cara menciptakan
wilayah dan sejenisnya tidak bisa diabaikan suasana pembelajaran yang baik dan kondusif.
peranannya dalam pelengkap pendidikan anak. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
Hasbullah (2001: 56) menjelaskan dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan,
pendidikan ini mempunyai ciri-ciri sebagai manusia memerlukan adanya lingkungan
berikut: diselenggarakan dengan sengaja di luar masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga
sekolah, peserta umumnya yang sudah tidak setelah keluarga dan sekolah yang mempunyai
bersekolah atau drop out, tidak mengenal jenjang sifat dan fungsi yang berbeda serta
dan program pendidikan untuk jangka waktu keanekaragaman bentuk kehidupan sosial dan
pendek, peserta tidak perlu homogen, ada waktu berjenis-jenis budayanya.
belajar dan metode formal serta evaluasi yang Lingkungan masyarakat adalah
bersifat sistematis. Isi pendidikan bersifat praktis lingkungan pendidikan non formal yang
dan khusus serta ketrampilan kerja sangat memberikan pendidikan secara sengaja,
ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan terencana dan terarah kepada seluruh anggotanya
meningkatkan taraf hidup. yang pluralistik (majemuk) tetapi tidak
Baharuddin dan Esa (2010: 118) dipersyaratkan berjenjang dan
menyatakan bahwa manusia selalu berusaha berkesinambungan serta dengan aturan-aturan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. yang lebih longgar untuk mengarahkan menjadi
Manusia cenderung mengorganisasikan tingkah anggota masyarakat yang baik demi tercapainya
laku dan pikirannya. Hal itu mengakibatkan kesejahteraan bersama.
adanya sejumlah struktur psikologis yang Berdasarkan latar belakang diatas, maka
berbeda bentuknya pada setiap fase atau rumusan masalah artikel ini yaitu Bagaimana
tingkatan perkembangan tingkah laku dan proses belajar anak dalam lingkungan
kegiatan berpikir manusia. Struktur ini disebut

91
Choiri, Moh. Miftahul / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

masyarakat? dan Sejauhmana peran masyarakat yang berbeda dengan orang dewasa. Anak usia
dalam membantu proses belajar anak? dini sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir
selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan
METODE didengarnya.
Jenis penelitian yang digunakan dalam „Ulum (2014: 519) menyebutkan potensi
penulisan artikel ini adalah Library Research anak usia dini yang perlu dikembangkan
(penelitian kepustakaan), karena data yang mencakup seluruh aspek kemampuan dasar,
diteliti berupa naskah-naskah, buku-buku yang yakni aspek fisik motorik, kognitif, sosio
bersumber dari khazanah kepustakaan. emosional, bahasa, seni serta nilai agama dan
Teknik pengumpulan data menggunakan moral. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk
metode dokumentasi. Teknik ini digunakan oleh mengembangkan aspek-aspek perkembangan
penulis dalam rangka mengumpulkan data yang anak tersebut. Termasuk penyediaan media dan
berkaitan dengan Peran Lingkungan Masyarakat sumber belajar yang menunjang pengembangan
sebagai Sumber Belajar. berbagai aspek perkembangan anak. Sedangkan
Teknik analisis data menggunakan lingkungan yang ada di sekitar anak-anak
analisis isi (content analysis) dipergunakan untuk merupakan salah satu sumber belajar yang dapat
menarik kesimpulan yang sahih dari berbagai dioptimalkan untuk pencapaian proses hasil
sumber atau referensi yang berhubungan dengan pendidikan yang berkualitas. Jumlah sumber
topik yang diangkat dalam penulisan artikel ini. belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah
Adapun langkah-langkahnya adalah dengan terbatas, sekalipun pada umumnya tidak
menseleksi teks yang akan ditulis, menyusun dirancang secara sengaja untuk kepentingan
item-item yang spesifik dan melaksanakan pendidikan.
penelitian. Ramayulis (2008: 142) menyebut bahwa
kita dapat membedakan tiga lingkungan sebagai
PEMBAHASAN sumber belajar yaitu: Pertama, Lingkungan
Terbuka, yang dimaksud dengan lingkungan
Proses Belajar Anak dalam Lingkungan terbuka ialah alam itu sendiri tanpa kehadiran
Masyarakat “manusia”. Anak dapat mengenal dan menikmati
Rasyid (2009: 64) menyatakan anak usia alam sehingga ia dapat melihat, merasakan dan
dini merupakan usia emas (the golden age) yang menikmati keagungan Tuhan. Anak dapat
sangat potensial untuk melatih dan menemukan sesuatu yang baru dari kehidupan
mengembangkan berbagai potensi multi makhluk Tuhan untuk bersyukur kepada-Nya.
kecerdasan yang dimiliki anak. Dalam Islam Saat ini mulai banyak lembaga
dinyatakan pula bahwa belajar di masa kecil pendidikan baik formal maupun non formal yang
bagai mengukir di atas batu, sedangkan belajar di menggunakan metode belajar dengan
usia senja bagai mengukir di atas air. Artinya lingkungan. Misalnya adanya kegiatan out bond,
usia dini adalah usia produktif untuk belajar, kegiatan ini secara langsung mengenalkan anak
akan lebih mudah memahami ilmu apa pun dengan lingkungannya. Dengan begitu anak akan
ketika usia dini. Misalnya belajar berhitung, mendapatkan pengetahuan dan informasi yang
menulis, menggambar bahkan menghafal lebih beragam. Misalnya bagaimana merawat
efektif dilakukan di usia dini. Karena pada usia lingkungan, menyayangi binatang dan lain-lain.
anak masih memiliki kekuatan pikiran yang Sehingga kebiasaan yang baik seperti ini akan
tajam dan cerdas. membentuk karakter mereka. Selain itu ada
Hartati (2005:7-8) dalam „Ulum (2014) lembaga pendidikan “ Sekolah Alam”. Pada
menyatakan menurut NAEYC (National lembaga ini kegiatan pembelajaran yang lebih
Assosiation Education for Young Children) anak dominan dilakukan di luar kelas, dengan tujuan
usia dini adalah sekelompok individu yang dapat menerima informasi sekaligus menikmati
berada pada rentang usia antara 0-8 tahun, pada keindahan alam.
usia tersebut manusia sedang berada dalam Kedua, Lingkungan Sejarah atau
proses pertumbuhan dan perkembangan. Peninggalan Sejarah. Yang dimaksud lingkungan
Pengembangan potensi pada anak dapat sejarah ialah berupa tempat-tempat bersejarah
dilakukan melalui pemberian stimulus yang maupun peninggalan sejarah yang telah tersusun
tepat. seperti museum. Dari alam lingkungan ini dapat
Pemberian stimulus bagi anak usia dini memperoleh iktibar atau pengajaran sehingga
berbeda dengan pemberian bagi orang dewasa. peserta didik memperoleh nilai-nilai baru bagi
Hal tersebut dikarenakan anak usia dini bukan dirinya.
merupakan bentuk mini dari orang dewasa., Dalam pengenalan lingkungan sejarah ini
melainkan anak usia dini memiliki karakteristik biasanya diadakan kegiatan study tour yaitu

92
Choiri, Moh. Miftahul / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

belajar sekaligus berwisata. Misalnya kegiatan Lingkungan masyarakat disini bisa dilihat
mengunjungi candi, museum, keraton dan lain- dari berbagai aspek. Yaitu hubungan antar orang
lain. Pendidikan seperti ini secara tidak langsung perorang dalam masyarakat atau juga kondisi
juga bisa meningkatkan nilai religius siswa. lingkungan itu sendiri. Ketika kondisi
Yakni memahami tanda kebesaran Allah melalui lingkungan bersih dan asri setidaknya
ciptaan-Nya. mendukung untuk kegiatan belajar, begitu pula
Ketiga, Alam Lingkungan Manusia atau sebaliknya. Masyarakat yang ramah, penyantun
Lingkungan Masyarakat. Lingkungan serta memiliki hubungan yang harmonis,
masyarakat mulai yang terkecil ialah keluarga tentunya dapat dijadikan teman untuk belajar
hingga lingkungan pendidikan. Pengaruh atau bahkan kita jadikan sumber belajar.
masyarakat terhadap anak sangat besar. Ketiga, Lingkungan Sosial Keluarga.
Terutama pengaruh lingkungan keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan
Pengaruh yang beraneka ragam tidak belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang
selalu menguntungkan anak. Dengan demikian tua, demografi keluarga (letak rumah),
penggunaannya sebagai sumber belajar harus pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi
selektif. Untuk itu masyarakat hendaknya dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
menciptakan lingkungan yang baik dengan Hubungan antara anggota keluarga, orang tua,
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik anak, kakak, atau adik yang harmonis akan
sehingga dapat menjadi sumber belajar anak. membantu siswa melakukan aktivitas belajar
Karena usia anak adalah proses belajar mereka dengan baik.
yang dominan ialah meniru kebiasaan orang- Keluarga merupakan tempat anak
orang yang mereka lihat. Dengan melihat mengenyam pendidikan pertama kali. Oleh
kebiasaan yang baik maka harapannya ialah anak karenanya dalam Islam dikatakan bahwa ibu
melakukan hal-hal yang baik pula. adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya.
Syah (2003) dalam Baharuddin (2010: 26- Keluarga menjadi peletak dasar dan karakter
27) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal anak. Ketika sejak kecil dibiasakan pada hal-hal
yang memengaruhi belajar dapat digolongkan yang positif maka akan tertanam kuat sampai
menjadi dua faktor yaitu faktor lingkungan sosial mereka dewasa. Pendidikan karakter dalam
dan faktor lingkungan nonsosial. Yang termasuk keluarga itulah yang dapat menjaga serta
Lingkungan Sosial diantaranya ialah: pertama, melindungi mereka pada lingkungan sekitar yang
Lingkungan Sosial Sekolah. Seperti guru, kurang mendukung untuk proses belajarnya.
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat Kehidupan keluarga itu ibarat sekolah
memengaruhi proses belajar seorang siswa. terbuka dengan jurusan atau materi pendidikan
Hubungan yang harmonis antara yang tidak terhingga. Barang siapa sanggup
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa mengelolanya dengan baik, maka Allah Swt akan
untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang menganugerahkannya keberkahan. Rasyid (2017:
simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru 85-86) menyatakan kehidupan keluarga yang
atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi terdiri atas suami istri dan anak-anak akan
siswa untuk belajar. Lingkungan belajar di menjadi potret kesempurnaan. Didalamnya Allah
Sekolah yang kondusif dapat menumbuhkan SWT tidak saja memberikan keteduhan berupa
semangat siswa untuk belajar. Selain itu kondisi cahaya ilmu, namun juga ketenteraman hati
kelas yang bersih dan nyaman juga harus selalu sebagai buah dari amanah atau tanggung jawab
dijaga. Karena suasana yang demikian dapat yang telah dijaga.
menunjang kenyamanan dalam belajar. Bisa Lingkungan nonsosial terdiri dari:
dibayangkan kalau kondisi ruang kelas yang pertama, Lingkungan Alamiah. Seperti kondisi
kumuh dan kotor, masuk di dalamnya saja udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin,
merasa tidak nyaman apalagi konsentrasi untuk sinar yang tidak terlalu silau atau kuat, atau tidak
belajar. terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan
Kedua, Lingkungan Sosial Masyarakat. tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas
siswa akan memengaruhi belajar siswa. belajar siswa. Sebaliknya bila kondisi lingkungan
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan
pengangguran dan anak telantar juga dapat terhambat.
memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak Kalau kita lihat bahwa lingkungan
siswa kesulitan ketika memerlukan teman alamiah ini nampak sepele namun sangat penting
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar sekali diperhatikan ketika ingin memperoleh
yang kebetulan belum dimilikinya. hasil belajar yang efektif. Kedua, Faktor
Instrumental. Yaitu perangkat belajar yang dapat

93
Choiri, Moh. Miftahul / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

digolongkan dua macam. Pertama hardware Beberapa pendapat tokoh lebih


seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas menekankan pentingnya peran lingkungan dari
belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. pada pembawaan. Bahkan sebagian dari mereka
Kedua, software seperti kurikulum sekolah, tidak mengakui adanya pembawaan dalam
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, perkembangan.
silabi dan lain sebagainya. Pendapat atau teori yang demikian
Kembali pada pembahasan awal, dalam diantaranya ialah yang dikemukakan oleh John
hal ini Indrakusuma (1973: 84)) mengatakan Locke dengan Tabularasa-teori. Arti yang
bahwa faktor lingkungan disebut juga faktor ajar. sebenarnya dari kata Tabularasa ialah meja dari
Dengan demikian lingkungan dapat berupa lilin untuk tempat menulis.
benda-benda, orang-orang, keadaan-keadaan dan Menurut teori Tabularasa, bahwa anak
peristiwa-peristiwa yang ada disekitar anak yang yang dilahirkan itu keadaannya masih bersih,
bisa memberikan pengaruh pada tidak mengandung apa-apa, tidak ada
perkembangannya. Baik secara langsung atau pembawaan apa-apa. Anak lahir diumpamakan
tidak langsung, baik secara disengaja ataupun seperti sehelai kertas yang putih bersih masih
tidak disengaja. Disamping lingkungan itu kosong. Akan ditulisi apa kertas itu dan akan
memberikan pengaruh dan dorongan, lingkungan digambari yang bagaimana kertas itu, terserah
juga merupakan arena yang memberikan kepada si pendidik. Si pendidik bisa berbuat apa
kesempatan kepada kemungkinan-kemungkinan saja yang ia ingini di atas kertas yang masih
(pembawaan) yang ada pada seorang anak untuk bersih itu. Si pendidik bisa menjadikan anak
berkembang. didik itu apa saja. Dengan demikian, di sini dapat
Pada sumber lain dikatakan bahwa faktor dikatakan, bahwa pendidikan itu maha kuasa.
yang mempengaruhi belajar ialah faktor Selaras dengan hal itu maka agama Islam
pembawaan (nativisme) dan lingkungan menyatakan bahwa anak terlahir dalam keadaan
(empirisme). Dua faktor ini saling berkaitan satu fitrah atau suci. Anak yang baru lahir masih
dengan yang lain serta tidak dapat dipisahkan. putih, bersih belum mempunyai dosa. Fitrah itu
Ketika faktor pembawaannya baik kemudian bisa diartikan juga belum terpengaruh dengan
pengaruh lingkungan yang baik maka potensi hal-hal yang negatif. Maka dari itu peran
anak dapat berkembang dengan baik pula. keluarga dan lingkunganlah yang dapat
Bagaimanapun baik pembawaan seorang memberikan pengaruh-pengaruh positif kepada si
anak, tanpa adanya kesempatan dan pendidikan, anak, sehingga menjadi anak yang baik dan
maka pembawaan yang baik itu akan tetap hanya bermanfaat bagi lingkungannya.
merupakan pembawaan saja, dan tidak Tokoh lain yang tidak mengakui adanya
berkembang. Seperti halnya anak-anak yang pembawaan seperti Emanuel Kant. Ia
hidup di desa. Biarpun ia setiap kali menjadi menyatakan bahwa manusia (budaya) tidak lain
juara terpandai di dalam kelasnya, karena ia tetap adalah hasil dari pendidikan, dengan demikian
tinggal di desa, di mana desa (lingkungan) itu berarti, bahwa pendidikan sanggup membuat
tidak memberikan kesempatan baginya untuk manusia yang bagaimana saja.
mengembangkan pembawaannya, maka Pendapat Emanuel Kant tersebut senada
pembawaan yang baik itu tetap hanya merupakan dengan teori belajar Konstruktivisme. Menurut
pembawaan saja dan tidak pernah berkembang. teori ini pengetahuan dan proses belajar pada
Sangat berpengaruh sekali faktor lingkungan dasarnya adalah berakar dari interpretasi unik
dalam mengawal proses belajar anak. seseorang terhadap dunianya atau lingkungan
Pembawaan yang baik tanpa adanya peran disekitarnya. Pandangan ini lebih menekankan
lingkungan yang baik maka pembawaan yang upaya penataan pembelajaran setiap individu
potensial tersebut tidak dapat dikembangkan. dengan karakteristiknya terhadap interpretasi
Sebaliknya, meskipun pembawaan itu pengalaman dan lingkungannya.
kurang baik, tetapi lingkungan memberikan Sutiah (1997 : 11) memaparkan selain
dorongan yang cukup dan kesempatan yang teori Konstruktivisme, teori Behaviorisme
leluasa, maka pembawaan yang kurang baik itu menganggap segala kejadian di lingkungan
bisa berkembang mencapai tingkat yang sekitar sangat mempengaruhi seseorang dan akan
maksimal. Seperti halnya dengan anak-anak yang memberikan pengalaman tertentu dalam dirinya.
tinggal di kota-kota. Biarpun sebagian anak itu Belajar menurut teori ini adalah perubahan
sebenarnya mempunyai pembawaan yang kurang tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma
baik misalnya, tetapi lingkungan selalu S-R (stimulus-respon), yaitu suatu proses yang
memberikan dorongan dan kesempatan maka memberikan respon tertentu terhadap yang
dapat dicapai pula perkembangan yang datang dari luar diri individu. Dengan demikian
maksimal. belajar adalah perubahan tingkah laku. Seorang

94
Choiri, Moh. Miftahul / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

anak dianggap telah belajar bila ia mampu (lingkungan) ke dalam kelas dan dengan cara
menunjukkan perubahan tingkah laku dari membawa siswa (kelas) ke dalam lingkungan.
stimulus yang diterimanya. Tentunya masing-masing cara tersebut dapat
dilakukan dengan pendekatan , metode, teknik,
Peran Masyarakat dalam Membantu Proses dan bahan bantu tertentu sesuai dengan tujuan
Belajar Anak pengajaran. Tujuan pendidikan salah satunya
Suparta dan Aly (1998: 24) menyebut ialah untuk menyiapkan peserta didik agar dapat
bahwa masyarakat apabila dilihat dari konsep menjawab tantangan yang ada dalam masyarakat.
sosiologi adalah sekumpulan manusia yang Oleh karenanya alangkah baiknya jika kurikulum
bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan dirancang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
saling berinteraksi. Bila dilihat dari konsep tersebut.
pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan Kalau di lembaga pendidikan pendidiknya
orang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai adalah guru, maka kalau di masyarakat yang
dari yang tidak berpendidikan sampai pada yang menjadi pendidiknya adalah orang dewasa yang
berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium bertanggungjawab terhadap pendewasaan
besar tempat para anggotanya mengamalkan anggotanya melalui sosialisasi lanjutan yang
semua keterampilan yang dimilikinya. diletakkan dasar-dasar oleh keluarga dan juga
Mereka saling belajar memahami karakter sekolah sebelum mereka masuk ke dalam
masing-masing demi kebersamaan dan masyarakat. Masing-masing anggotanya dengan
persatuan. Masyarakat satu dengan yang lain penuh kesadaran dan tanggung jawab baik secara
mempunyai adat istiadat yang berbeda-beda sendiri-sendiri atau secara bersama melalui
sehingga hal tersebut dapat memperkaya institusi atau lembaga yang dipimpinnya.
khasanah kebudayaan setempat. Kaitan „Ulum (2014: 520) menjelaskan
masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari lingkungan sekitar dikatakan sebagai sumber
tiga segi, yakni sebagai berikut: pertama, belajar karena: pertama, menyediakan berbagai
Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan. hal yang dapat dipelajari anak. Jumlah sumber
kedua, lembaga-lembaga kemasyarakatan dan belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah
atau kelompok sosial dalam masyarakat, baik terbatas, sekalipun pada umumnya tidak
langsung maupun tidak, ikut mempunyai peran dirancang secara sengaja untuk kepentingan
dan fungsi edukatif. ketiga, dalam masyarakat pendidikan.
tersedia berbagai sumber belajar. Sumber belajar lingkungan ini akan
Naya (tt:76). menyatakan dilihat dari semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan
lingkungan pendidikan, masyarakat disebut anak, karena mereka belajar tidak terbatas oleh
lingkungan pendidikan non formal yang empat dinding kelas. selain itu kebenarannya
memberikan pendidikan secara sengaja dan lebih akurat, sebab anak mengalami langsung
berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi dan dapat mengoptimalkan potensi panca
tidak sistematis. Secara fungsional masyarakat inderanya untuk berkomunikasi dengan
menerima semua anggotanya yang pluralistik lingkungan tersebut. Kalau di kelas lebih banyak
(majemuk) dan mengarahkan menjadi anggota belajar teori pengetahuan sedangkan dalam
masyarakat yang baik untuk tercapai masyarakat adalah tempat untuk
kesejahteraan sosial yaitu kesejahteraan mental mengaplikasikan teori-teori.
spiritual dan fisik atau kesejahteraan lahir dan Teori dan praktik harus berjalan
batin. beriringan. Teori tanpa praktik terasa kurang
Kemajemukan dalam masyarakat sempurna, begitu juga apa yang akan
merupakan sumber pengetahuan. Mulai dari dipraktikkan kalau tidak mempelajari teorinya
karakternya, adat istiadat, kebudayaan, serta dengan sungguh-sungguh. Kegiatan belajar
kebiasaan dan kegiatan yang bersifat positif. dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak
Kalau kita lihat mereka ada yang mempunyai sebab lingkungan menyediakan sumber belajar
kegiatan rutin misalnya mingguan, bulanan atau yang sangat beragam dan banyak pilihan.
bahkan selapanan. Semua itu tidak lain ialah Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan
untuk mengembangkan potensi individu modal dasar yang sangat diperlukan dalam
masyarakat tersebut. rangka penyiapan masyarakat belajar (learning
Kasim dkk (1995: 276) memaparkan societes). Dan sumber daya manusia di masa
bahwa kurikulum tidak boleh lepas dari mendatang.
masyarakat. Pemanfaatan fakta dan realitas sosial Kedua, pemanfaatan lingkungan
yang terdapat dalam masyarakat sebagai sumber menumbuhkan aktivitas belajar anak (learning
belajar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu activities), yang lebih meningkat. Penggunaan
dengan cara membawa sumber dari masyarakat cara atau metode yang bervariasi merupakan

95
Choiri, Moh. Miftahul / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi Dengan menyatu pada masyarakat maka
dalam pendidikan untuk anak usia dini. Begitu secara tidak langsung anak belajar bagaimana
banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih cara bergaul yang baik. Bergaul dengan penuh
dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam kelembutan, sopan santun, dan dengan etika yang
pendidikan anak usia dini. Bahkan hampir semua baik maka akan mudah diterima masyarakat.
tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Dengan demikian, belajar tentang
Namun demikian diperlukan adanya kreativitas pendidikan sosial dan kemasyarakatan akan
dan jia inovatif dari para guru untuk dapat mengantarkan anak menjadi pribadi-pribadi yang
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber arif. Anak akan memahami karakter masing-
belajar. masing individu yang memiliki latar belakang
Menurut hemat penulis lingkungan sosial yang beragam. Dengan memahami seperti
dikatakan sebagai sumber belajar sekaligus itu, anak akan melihat keagungan Allah Swt.
metode pembelajaran. Metode pembelajaran sekaligus menumbuhkan rasa syukur kepada-Nya
dengan melibatkan lingkungan sebagai sumber yang telah menciptakan manusia dengan kultur-
ajarnya. Menggunakan metode yang aktif dan sosial yang beragam.
kreatif sangat penting sekali dalam pembelajaran, Disatu sisi Indrakusuma (1973)
yaitu guna untuk meningkatkan semangat belajar mengatakan bahwa dalam masyarakat, di
siswa. Oleh karena nya ada yang mengatakan samping terdapat hal-hal yang memberikan
kalau metode itu lebih diutamakan dari pada pengaruh positif pada pendidikan dan
materi. Artinya dengan metode yang bagus dan perkembangan anak, juga banyak hal-hal yang
bervariasi itu membuat anak semangat untuk memberikan pengaruh negatif. Sehubungan
belajar. Lingkungan merupakan sumber belajar dengan pengaruh-pengaruh yang bersifat positif
yang kaya dan menarik untuk anak-anak. dan pengaruh-pengaruh yang bersifat negatif dari
Lingkungan manapun bisa menjadi tempat yang masyarakat ini, maka aktifitas pribadi
menyenangkan bagi anak-anak. memainkan peranan yang penting. Ke mana
Rasyid (2017: 148-149) menyatakan aktivitas pribadi itu digerakkan, maka ke situ
pentingnya belajar pada lingkungan masyarakat. pula arah perkembangan dari seseorang.
Pendidikan sosial-kemasyarakatan adalah salah Sebagai subjek belajar maka anak
satu poin penting bagi anak dalam mengamalkan seyogyanya diarahkan pada lingkungan yang
ajaran-ajaran sosial yang tercantum dalam Al- bisa mendukung proses belajar mereka. Karena
Qur‟an, sebagaimana yang telah dicontohkan lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan
oleh Rasulullah Saw. Karena itu, kalau kita kaji anak pada tahap selanjutnya. Disini perlunya
kembali isi Al-Qur‟an, maka kita akan dengan cermat memilih lingkungan belajar yang
menemukan bahwa kalam Allah Swt. itu tidak tepat sebagai sumber belajar. Sebab pemilihan
hanya berbicara tentang hukum-hukum ibadah lingkungan belajar yang kurang tepat bisa
mahdhah saja, melainkan juga mencakup menghambat proses belajar si anak. Maka dari
aktifitas-aktifitas sosial sebagai bagian dari itu sebagai orang tua harus selalu mendampingi
hablun minannas. dan mengarahkan anak pada setiap proses
Dalam masyarakat anak belajar perkembangannya.
berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Lebih lanjut Indrakusuma (1973)
Hal ini harus dibiasakan sejak dini pada anak. menegaskan bahwa disamping pengaruh positif
Dengan berinteraksi dan bersosialisasi dengan dan negatif itu, masih ada juga hal-hal dalam
orang lain maka akan dapat menumbuhkan masyarakat yang memberi pengaruh kepada
kecerdasan sosial mereka. Dengan demikian perkembangan dan pendidikan anak. Seperti
mereka tidak menjadi seseorang yang individual halnya situasi politik, situasi ekonomi, situasi
semata, melainkan menjadi pribadi yang peka sosial dan juga situasi keamanan. Situasi politik
terhadap lingkungannya. yang menyebabkan negara dalam keadaan
Pada masyarakat anak akan banyak perang atau timbulnya banyak pemberontakan-
belajar nilai-nilai positif yang mana bermanfaat pemberontakan sering mengakibatkan
untuk perkembangan kepribadiannya. Belajar kegagalan-kegagalan, hambatan-hambatan dan
memahami setiap individu dalam masyarakat. kekecewaan-kekecewaan bagi anak yang sedang
Karena setiap kelompok masyarakat tidak sama membutuhkan pendidikan.
dengan kelompok masyarakat lainnya. Maka Situasi ekonomi kacau, yang
tentu dibutuhkan cara bergaul yang cerdas dan menyebabkan kacaunya perekonomian
penuh kelembutan sehingga dengan mudah masyarakat, masyarakat menjadi tidak tenang,
diterima oleh orang lain. Cara-cara bergaul itulah akan berpengaruh pula pada dunia pendidikan
yang diteladankan dengan sempurna oleh dan pendidikan anak-anak. Situasi sosial dalam
Rasulullah SAW. masyarakat tidak tertib, banyak terjadi

96
Choiri, Moh. Miftahul / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

penyelewengan-penyelewengan, manipulasi dan manusia berkualitas dan berpotensi untuk


korupsi akan berpengaruh besar terhadap bermanfaat kepada sesama. Dalam kontek
perkembangan jiwa anak ke arah hal-hal yang pendidikan Islam, jelas mempelajari semua itu
negatif pula. merupakan suatu kewajiban. Siswa atau murid
Untuk itu menjadi tanggung jawab kita akan memiliki pemahaman yang utuh mengenai
sebagai orang untuk menciptakan suasana yang cara hidup bertetangga dan berperilaku yang baik
kondusif dan stabil. Misalnya dimulai pada dengan sesama.
lingkungan masyarakat yang terkecil yakni Tentu saja, realisasi pendidikan sosial itu
keluarga. Bagaimana si Ayah menciptakan harus berlandaskan pada Al-Qur‟an dan hadits.
suasana belajar di dalam rumah, membiasakan Kajian yang mendalam tentang masyarakat
nilai positif kepada anak, serta yang terpenting dalam pandangan Al-Qur‟an serta hadits akan
ialah tidak ada konflik dalam keluarga. Situasi menghasilkan output yang memiliki kepedulian,
yang seperti ini yang diharapkan untuk proses perhatian dan dedikasi terhadap lingkungan
belajar si anak. Bagaimanapun konflik sekecil sosialnya. Dengan memahami konsep
apapun di dalam keluarga akan dapat masyarakat, maka akan muncul generasi-
mengganggu kegiatan belajar anak. Kemudian generasi yang siap menjadi agen bagi
lebih luas lagi menciptakan suasana kondusif kemanfaatan sosial. Dengan bersosialisasi
pada lingkungan masyarakat, lingkungan daerah, dengan masyarakat harapannya adalah anak
lingkungan pemerintahan dan lain sebagainya. mempunyai jiwa sosial dan rasa empati yang
Kalau sudah demikian semua lingkungan tinggi. Lalu kemudian menjadi pribadi yang peka
bersinergi menciptakan suasana pembelajaran terhadap lingkungannya.
yang kondusif maka tujuan belajar akan tercapai. Bagaimanapun lingkungan sekitar adalah
Lingkungan sekitar yang kondusif akan lingkungan tempat tinggal anak. Mereka
menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar merupakan bagian dari saudara dan keluarga
si anak. Artinya belajar tidak hanya terjadi di kita. Kapanpun mereka meminta tolong maka
ruangan kelas saja namun juga diluar ruangan sudah menjadi kewajiban kita untuk
kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber menolongnya. Semoga ulasan yang sederhana ini
belajar yang sangat berpengaruh terhadap ada guna dan manfaatnya. Akhirnya semoga
perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan anak-anak kita kelak menjadi pribadi yang
budaya, perkembangan emosional serta bermanfaat dunia dan akhirat, aamiin.
intelektual. Wallahua‟lam
Belajar pada lingkungan akan sangat
menambah wawasan pengetahuan anak. Karena Penutup
di dalamnya tidak hanya belajar pengetahuan Upaya pemanfaatan lingkungan sekitar
secara kognitif saja, melainkan secara sebagai sumber belajar anak harus diupayakan
keseluruhan. Pada lingkungan anak dapat belajar seoptimal mungkin. Karena pada dasarnya
sikap (afektif), bagaimana menumbuhkan lingkungan sekitar menyediakan berbagai
toleransi, saling menghargai, tolong menolong pengalaman belajar yang bermanfaat bagi anak.
dan lain sebagainya. Oleh karena itu belajar yang Belajar dengan cara menyatu pada lingkungan
demikian akan menumbuhkan sikap sosial akan memberikan pengalaman nyata bagi anak.
terhadap masyarakat. Selain itu belajar pada Mereka tidak saja belajar teori melainkan
lingkungan akan menumbuhkan keterampilan mengamati dan merasakan langsung. Para ahli
pada anak (psikomotorik). Misalnya dengan mengatakan juga, bahwa lingkungan sekitar
kegiatan praktik dan mengamati, maka anak akan sebagai sumber belajar sangat berpengaruh
mengetahui dan mengalami secara langsung. terhadap perkembangan fisik, keterampilan
Dengan demikian, belajar tentang sosial, dan budaya, perkembangan emosional dan
pendidikan sosial dan kemasyarakatan akan intelektual si anak. Dengan demikian tiga ranah
mengantarkan anak menjadi pribadi-pribadi yang aspek pembelajaran dapat dikembangkan yaitu
arif. Anak akan memahami beragam kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya.
pengetahuan dan memahami karakter masing- Belajar dengan cara bersosialisasi dan
masing individu yang memiliki latar belakang berkomunikasi secara langsung dengan
sosial yang beragam. Dengan memahami seperti masyarakat akan menumbuhkan sikap
itu akan mengetahui keagungan Allah Swt. kepedulian dan jiwa sosial anak. Bagaimanapun
sekaligus akan menumbuhkan rasa syukur juga jiwa sosial harus terus dikembangkan
kepada-Nya yang telah menciptakan manusia sehingga mereka menjadi pribadi yang peka
dengan kultur-sosial yang beragam. terhadap lingkungannya. Pada lingkungan
Mempelajari aspek-aspek sosial, pada tersedia berbagai hal yang dapat dipelajari dan
gilirannya akan mengantarkan anak menjadi diamati oleh anak. Jumlah sumber belajar yang

97
Choiri, Moh. Miftahul / Jurnal Refleksi Edukatika 8 (1) (2017)

ada di dalamnya pun tidak terbatas. Sumber Hasbullah. 2001. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.
belajar lingkungan ini akan menambah wawasan Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
dan pengetahuan anak karena mereka mengalami
secara langsung dan dapat mengoptimalkan Indrakusuma, Amir Daien. 1973. Pengantar Ilmu
potensi panca inderanya untuk berkomunikasi Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu
dengan lingkungan tersebut. Untuk itu sebagai Pendidikan.
orang tua hendaknya selalu mengawal setiap
perkembangan belajar anak, supaya mereka M. Suparta dan Noer Aly, Herri. 1998.
dapat mengembangkan bakat dan potensinya Metodologi Pengajaran Agama Islam.
dengan optimal. Jakarta: Rineka Cipta.

DAFTAR PUSTAKA Purwanto, M. Ngalim. 1994. Ilmu Pendidikan


Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja
Abdurrahman, H dan Soerjono. 1999. Metode Rosda Karya.
Penelitian Deskriptif. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. Ramayulis. 2008. Metodologi Pendidikan Agama
Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Barnadib, Sutari Imam. 1971. Pengantar Ilmu
Pendidikan. Yogyakarta: FIP-IKIP Rasyid dkk, Harun. 2012. Asesmen
Yogyakarta. Perkembangan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Gama Media.
Baharuddin dan Nur Wahyuni, Esa. 2010. Teori
Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar- Rasyid, M.Ainur. 2017. Hadits-Hadits Tarbawi.
Ruzz Media. Jogjakarta: Diva Press.

Dewantara, Ki Hadjar. 2013. KI HADJAR Suti‟ah. 1997. Buku Ajar Perencanaan Sistem
DEWANTARA Bagian Pertama: Pengajaran. Malang: STAIN.
Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit
Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa Syam, Mohammad Noor. 1984. Filsafat
(UST-Press) bekerjasama dengan Majelis Pendidikan dan Dasar Filsafat
Luhur Persatuan Taman Siswa. pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha
Nasional.
Hasan Kasim dkk. 1985. “Pemanfaatan
Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Ilmu „Ulum, Irfatul. 2014. Pemanfaatan Lingkungan
Pengetahuan Sosial Pada Sekolah Sebagai Sumber Belajar Anak. Jurnal
Menengah Umum Tingkat Pertama di Pendidikan Anak 3 (2), hlm: 518-523.
Kotamadya Banda Aceh”. Jurnal Ilmu
Pendidikan 2 (3).

98

Anda mungkin juga menyukai