Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI


Diajukan untuk Memenuhi Sidang Proposal Penelitian pada
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta

Oleh:
Puji Astuti Firdaus
1808115

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS PURWAKARTA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
BAB I...................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................2
1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................3
1.3 TUJUAN PENELITIAN......................................................................................3
1.4 MANFAAT PENELITIAN..................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................5
2.1 PEMBELAJARAN IPA DI SD............................................................................5
2.1.1 Pengertian Pembelajaran IPA di SD............................................................5
2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA...........................................................................5
2.1.3 Karakteristik Pembelajaran IPA di SD.........................................................6
2.2 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW............................8
2.2.1 Model Pembelajaran Jigsaw.......................................................................8
2.2.2 Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw................................10
2.2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw................10
2.3 MOTIVASI BELAJAR......................................................................................11
2.3.1 Pengertian Motivasi..................................................................................11
2.3.2 Jenis-jenis Motivasi...................................................................................12
2.3.3 Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar.................................................12
BAB III...............................................................................................................................15
METODE PENELITIAN.......................................................................................................15
3.1 JENIS PENELITIAN.........................................................................................15
3.2 PROSEDUR PENELITIAN...............................................................................15
3.3 OBJEK PENELITIAN.......................................................................................16
3.4 METODE PENGUMPULAN DATA................................................................16
3.5 METODE ANALISIS DATA............................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan potensi setiap
individu. Dengan melalui Pendidikan, potensi yang dimiliki oleh setiap
individu dapat diubah menjadi kompetensi yang mencerminkan
kemampuan atau keterampilan pada peserta didik dalam mengerjakan
tugasnya.
Dalam kegiatan pembelajaran kita sering menjumpai siswa-siswi
yang sedang belajar namun tampak belum siap dalam dalam menerima
materi pembelajaran dan terlihat tertekan melakukan kegiatan
pembelajaran tersebut. Selain itu, Ketika mempelajari mata pelajaran yang
dirasa sulit oleh siswa, Sebagian besar siswa akan cenderung meilikin
minat dan semangat yang rendah untuk menerima materi pembelajaran.
Pada kenyataanya keadaan ini ditentukan oleh kebiasaan guru dalam
melakukan pembelajaran, dimana guru tidak memperhatikan model
pembelajaran yang akan digunakan apakah model tersebut sesuai atau
tidak dengan kemampuan siswa dan juga masih banyak Sekolah Dasar
yang menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana
pembelajarannya guru menyampaikan kompetensi pembelajaran di kelas
dengan menggunakan metode ceramah. Dalam kegiatan awal siswa
tampak semangat, namun setelah memasuki kegiatan inti siswa mulai
bermain sendiri karena bosan, akibatnya hasil belajar siswa tidak optimal.
Masalah-masalah diatas merupakan masalah klasikal yang terjadi
dibeberapa Sekolah Dasar.
Dari latar belakang tersebut, penulis bermaksud meneliti pengaruh
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap motivasi
belajar siswa kelas V dalam mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar.
Penelitian ini dilakukan di kelas V karena mata pelajaran IPA mulai
diberikan kepada siswa lebih spesifik. Selain itu apabila pembelajaran baik

2
maka pada kelas berikutnya akan baik pula dan hasil belajar IPA akan
optimal. Penelitian ini dilaksanakan dengan membandingkan keefektifan
pembelajaran yang digunakan di kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Akan memperoleh pengalaman dalam mengembangkan potensi yang
ada pada diri siswa, dalam pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan.
Menghilangkan rasa bosan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengembangkan daya
nalar serta mampu untuk berpikir lebih aktif. Memotivasi guru untuk
memiliki sikap professional. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
Memberikan pengalaman langsung dalam mengimplementasikan model
pembelajaran Jigsaw.
Meningkatkan prestasi sekolah karena memiliki guru yang kreatif,
inovatif dan dapat mengembangkan diri. Dapat meningkatkan kualitas
sekolah.
Diharapkan dapat menambah wawasan dalam membuat karya ilmiah
dan menjadi landasan berpijak untuk menindak lanjuti dengan ruang
lingkup yang lebih luas.

1.2 RUMUSAN MASALAH


berdasarkan latar belakang masalah yang menjadi acuan dalam penelitian
ini, Adapun rumusan masalah yang diangkat yaitu sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
terhadap peningkatan motivasi belajar IPA siswa kelas V?
2. Bagaimana peningkatan motivasi belajar IPA siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

3
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dalam peningkatan motivasi belajar IPA siswa
kelas V sekolah dasar
2. Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw terhadap motivasi belajar IPA siswa kelas V sekolah dasar

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis, Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang
berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk:
a) Bagi Guru
Sebagai bahan masukan atau referensi dalam meningkatkan
motivasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe
jigsaw. Diharapkan guru dapat menerapkan model ini untuk
memberikan pembelajaran menjadi lebih menarik.
b) Bagi siswa
Diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan motivasi
belajarnya termasuk dalam pembelajaran IPA dan siswa mendapat
pengetahuan serta pengalaman yang dapat diterapkan di kehidupan
sehari-hari.
c) Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan dapat di gunakan sebagai bahan
referensi peneliti selanjutnya dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPA
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PEMBELAJARAN IPA DI SD

2.1.1 Pengertian Pembelajaran IPA di SD


Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah imu yang mempelajari
tentang lingkungan alam dan isinya. Artinya, IPA dapat diartikan
sebagai pengetahuan objektif tentang segala sesuatu seperti bencana,
peristiwa dan fenomena-fenomena yang terjadi dialam. IPA berkaitan
dengan bagaimana memahami alam secara sistematis, sehingga tidak
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan mengenai fakta, konsep,
dan prinsip saja, tetapi juga proses penemuan kurikulum KTSP
(Depdiknas: 2006)
Istilah IPA adalah mengacu pada pengetahuan objektif tentang
alam sekitar beserta isinya. Menurut James Conant 1997 (dalam
Samatowa Usman 2010:1) mendefinisikan sains sebagai “suatu
deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama
lain, dan yang tumbuh sebagai hasilnya eksperimentasi dan
observasi,serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih
lanjut.
Fowler dalam Trianto (2010:136) berpendapat IPA adalah
pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan
dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas
pengamatan dan deduksi.
Beberapa definisi dan juga pendapat yang sudah dipaparkan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA di SD
merupakan mata pelajaran yang tersusun sistematis, mempelajari

5
tentang gejala-gejala alam, melalui serangkaian proses yang dikenal
dengan proses ilmiah, sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai
produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa
konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal

2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA


Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka disimpulkan
pembelajaran adalah suatu proses interaksi dan rangkaian upaya atau
kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, guru harus
mengetahui kegunaan yang diperoleh dari pelajaran IPA. Perlu adanya
modifikasi pembelajaran sehingga siswa pun merasa senang dalam
pembelajaran dan tidak merasa pembelajaran itu monoton ataupun
membosankan.
Tujuan Pembelajaran IPA yaitu :
1. IPA merupakan dasar teknologi sebagai dasar yang cukup luas
2. IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih atau
mengembangkan kemampuan berpikir kritis
3. IPA merupakan mata pelajaran yang diajarkan melalui percobaan-
percobaan yang dilakukan oleh anak
4. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat
membentuk kepribadian anak secara keseluruhan (Samatowa
Usman, 2010:6).
Seperti yang telah diuraikan bahwa IPA mengembangkan
kemampuan berpikir kritis seperti yang dijabarkan di atas, maka
dalam pembelajaran IPA memerlukan model pembelajaran.

2.1.3 Karakteristik Pembelajaran IPA di SD


IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu
lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga
mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari

6
suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta
aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya.
Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan
bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan
dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989: 93).
Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini :
1. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat
dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode
ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh
penemunya. Contoh : nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin
yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan
kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat
dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan.
2. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas
pada gejala-gejala alam.
3. IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh atau
disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan
teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
4. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.
Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai
suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk
eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2006).
5. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan
sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode
ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan
hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan,

7
pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran,
dan penarikan kesimpulan.
Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah
dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan
rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru
yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.
Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang
karakteristik IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di
sekolah.

2.2 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

2.2.1 Model Pembelajaran Jigsaw


Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aroson et al.
sebagai metode Cooperative Learning. Lie (2008 : 69) mengemukakan
bahwa metode jigsaw adalah suatu metode kooperatif yang
memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan
membantu mengaktifkan skemata tersebut agar bahan pelajaran lebih
bermakna. Jigsaw learning atau pembelajaran tipe Jigsaw merupakan
sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan
dengan teknik pertukaran dari kelompok ke kelompok (group-to-
group exchange) dengan suatu perbedaan penting yaitu setiap peserta
didik mengajarkan sesuatu. Dalam teknik ini peserta didik belajar
dengan sebuah kelompoknya, dimana dalam kelompok tersebut
terdapat satu orang ahli yang membahas materi tertentu (Silberman,
2002: 168)

8
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menitik beratkan
kepada kerja kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Metode atau
tipe Jigsaw merupakan metode belajar kooperatif dengan cara siswa
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan
enam orang secara heterogen. Siswa bekerja sama saling
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Dalam
pembelajaran ini, siswa juga memiliki banyak kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasi. Anggota kelompok bertanggung jawab atas
keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang
dipelajari dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Rusman
dalam Shoimin, 2014:90).
Metode jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran aktif yang
terdiri dari tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4-5 orang (materi
disajikan peserta didik dalam bentuk teks) dan setiap peserta didik
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain. Metode jigsaw
telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-
teman di Universitas Texas, dan teman-teman di Universitas John
Hopkins pada tahun 1978. Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang secara heterogen.
Materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa berupa teks
dan setiap anggota bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi
pelajaran yang harus dipelajari. Teknik ini serupa dengan pertukaran
antar kelompok. Tiap siswa mempelajari setiap bagian yang bila
digabungkan akan membentuk pengetahuan yang padu. Para anggota
dari kelompok asal yang berbeda bertemu dengan topik yang sama
dalam kelompok untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu
satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah

9
pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali
kepada kelompok asal dan berusaha mengajarkan pada teman
sekelompok nya apa yang mereka dapatkan saat pertemuan di
kelompok ahli.
Dari beberapa pendapat yang di sampaikan di atas, motode
jigsaw merupakan salah satu metode kooperatif yang lakukan dengan
membagi beberapa siswa menjadi beberapa kelompok yang kemudian
di beri tugas untuk membahas materi dengan kelompoknya. Dalam
metode jigsaw ini juga terdiri atas kelompok asal dan kelompok ahli.

2.2.2 Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Menurut Roger dan David Johnson dalam Rusman ada lima
unsur dasar dalam pembelajaran (cooperative learning), yaitu sebagai
berikut.
1. Prinsip ketergantungan positif (positif interdependence), yaitu
dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian
tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok
tersebut. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja
masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua
anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.
2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu
keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing
anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan
dalam kelompok tersebut.
3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu
memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota
kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi
untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota
kelompok lain.

10
4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu
melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi
dalam kegiatan pembelajaran.
5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus
bagi kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya bisa
bekerjasama dengan yang lebih efektif.

2.2.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Jigsaw
Menurut Stephen, Sikes dan Snap dalam Aqib, mengemukakan
langkah-langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw sebagai
berikut:
1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari
bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka
tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan dengan sungguh-sungguh.
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7. Guru memberi evaluasi
8. Penutup

2.3 MOTIVASI BELAJAR

2.3.1 Pengertian Motivasi

11
Motif berasal dari bahasa latin yaitu movere yang artinya
bergerak. Motif yang di istilahkan needs adalah dorongan yang sudah
terikat pada suatu tujuan (Ahmadi,1999).Perilaku manusia senantiasa
dilatarbelakangi motif dan motivasi. Beragamnya motifdan motivasi
mewarnai kehidupan manusia, misalnya makan karena lapar, ingin
mendapat kasih sayang, ingin diterima lingkungan dan sebagainya
(Ahmadi, 1998). Epndapat oleh penulis, bahwa pengertian motif dan
motivasi hampir sama dan tidak ditemukan perbedaan arti yang
mendasar. Maksud dan pengertiannya sama, hanya berbeda dalam
memformulasikan kalimat pada motif dan kalimat pada motivasi saja.
Sedangkan arti yang terkandung dalam motif dan motivasi sebenarnya
memiliki persamaan.Oleh karena itu dalam penjelasan berikutnya
pada tulisan ini tidak dibedakan antara motif dan motivasi.
Mengutip pendapat Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100),
“motivation is energy change within the person characterized by
affective arousal and anticipatory goal reaction.”Motivasi adalah
sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari
perumusan yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga unsur
yang saling berkaitan, yaitu: 1) motivasi dimulai dari adanya
perubahan energi dalam pribadi, 2) motivasi ditandai dengan
timbulnya perasaan (affective arousal), 3) motivasi ditandai oleh
reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

2.3.2 Jenis-jenis Motivasi


1. Motivasi intrinsik, yang timbul dari dalam diri individu, misalnya
keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah
informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil,
menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.
2. Motivasi ekstrinsik, yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar
individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari

12
orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau
melakukan sesuatu. (Tabrani, 1992: 120)

2.3.3 Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar


Ada beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan
belajar mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai
Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa.
Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan
penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna
bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun
sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam
belajar.
2. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal
ini akan sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi,
dan bagi siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk
mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi.
Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa
menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai
karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa
memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan)
bagi siswa ranking 1-3.
3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di
antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya,
berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat
membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri

13
tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu
kamu bisa…”.
5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat
kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan
dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini
hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal,
ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat
fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari
memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu
psikis siswa.
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke
peserta didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi
tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa
lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya
tugas guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan
kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya orang
tua siswa untuk mendidik anak mereka.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa
cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri
maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan
untuk lebih termotivasi dalam mengulanulang pelajaran ataupun
menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok. Ini bisa dilakukan seperti pada nomor 6.
9. Menggunakan metode yang bervariasi. Dalam penggunaan
metode ini Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat
dan bervariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang
tidak membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting
adalah bisa menampung semua kepentingan siswa. Seperti

14
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang
dipilih oleh peneliti. Karena siswa memiliki tingkat intelegensi
yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya
butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang
membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna materi. Itu contoh
mudahnya. Dengan adanya penggunaan model pembelajaran ini
nantinya siswa dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
sama dalam materi pembelajaran, siswa juga dapat meningkatkan
rasa percaya dirinya serta mengasah pengetahuannya dan dapat
berfikir secara kritis.

BAB III
METODE PENELITIAN

2.4 JENIS PENELITIAN

Dalam bagian ini peneliti menjelaskan jenis penelitian yang diambil,


metode penelitian yang diambil adalah metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Metode kualitatif juga sering disebut sebagai
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian dimana

15
peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulannya data dilakukan
secara triangulasi atau gabungan, teknik pengumpulannya induktif dan
hasil penelitian lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi
(Sugiyono, 2019:18). Penelitian Deskriptif adalah suatu bentuk penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik
fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan
dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
(Sukmadinata 2006:72).

2.5 PROSEDUR PENELITIAN


Pada bagian ini peneliti menerangkan rangkaian rencana dalam tahap
kegiatan penelitian dari awal kegiatan penelitian hingga akhir. Tahap
tahapan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
2.6 Melakukan prapenelitian yaitu mengumpulkan data dari berbagai
sumber untuk mendapatkan gambaran tentang objek yang akan
diteliti
2.7 Mengajukan judul dan pembuatan proposal penelitian
2.8 Mengumpulkan data sesuai dengan rancangan proposal yang telah
disetujui
b. Tahap analisis
1) Melakukan penelitian
2) Mengelompokkan data hasil penelitian yang terkumpul sesuai
dengan tujuan penelitian
3) Menganalisis data hasil penelitian yang berupa angket, lembar tes
pembelajaran IPA dengan metode jigsaw pada siswa kelas V
sekolah dasar
c. Tahap akhir

16
1) Menuliskan kesimpulan pada setiap hasil pengelompokan data
penelitian
2) Membuat rangkuman kesimpulan dari seluruh hasil
3) Menyusun laporan penelitian

2.3 OBJEK PENELITIAN


Objek pada penelitian ini yaitu berfokus kepada siswa kelas V
sekolah dasar yang berada di SD Negeri Kademangan 01

2.4 METODE PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data penelitian ini adalah melalui cara pengumpul data
primer berupa lembar angket dan data sekunder berupa tes untuk
mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan
sejauh mana metode ini dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa
SD kelas V.

2.5 METODE ANALISIS DATA


Analisis data adalah proses pengolahan data dengan tujuan untuk
menemukan informasi yang berguna yang dapat dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan untuk solusi suatu permasalahan. Analisis data
menjadi tahapan terakhir sebelum masuk pada tahap pembahasan hasil dan
kesimpulan. Analisis data yang dilakukan biasanya setelah sumber data
dari responden sudah terkumpul.

DAFTAR PUSTAKA

17
Sulthon. (2016). PEMBELAJARAN IPA YANG EFEKTIF DAN
MENYENANGKAN BAGI SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH (MI).
ELEMENTARY, Vol. 4 No. 1 2016
Sholihah, H., Koeswardani, N., Fitriana, V. METODE PEMBELAJARAN
JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN
KOMUNIKASI SISWA SMP. Prosiding Konferensi Pendidikan Nasional
“Penguatan Karakter Bangsa Melalui Inovasi Pendidikan di Era Digital”
Widiastini, M., Kusmariyatni, N., Arini, N. (2014). KEEFEKTIFAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V. Journal
Mimbar, PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol. 2 No.
1 2014
Pardede, J., Marmawi., Kaswari, R. (2013). PENINGKATAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN INQUIRY PADA
PEMBELAJARAN IPA KELAS III SDN. Pontianak: Universitas
Tanjungpura.
Syarifuddin, A. (2011). MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE
LEARNING TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN. TA’DIB, Vol.
16 No.2 2011
Suharni. & Purwanti. (2018). UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA. G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol. 3
No. 1 2018
Sudrajat, A. (2008). Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Teknik Jigsaw.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative-learning-
teknik-jigsaw/ [diakses, 8 November 2021]

18

Anda mungkin juga menyukai