Anda di halaman 1dari 8

1.

Latar Belakang Lahirnya Teori Polya


Polya layak disebut matematikawan paling berpengaruh pada
abad 20. Riset mendasar yang dilakukan pada bidang analisis
kompleks, fisika matematikal, teori probabilitas, geometri dan
kombinatorik banyak memberi sumbangsih bagi perkembangan
matematika. Sebagai seorang guru yang piawai, minat mengajar dan
antusiasme tinggi tidak pernah hilang sampai akhir hayatnya. Semasa
di Zurich, karya-karya di bidang matematika sangat beragam dan
produktif. Tahun 1918, mengarang makalah tentang deret, teori
bilangan, sistem voting dan kombinatorik. Tahun berikutnya,
menambah dengan topik-topik seperti astronomi dan probabilitas.
Meskipun pikiran sepenuhnya ditumpahkan untuk topik-topik di atas,
namun Polya mampu membuat hasil mengesankan pada fungsi-fungsi
integral.
Tahun 1933, Polya kembali mendapatkan Rockefeller Fellowship dan
kali ini dia pergi ke Princeton. Saat di Amerika, Polya diundang oleh
Blichfeldt untuk mengunjungi Stanford yang menarik minatnya.
Kembali ke Zurich pada tahun 1940, namun situasi di Eropa
menjelang perang dunia II, memaksa Polya kembali ke Amerika.
Bekerja di universitas Brown dan Smith College selama 2 tahun,
sebelum menerima undangan dari Stanford yang diterimanya dengan
senang hati. Sebelum meninggalkan Eropa, Polya sempat mengarang
buku How to Solve It yang ditulis dalam bahasa Jerman. Setelah
mencoba menawarkan ke berbagai penerbit akhirnya dialihbahasakan
ke dalam bahasa Inggris sebelum diterbitkan oleh Princeton. Buku ini
ternyata menjadi buku best seller yang terjual lebih dari 1 juta copy
dan kelak dialihbahasakan ke dalam 17 bahasa. Buku ini berisikan
metode-metode sistematis guna menemukan solusi atas masalah yang
dihadapi dan memungkinkan seseorang menemukan pemecahannya
sendiri karena memang sudah ada dan dapat dicari.

B.     Pengertian dan Ciri-ciri Teori Belajar Polya dalam


Pembelajaran Matematika
Newell dan Simon  menulis bahwa, Seseorang dihadapkan
dengan masalah ketika menginginkan suatu dialog dan tidak tahu
dengan serangkaian tindakan apa yang harus lakukan untuk
mendapatkannya. 
Polya mendefinisikan problem solvingsebagai pencarian
beberapa tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan yang jelas
dipahami, tetapi tidak segera dicapai. Dimana tidak ada kesulitan,
maka tidak ada masalah. Menurut Michaelis  adalah aktivitas atau
proses yang dilakukan untuk individu mencari solusi akan suatu
masalah. Adapun menurut Fisher problem solvingadalah suatu
proses dimana anak dapat belajar untuk menggunakan pengetahuan
mereka, berdasarkan konsep proses keterampilan yang ada pada diri
anak. Keterampilan yang harus dimiliki anak adalah kritis, kreatif
dalam proses strategis seperti mengamati, perancangan,
pengambilan keputusan, kerjasama kelompok, pengungkapan
pendapat, menerapkan proses mengevaluasi solusi.
Dari beberapa pernyataan tersebut dapat dikatakan Problem
solving sebagai rangkaian tindakan yang tepat digunakan untuk
mencapai tujuan. Untuk memperoleh kemampuan dalam
pemecahan masalah, seseorang harusmemiliki banyak pengalaman
dalam memecahkan  berbagai masalah. Berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa anak yang diberi banyak latihan memiliki nilai
lebih tinggi dalam tes problem solvingdibandingkan anak yang
lebih sedikit latihannya. 
Problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan
masalah menjadikan sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis
proses disintesis dalam, usaha mencari pemecahan atau jawabannya
masalah oleh siswa. Jadi ini memberikan tekanan pada
terselesaikannya suatu masalah secara menalar. problem
solvingdapat berlangsung bila seseorang dihadapkan suatu
persoalan pada yang didalamnya terdapat sejumlah jawaban
kemungkinan. Upaya menemukan jawaban itu kemungkinan
merupakan suatu proses pemecahan masalah. 
Prosesnya dapat berlangsung melalui suatu diskusi, atau suatu
penemuan melaui pengumpulan data, diperoleh baik dari percobaan
(eksperimen) atau data dari lapangan. Belajar problem solving
dapat berlangsung proses belajar dalam, yang berkaitan ilmu-ilmu
dengan sosial, ilmu-ilmu kealaman, maupun dalam, matematika.
Oleh sebab bentuk belajar ini menekankan pada penemuan
pemecahan masalah, maka pembelajaran bertujuan membentuk
kemampuan yang memecahkan masalah, lebih menekankan
penyajian bahan pada dalam, bentuk masalah penyajian yang
menuntut proses penemuan pemecahan masalah. 
Problem solving menekankan pada kegiatan belajar siswa yang
yang optimal bersifat, dalam, upaya pemecahan menemukan
jawaban atau terhadap suatu permasalahan semacam ini
memungkinkan belajar siswa mencapai pemahaman terhadap apa
yang tinggi yang dipelajari. Disamping itu, proses belajar
menekankan prinsip-prinsip pada berpikir ilmiah, yang bersifat
kritis proses analitis. Dengan demikian, diharapkan menguasai
siswapun prosedur melakukan penemuan ilmiah, proses mampu
melakukan proses berpikir analitis. 
 Ciri-ciri utama problem solvingadalah sebagai berikut:
1.         Suatupengajuanpertanyaanataumasalah
2.         Memusatkanketerkaitanantardisiplin
3.         Menghasilkankaryakerjasama proses peragaan. 

3.LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH


MENURUT POLYA

Hidup manusia selalu dihadapkan pada masalah, diantaranya


masalah dibidang pendidikan. Seorang siswa harus memiliki
kemampuan pemecahan masalah khusunya dalam belajar matematika.
Pemecahan masalah dalam belajar matematika membutuhkan cara
atau langkah yang tepat dan beruntut agar mempermudah siswa dalam
menyelesaikan masalahnya. Adapun langkah pemecahan masalah
menurut George Polya yang dapat digunakan siswa agar
mempermudah dalam menyelesaikan masalahnya, yaitu:
1) Memahami masalah, langkah ini meliputi menentukan apa yang
diketahui dan ditanyakan dan
memberikan keterangan tentang soal apakah cukup mencari apa yang
ditanyakan.
2) Merencanakan penyelesaian masalah, langkah ini meliputi
mengidentifikasi masalah kemudian
mencari cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
3) Melaksanakan penyelesaian masalah, pada langkah ini ditekankan
pelaksanaan rencana penyelesaian
dengan memeriksa setiap langkah apakah sudah benar atau belum dan
membuktikan serta
melaksanakan sesuai rencana yang dibuat.
4) Memeriksa kembali hasil, langkah ini dilaukan dengan memeriksa
kebenaran jawaban, dicari dengan cara yang lain dan dapatkah
jawaban atau cara tersebut digunakan untuk soal-soal lain

4.Strategi atau TeknikTeori Belajar Polya dalam Pembelajaran  


Matematika
 Menurut Polya beberapa strategi dalam pemecahan masalah antara
lain:
1. Mencoba-coba
Strategi ini biasanya digunakan untuk mendapatkan  gambaran
umum pemecahan masalah (trial and error). Proses mencoba-coba ini
tidak akan selalu berhasil, adakalanya gagal. Proses mencoba-coba
dengan menggunakan suatu analisis yang tajam sangat dibutuhkan
pada penggunaan strategi ini.
2. Membuat diagram
Strategi ini berkait dengan pembuatan gambar untuk
mempermudah memahami masalah dan mempermudah mendapatkan
gambaran umum penyelesaiannya. Dengan strategi ini, hal-hal yang
diketahui tidak sekedar dibayangkan namun dapat dituangkan ke atas
kertas.
3. Mencobakan pada soal yang lebih sederhana
Strategi ini berkait dengan penggunaan contoh-contoh khusus
yang lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga gambaran umum
penyelesaian masalah akan lebih mudah dianalisis  dan akan lebih
mudah ditemukan.
4. Membuat tabel
Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis
permasalahan atau jalan pikiran, sehingga segala sesuatunya tidak
hanya dibayangkan saja. 

5. Menemukan pola
Strategi ini berkait dengan pencarian keteraturan-keteraturan.
Keteraturan yang sudah diperoleh  akan lebih memudahkan  untuk
menemukan penyelesaian masalahnya.
6. Memecah tujuan
Strategi ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang 
hendak dicapai. Tujuan pada bagian ini dapat digunakan sebagai batu
loncatan untuk mencapai tujuan yang sebenarnya.
7. Memperhitungkan setiap kemungkinan
Strategi ini berkait dengan penggunaan aturan- aturan yang
dibuat sendiri oleh para pelaku selama proses pemecahan masalah
berlangsung sehingga dapat dipastikan tidak akan ada satu alternatif
yang terabaikan.
8. Berpikir logis
Strategi ini berkaitan dengan penggunaan penalaran ataupun
penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi
atau data yang ada.
9. Bergerak dari belakang
Dalam strategi ini proses penyelesaian masalah dimulai dari apa
yang ditanyakan, bergerak menuju apa yang diketahui. Melalui proses
tersebut dianalisis untuk dicapai pemecahan masalahnya.
10. Mengabaikan hal yang tidak mungkin
Dalam strategi ini setelah memahami masalah dengan
merumuskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Bila
ditemukan hal yang tidak berhubungan dengan apa yang diketahui
dan apa ditanyakan sebaiknya diabaikan.

5.Kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Polya dalam


Pembelajaran 
    Matematika
Kelebihan dariTeori Belajar Polya dalam Pembelajaran
Matematika adalah sebagai berikut: 
1.   Problem solvingmerupakan pemecahan masalahyang bagus untuk
memahami  pelajaran.
2.   Dapat meningatkan aktifitas siswa  dalam pembelajaran.
3.    Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat
membiasakan para siswa  menghadapi dan memecahkan masalah
secara terampil.
4. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa
secara kreatif, menyeluruh, dan membiasakan siswa untuk
berani thingking out of the box (berfikir lain daripada yang
lain) karena dalam proses belajarnya siswa banyak melakukan mental
dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka
mencari pemecahan masalah.
5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia kehidupan sehari. 
6. Problem solving ini perlu dibiasakan pada diri siswa sebab kenyataan
hidup manusia pada hakekatnya memerlukan keahlian ini untuk
memecahkan secara cerdas serangkaian masalah yang dia hadapi.
Kelemahan teori belajar polya dalam pembelajaran matematika
adalah sebagai berikut:
1.      Kurangnya kesiapan guru dalam proses untuk berkolaborasi
memecahkan masalah.
2.      Proses belajar merngajar dengan menggunakan metode ini
membutuhkan waktu yang lama dan sering terpaksa mengambil
waktu pelajaran lain.
3.    Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya tidak sesuai
dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolahan dan kelasnya.
4.   Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi berakar dengan banyak berfikir
memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok yang kadang-
kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan
tersendiri bagi siswa.
5.     Kalau di dalam kelompok kemampuan anggotanya heterogen, maka
siswa yang pandai akan mendominasi diskusi sedangkan siswa yang
kurang pandai menjadi pasif sebagai pendengar saja

Anda mungkin juga menyukai