Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“Pola Bilangan”
Dosen pengampu : Nurwati Djam’an, SP.d, MP.d

OLEH :
NAMA : NUR RESKI YANTI

NIM : 200101501035

KELAS / ANGKATAN : A1 / 2020

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji sykur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rampat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga saya bisa menyusun tugas Matematika Sekolah Dasar Dan Pembelajarannya
dengan baik serta tepat waktu.

Tugaa ini saya buat untuk memberikan ringkasan mengenai materi tentang himpunan tingkat SMP
dan universitas serta kendala apa saja yang tetrjadi pada saat mengajar danapa solusinya. Mudah-
mudahan makalah yang saya buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita lebih luas lagi.
Saya menyadari kalau masih bnayak kekurangan dalam menyusun makala ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu ibu Nurwati
Djam’an, SP.d, MP.d.
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

Bab 1 PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


1.2 rumusan masalah
1.3 tujuan masalah

Bab II PEMBAHASAN
2.1 materi tingkat SMP
2.2 materi tingkat universitas
2.3 masalah yang di hadapi seorang guru
2.4 solusi untuk memecahkan suatu masalah

Bab III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar belakang
A. Latar Belakang
Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dan sangat berperan dalam
perkembangan dunia. Secara etimologgi, pengertian matematika berasal dari bahasa latin
manthanein atau mathemata yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”. Salah satu hal di
anataranya yang dipelajari dalam pelajaran pola bilangan yang mana telah dipelajari pada kelas IX
tingkat sekolah menegah pertama (SMP).
Kemudian dari pada itu sebagai mahasiwa universitas negeri makassar yang mengikuti program
studi “pendidikan matematika” adalah suatu kewajiban bagia kami untuk mempelajari dan
memahami pelajaran matemmatika, hal tersebut kemudian mendorong kami untuk mrnyusun
makalah tentang “materi pola bilangan tingkat SMP dan UNIVERSITAS serta kesulitan dan solusi
yang di hadapi pada saat mengajarkan materi tersebut, yang merupakan salah satu bab yang
dipelajari di tingkat SMP kelas IX, juga sebagai kewajiban kami untuk menyusun makalah ini
sebagai salah satu tugas mata kuliah matematika sekolah dasar dan pembelajarannya agar menjadi
manfaat bagi kami sebagai penyusun dan juga bermanfaat bagi mahasiswa lainnya serta
masyarakat pada umumnya.

B. Rumusan masalah
1. Materi tingkat SMP
2. Materi tingkat universitas
3. Kesulitan yang di hadapi seorang guru
4. Solusi yang diberikan agar kesulitan bisa terpecahkan

C. Tujuan
1. Memahami materi di tingkat smp
2. Memahami materi tingkat universitas
3. Memecahkan sebuah masalah
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Materi pola bilangan tingkat SMP

Pengertian pola bilangan

Pola bilangan adalah susunan angka-angka yang membentuk pola tertentu, misalnya segitiga,
garis lurus, persegi, dan masih banyak lainnya.

Macam-macam pola bilangan

Adapun macam-macam pola bilangan adalah sebagai berikut.

1 . Pola bilangan persegi panjang

Pola bilangan jenis ini akan menghasilkan bentuk menyerupai persegi panjang. Contohnya
susunan angka 2, 6, 12, 20, 30, dan seterusnya. Untuk menentukan pola ke-n, kamu bisa
menggunakan persamaan un = n (n + 1) di mana n merupakan bilangan bulat positif. Jika
digambarkan, pola bilangannya berbentuk seperti berikut.
Gambar di atas menunjukkan bahwa, susunan bilangan yang sedemikian sehingga memenuhi
persamaan un = n (n + 1) bisa membentuk suatu pola persegi panjang.

2. Pola bilangan persegi

Pola persegi adalah susunan bilangan yang dibentuk oleh bilangan kuadrat. Secara matematis,
pola bilangan ini mengikuti bentuk un = n2. Contoh susunan bilangan yang menghasilkan pola
persegi adalah 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan seterusnya. Jika dijabarkan dalam bentuk gambar, akan
menjadi seperti berikut.

3. Pola bilangan segitiga

Dari namanya saja sudah bisa ditebak, kira-kira pola bilangannya akan membentuk bangun
apa? Ya benar, segitiga. Segitiga yang dibentuk adalah segitiga sama sisi. Ada dua cara yang
bisa quipperian gunakan untuk membentuk pola ini, yaitu sebagai berikut.

A. Cara penjumlahan bilangan di mana selisih bilangan setelahnya + 1 dari bilangan


sebelumnya. Perhatikan contoh berikut.

Bilangan pada baris kedua (di dalam kotak berbingkai merah) merupakan selisih dari pola
bilangan sebelum dan setelahnya. Quipperian bisa melihat bahwa selisihnya selalu + 1 dari
selisih sebelumnya. Kira-kira, bilangan setelah 15 berapa ya? Untuk memudahkan kamu
menjawab, tentukan dulu selisih antara bilangan 15 dan setelahnya, yaitu +6. Jadi, bilangan
setelah 15 adalah 15 + 6 = 21.
B. Cara kedua menggunakan rumus un di mana un = n⁄2 (n + 1).

Dengan cara ini, quipperian bisa menentukan suku ke-n dengan lebih mudah.

Secara umum, pola segitiga ditunjukkan oleh gambar berikut.

4. Pola bilangan pascal

Pola bilangan pascal ini ditemukan oleh ilmuwan asal prancis, yaitu blaise pascal. Jika
dituliskan, pola bilangan pascal akan membentuk suatu segitiga. Segitiga tersebut dinamakan
segitiga pascal. Ada beberapa ketentuan yang harus quipperian tahu terkait pola bilangan
pascal, yaitu sebagai berikut.

Baris paling atas (baris ke-1) diisi oleh angka 1.

Setiap baris diawali dan diakhiri dengan angka 1.

Setiap bilangan yang ditulis di baris ke-2 sampai ke-n merupakan hasil penjumlahan dari dua
bilangan diagonal di atasnya (kecuali angka 1 pada baris ke-1).
Setiap baris berbentuk simetris.

Banyaknya bilangan di setiap barisnya merupakan kelipatan dua dari jumlah angka pada baris
sebelumnya. Misalnya, baris ke-1 banyaknya bilangan = 1 maka baris ke-2 banyaknya
bilangan = 2.

Adapun bentuk pola bilangan pascal adalah sebagai berikut.

Gambar di atas menunjukkan bahwa pola bilangan pascal itu sangat unik dan mudah sekali
untuk dipahami. Untuk menentukan bilangan ke-n kamu bisa menggunakan persamaan 2 n-1.
Apakah quipperian bisa melanjutkan bilangan ke-9?

Menentukan barisan bilangan

Foto: unsplash.com
Sebelumnya, quipperian sudah dikenalkan dengan macam-macam pola bilangan. Kali ini,
kamu akan diajak untuk menentukan bagaimana sih cara menentukan barisan/ urutan bilangan
jika tidak memenuhi pola-pola seperti di atas.

Contoh soal 1

Diketahui barisan bilangan 4, 6, 9, 13, 18, …, …

Kira-kira, berapa kelanjutan bilangan di atas?

Pembahasan:

Pertama, quipperian lihat selisih antarbilangannya.

Selisih 4 ke 6 = 2

Selisih 6 ke 9 = 3

Selisih 9 ke 13 = 4

Selisih 13 ke 18 = 5

Artinya, antarbilangan memiliki selisih + 1 dari selisih antarbilangan sebelumnya.

Dengan demikian, bilangan selanjutnya adalah sebagai berikut.

Selisih 18 ke bilangan selanjutnya pasti 6, sehingga 18 + 6 = 24

Selisih 24 ke bilangan selanjutnya pasti 7, sehingga 24 + 7 = 31.

Jadi, kelanjutan bilangannya adalah 24 dan 31.

Contoh soal 2

Andi diberi tugas oleh pak marno untuk meletakkan buku di rak perpustakaan. Di rak pertama
ia harus meletakkan 6 buah buku, di rak kedua 11 buah buku, di rak ketiga 16 buah buku, di
rak keempat 21 buah buku. Jika banyaknya rak di perpustakaan adalah 10, tentukan
banyaknya buku yang harus disusun budi di rak terakhir!

Pembahasan:

Rak ke-1 = 6

Rak ke-2 = 11

Rak ke-3 = 16
Rak ke-4 = 21

Artinya, selisih buku antara rak satu dan lainnya adalah 5 buku.

Untuk mencari banyaknya kursi pada rak ke-n, gunakan persamaan berikut.

Un  = banyaknya buku di rak ke-2 + {(n – 1)× selisih buku antarrak}

Banyaknya buku di rak ke-10 dirumuskan sebagai berikut.

U10 = rak ke-1 + {(10 – 1) × 5}

U10 = 6 + {(10 – 1) × 5}

U10 = 6 + 45

U10 = 51

Jadi, banyaknya buku di rak terakhir/ rak ke-10 adalah 51 buah buku.

B. Materi teori bilangan di tingkat niversitas

Bilangan Bulat

Bilangan bulat adalah biangan yang terdiri dari bilangan asli, bilangan nol, dan bilangan
negatif. Bilangan sebagai konsep abstrak mulai dipikirkan sejak periode sejarah, sekitar tahun
400 S.M. Permulaan perkembangan matematika berasal dari suku-suku yang tinggal
disepanjang aliran sungai. Berbagai kegiatan praktis yang mereka lakukan membutuhkan
bilangan-bilangan. Misalnya pada saat mereka menyebut tiga batu, tiga ranting, atau tiga
binatang.

Pernyataan tersebut mempunyai sifat persekutuan yaitu suatu kuantitas yang disebut tiga.
Keperluan tentang kuantitas merupakan kebutuhan dasar manusia dalam berkeluarga dan
bermasyarakat, terutama untuk menghitung atau mencacah dan membandingkan jumlah
barang atau benda. Keperluan ini mendorong orang untuk mencari cara yang mudah antara
lain dengan membuat lambang bilangan dan cara aturan penggunaannya atau sistem numerasi.
Sistem numerasi adalah pembuatan sekumpulan lambang dasar dan sejumlah aturan untuk
menghasilkan lambang-lambang bilangan yang lain.

Dengan demikian telah ditemukan konsep bilangan asli dan lambang untuk menyatakan
konsep bilangan asli yaitu 1,2,3,4,. Untuk

selanjutnya himpunan bilangan asli dinyatakan dengan 𝑁=


*1,2,3,4, … +

Masyarakat pada zaman pertanian hanya memerlukan kegiatan untuk mencacah, menjumlah,
dan mengalikan. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat memerlukan sistem
bilangan yang dapat memenuhi keperluan lain, yaitu mengurangkan dan membagi. Misalnya
pada saat proses menghitung hewan ternak yang tersisa setelah ada yang mati atau ketika
dimakan oleh hewan buas lainnya.

Jika sebelumnya mereka menerima pernyataan tanpa bukti (postulat) jika 𝑝 dan 𝑞 adalah
bilangan asli, maka 𝑝 + 𝑞 adalah bilangan asli pula. Kesulitan akan muncul
ketika melakukan operasi pengurangan. Pada awalnya mereka akan memahami
bahwa jika mereka menggembala 3 domba, kemudian 2 ekor dimangsa hewan liar maka
akan tersisa 1 ekor. Secara lambang bilangan akan ditulis 3 − 2 = 1. Begitupun dengan 4 − 3 =
1; 5 − 4 = 1dan mulai bertanya, bagaimana menuliskan lambang bilangannya jika mereka
menggembala 3 domba, kemudian semuanya dimangsa hewan liar yaitu jika 3 − 3 =?,
begitupun dengan 4 − 4 =? , 5 − 5 =?

Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab jika mereka menambahkan bilangan baru, yang
kemudian disebut dengan nol (0). Sekarang kita tambahkan unsur baru 0 kedalam sistem
bilangan asli sehingga terbentuk himpunan baru yang disebut dengan himpunan bilangan
cacah, dan dinyatakan dengan W = *0,1,2,3,4, … +

Dengan berkembangnya masyarakat industri, orang akan memerlukan bilangan baru untuk
keperluan tabungan dan pinjaman, dll. Pertanyaan yang muncul adalah berapakah 6 − 7 =? ,
8 − 10 =? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut adalah tambahan bilangan- bilangan baru
yang kemudian dilambangkan dengan −1, −2, −3, −4, … Sehingga diperoleh himpunan baru
yang disebut himpunan bilangan bulat dan dinyatakan dengan 𝑍 = *… , −3, −2, −1,0,1,2,3, … +

Sistem Bilangan Bulat

Untuk keperluan menghitung, kita dapat melakukan penjumlahan, pengurangan, perkalian,


dan pembagian bilangan. Kegiatan tersebut sebagai suatu operasi. Operasi adalah mengambil
sepasang bilangan untuk mendapatkan bilangan lain yang tunggal. Definisi 1

Suatu sistem matematika adalah sebuah himpunan dengan satu atau lebih operasi biner yang
terdefinisi pada himpunan itu.

Definisi 2

Operasi biner adalah suatu aturan yang menetapkan dua elemen dari suatu himpunan bilangan
menjadi elemen lain yang tunggal dan berada dihimpunan tersebut.
Definisi 3

Notasi Suatu sistem matematika yang terdiri dari himpunan S dan operasi * pada S adalah
ditunjukkan dengan (S,*). Jika # adalah operasi kedua pada S, maka (S,*,#) adalah sistem
matematika yang terdiri dari himpunan S, operasi pertama *, dan operasi kedua #.

Sifat-Sifat Operasi

Definisi 4

Misalkan S adalah suatu himpunan. Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pada S.

Operasi * disebut bersifat Tertutup, jika untuk setiap 𝑝 ∈ 𝑆, 𝑞 ∈ 𝑆

berlaku 𝑝 * 𝑞 ∈ 𝑆

Definisi 5

Misalkan S adalah suatu himpunan. Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pada S.

Operasi * disebut bersifat Komutatif, jika untuk setiap 𝑝 ∈ 𝑆, 𝑞 ∈ 𝑆

berlaku 𝑝 * 𝑞 = 𝑞 * 𝑝

Definisi 6

Misalkan S adalah suatu himpunan. Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pada S.
Operasi * disebut bersifat Asosiatif, jika untuk setiap 𝑝, 𝑞, 𝑟 ∈ 𝑆 berlaku

𝑝 * (𝑞 * 𝑟) = (𝑝 * 𝑞) * 𝑟

Definisi 7

Misalkan S adalah suatu himpunan. Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pada S.

Operasi * disebut bersifat Memiliki unsur identitas, jika untuk setiap


𝑝 ∈ 𝑆 ada i ∈ 𝑆 sehingga 𝑝 * i = i * 𝑝 = 𝑝. i disebut unsur identitas dari operasi *

Definisi 8

Misalkan S adalah suatu himpunan. Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pada S.

Operasi * disebut bersifat Memenuhi sifat inversi (invertibel), jika untuk setiap 𝑝 ∈ 𝑆, ada 𝑥 ∈
𝑆 sehingga 𝑝 * 𝑥 = 𝑥 * 𝑝 = i.

𝑥 disebut invers dari 𝑝, dan 𝑝 disebut invers dari 𝑥

Definisi 9

Misalkan S adalah suatu himpunan. Ditentukan bahwa * adalah suatu operasi pertama dan #
adalah suatu operasi kedua pada himpunan S. operasi * bersifat distributive terhadap # jika

𝑝 * (𝑞#𝑟) = (𝑝 * 𝑞)#(𝑝 * 𝑟) untuk setiap 𝑝, 𝑞, 𝑟 ∈ 𝑆

Definisi 10 Ditentukan 𝑝, 𝑞 ∈ 𝑍.

𝑝 disebut kurang dari 𝑞 (atau 𝑞 disebut lebih dari 𝑝), ditulis 𝑝 < 𝑞 atau

𝑞 > 𝑝, jika ada suatu bilangan bulat positif 𝑟 sehingga 𝑞 − 𝑝 = 𝑟

5 > 4 sebab ada bilangan bulat positif 1 sehingga 5 − 4 = 1

2 < 7 sebab ada bilangan bulat positif 5 sehingga 7 − 2 = 5

Dua sifat dasar tentang urutan bilangan bulat yang perlu dipahami.

Ketertutupan bilangan bulat positif;

𝑝 + 𝑞 dan 𝑝𝑞 adalah bilangan-bilangan bulat positif untuk setiap bilangan-bilangan bulat


positif 𝑝 dan 𝑞

Hukum Trikotomi;

Untuk setiap 𝑝 ∈ 𝑍 berlaku salah satu dari 𝑝 > 0, 𝑝 = 0, atau 𝑝 < 0

Contoh 2:

Buktikan jika 𝑝 < 𝑞 dan 𝑟 > 0, maka 𝑝𝑟 < 𝑞𝑟

Bukti:
𝑝<𝑞 (Diketahui)

𝑞−𝑝 >0 (menurut definisi 4)

𝑟(𝑞 − 𝑝) > 0 (diketahui 𝑟 > 0,menurut sifat ketertutupan bil.bulat positif)

𝑟𝑞 − 𝑟𝑝 > 0 (menurut sifat distributif)

𝑟𝑝 < 𝑟𝑞 (menurut definisi 4)

𝑝𝑟 < 𝑞𝑟 (sifat komutatif) Terbukti

Definisi 11

Bilangan riil terbesar ,𝑥- adalah bilangan bulat terbesar kurang dari atau sama dengan 𝑥,
yaitu ,𝑥- adalah bilangan bulat yang memenuhi

,𝑥- ≤ 𝑥 ≤ ,𝑥- + 1

Ingat kembali:

 𝑓(𝑥) = ,𝑥- disebut dengan fungsi bilangan bulat terbesar kurang dari atau sama dengan 𝑥
 𝑔(𝑥) = ]𝑥] disebut dengan fungsi bilangan bulat terkecil lebih dari atau sama dengan 𝑥

KESULITAN SISWA DALAM MEMPELAJARI POLA BILANGAN :

Sering kali kita lihat kesulitan siswa dalam pola bilangan yaitu menentukan pola atau suku ke-
n. Adapun kesulitan siswa dalam belajar ada beragam bentuk kesulitan dalam aktivitas
mendegarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan atau dalam berhitung.

Materi pola bilangan merupakan salah satu penalaran indukttif yang sering dijumpai dalam
matematika. Siswa dapat menggunakan penalaran induktif untuk mrncari hubungan
matematika melalui belajar pola. ). Materi pola bilangan adalah salah satu materi yang
dipelajari oleh siswa kelas VIII pada jenjang SMP/MTs sederajat. Materi tersebut merupakan
salah satu materi yang sulit bagi siswa.
Analisis Jawaban Siswa Tiap Butir Soal Berdasarkan Indikator Kemampuan Penalaran
Matematik

Soal nomor

Indikator : Menemukan pola/sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi Soal :

Susunan persegi pada gambar di atas membentuk pola bilangan. Tuliskan bilangan-bilangan yang
menunjukkan banyak persegi untuk pola bilangan di atas sampai suku ke-5! Pola bilangan apa
yang terbentuk?

Berikut adalah jawaban dan hasil wawancara dengan siswa 1.

P : “Menurut kamu apakah soal nomor 1 sulit? Mengapa?” S1 : “Iya bu, karena saya
tidak mengerti polanya.”

P : “Mengapa kamu tidak bisa menentukan polanya?”

S1 : “Saya bingung menentukan pola dari angka-angkanya. Saya tidak memperhatikan saat
ibu menerangkan tadi.”

P : “kalau kamu tidak mengerti lalu dari mana kamu dapat menentukan angka-angka
dari susunan perseginya?”

S1 : “Saya menghitung setiap kotaknya bu.”

Berdasarkan hasil jawaban siswa dan wawancara dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami
kesulitan dalam menentukan pola yang ada pada soal. Dalam wawancara siswa mengatakan
bahwa siswa tersebut tidak memperhatikan guru sehingga siswa tidak dapat menjawab soal
dengan benar,

namun siswa sudah bisa menentukan angka-angka yang merupakan suku dari pola
bilangan yang ditanyakan.

Soal nomor 2

Indikator : Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan/bukti terhadap solusi


kebenaran Soal :

Soal berikut berkaitan dengan pola bilangan persegi.

Tentukan suku ke-15 dan suku ke-20!

Selidikilah, apakah benar 𝑃15 + 𝑃20 = 𝑃25?

Berikut adalah jawaban dan hasil wawancara ;

P : “Menurut kamu apakah soal nomor 2 sulit?’

S1 : “yang bagian A mudah bu, tapi yang bagian B nya sulit.”

P : “Mengapa kamu mengatakan soal bagian B sulit?

S1 : “Saya tidak mengerti bu.”

P : “Lalu mengapa kamu menjawab bahwa pernyataan dari soal itu benar? Dari mana kamu
bisa menentukannya?”

S1 : “Saya hanya mengira-ngira saja bu.”

P : “Bagaimana cara kamu memeperkirakannya? Mengapa tidak diuraikan saja?’ S1


: “Tidak tau bu, saya bingung.”
Hasil pekerjaan siswa pada soal nomor 2 bagian B, siswa hanya menjawab bahwa pernyataan
yang ada pada soal itu benar, namun tidak dilengkapi dengan buktinya. Siswa hanya
mengira-ngira

jawaban saja dan merasa kebingungan dalam menjawab soal. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa kesulitan dalam menyusun pembuktian yang seharusnya diuraikan di dalam
jawabannya.

Soal nomor 3

Indikator : Memperkirakan jawaban dan proses solusi Soal :

Berapakah pola bilangan persegi panjang ke-25?

Berikut adalah jawaban dan hasil wawancara dengan siswa :

P : “Menurut kamu apakah soal nomor 3 termasuk soal yang sulit?”

S : “Menurut saya soalnya sedikit sulit.”

P : “Mengapa kamu mengatakan soal itu sulit?”

S : “Karena saya angkanya besar bu, jadi ngitungnya susah.”

P : “Dalam jawaban yang kamu buat, kamu menuliskan rumusnya, tapi ketika
memasukkan angka kedalam rumusnya tidak sesuai. Mengapa ?”

S : “Saya tidak tahu rumusnya bu.”

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa pada soal nomor 3 terlihat bahwa siswa kesulitan
menjawab soal yaitu dalam menghitung angka. Selain itu siswa juga tidak mengetahui rumus
yang seharusnya dipakai untuk menentukan pola persegi panjang yang ditanyakan.

Soal nomor 4

Indikator : menggunakan pola hubungan untuk menanalisis situasi matematika soal :


Gambar 1 pada pola di atas terbentuk dari pola bilangan segitiga, yaitu T3 dan T4, sedangkan
Gambar

2 terbentuk dari T4 dan T5. Bangun apa yang terbentuk dari gabungan pola bilangan segitiga
tersebut?

Berikut adalah jawaban dan hasil wawancara dengan siswa :

P : “ Apakah kamu mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal nommor 4?” S : “Iya
bu.”

P : “Mengapa? Bagian mana yang kamu rasa sulit?” S : “Saya tidak tahu rumusnya
bu.”

P : “Menurut kamu apakah untuk menjawab soal nomor 4 harus menggunakan rumus?” S
: “Iya bu, kan ada polanya.”

P : “Tapi kan yang ditanyakan pada soal hanya bangun ruang apa yang terbentuk dari
gabungan pola bilangan tersebut?”

S : “Oh gitu bu, mungkin saya kurang paham.”

Berdasarkan hasil pekerjaan siswa pada soal nomor 4, terlihat bahwa siswa tidak memahami
sifat dan pola bilangan sehingga jawaban siswa salah. Siswa kesulitan dalam menjawab soal
dikarenakan siswa terlalu focus pada padahal untuk menjawab soal tidak memerlukan rumus
hanya perlu mengamati pola yang ada pada gambar.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang
dialami siswa dalam menyelesaikan soal kemampuan penelaran pada materi pola bilangan
adalah :

Siswa kesulitan untuk menentukan pola yang ada pada soal.

Siswa kesulitan dalam merumuskan generalisasi dari keteraturan/pola bilangan.

Siswa terlalu fokus pada rumus.

SOLUSI ATAU INOVASI DALAM PEMBELAJARAN POLA BILANGAN

Dalam pembelajaran matematika di pendidikan menengah tidaklah cukup hanya diberikan


sejumlah besar pengetahuan kepada para siswa. Siswa perlu memiliki keterampilan untuk
membuat pilihan-pilihan dan menyelesaikan berbagai masalah dengan menggunakan
penalaran logis yang dimilikinya.

Tujuan pembelajaran matematika tidak hanya dimaksudkan agar siswa terampil


melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, tetapi juga untuk
mengusahakan agar siswa mampu menggunakan keterampilan tersebut untuk berpikir
menyelesaikan masalah (problem solving).
Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah dengan
memberikan sejumlah keterampilan problem solving (pemecahan masalah). Keterampilan
menyelesaikan masalah tersebut akan dicapai siswa jika dalam pembelajaran guru
mengkondisikan siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya dan memfasilitasi siswa
untuk melakukan aktivitas belajar yang melibatkan pemecahan masalah.
Namun sayangnya, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa belum terbiasa
menyelesaikan soal berbentuk pemecahan masalah. Guru biasanya memberikan soal-soal rutin
sebagai soal evaluasi, sehingga kemampuan berpikir siswa tidak berkembang. Siswa biasanya
diberikan soal dalam bentuk kalimat matematika, sehingga dalam proses penyelesiannya, siswa
hanya cukup mencari dengan rumus yang telah diajarkan. Siswa tidak menganalisis terlebih
dahulu apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal serta bagaimana rencana penyelesaiannya.
Sekarang ini istilah strategi yang digunakan dalam hubungannya dengan kinerja
aritmetik memiliki konotasi yang jauh lebih luas. Istilah ini secara bebas digunakan untuk
mengetahui “bagaimana tugas-tugas aritmetika dikerjakan secara mental” (Ostad, 1997: 32).
Dalam definisi yang paling sederhana dan paling jelas, strategi adalah perilaku pemecahan soal
yang terorganisasi yang diarahkan pada pencapaian sebuah tujuan.
Ada beberapa strategi pemecahan masalah yang dikenal dan dikemukakan oleh
beberapa ahli pendidikan matematika. Beberapa strategi yang sering digunakan menurut Polya
dan Pasmep (dalam Shodiq,2004: 13) adalah sebagai berikut.
a. Mencoba-coba

Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan masalahnya
dengan mencoba-coba (trial and error).
b. Membuat diagram
Strategi ini berkait dengan pembuatan sket atau gambar untuk mempermudah memahami
masalahnya dan mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaiannya.
c. Mencobakan pada soal yang lebih sederhana

Strategi ini berkaitan dengan penggunaan contoh-contoh khusus yang lebih mudah dan lebih
sederhana, sehingga gambaran umum pemecahan masalahnya akan lebih mudah dianalisis dan
akan lebih mudah ditemukan.
d. Membuat tabel

Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran kita,
sehingga segala sesuatunya tidak hanya dibayangkan oleh otak.
e. Menemukan pola

Strategi ini berkaitan dengan pencarian keteraturan-keteraturan (pola). Dengan keteraturan


yang didapat, akan memudahkan kita untuk menemukan penyelesaian masalahnya.
f. Berfikir logis

Strategi ini berkaitan dengan pemakaian penalaran ataupun penarikan kesimpulan yang sah
atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada. Logika formal merupakan dasar dari
matematika murni dan bukti-bukti deduktif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua butir yang disarankan oleh
para pakar dalam pemecahan masalah pasti muncul sebagai strategi. Beberapa hal yang harus
dilakukan adalah memahami masalahnya secara teliti, membedakan mana yang merupakan hal
yang diketahui dan mana yang merupakan masalah yang harus dipecahkan. Dari kedua hal
tersebut dicari jembatan yang menghubungkan antara yang ditanyakan dan yang diketahui.
Seseorang akan dengan lebih mudah memecahkan masalah hanya jika sering menghadapi
masalah yang beragam dasar strategi penyelesaiannya.

Untuk memecahkan masalah di atas, ada empat strategi yang dapat menghasilkan
jawaban benar yang digunakan siswa kelas X SMA Negeri 2 Pontianak. Dalam hal ini, siswa
dibagi dalam tiga kelompok tingkat kemampuan, yaitu tingkat kemampuan atas, menengah,
dan bawah. Berikut ini disajikan strategi solusi yang digunakan siswa.
Strategi solusi I

Pada strategi ini, siswa menjawab dengan menemukan pola jumlah tiap kelompok
yang datang,yaitu pola bilangan ganjil, membentuknya menjadi barisan bilangan, kemudian
menjumlahkannya. Strategi ini ditunjukkan sebagai berikut:
Tamu yang datang:

1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 35, 37, 39

Sehingg banyak tamu yang datang adalah

1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + 13 + 15 + 17 + 19 + 21 + 23 + 25 + 27 + 29 + 31 + 33 + 35 +

37 + 39 = 400

Strategi solusi II

Siswa menjawab dengan membuat tabel. Artinya, siswa menuliskan banyaknya tamu dan
urutan bel ke dalam tabel, kemudian menjumlahkan banyak tamu sampai bel ke 20. Strategi ini
ditunjukkan sebagai berikut.
Urutan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Bunyi
Bel
Banyak
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39
Tamu

Jadi, banyak tamu sampai bel ke 20 adalah

1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + 13 + 15 + 17 + 19 + 21 + 23 + 25 + 27 + 29 + 31 + 33 + 35 +

37 + 39 = 400 orang.

Strategi solusi III:

Siswa menjawab dengan mengurutkan atau mendaftarkan banyak tamu pada setiap
bunyi bel, mulai dari bunyi bel pertama sampai bel ke 20. kemudian siswa menjumlahkan
banyak tamu pada masing-masing bel yang berbunyi. Strategi ini ditunjukkan sebagai berikut:
Bel 1 = 1 orang Bel 11 = 21 orang

Bel 2 = 3 orang Bel 12 = 23orang

Bel 3 = 5 orang Bel 13 = 25orang


Bel 4 = 7 orang Bel 14 = 27orang

Bel 5 = 9 orang Bel 15 = 29orang

Bel 6 = 11 orang Bel 16 = 31orang

Bel 7 = 13 orang Bel 17 = 33orang

Bel 8 = 15 orang Bel 18 = 35orang

Bel 9 = 17 orang Bel 10 = 37orang

Bel 10 = 19 orang Bel 20 = 39orang Jadi,


banyak tamu sampai bel 20 adalah 400 orang
Strategi solusi IV:

Siswa menemukan pola dari banyak tamu yang ada. Siswa menentukan banyak tamu
yang datang pada tiap bel. Pada bel berikutnya, siswa menambahkan banyak tamu yang datang
dengan banyak tamu sebelumnya. Pada akhirnya siswa menemukan bahwa polanya adalah
kuadrat dari urutan bel. Strategi ini ditunjukkan sebagai berikut.
1:1 1
2:3 4

3:5 9
4:7 16

5:9 25

Banyak tamu yang datang sampai bel ke 20 adalah pangkat dua dari 20 yaitu 400 orang.

Lebih lengkapnya, strategi solusi yang digunakan siswa dalam pemecahan masalah
pola bilangan dapat dilihat pada Tabel 1.

dalam pemecahan masalah pola bilangan ditemukan empat macam strategi yang
menghasilkan jawaban benar yang digunakan siswa kelas X SMA Negeri 2 Pontianak dalam
menyelesaikan masalah pola bilangan. Keempat strategi tersebut adalah Strategi solusi I (pola
bilangan ganjil), Strategi solusi II (tabulasi), Strategi solusi III (mendaftar), dan Strategi solusi
IV (pola bilangan kuadrat).
Adanya kesalahan pada solusi yang diberikan siswa karena kekeliruan mereka dalam
memahami soal. Kesalahan perhitungan juga terjadi karena siswa tidak mengecek kembali
jawaban mereka. Siswa juga cenderung menggunakan strategi yang biasa dicontohkan oleh
guru. Guru hendaknya dapat membiasakan siswa menyelesaikan soal- soal pemecahan masalah.
Selain itu, guru tidak langsung memberikan contoh sekaligus jawaban, tetapi membiasakan
siswa untuk menggali kreatifitas mereka dalam menyelesaikan suatu persoalan matematika
dengan berbagai strategi. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna dan siswa akan
lebih memahami konsep atau materi yang diajarkan.
Bab III
Penutup
Kesimpulan
Pola bilangan adalah susunan angka-angka yang membentuk pola tertentu, misalnya segitiga,
garis lurus, persegi, dan masih banyak lainnya.

Macam pola bilangan


1. Pola bilangan persegi panjang
2. Pola bilangan persegi
3. Pola bilangan segitiga
4. Pola bilangan pascal

lihat kesulitan siswa dalam pola bilangan yaitu menentukan pola atau suku ke-n. Adapun
kesulitan siswa dalam belajar ada beragam bentuk kesulitan dalam aktivitas mendegarkan,
bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan atau dalam berhitung.

Materi pola bilangan merupakan salah satu penalaran indukttif yang sering dijumpai dalam
matematika. Siswa dapat menggunakan penalaran induktif untuk mrncari hubungan
matematika melalui belajar pola. ). Materi pola bilangan adalah salah satu materi yang
dipelajari oleh siswa kelas VIII pada jenjang SMP/MTs sederajat. Materi tersebut merupakan
salah satu materi yang sulit bagi siswa.

Dalam pembelajaran matematika di pendidikan menengah tidaklah cukup hanya diberikan


sejumlah besar pengetahuan kepada para siswa. Siswa perlu memiliki keterampilan untuk
membuat pilihan-pilihan dan menyelesaikan berbagai masalah dengan menggunakan
penalaran logis yang dimilikinya.

Tujuan pembelajaran matematika tidak hanya dimaksudkan agar siswa terampil


melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, tetapi juga untuk
mengusahakan agar siswa mampu menggunakan keterampilan tersebut untuk berpikir
menyelesaikan masalah (problem solving).
Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa adalah dengan
memberikan sejumlah keterampilan problem solving (pemecahan masalah). Keterampilan
menyelesaikan masalah tersebut akan dicapai siswa jika dalam pembelajaran guru
mengkondisikan siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya dan memfasilitasi siswa
untuk melakukan aktivitas belajar yang melibatkan pemecahan masalah.
Daftar pustaka
https://files1.simpkb.id/guruberbagi/rpp/150743-1600864131.pdf

sereliciouz, 2020https://www.quipper.com/id/blog/mapel/matematika/pola-bilangan-
matematika-kelas-8/, 8 juli 2020

sagita nur ariyanti, wahyu setiawan,


http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?
article=910057&val=13787&title=ANALISIS%20KESULITAN%20SISWA
%20SMP%20KELAS%20VIII%20DAL%20AM%20MENYELESAIKAN
%20SOAL%20POLA%20BILANGAN%20BERDASARKAN%20KEMAMPUAN
%20PENALARAN%20MATEMATIK, 02 februari

tamsil mufakat, 2020, https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/18941-Full_Text.pdf,


desember 2020

nurmaningsih, 2014, file:///C:/Users/acer%20pc/Downloads/703-2741-1-SM%20(2).pdf,


2 desember 2014

Anda mungkin juga menyukai