Anda di halaman 1dari 10

MINI RISET

PEMEROLEHAN BAHASA ANAK:


KAJIAN ASPEK FONOLOGI ANAK USIA 3 TAHUN
PADA SUBJEK ABU HASAN ASSIDIQI

Syaffiatu Lutfiana
1988201005
Email : syaffiatul01@gmail.com.

Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Sosial


Universitas Nahdlatul Ulama
Blitar.

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi perkembangan
pemerolehan bahasa pertama pada anak dan unsur-unsur fonologi (vokal dan
konsonan) dalam bahasa jawa pada anak usia 3 tahun khususnya menyangkut
perkembangan fonologi Hasan Assidiqi di dalam kehidupan keluarganya.
Penelitian ini dilakukan pada salah satu keluarga yang mempunyai latar belakang
kehidupan ekonomi yang memadai. Berdasarkan hasil penelitian, untuk
menganalisis data dalam penelitian ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu : 1)
pemerolehan fonologi anak yang berumur 3 tahun khususnya pada bunyi vokal
yang sudah dikuasai semua, 2) pada bunyi-bunyi konsonan ada yang sudah mulai
baik, ada yang berubah-ubah, ada yang belum bisa sama sekali. Bunyi-bunyi
yang ditemukan dalam penelitian ini menjadi bagian dari pemerolehan fonologi
yang diterima anak dari keluarga maupun lingkungan sekitarnya.
Kata kunci : pemerolehan bahasa, unsur fonologi, vocal, konsonan.

Abstract
The purpose of this study was to determine information on the development of
first language acquisition in children and phonological elements (vowels and
consonants) in Javanese language in children aged 3 years, especially regarding
the development of Hasan Assidiqi's phonology in his family life. This research
was conducted on one family who has an adequate economic background. Based
on the results of the study, to analyze the data in the study there were several
stages carried out, namely: 1) acquisition of phonology of children aged 3 years,
especially in the vowel sounds that have been mastered all, 2) in the sound of
consonants there have started to be good, some have changed , there aren't any
at all. The sounds found in this study are part of the acquisition of phonology
received by children from their families and the surrounding environment.
Keywords: acquisition of language, phonological elements, vowels,
consonants.

Fonologi: Mini Riset Tugas Ujian Akhir Semester 2020 | 1


Pendahuluan
Pemerolehan bahasa (language acquisition) termasuk ke dalam ranah (domain)
psikolinguistik, yaitu ilmu bahasa yang objeknya adalah pengetahuan bahasa,
pemakaian bahasa, perubahan bahasa, dan hal lain yang ada hubungannnya dengan
aspek-aspek tersebut. Pengetahuan bahasa bersangkut paut dengan masalah kognitif
karena unsur bahasa yang diketahui dan dipahami sebenarnya berproses dalam otak.
Pemakaian bahasa berkaitan dengan praktik pengetahuan bahasa, yaitu apa yang kita
ketahui kita kemukakan dalam bentuk pemakaian bahasa. Sebagai bidang yang
termasuk ke dalam ranah psikolinguistik, pemerolehan bahasa dapat berupa
pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua atau ketiga. Pemerolehan
bahasa pertama terjadi apabila kanak-kanak yang sejak semula tanpa bahasa kemudian
memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa kedua terjadi apabila kanak-kanak atau orang
dewasa yang telah menguasai bahasa pertama (bahasa ibunya), kemudian belajar bahasa
kedua secara formal dan terencana. Pemerolehan bahasa pertama memiliki ciri
kesinambungan dalam wujud suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari ucapan satu
kata sederhana menuju gabungan kata yang rumit. Kemampuan kanak-kanak untuk
menerima bahasa sejalan dengan perkembangan biologis tubuhnya, khususnya yang
berkaitan dengan bagian-bagian pengucapan. Itulah sebabnya perkembangan bahasa
kanak-kanak yang satu dengan yang lainnya juga berbeda walaupun usianya sama. Hal
yang manarik dalam perkembangan pemerolehan bahasa pada kanak-kanak adalah
kecepatan pemerolehannya tidak sama, tetapi tahap tahapannya berlaku secara umum.
Kajian tentang pemerolehan bahasa mencakupi antara lain pemerolehan
fonologi, morfologi, sistaksis, dan semantik. Sebagai salah satu kajian pemerolehan
bahasa, pemerolehan fonologi merupakan ranah penelitian yang penting karena dapat
menentukan atau mempengaruhi teori-teoiri linguistik. Kajian-kajian fonologi yang
membahas kerumitan, keteraturan, dan keterbatasan sistem bunyi umumnya dapat
menjadi penyokong dan penentu teori-teori linguistik yang dihasilkan oleh pakarnya.
Hal lain yang menjadikan ranah fonologi ini menarik untuk dikaji dalam
pemerolehan bahasa kanak-kanak adalah karena pemunculan bunyi ini bersifat genetik.
Dengan kata lain, munculnya suatu bunyi tidak dapat diukur dengan tahun atau bulan
kalender karena perkembangan biologi manusia tidak sama. Dengan demikian
pemerolehan bahasa setiap anak pasti memiliki variasi. Berdasarkan uraian di atas

Fonologi: Mini Riset Tugas Ujian Akhir Semester 2020 | 2


tampaknya penelitian tentang pemerolehan bahasa perlu dilakukan lebih banyak dan
lebih mendalam.
Artikel ini membahas pemerolehan bahasa ibu yaitu bahasa jawa dan aspek
fonologi yang terjadi pada Hasan Assidiqi, salah satu tetangga dari penulis sendiri, pada
usia 3 tahun mencakupi pemerolehan vokal dan konsonan. Usia tersebut berada pada
masa periode kritis (critical period) yang sangat penting dalam pemerolehan bahasa,
juga karena pada usia tersebut Hasan (nama panggilan) sangat aktif berbicara dan selalu
ingin tahu tentang sesuatu hal.
Berdasarkan uraian di atas, artikel ini mendeskripsikan pemerolehan bahasa
anak dilihat dari aspek fonologi. Masalah tersebut dibatasi pada hal-hal berikut: (a)
bagaimana pemerolehan vokal pada anak usia 3 tahun? (2) bagaimana pemerolehan
konsonan pada anak usia 3 tahun?
Istilah pemerolehan (acquisition) berbeda dengan pembelajaran (learning).
Krashen (1983: 1-2) mengatakan bahwa pemerolehan adalah proses ambang sadar yang
identik dengan proses yang dilalui anak dalam memperoleh bahasa ibunya, (khususnya
dalam artikel ini bahasa ibu adalah bahasa jawa) pemeroleh bahasa biasanya tidak
sadar bahwa ia tengah memperoleh bahasa, tetapi ia hanya sadar bahwa ia tengah
menggunakan bahasa untuk komunikasi, sedangkan pembelajaran adalah proses sadar
yang menghasilkan pengetahuan tentang bahasa. Pendapat yang hampir sama
disampaikan Dardjowidjojo (2012: 225) yang mengatakan bahwa pemerolehan adalah
proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia
belajar bahasa ibunya (native language), sedangkan pembelajaran merupakan proses
dari orang yang belajar di dalam kelas dan diajar oleh seorang guru.
Pandangan pakar di atas memperlihatkan bahwa pemerolehan bahasa merupakan
proses yang berlangsung di dalam otak seseorang, terutama kanak-kanak, ketika dia
memperolah bahasa pertamanya atau bahasa ibunya, sedangkan pembelajaran bahasa
berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seseorang mempelajari bahasa
kedua di lingkungan formal yang telah terencana. Pemerolehan bahasa pertama
merupakan pemerolehan bahasa yang terjadi apabila anak yang belum pernah belajar
bahasa apapun sekarang baru mulai belajar bahasa untuk pertama kali (Klein, 1984: 6).
Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memperoleh
bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performasi. Proses kompetensi

Fonologi: Mini Riset Tugas Ujian Akhir Semester 2020 | 3


merupakan proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara alamiah atau tanpa
disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat terjadinya proses performansi yang
terdiri atas proses pemahaman dan proses penghasilan. Proses pemahaman melibatkan
kemampuan mengamati atau mempersepsi kata-kata atau kalimat yang didengar,
sedangkan proses penghasilan melibatkan kemampuan mengeluarkan atau
mengahasilkan kata-kata atau kalimat. Sementara itu, Mukalel ( 2003) menyebutkan
bahwa pemerolehan bahasa pertama adalah sekumpulan bahasa yang diperoleh anak
sebelum usia sekolah. Pemerolehan bahasa pertama bersifat spontan, jarang dirancang
dan direncanakan (Brown, 2007). Pemerolehan bahasa pertama terjadi secara alamiah.
Ia menganggap bahwa biasanya pemerolehan bahasa pertama dikondisikan dengan
memperkokoh hal yang bersifat primer seperti kebutuhan untuk mengkomunikasikan
keinginan dan untuk membina hubungan afektif dengan orang tua.
Jika dikaitkan dengan urutan pemerolehan, pengenalan anak dengan bahasa
dapat terjadi melalui interaksi dengan orang tua, anggota keluarga lainnya, teman-teman
sebaya di rumah dll. Interaksi yang terjadi di dalam pemerolehan bahasa pertama itu
kebanyakan terjadi secara alamiah. Dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa
pertama pada anak, Hamied(1989: 24-30), diilhami oleh Ellis, mengatakan bahwa
usia, seks, kelas sosial, dan identitas etnis merupakan faktor sosial yang sangat
berpengaruh. Lebih jauh ia menganggap bahwa faktor yang berpengaruh dalam proses
pemerolehan dan pembelajaran bahasa pertama selain faktor eksternal juga faktor
internal. Faktor eksternal meliputi faktor sosial dan faktor masukan atau interaksi,
sedangkan faktor internal mancakupi faktor transfer, unsur kognitif, dan faktor semesta.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pemerolehan bahasa pertama adalah suatu
proses bagaimana anak memperoleh kemampuan bahasa ibunya secara alamiah sesuai
dengan perkembangan kognitif, interaksi sosial, dan perkembangan linguistik anak itu
sendiri.
Pemerolehan fonologi merupakan salah satu bagian dari pemerolehan bahasa.
Oleh karena itu, penelitian tentang pemerolehan fonologi tidak dapat dipisahkan dari
kajian-kajian tentang pemerolehan bahasa yang lain (pemerolehan morfologi, sintaksis,
dan semantik). Dale (1976:7) mengatakan bahwa ada dua faktor yang dapat diikuti jika
kita ingin memahami perkembangan fonologi kanak-kanak. Pertama, kita dapat
memusatkan perhatian pada sekumpulan bunyi-bunyi yang dipakai dan pada

Fonologi: Mini Riset Tugas Ujian Akhir Semester 2020 | 4


perkembangan perlahan-lahan dari kumpulan bunyi-bunyi. Kedua, kita dapat meneliti
hubungan antara produksi ucapan si anak (representasi fonetiknya) dengan kata yang
coba diucapkan si anak. Lebih jauh Dale (1976:9) mengatakan bahwa jika seorang anak
telah mengucapkan suatu kata dalam situasi komunikasi tertentu dan dapat dipahami
oleh lingkungannya, maka disimpulkan bahwa anak tersebut telah menguasai bunyi
bahasa tersebut. Sementara itu, Jakobson (1971: 8-20, dan dalam Dardjowidjojo, 2012)
mengatakan bahwa pemerolehan bahasa pada anak sejalan dengan konsep universal
pemerolehan fonologi. Pemerolehan bunyi berjalan selaras dengan kodrat bunyi itu
sendiri dan diperoleh anak melalui suatu cara yang konsisten.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
pendekatan studi kasus dan wawancara. Melalui metode kualitatif ini akan
dideskripsikan pemerolehan fonologi yang terjadi pada Hasan Assidiqi usia 3 tahun.
Sumber data utama penelitian ini adalah Hasan Assidiqi pada usia 3 tahun. data ini
diambil dari hasil observasi langsung dan wawancara kemudian direkam dan dicatat.
Data tersebut kemudian ditranskripsikan, lalu diamati dan dianalisis secara empiris.
Hasil Observasi dan Pembahasan
Subjek observasi ini adalah seorang anak bernama Abu Hasan Assidiqi dengan
lokasi pengamatan berada di dusun kambingan desa dayu kecamatan nglegok, blitar.
Observasi ini diambil pada tanggal 24 Juli 2020. Hasan Assidiqi adalah seorang anak
yang ceria dan aktif serta selalu menirukan suara yang terdengar ditelinganya baik
diajari (disuruh) atau tidak, baik yang berasal dari orang tua, tetangga maupun teman
sebayanya walaupun belum terlalu fasih.
Penulis tertarik mengambil subjek ini dalam pengamatan karena dalam umur 3
tahun, dia bisa mengucapkan bunyi-bunyi baik vocal maupun konsonan yang kategori
bunyi rumit seperti bunyi [r]. Walaupun ada beberapa bunyi yang belum lancar
pengucapanya. Karena pemerolehan bahasa pertama adalah bahasa induk dan bahasa
induk dari subjek yang bernama Hasan adalah bahasa jawa maka pengucapan bunyi
yang terjadi pada subjek penulis adalah bahasa jawa karena bahasa induknya adalah
bahasa jawa.
Subjek yang saya amati ini yang bernama Hasan Assidiqi dalam melafalkan
bunyi memang cukup baik jika bunyi tersebut hanya satu sampai dua kata saja akan

Fonologi: Mini Riset Tugas Ujian Akhir Semester 2020 | 5


tetapi jika bunyi yang di lafalkan tersebut terdiri lebih dari dua kata maka pengucapan
bunyinya terutama bunyi konsonan tidak jelas atau samar-samar, tapi pada bunyi vokal
masih terdengar jelas.
 Bunyi Vokal
Bunyi-bunyi vokal yang muncul berdasarkan hasil pengamatan adalah sebagai
berikut :
1. [a] Bunyi tersebut muncul dan dilafalkan dengan jelas, baik yang terletak pada awal,
tengah, maupun pada akhir kata. Bunyi vokal [a] muncul seperti pada kata berikut :
[a] [aku] ‘aku’ : bunyi [a] ada di awal kata dan dia cukup fasih karena kata ‘aku’
adalah mudah di ucapkan. Contoh lain, kata [alOn-alOn] ‘alon-alon’, [katsel] “nama
orang ‘kasil’’,[gak] ‘gak’.
2. [i] Bunyi vocal [i] muncul dan dilafalkan dengan jelas, baik terletak pada awal,
tengah maupun akhir kata. Bunyi vocal [i] muncul seperti pada kata berikut :
[i] Contoh : [titik] ‘titik’, [iki] ‘iki’: bunyi [i] ini terdengar cukup baik.
3. [u] Bunyi vocal ini muncul dan juga dilafalkan masih sangat jelas. Bunyi vocal [u]
muncul seperti pada kata berikut :
[u] Contoh : [mundor] ‘mundur’, [tuku] ‘tuku’, [ulek] ‘ulek’: bunyi [u] pada kata ini
cukup baik diucapkan.
4. [e] Bunyi vocal ini masih dilafalkan dengan cukup baik dan jelas. Bunyi vocal [e]
muncul seperti pada kata berikut :
[e] Contoh : [duwe] ‘duwe’, [dewe] ‘dewe’, [ente?] ‘entek’, [ene?] ‘enek’: bunyi [e]
terdengar masih baik dan jelas.
5. [o] Bunyi vocal ini juga dilafalkan dengan baik dan jelas. Bunyi vocal [o] muncul
seperti pada kata berikut :
[o] Contoh: [copo] ‘sopo/sapa’, [opo] ‘opo/apa’: bunyi [o] lumayan baik
pelafalanya.
Berdasarkan uraian dan contoh data di atas dapat dikatakan bahwa saudara
Hasan Assidiqi sudah menguasai semua vonem vokal khususnya dalam bahasa jawa.
Vokal [a], [i], [u], [e], dan [o] dilafalkan dengan baik meskipun terletak pada awal,
tengah, atau akhir kata.
 Bunyi Konsonan

Fonologi: Mini Riset Tugas Ujian Akhir Semester 2020 | 6


Bunyi-bunyi konsonan yang muncul berdasarkan hasil pengamatan adalah
sebagai berikut :
1. [b], Bunyi konsonan tersebut muncul dan dilafalkan dengan jelas oleh saudara
Hasan. Bunyi konsonan [b] muncul seperti pada kata berikut :
Contoh: [bening] ‘bening, ’[bengi] ‘bengi’.
2. [c], Bunyi konsonan [c] diucapkan dengan baik dan jelas. Bunyi konsonan [c] dalam
pengamatan muncul seperti pada kata berikut :
Contoh: [bocah] ‘bocah’, [cili?] ‘cilik’.
3. [d], Bunyi konsonan ini baik pengucapan bunyinya ketika dalam keadaan tertentu
saja. Contoh : [aduoh] ‘adoh’, [gedi] ‘gedi’. Tapi jika [d] berada di awal belum
telalu jelas pelafalanya atau masih samar, terkadang terdengar seperti bunyi [h]
Contoh: [hijak] ‘dijak’.
4. [f], Untuk bunyi konsonan ini penulis belum menemukannya pada subjek, karena
subjek sulit untuk diajak bicara kecuali sesuai dengan maunya sendiri.
5. [g], Bunyi konsonan ini juga terdengar cukup baik dan jelas dalam pengucapanya.
Contoh: [engga?] ‘enggak’, [gelem] ‘gelem’, [gedi] ‘gedi’, [garong] ‘garong’.
6. [h], Bunyi konsonan ini muncul dan terdengar baik dan jelas dalam pengucapanya.
Contoh: [oleh] ‘oleh’ : bunyi ‘oleh’ dalam bahasa Indonesia artinya ‘boleh’ masih
terdengar baik.
7. [j], Bunyi konsonan [j] terdengar samar-samar mirip seperti bunyi [h] kadang
terdengar seperti huruf [nd]. Contoh: [hangan] [ndangan] ‘jangan’. Terkadang bunyi
[j] terdengar seperti bunyi [d]. Contoh kata [odo] ‘ojo/aja’, [ido] ‘ijo’, [dupo?]
‘jupuk’. Akan tetapi tidak semua kata bunyi [j] terdengar samar, ada dalam kata
tertentu terdengar sangat jelas, Contoh: [jamor] ‘jamur’.
8. [k] Dalam bunyi konsonan [k] baik pengucapanya dan sangat jelas, baik terletak
diawal, tengah, maupun akhir kata.
Contoh : [kupo?] ‘krupok’, [kono] ‘kono’, [kuceng] ‘kucing’, [kompor] ‘kompor’.
9. [l], Bunyi konsonan [l] juga terdengar samar, terkadang mirip dengan bunyi [n].
Contoh: [nayangan] ‘layangan’, [nombok] ‘Lombok’. Tetapi tidak semua bunyi [l]
diucapkan samar, hanya pada kata tertentu saja bunyi [l] terdengar baik tapi jika
digabung dengan kata tertentu, bunyi konsonan [l] jadi hilang atau samar. Contoh:
[ledok] ‘ledok’ dan [lemah] ‘lemah’.

Fonologi: Mini Riset Tugas Ujian Akhir Semester 2020 | 7


10. [m], Bunyi konsonan ini terdengar cukup lancar, baik diucapkan dalam bentuk satu
kata maupun dirangkai menjadi sebuah kalimat yang panjang.
Contoh: [ma’e] ‘mak e’, [merah] ‘merah’, [matsa?] ‘masak’.
11. [n], Bunyi konsonan [n] terdengar baik dan jelas dalam pengucapanya. Baik di awal,
tengah, maupun akhir.
Contoh: Di awal, [numpa?] ‘numpak’. Di tengah, [endi] ‘ endi’. Diakhir juga jelas
dalam kata [kebon] ‘kebon’.
12. [p], Bunyi konsonan ini muncul dan terdengar baik serta jelas dalam pengucapan
oleh saudara Hasan.
Contoh: Di awal, [pa?poh] ‘pakpoh’. Ditengah [opo] ‘apa’. Di akhir [aep] ‘arep’.
13. [q], Untuk bunyi konsonan ini penulis belum menemukannya pada subjek, karena
subjek sulit untuk diajak bicara kecuali sesuai dengan maunya sendiri.
14. [r], Bunyi [r] terdengar baik dan jelas, akan tetapi hal ini tergantung pada kata yang
diucapkanya. Contoh: [terong] ‘terong’, [jamor] ‘jamur’ dan [biru] ‘biru’. Dalam
kata tertentu pengucapan bunyi [r] terkadang masih samar atau terdengar seperti
bunyi huruf [l]. Contoh: [ola] ‘ora’. Selain itu saudara Hasan belum bisa mengucap
bunyi konsonan ganda salah satu konsonan [rt], [gr] dan [kr], pasti pengucapanya
hilang di salah satu konsonan. Contoh: [wotel] ‘wortel’, [gaji] ‘graji’ dan [kupo?]
‘krupok’.
15. [s], Dalam pengucapan bunyi [s] saudara Hasan belum bisa sama sekali. Contoh
kata sebagai berikut : [caman] ‘saman/sampean’, [copo] ‘sopo’: bunyi [s] di awal
masih terdengar seperti bunyi [c] jadi dalam pelafalanya Hasan belum bisa
mengucap bunyi [s], begitu juga bunyi [s] diakhir belum bisa mengucapkan
terkadang ucapanya seperti bunyi huruf [h] jika diakhir kata. Contoh: [weh] ‘wes’,
dalam kata [nana] ‘asna’/nama orang (kakak nya), bunyi [s] hilang.
16. [t], Bunyi konsonan ini diucapkan oleh saudara Hasan dengan baik dan jelas sekali.
Contoh: [terong] ‘terong’.
17. [v], Untuk bunyi konsonan inipun juga, penulis belum menemukannya pada subjek,
karena subjek sulit untuk diajak bicara kecuali sesuai dengan maunya sendiri.
18. [w], Bunyi [w] juga diucapkan dengan jelas. Contoh: [wotel] ‘wortel’, [wite] ‘wit e’,
maksudnya pohonya.

Fonologi: Mini Riset Tugas Ujian Akhir Semester 2020 | 8


19. [x], Untuk bunyi konsonan ini penulis yakin bahwa sunjek belum bisa
mengucapkanya.
20. [y], Bunyi konsonan ini dia juga sudah jelas ucapanya, karena jika dilihat
pengucapanya mudah. Contoh: [nayangan] ‘layangan’, [piye] ‘piye’.
21. [z], Untuk konsonan ini penulis belum tahu apakah subjek sudah bisa mengucapkan
atau belum.
 Contoh kalimat yang tidak bisa di ucapkan dengan jelas.
1. [de oa hijak] ‘de ora dijak’, maksudya bude tidak ikut diajak.
2. [ola digekne aku] ‘ ora digekne aku’, maksudnya tidak dibuatkan aku.
3. [neni ma’e ngko] ‘seneni mak e ngko’, maksudnya dimarahi ibunya nanti.
4. [nek edoke] ‘enek ledoke’, maksudnya ada mesin pemotong kayu.
5. [iki paleng rek ke] ‘iki paling trek ke’, maksudnya ini mungkin truknya.
6. [iti iluk ngkas ape digaji] ‘iki dilut engkas ape digraji’, maksudnya ini sebentar lagi
mau di gergaji.
7. [tak untcali we ngko] ‘tak uncali we ngko’, maksudnya aku lempari nanti.
8. [gole?no nombok ndang ?] ‘golekno Lombok ndang, maksudya carikan cabai.
 Contoh kalimat yang cukup lancar sesuai dengan fonologi
1. [enek bocah neng kebonan] ‘enek bocah neng kebonan’, maksudnya ada anak di
kebun.
2. [embahku] ‘embahku’, maksudnya simbah saya.
Penutup
 Kesimpulan
Dari yang saya amati, saudara Hasan Assidiqi memang dalam beberapa bunyi
huruf, kata, pengucapanya lancar akan tetapi tergantung pada rangkaian huruf, kata atau
kalimatnya bisa mempengaruhi pengucapanya, terkadang ada beberapa kata jika
diucapkan sendiri lancar tapi jika kata tersebut dirangkai menjadi sebuah kalimat
pengucapanya menjadi tidak jelas atau samar.
Untuk bunyi vocal saudara Hasan Assidiqi semuanya lancar dan jelas ucapanya,
mulai dari [a, i, u, e, dan o]. Sedangkan untuk bunyi konsonan ada beberapa yang sudah
lancar seperti [b,c,g,h,k,m,n,p,t,w,y] dan ada beberapa yang belum bisa seperti
[f,s,q,v,x,z], serta ada yang berubah-ubah pengucapanya masudnya jika hanya satu kata

Fonologi: Mini Riset Tugas Ujian Akhir Semester 2020 | 9


pengucapanya jelas dan lancar , tapi jika kata tersebut di gabung dengan kata lain akan
menjadi samar atau tidak jelas, seperti [d,j,l,r]
Subjek Hasan Assidiqi memang sudah agak lancar dalam berbicara tapi bunyi
huruf konsonan lebih cenderung pada bunyi nasal seperti [m dan n].
Terlepas dari itu semua seperti yang kita tahu adanya ketidak normalan atau
ketidak sempurnaannya balita dalam berucap dikarenakan adanya alat ucap yang masih
berkembang, karena alat ucap balita cenderung kecil seperti contoh lidahnya masih
pendek dll. Selain itu juga dipengaruhi oleh kognitif anak karena pada usia balita, anak-
anak masih memperoleh bahasa pertamanya serta masih minimnya kosa-kata yang
mereka dengar dan mereka kuasai.
 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, terdapat beberapa saran.
1. Pemerolehan bahasa anak selain factor fisik juga ditentukan oleh stimulus dari
keluarga dan lingkungan. Oleh sebab itu, bagi orang tua yang ingin pemerolehan
bahasa anaknya sesuai dengan perkembangan fisik, bahkan melampaui harus selalu
diberi stimulus oleh orang tua dan lingkungan dengan baik dan jika mengajari
anaknya dalam mengucapkan sebuah kata jangan mengucapkan secara pelat karena
hal tersebut akan mempengaruhi pemerolehan bahasa pertama anak.
2. Penelitian ini masih terbuka luas dilakukan oleh peneliti-peneliti lainnya, karena
pemerolehan bahasa setiap anak memiliki keunikan masing-masing. Baik dalam
segi fonologi, sintaksis dan lain sebagainya.
Daftar Pustaka
Herlina. 2016. PEMEROLEHAN FONOLOGI PADA ANAK USIA DUA TAHUN DUA
BULAN (Studi Kualitatif Pemerolehan Fonologi Pada Aisyah). [jurnal]. Jakarta:
FIP UNJ.
Yanti, Prima Gusti. 2016. PEMEROLEHAN BAHASA ANAK: KAJIAN ASPEK
FONOLOGI PADA ANAK USIA 2 - 2,5 TAHUN. [jurnal ilmiah]. Jakarta: FKIP
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

Fonologi: Mini Riset Tugas Ujian Akhir Semester 2020 | 10

Anda mungkin juga menyukai