Oleh:
Puji Astuti Firdaus
1808115
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS PURWAKARTA
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
BAB I...................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................2
1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................3
1.3 TUJUAN PENELITIAN......................................................................................3
1.4 MANFAAT PENELITIAN..................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................5
2.1 PEMBELAJARAN IPA DI SD............................................................................5
2.1.1 Pengertian Pembelajaran IPA di SD............................................................5
2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA...........................................................................5
2.1.3 Karakteristik Pembelajaran IPA di SD.........................................................6
2.2 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW............................8
2.2.1 Model Pembelajaran Jigsaw.......................................................................8
2.2.2 Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw................................10
2.2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw................10
2.3 MOTIVASI BELAJAR......................................................................................11
2.3.1 Pengertian Motivasi..................................................................................11
2.3.2 Jenis-jenis Motivasi...................................................................................12
2.3.3 Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar.................................................12
BAB III...............................................................................................................................15
METODE PENELITIAN.......................................................................................................15
3.1 JENIS PENELITIAN.........................................................................................15
3.2 PROSEDUR PENELITIAN...............................................................................15
3.3 OBJEK PENELITIAN.......................................................................................16
3.4 METODE PENGUMPULAN DATA................................................................16
3.5 METODE ANALISIS DATA............................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
maka pada kelas berikutnya akan baik pula dan hasil belajar IPA akan
optimal. Penelitian ini dilaksanakan dengan membandingkan keefektifan
pembelajaran yang digunakan di kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Akan memperoleh pengalaman dalam mengembangkan potensi yang
ada pada diri siswa, dalam pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan.
Menghilangkan rasa bosan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengembangkan daya
nalar serta mampu untuk berpikir lebih aktif. Memotivasi guru untuk
memiliki sikap professional. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
Memberikan pengalaman langsung dalam mengimplementasikan model
pembelajaran Jigsaw.
Meningkatkan prestasi sekolah karena memiliki guru yang kreatif,
inovatif dan dapat mengembangkan diri. Dapat meningkatkan kualitas
sekolah.
Diharapkan dapat menambah wawasan dalam membuat karya ilmiah
dan menjadi landasan berpijak untuk menindak lanjuti dengan ruang
lingkup yang lebih luas.
3
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dalam peningkatan motivasi belajar IPA siswa
kelas V sekolah dasar
2. Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw terhadap motivasi belajar IPA siswa kelas V sekolah dasar
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
tentang gejala-gejala alam, melalui serangkaian proses yang dikenal
dengan proses ilmiah, sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai
produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa
konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal
6
suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta
aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya.
Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan
bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan
dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93).
Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini :
1. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat
dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode
ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh
penemunya. Contoh : nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin
yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan
kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat
dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan.
2. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas
pada gejala-gejala alam.
3. IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh atau
disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan
teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
4. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.
Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai
suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk
eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
5. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan
sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode
ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan
hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan,
7
pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran,
dan penarikan kesimpulan.
Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah
dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan
rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru
yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang
karakteristik IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di
sekolah.
8
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menitik beratkan
kepada kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Metode atau
tipe Jigsaw merupakan metode belajar kooperatif dengan cara siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan
enam orang secara heterogen. Siswa bekerja sama saling
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam
pembelajaran ini, siswa juga memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasi. Anggota kelompok bertanggung jawab atas
keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang
dipelajari dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Rusman
dalam Shoimin, 2014:90).
Metode jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran aktif yang
terdiri dari tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4-5 orang (materi
disajikan peserta didik dalam bentuk teks) dan setiap peserta didik
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain. Metode jigsaw
telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-
teman di Universitas Texas, dan teman-teman di Universitas John
Hopkins pada tahun 1978. Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang secara heterogen.
Materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa berupa teks
dan setiap anggota bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi
pelajaran yang harus dipelajari. Teknik ini serupa dengan pertukaran
antar kelompok. Tiap siswa mempelajari setiap bagian yang bila
digabungkan akan membentuk pengetahuan yang padu. Para anggota
dari kelompok asal yang berbeda bertemu dengan topik yang sama
dalam kelompok untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu
satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah
9
pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali
kepada kelompok asal dan berusaha mengajarkan pada teman
sekelompok nya apa yang mereka dapatkan saat pertemuan di
kelompok ahli.
Dari beberapa pendapat yang di sampaikan di atas, motode
jigsaw merupakan salah satu metode kooperatif yang lakukan dengan
membagi beberapa siswa menjadi beberapa kelompok yang kemudian
di beri tugas untuk membahas materi dengan kelompoknya. Dalam
metode jigsaw ini juga terdiri atas kelompok asal dan kelompok ahli.
10
4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu
melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi
dalam kegiatan pembelajaran.
5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus
bagi kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya bisa
bekerjasama dengan yang lebih efektif.
11
Motif berasal dari bahasa latin yaitu movere yang artinya
bergerak. Motif yang di istilahkan needs adalah dorongan yang sudah
terikat pada suatu tujuan (Ahmadi,1999).Perilaku manusia senantiasa
dilatarbelakangi motif dan motivasi. Beragamnya motifdan motivasi
mewarnai kehidupan manusia, misalnya makan karena lapar, ingin
mendapat kasih sayang, ingin diterima lingkungan dan sebagainya
(Ahmadi, 1998). Epndapat oleh penulis, bahwa pengertian motif dan
motivasi hampir sama dan tidak ditemukan perbedaan arti yang
mendasar. Maksud dan pengertiannya sama, hanya berbeda dalam
memformulasikan kalimat pada motif dan kalimat pada motivasi saja.
Sedangkan arti yang terkandung dalam motif dan motivasi sebenarnya
memiliki persamaan.Oleh karena itu dalam penjelasan berikutnya
pada tulisan ini tidak dibedakan antara motif dan motivasi.
Mengutip pendapat Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100),
“motivation is energy change within the person characterized by
affective arousal and anticipatory goal reaction.”Motivasi adalah
sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari
perumusan yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga unsur
yang saling berkaitan, yaitu: 1) motivasi dimulai dari adanya
perubahan energi dalam pribadi, 2) motivasi ditandai dengan
timbulnya perasaan (affective arousal), 3) motivasi ditandai oleh
reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
12
orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau
melakukan sesuatu. (Tabrani, 1992: 120)
13
tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu
kamu bisa…”.
5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat
kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan
dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini
hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal,
ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat
fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari
memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu
psikis siswa.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke
peserta didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi
tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa
lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya
tugas guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan
kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya orang
tua siswa untuk mendidik anak mereka.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa
cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri
maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan
untuk lebih termotivasi dalam mengulanulang pelajaran ataupun
menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok. Ini bisa dilakukan seperti pada nomor 6.
9. Menggunakan metode yang bervariasi. Dalam penggunaan
metode ini Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat
dan bervariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang
tidak membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting
adalah bisa menampung semua kepentingan siswa. Seperti
14
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang
dipilih oleh peneliti. Karena siswa memiliki tingkat intelegensi
yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya
butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang
membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna materi. Itu contoh
mudahnya. Dengan adanya penggunaan model pembelajaran ini
nantinya siswa dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
sama dalam materi pembelajaran, siswa juga dapat meningkatkan
rasa percaya dirinya serta mengasah pengetahuannya dan dapat
berfikir secara kritis.
BAB III
METODE PENELITIAN
15
peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulannya data dilakukan
secara triangulasi atau gabungan, teknik pengumpulannya induktif dan
hasil penelitian lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi
(Sugiyono, 2019:18). Penelitian Deskriptif adalah suatu bentuk penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan
dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
(Sukmadinata 2006:72).
16
1) Menuliskan kesimpulan pada setiap hasil pengelompokan data
penelitian
2) Membuat rangkuman kesimpulan dari seluruh hasil
3) Menyusun laporan penelitian
DAFTAR PUSTAKA
17
Sulthon. (2016). PEMBELAJARAN IPA YANG EFEKTIF DAN
MENYENANGKAN BAGI SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH (MI).
ELEMENTARY, Vol. 4 No. 1 2016
Sholihah, H., Koeswardani, N., Fitriana, V. METODE PEMBELAJARAN
JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN
KOMUNIKASI SISWA SMP. Prosiding Konferensi Pendidikan Nasional
“Penguatan Karakter Bangsa Melalui Inovasi Pendidikan di Era Digital”
Widiastini, M., Kusmariyatni, N., Arini, N. (2014). KEEFEKTIFAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V. Journal
Mimbar, PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol. 2 No.
1 2014
Pardede, J., Marmawi., Kaswari, R. (2013). PENINGKATAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN INQUIRY PADA
PEMBELAJARAN IPA KELAS III SDN. Pontianak: Universitas
Tanjungpura.
Syarifuddin, A. (2011). MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE
LEARNING TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN. TA’DIB, Vol.
16 No.2 2011
Suharni. & Purwanti. (2018). UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA. G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol. 3
No. 1 2018
Sudrajat, A. (2008). Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Teknik Jigsaw.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-
teknik-jigsaw/ [diakses, 8 November 2021]
18