Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN


MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD (Student Team Achievement
Divisions) DENGAN BANTUAN MEDIA BANGUN DATAR DI KELAS IV SDN
GILI TIMUR 1 KAMAL

Untuk memenuhi tugas ujian tengah semester Penelitian Tindakan Kelas

Dosen Pengampu :
Rika Wulandari, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :
Jasmine Nur Aisyah
160611100103

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Penelitian tindakan kelas ini diajukan oleh :


Nama : Jasmine Nur Aisyah
NIM : 16061110013
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Penelitian : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL STAD (Student
Team Achievement Divisions) DENGAN
BANTUAN MEDIA BANGUN DATAR DI
KELAS IV SDN GILI TIMUR 1 KAMAL

Telah melaksanakan penelitian tindakan kelas pada tanggal 09 April


2019. Hasil laporan tercakup dalam laporan penelitian tindakan kelas ini.

Telah diterima dan disahkan


pada tanggal

Mengetahui:
DOSEN PENGAMPU

RIKA WULANDARI, S.Pd., M.Pd


NIP. 19870507201504200

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 7
F. Definisi Operasional........................................................................... 8
G. Kajian Pustaka.................................................................................... 8
1. Hasil Belajar.................................................................................. 8
2. Pembelajaran Matematika.......................................................... 12
3. Model Pembelajaran STAD......................................................... 14
4. Media Pembelajaran.................................................................... 19
H. Rencana dan Prosedur Penelitian..................................................... 21
I. Jadwal Penelitian................................................................................ 22
J. Daftar Pustaka.................................................................................... 22

3
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (UU
20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa dalam perwujudan
pendidikan berupa suasana belajar dan proses pembelajaran. Suasana belajar dan
proses pembelajaran diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki
oleh peserta didik.
Sejalan dengan hal tersebut, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
(UU 14/2005) tentang Guru dan Dosen Pasal 1 menyatakan bahwa “Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah”. Pernyataan undang-undang tersebut mengubah paradigma berpikir
kita bahwa tugas guru tidak hanya mengajar dengan menyampaikan materi agar
siswa memahaminya. Tidak sesederhana itu untuk menjelaskan tugas guru
sebagai pendidik profesional. Terdapat standar proses pendidikan yang
menerangkan apa saja yang harus dilakukan oleh guru dalam proses pendidikan.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan turut menentukan
efektivitas dan hasil belajar siswa. Guru dapat menggunakan model yang tepat
sesuai dengan materi yang akan diajarkan agar pelajaran dapat diterima dan
dipahami dan diterapkan kepada siswa dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara pada guru kelas dan observasi kegiatan
pembelajaran pada tanggal 04 Maret 2019 di SDN Gili Timur 1 Kamal.
Permasalahan yang ada karena kurangnya media pembelajaran. Kurangnya
kreatif guru dan biaya mengakibatkan guru tidak menggunakan media. Dan
masalah yang tak kalah penting tidak adanya pembelajaran yang inovatif. Guru
hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab lebih dominasi ke guru
bukan siswanya. Walaupun sudah menggunakan K-13 namun pembelajaran

4
masih terasa konvensional dapat dilihat dari cara guru yang mengajar tidak
menggunakan model-model pembelajaran yang kreatif agar siswa termotivasti
untuk belajar. Karena kurangnya media pembelajaran dan model-model
pembelajaran yang kreatif akan menimbulkan permasalahan hasil belajar yang
tidak maksimal,
Berdasarkan dari permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan,
menunjukkan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Gili Timur 1 masih kurang.
Guru belum menerapkan model pembelajaran yang bervariasi yang melibatkan
langsung peserta didik. Sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut
menggunakan model pembelajaran inovatif, untuk itu peneliti menggunakan
model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Divisions) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
Menurut Dian (2011), “Pembelajaran kooperative tipe STAD adalah
salah satu pembeajaran kooperatif dimana siswa belajar dengan bantuan
lembaran kerja sebagai pedoman secara berkelompok, berdiskusi guna
memahami konsep-konsep, menemukan hasil yang benar”. Semua anggota
diberi tanggungjawab, semua siswa secara individu diberi tes yang akan
berpengaruh terhadap evaluasi seluruh kelompok, yaitu terdiri atas 4-5 orang.
Setiap tim atau kelompok hendaknya memiliki anggota yang heterogen baik
jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), tas, etnik maupun berbagai kemampuan
(tinggi, sedang , rendah).
Tiap anggota tim menggunakan lembaran kerja akademik (lembar kerja
siswa) dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui
tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim secara individu atau tim, tiap
satu atau dua minggu diadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka
terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Tiap siswa dan tiap tim diberi
skor atas penguasaanya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu
atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi
penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh
penghargaan, jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.
Keuntungan dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Menurut Kagan (Dian: 2011), ada tiga keuntungan, yaitu, a) semua siswa

5
memiliki kesempatan untuk menerima hadiah setelah menyelesaikan suatu
materi pelajaran. (b) Siswa mempunyai kemungkinan untuk mencapai hasil
belajar yang tinggi, (c) hadiah yang di berikan kepada kelompok dapat
digunakan untuk memberikan motivasi berpretasi pada semua siswa.

Berdasarkan dari uraian diatas, maka perlu adanya upaya peningkatan hasil
belajar siswa. Peneliti mengambil judul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL STAD (Student Team Achievement Divisions)
DENGAN BANTUAN MEDIA BANGUN DATAR DI KELAS IV SDN
GILI TIMUR 1 KAMAL”

B. Rumusan Masalah
Adapun pokok masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran STAD (Student Team
Achievement Divisions) dalam meningkatkan hasil belajar Siswa kelas IV di
SDN Gili Timur 1 Kamal ?
2. Adakah pengaruh hasil belajar menggunakan model STAD (Student Team
Achievement Divisions) dengan bantuan media bangun datar di kelas IV
SDN Gili Timur 1 Kamal ?

C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian ilmiah tertentu mempunyai tujuan tertentu, demikian
pula dalam penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran STAD (Student Team
Achievement Divisions) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di
SDN Gili Timur 1 Kamal.
2. Untuk mengetahui adakah pengaruh hasil belajar model STAD (Student
Team Achievement Divisions) dengan bantuan media bangun datar di kelas
IV SDN Gili Timur 1 Kamal.

6
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaat teoritis atau
manfaat praktis, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tambahan bagi para pendidik dalam upaya meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru atau Sekolah
Dapat memberikan masukan kepada guru untuk dapat ikut
membantu meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa
mampu mencapai prestasi belajar yang optimal.
b. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suasana belajar lebih
kreatif dan menyenangkan sehingga siswa tidak jenuh dalam
belajar. Dengan penerapan model pembelajaran STAD (Student
Team Achievement Divisions) dengan bantuan media bangun
datar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang
pendidikan sebagai persiapan menjadi guru di masa yang akan
datang. Peneliti sebagai calon pendidik mendapat pengalaman
langsung dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Dalam penelitian tindakan kelas ini ruang lingkup penelitian meliputi :
1. Seluruh peserta didik kelas IV SDN Gili Timur 1 Kamal (sebagai objek
utama).
2. Seluruh lingkungan sekolah SDN Gili Timur 1 Kamal sebagai tempat proses
belajar dan mengajar.
3. Kepala sekolah dan Wali kelas IV SDN Gili Timur 1 Kamal.

7
4. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran STAD (Student Team
Achievement Divisions) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran matematika kelas IV SDN Gili Timur 1 Kamal (sebagai objek
utama).

F. Definisi Operasional
 Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah
belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor yang disebabkan oleh pengalama
 Matematika adalah materi untuk diberikan kepada semua siswa mulai
dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan
menghitung dan mengolah data
 Model STAD (Student Team Achievement Divisions) adalah guru
menyampaikan suatu materi, kemudian siswa bergabung dalam
kelompoknya yang terdiri dari empat atau lima orang untuk
menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh pengajar. Setelah selesai
mereka menyerahkan secara tunggal untuk setiap kelompok. Kemudian
siswa diberikan kuis atau tes secara individu. Skor hasil kuis atau tes
digunakan untuk menentukan skor individu dan untuk menentukan skor
kelompoknya.
 Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar.

G. Kajian Pustaka
1. Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, sedangkan menurut Gagne
hasil belajar harus harus didasarkan pada pengamatan tingkah laku melalui
stimulus respon (Sudjana, 2005:19). Hasil belajar berkenaan dengan
kemampuan siswa di dalam memahami materi pelajaran. Menurut Hamalik

8
(2007: 31) mengemukakan, “hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, ablititas dan keterampilan”.
Hasil belajar tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan
sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan
menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik, 2007: 155)
Penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran merupakan
implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional pendidikan (SNP). Penetapan SNP membawa implikasi
terhadap model dan teknik penilaian pembelajaran yang mendidik.
Perencanaan penilaian proses serta hasil belajar dan pembelajaran mencakup
eksternal dan internal.
Langkah perencanaan penilaian proses serta hasil belajar dan
pembelajaran mencakup rencana penilaian proses pembelajaran dan rencana
penilaian hasil belajar peserta didik. Rencana penilaian proses serta hasil
belajar dan pembelajaran merupakan rencana penilaian yang akan dilakukan
oleh guru untuk memantau proses kemajuan perkembangan hasil belajar
peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang
diharapkan secara berkesinambungan.
Berdasarkan Taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka pembelajaran
meliputi tiga kategori ranah, yaitu:
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yaitu:
a). Pengetahuan (C.1)
b). Pemahaman (C. 2)
c). Penerapan (C. 3)
d). Analisis (C. 4)
e). Sintesis (C. 5)
f). Evaluasi (C. 6).

9
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi
lima jenjang kemampuan, yaitu:
a). Menerima
b). Menjawab/ Reaksi 13
c). Menilai Organisasi
d). Karakteristik dengan suatu nilai
e). Kompleks Nilai.
3. Ranah psikomotor, meliputi:
a). Keterampilan motorik
b). Manipulasi benda-benda
c). Koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengintai)

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor
karena lebih menonjol namun hasil belajar psikomotor dan afektif harus menjadi
bagian dari hasil penilaian dan proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan dari
pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya dan hasil tersebut dapat digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan dan hal
ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diringi oleh
perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi
Adapun faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain faktor yang
terdapat dalam diri siswa, dan faktor yang ada diluar diri siswa. Faktor
internal berasal dari dalam diri anak bersifat biologis, sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang sifatnya dari luar diri siswa.
1. Faktor Internal
Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani
dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat
menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani
yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang
keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap
sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar

10
makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang
mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah. Faktor psikologis, yaitu
yang mendorong atau memotivasi belajar. Faktor-faktor tersebut
diantaranya:
a) Adanya keinginan untuk tahu

b) Agar mendapatkan simpati dari orang lain.

c) Untuk memperbaiki kegagalan.

d) Untuk mendapatkan rasa aman.

2. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut
mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua,
sekolah, dan masyarakat.
a) Faktor yang berasal dari orang tua
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi
cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dlam hal ini dapat
dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara
demokratis, pseudo demokratis, otoriter. Cara atau tipe mendidik
yang demikian masing-masing mempunyai kebaikan dan ada pula
kekurangannya.
Menurut hemat peneliti, tipe mendidik sesuai dengan
kepemimpinan Pancasila lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas.
Karena orang tua dalam mencampuri belajar anak, tidak akan
masuk terlalu dalam. Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat
manusiawi, karena orang tua akan bertindak ing ngarsa sung
tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dalam
kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan
kebiasaan-kebiasaan yang positif kepada anak untuk dapat
diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan anak selama
belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan memberikan

11
arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang
tertib dalam belajar.
b) Faktor yang berasal dari sekolah
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata
pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor
guru banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu
yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya.
Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan
perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan
nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Keterampilan, kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh
karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak dalam
belajar.
c) Faktor yang berasal dari masyarakat
Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor
masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan
anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan.
Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak,
masyarakat juga ikut mempengaruhi.

2. Pembelajaran Matematika
Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir,
karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk menunjang kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Offirston, 2014:1). Ini berarti ahwa belajar
matematika untuk mempersiapkan siswa agar mampu menggunakan pola
pikir matematika dalam kehidupan kesehariannya dan dalam mempelajari
ilmu pengetahuan lain.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Depdiknas,
2006:147).Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai suatu usaha yang

12
sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang
dimiliki guru untuk menjadikan seseorang bisa mencapai tujuan kurikulum
(Kosasih, 2014:11). Suatu pembelajaran berlangsung secara efektif apabila
tujuannya tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan.
Pembelajaran matematika adalah membentuk logika berpikir bukan
sekedar pendai berhitung. Berhitung dapat dilakukan dengan alat bantu,
seperti kalkulator dan komputer, namun menyelesaikan masalah perlu
logika berpikir dan analisis (Fatimah, 2009:8). Oleh karena itu, siswa dalam
belajar matematika harus memiliki pemahaman yan benar dan lengkap
sesuai tahapan, melalui cara dan media yang menyenangkan dengan
menjalankan prinsip matematika.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan salah satu kajian
yang penting untuk diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar
untuk membekali siswa dengan kemampuan menghitung dan mengolah
data. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetitif. Pembelajaran matematika juga dapat digunakan untuk sarana
dalam pemecahan masalah dan mengomunikasikan ide atau gagasan dengan
menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun (2006:148) Tentang
Standar Isi Satuan mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengalikasikan konsep atau logaritma secara luwes,
akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyususn
bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.

13
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram
atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan.
Selain tujuan pembelajaran matematika di atas, ada beberapa tujuan
pembelajaran matematika harus dibedakan menjadi 2 menurut Fatimah (2009:15)
yaitu: 1) Anak pandai menyelesaikan permasalahan (menjadi problem solver). Hal
ini dapat dicapai apabila dalam menerapkan prinsip pembelajaran matematika dua
arah. Anak-anak akan dapat menguasai konsep-konsep matematika dengan baik. 2)
Anak pandai dalam berhitung. Anak mampu melakukan perhitungan dengan benar
dan tepat (cepat bukan tujuan utama). Kedua tujuan terseut dicapai apabila siswa
memahami operasi dasar matematika, mengahafal dasar matematika (penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian).
Berdasarkan uraian di atas, tujuan tersebut merupakan tujuan penting yang
harus dicapai dalam pembelajaran matematika guna menghadapi kehidupan yang
selalu berubah dan berkembang. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan
berhitung menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran matematika juga dapat membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif
dan disiplin

3. Model STAD (Student Team Achievement Divisions)


Menurut Slavin (Rusman, 2012:213), model STAD (Student Team
Achievement Division) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang
paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah
digunakan dalam Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Teknik, dan
banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan
tinggi.
Menurut Dian (2011), “Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
salah satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dengan
bantuan lembaran kerja sebagai pedoman secara berkelompok, berdiskusi
guna memahami konsep-konsep, menemukan hasil yang benar”. Semua
anggota diberi tanggungjawab, semua siswa secara individu diberi tes
yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh kelompok, yaitu terdiri

14
atas 4-5 ong. Setiap tim atau kelompok hendaknya memiliki anggota
yang heterogen baik jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), ras, etnik,
maupun berbagai kemampuan (tinggi, sedang, rendah).
Tiap anggota tim menggunakan lembaran kerja akademik (lembar
kerja siswa) dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar
melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim secara
individu atau tim, tiap satu atau dua minggu diadakan evaluasi untuk
mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah
dipelajari. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaanya
terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang
meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi
penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh
penghargaan, jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.
Menurut Slavin (Dian: 2011) pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievement Division) memiliki 5 komponen utama,
yaitu:
a. Bahan pembelajaran di sajikan oleh guru baik secara langsung ataupun
melalui media pembelajaran

b. Anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang yang heterogen dari segi
penampilan akademik, kelamin dan etnis.

c. Dilakukan tes individu setelah beberapa kali siswa mengerjakan


latihan

d. Dilakukan penilaian terhadap nilai kemajuan individu

e. Diberikan pengakuan terhadap tim berdasarkan kemajuan anggota


kelompok

Tahap-tahapan yang dilalui pembelajaran kooperatif tipe STAD,


meliputi:

1) Tahap penyajian materi

Guru menyajikan materi melalui metode ceramah,


demonstrasi, ekspositori, atau membahas buku pelajaran

15
matematika. Dalam tahap ini, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran khusus dan memotivasi rasa ingin tahu siswa
tentang konsep yang akan dipelajari, agar siswa dapat
menghubungkan apa yang telah dimiliki dengan yang
disampaikan oleh guru.

2) Tahap Kegiatan Kelompok

Guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai


bahan yang dipelajari guna kerja kelompok. Guru
menginformasikan bahwa LKS harus benar-benar dipahami
bukan sekedar diisi dan diserahkan pada guru. LKS juga
digunakan sebagai keterampilan kooperatif siswa. Dalam hal
ini, apabila di antara anggota kelompok ada yang belum
memahami, maka teman sekelompoknya wajib memberi
penjelasan kembali karena guru hanya sekedar menjadi
fasilitator yang memonitor kegiatan setiap kelompok.

3) Tahap Tes Individu

Tes individu atau hasil belajar ini digunakan setelah


kegiatan kelompok usai dan dikerjakan secara individu. Tes ini
bertujuan supaya siswa dapat menunjukkan apa yang mereka
pahami saat kegiatan kelompok berlangsung dan
disumbangkan sebagai nilai kelompok.

4) Tahap perhitungan Nilai Perkembangan Individu

Perhitungan nilai perkembangan individu dimaksudkan


agar semua siswa terpacu untuk meraih preastai yang
maksimal. Perhitungan nilai perkembangan individu dihitung
berdasarkan skor awal. Skor awal mewakili skor rata-rata
siswa pada kuis-kuis sebelumnya. Apabila memulai model
kooperatife tipe STAD setelah memberikan tiga kali atau lebih

16
kuis, maka digunakan nilai hasil terakhir siswa dari tahun lalu.
Menurut Slavin (Rusman, 2012: 2016), untuk menghitung
perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Skor perkembangan individu didapat dari selisih skor awal dengan skor
tes setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kemudian
guru melihat pedoman pemberian skor perkembangan individu.

5) Tahap Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok diberikan secara sederhana oleh


peneliti atas dasar aktivitas dan jumlah siswa yang tuntas
belajar. Bentuk penghargaannya sangat situasional. Peneliti
(Guru) bisa memberikan poin pada kelompok dengan aturan-
aturan khusus ataupun dengan cara sederhana yang intinya
kerja keras siswa beserta kelompoknya dihargai apapun
hasinya.

Menurut Rusman (2012:216), skor kelompok diitung


dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota
kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor
perkembangan individu anggota kelompok dan membagi

17
sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata
skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok
sebagaimana dalam tabel di bawah ini.

Selain itu, terdapat beberapa keuntungan dalam penerapan pembelajaran


kooperatif tipe STAD. Menurut Kagan (Dian: 2011), ada tiga keuntungan, yaitu:
a. Semua siswa memiliki kesempatan untuk menerima hadiah
setelah menyelesaikan suatu materi pelajaran
b. Siswa mempunyai kemungkinan untuk mencapai hasil belajar
yang tinggi
c. Hadiah yang di berikan kepada kelompok dapat digunakan
untuk memberikan motivasi berpretasi pada semua siswa.

Selanjutnya menurut Suherman, dkk (2001:219) inti dari cooperative


Learning model STAD adalah guru menyampaikan suatu materi, kemudian
siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri dari empat atau lima orang
untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh pengajar. Setelah selesai
mereka menyerahkan secara tunggal untuk setiap kelompok. Kemudian siswa
diberikan kuis atau tes secara individu. Skor hasil kuis atau tes digunakan untuk
menentukan skor individu dan untuk menentukan skor kelompoknya.

18
4. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT
(Association of Education and Communication Technology) memberi
batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan
untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem
penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator,
dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu
mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses
belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran (Azhar Arsyad,
2010: 3).
Pengertian media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan alat
atau perpaduan antara software dan hardware (Sadiman, dkk, 1996: 5).
Media pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam
proses dan tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya proses pembelajaran juga
merupakan komunikasi, maka media pembelajaran bisa dipahami sebagai
media komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut,
media pembelajaran memiliki peranan penting sebagai sarana untuk
menyalurkan pesan pembelajaran.
Menurut Anderson (1987) yang dikutip Bambang Warsita (2008:
123). Media dapat dibagai dalam dua kategori, yaitu alat bantu
pembelajaran (instructional aids) dan media pembelajaran (instructional
media). Alat bantu pembelajaran atau alat untuk membantu guru (pendidik)
dalam memperjelas materi (pesan) yang akan disampaikan. Oleh karena itu
alat bantu pembelajaran disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids).
Misalnya OHP/OHT, film bingkai (slide) foto, peta, poster, grafik, flip
chart, model benda sebenarnya dan sampai kepada lingkungan belajar yang
dimanfaatkan untuk memperjelas materi pembelajaran.
Levie & Lentsz (1982) yang dikutip Hujair AH. Sanaky (2009: 6),
mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual,

19
yaitu: Fungsi Atensi, Fungsi Afektif, Fungsi Kognitif, Fungsi
Kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik
dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran
yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks
materi pelajaran. Seringkali pada awal pelaajaran peserta didik tidak tertarik
dengan materi pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka
tidak memperhatikan. Media visual yang diproyeksikan dapat menenangkan
dan mengarahkan perhatian mereka kepada mata pelajaran yang akan
mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan
mengingat isi materi pelajaran semakin besar.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
peserta didik ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar
atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya
informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. Fungsi kognitif media
visual terlihat dari lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar.
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami
teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan
siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang
disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Beberapa
media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memanfaatkan adalah
media cetak (buku) dan papan tulis. Selain itu, banyak juga sekolah yang
telah memanfaatkan jenis media lain seperti gambar, model, overhead
projektor (OHP) dan obyek obyek nyata. Sedangkan media lain seperti kaset
audio, video, VCD, slide (film bingkai), serta program pembelajaran
komputer masih jarang digunakan meskipun sebenarnya sudah tidak asing
lagi bagi sebagian besar guru. Meskipun demikian, sebagai seorang guru
alangkah baiknya Anda mengenal beberapa jenis media pembelajaran

20
tersebut. Hal ini dimaksudkan agar mendorong kita untuk mengadakan dan
memanfaatkan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

H. Rencana dan Prosedur Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Proses pelaksanaan tindakan dilaksanakn
secara bertahap sampai penelitian berhasil. Prosedur penelitian tindakan kelas ini
adalah :
1. Perencanaan
Pada tahap ini merencakan cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
membuat lembar observasi, dan soal pretest dan posttest.
2. Pelaksaaan
Pada tahap ini melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana telah
disepakati dengan wali kelas IV di SDN Gili Timur 1 Kamal.
3. Pengamatan
Pada tahap pengamatan melakukan observasi tentang pelaksanaan tindakan
dengan mengisi lembar observasi guru dan siswa.
4. Test
Pada tahap ini peneliti memberikan soal-soal (pretest) sebelum
menyampaikan materi pembelajaran dan setelah penyampain materi
diberikan posttest.

21
5. Analisis/refleksi
Pada tahap ini yaitu menganalisis hasil data observasi dari pengamatan test.
Dari hasil test tersebut akan mengetahui hasil belajar siswa yang kurang
sehingga bisa diperbaiki di tindakan 2.

I. Jadwal Penelitian
Penilitian dijadwalkan oleh peneliti dalam satu minggu mengadakan 2 kali
pertemuan untuk siklus 1. Dalam siklus 1 terdapat 2 tindakan. Untuk siklus ke 2
juga mengadakan 2 pertemuan yang terdapat 2 tindakan.

J. Daftar Pustaka

Anitah Sri. 2014. Strategi Pembelajaran di SD. Universtas Terbuka.

Arsyad Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dewi Tri. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 3 Sukajawa
Pada Materi Sifat-Sifat Bangun Ruang Dengan Model Student Team
Achievment Division (STAD). Skripsi. Universitas Lampung

Isminarto. 2016. Implementasi Model STAD Dalam Meningkatkan Hasil Belajar


Siswa. Jurnal Riset dan Konseptual. Volume 1.

Kim. Akad. J. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student


Teams Achievement Division). Palu. Universitas Tadoko.

Latuheru, John D. 1988. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar


Masa Kini. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Muhsetyo Gataot. 2016. Pembelajaran Matematika SD. Universitas Terbuka

Puspaningrum. 2014. Peningkatan Proses Pembelajaran Tentang Luas Bangun


Datar Persegi dan Persegi Panjang Melalui Model Pembelajaran
Kooperati Tipe STAD Pada Kelas III Min Playen Gunungkidul. Skripsi.
UIN Sunan Kalijaga.

22
Purwanto Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaya
Rosdakarya Offset.

Thobroni M. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media.

23

Anda mungkin juga menyukai