Anda di halaman 1dari 53

TUGAS DDPMIPA

TOPIK: MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM

DISUSUN OLEH :
Tasya Syafa Dwinda (1905124161)

DOSEN PENGAMPU :
PAK Dr. NAHOR M. HUTAPEA, M.Pd

MATA KULIAH: DDPMIPA

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

T.A 2019/2020
BAB I
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

A. Hakikat dan Karakteristik Matematika

1. Hakikat Matematika
a. Pengertian Matematika
1Definisi matematika sangatlah banyak, tetapi belum ada kesepakatan pasti
yang mendefinisikan matematika. Matematika mempunyai definisi yang berbeda
ketika diterapkan pada bidang yang lain. Istilah mathematics (inggris),
mathematik (Jerman), mathematique (Perancis), matematico (itali), matematiceski
(Rusia), atau mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan latin
mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang
berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang
berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science), perkataan mathematike
berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein
yang mengandung arti belajar (berfikir).
2
Menurut Russeffendi (1980), matematika lebih menekankan kegiatan
dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil
observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang
berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran. Pada awalnya cabang
matematika yang ditemukan adalah Aritmatika atau Berhitung, Aljabar, Geometri.
Setelah itu, ditemukan Kalkulus, Statistika, Topologi, Aljabar Abstrak, Aljabar
Linear, Himpunan, Geometri Linier, Analisis Vektor, dan sebagainya.
Beberapa definisi para ahli mengenai matematika antara lain :
1) Menurut Abraham S Lunchins dan Edith N Luchins (Erman
Suherman, 2001) : Matematika dapat dijawab secara berbeda-beda
tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, dimana dijawabnya,
siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang termasuk
dalam matematika.

1
Erman Suherman. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia
2
HAKIKAT_MATEMATIKA.pdf
3
2) Mustafa (Tri Wijayanti, 2011) : Matematika adalah ilmu tentang
kuantitas, bentuk, susunan, dan ukuran, yang utama adalah metode
dan proses untuk menemukan dengan konsep yang tepat dan lambang
yang konsisten,sifat dan hubungan antara jumlah dan ukuran,
baik secara abstrak, matematika murni atau dalam keterkaitan
manfaat pada matematika terapan.
3) Russefendi (1988) : Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur
yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-
dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku
secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
4) James dan James (1976) : Matematika adalah ilmu tentang logika,
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga
bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi ada pendapat
yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian
yaitu aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika
mencakup teori bilangan dan statistika.
5) Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972) : Matematika adalah
pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian yang logis,
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat , jelas dan akurat representasinya dengan
simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada
mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang
terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif
berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau
teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang
keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni,
keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.

3
Diandametinambunan.wordpress.com
6) Reys - dkk (1984) : Matematika adalah telaahan tentang pola dan
hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan
suatu alat.
7) Kline (1973) : Matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang
dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu
terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai
permasalahan sosial, ekonomi, dan alam

b. Matematika sebagai Ilmu Deduktif


Menurut Sumardyono (2004:28), matematika sebagai pola pikir deduktif.
Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya
suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya
apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum). Matematika dikenal sebagai
ilmu deduktif, karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam matematika
berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode
pencarian kebenaran yang dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan
cara induktif (pengamatan). Walaupun dalam matematika mencari kebenaran itu
dapat dimulai dengan cara induktif, tetapi seterusnya generalisasi yang benar
untuk semua keadaan harus dapat dibuktikan dengan cara deduktif. Dalam
matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima
kebenarannya sesudah dibuktikan secara deduktif. Berikut adalah beberapa contoh
pembuktian dalil atau generalisasi pada matematika.
Contoh 1 : Bilangan ganjil ditambah bilangan ganjil adalah bilangan
genap. Misalnya kita ambil beberapa buah bilangan ganjil, baik ganjil positif, atau
ganjil negatif yaitu 1, 3, -5, 7.

+ 1 3 -5 7

1 2 4 -4 8

3 4 6 -2 10

-5 -4 -2 -10 2
7 8 10 2 14

Dari tabel di atas, terlihat bahwa untuk setiap dua bilangan ganjil jika
dijumlahkan hasilnya selalu genap. Dalam matematika hasil di atas belum
dianggap sebagai suatu generalisasi,walaupun anak membuat contoh-contoh
dengan bilangan yang lebih banyak lagi. Pembuktian denganc ara induktif ini
harus dibuktikan lagi dengan cara deduktif.
Pembuktian secara deduktif sebagai berikut: Misalkan a dan b adalah
sembarang bilangan bulat, maka 2a bilangan genap dan 2b bilangan genap, maka
2a+1 bilangan ganjil dan 2b+1 bilangan ganjil.
Jika dijumlahkan : (2a + 1) + (2b + 1) = 2a + 2b + 2
= 2(a + b + 1)
Karena a dan b bilangan bulat maka (a + b + 1) juga bilangan bulat,
sehingga 2(a + b + 1) adalah bilangan genap. Jadi, bilangan ganjil + bilangan
ganjil = bilangan genap (generalisasi).

4
Contoh 2 : Jumlah ketiga sudut dalam sebuah segitiga sama dengan 1800.
Misalnya siswa mengukur ketiga sudut sebuah segititga dengan busur derajat dan
menjumlahkan ketiga sudut tersebut, ternyata hasilnya sama dengan 1800.
Walaupun proses pengukuran dan penjumlahan ketiga sudut ini diberlakukan
kepada segitiga-segitiga yang lain dan hasilnya selalu sama dengan 180 0, tetap
kita tidak dapat menyimpulkan bahwa jumlah ketiga sudut dalam sebuah segitiga
sama dengan 1800, sebelum membuktikan secara deduktif.
Pembuktian secara deduktif sebagai berikut :

4
MODEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA/Kegiatan_Belajar_1.pdf
Garis a // garis b, dipotong oleh garis c dan garis d, maka terbentuk ∠1 , ∠2 , ∠3 ,
∠4 , ∠5.
∠ 1 + ∠ 2 + ∠ 3 = 1800 (membentuk sudut lurus)
∠1 = ∠4 (sudut-sudut bersebrangan dalam)
∠3 = ∠5 (sudut-sudut bersebrangan dalam)
Maka : ∠ 1 + ∠ 2 + ∠ 3 = ∠ 4 + ∠ 2 + ∠ 5 = 1800
Karena ∠ 4 + ∠ 2 + ∠ 5 merupakan jumlah dari ketiga buah sudut pada sebuah
segitiga, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah ketiga sudut dalam sebuah
segitiga sama dengan 1800.
Kesimpulan yang didapat dengan cara deduktif ini barulah dapat dikatakan
dalil atau generalisasi. Dalil-dalil dan rumus matematika itu ditentukan secara
induktif (eksperimen), tetapi begitu suatu dalil ditemukan maka generalisasi itu
harus dibuktikan kebenarannya secara deduktif.

c. Matematika sebagai Ilmu Terstruktur


Menurut Ruseffendi (Tim MKPBM, 2001;25) matematika mempelajari
tentang pola keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Konsep-konsep
matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistimatis mulai dari
konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Oleh
karena itu untuk mempelajari matematika, konsep sebelumnya yang menjadi
prasyarat, harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami topik atau konsep
selanjutnya.
Dalam pembelajaran matematika guru seharusnya menyiapkan kondisi
siswanya agar mampu menguasai konsep-konsep yang akan dipelajari mulai dari
yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Contohnya, seorang siswa yang
akan mempelajari sebuah volume kerucut haruslah mempelajari mulai dari
lingkaran, luas lingkaran, bangun ruang dan akhirnya volume kerucut. Untuk
dapat mempelajari topik volume balok, maka siswa harus mempelajari rusuk atau
garis, titik sudut, sudut, bidang datar persegi dan persegi panjang, luas persegi dan
persegi panjang, dan akhirnya volume balok.
Matematika adalah ilmu terstruktur yang terorganisasikan, karna
matematika dimulai dari unsur yang tidak didefenisikan, lalu unsur yang
didefenisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya pada teorema (Russeffendi,
1980). Struktur matematika adalah sebagai berikut:
1) Unsur-unsur yang tidak didefinisikan
Misal : titik, garis, lengkungan, bidang, bilangan dll. Unsur-unsur ini
ada, tetapi tidak dapat didefinisikan.
2) Unsur-unsur yang didefinisikan
Misal : sudut, persegi panjang, segitiga, balok, lengkungan tertutup
sederhana, bilangan ganjil, pecahan desimal, FPB dan KPK, dan
sebagainya.
3) Aksioma dan postulat
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan unsur-unsur yang
didefinisikan dapat dibuat asumsi-asumsi yang dikenal dengan
aksioma atau postulat. Misalnya:
 Melalui 2 titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis.
 Semua sudut siku-siku satu dengan lainnya sama besar.
 Melalui sebuah titik hanya dapat dibuat sebuah garis yang tegak
lurus ke sebuah garis yang lain.
 Sebuah segitiga tumpul hanya mempunyai sebuah sudut yang lebih
besar dari 900.
Aksioma tidak perlu dibuktikan kebenarannya tetapi dapat diterima
kebenarannya berdasarkan pemikiran yang logis.
4) Dalil atau Teorema
Dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan dan aksioma maka disusun
teorema-teorema atau dalil-dalil yang kebenarannya harus dibuktikan
dengan cara deduktif. Misalnya:
 Jumlah 2 bilangan ganjil adalah genap
 Jumlah ketiga sudut pada sebuah segitiga sama dengan 1800
 Jumlah kuadrat sisi siku-siku pada sebuah segitiga siku-siku sama
dengan kuadrat sisi miringnya.
d. Matematika sebagai Ilmu tentang Pola dan Hubungan
5
Menurut Reys, dkk (1984), matematika adalah telaahan tentang pola dan
hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
Matematika sebagai seni yang kreatif. Penalaran yang logis dan efisien serta
perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka
matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir
yang kreatif (Sumardyono, 2004:28). Matematika disebut sebagai ilmu tentang
pola karena pada matematika sering dicari keseragaman seperti keterurutan,
keterkaitan pola dari sekumpulan konsep-konsep tertentu atau model yang
merupkan representasinya untuk membuat generalisasi. Misal:
Jumlah a bilangan genap selamanya sama dengan a2.
Contoh :
a = 1 maka jumlahnya = 1 = 12 .
Selanjutnya 1 dan 3 adalah bilangan-bilangan ganjil yang jumlahnya
adalah 4 = 22. Berikutnya 1, 3, 5, dan 7, maka jumlahnya adalah 16 = 42 dan
seterusnya.
Dari contoh tersebut, maka dapat dibuat generalisasi yang berupa pola
yaitu jumlah a bilangan ganjil yang berurutan sama dengan a2. Matematika
disebut ilmu tentang hubungan karena konsep matematika satu dengan lainnya
saling berhubungan. Misalnya, antara persegi panjang dengan balok, antara
persegi dengan kubus, antara kerucut dengan lingkaran, antara 5 x 6 = 30 dengan
30 : 5 = 6. Antara 102 = 100 dengan √100 = 10. Demikian juga cabang
matematika satu dengan lainnya saling berhubungan seperti aritmatika, aljabar,
geometri dan statistika, dan analisis.

e. Matematika sebagai Bahasa Simbol


6
Matematika adalah bahasa fungsi praktis simbiolis untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan spasial sementara fungsi teoritis

5
HAKIKAT_MATEMATIKA.pdf
6
www.gurupendidikan.co.id/17
adalah untuk memfasilitasi berpikir (Abdurrahman, 2002). Matematika yang
terdiri dari simbol-simbol yang sangat padat arti dan bersifat internasional. Padat
arti berarti simbol-simbol matematika ditulis dengan cara singkat tetapi
mempunyai arti yang luas.
Misal : √9 = 3, 3 + 5 = 8, 3! = 1 × 2 × 3
log⁡100 = 2⁡lim
𝑑𝑦
, 𝑐𝑜𝑠, 𝑡𝑔, 𝑠𝑖𝑛, →, ↔,∪,∩, ⊂, ⊃, =, >, <, ∽, ⋁, ⋀
𝑑𝑥

f. Matematika sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu

Matematika sebagai ratu ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah


sebagai sumber dari ilmu yang lain. Banyak sekali cabang ilmu pengetahuan yang
pengembangan teori-teorinya didasarkan pada pengembangan konsep matematika.
Sebagai contoh, banyak teori-teori dan cabang-cabang dari fisika dan kimia
(modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep kalkulus, khususnya
tentang persamaan differensial. Contoh lain, teori ekonomi mengenai permintaan
dan penawaran yang dikembangkan melalui konsep fungsi dan kalkulus tentang
differensial dan integral.
6
Dari kedudukan matematika sebagai pelayan ilmu pengetahuan, tersirat
bahwa matematika sebagai suatu ilmu yang berfungsi pula untuk melayani ilmu
pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa matematika tumbuh dan berkembang untuk
dirinya sendiri sebagai suatu ilmu dan sebagai penyedia jasa layanan untuk
pengembangan ilmu-ilmu yang lain pula. (Erman Suherman, dkk, 2001:29)

B. Karakteristik Umum Matematika


1. Memiliki objek kajian yang abstrak
7
Matematika mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun tidak
setiap objek abstrak adalah matematika. Sementara beberapa matematikawan
menganggap objek matematika itu "konkret" dalam pikiran mereka, maka kita
dapat menyebut objek matematika secara lebih tepat sebagai objek mental atau

7
Sumardyono,S.Pd. Karakteristik Matematika dan Implikasinya terhadap Pembelajaran
Matematika
pikiran. Ada empat objek kajian matematika, yaitu fakta, operasi (atau relasi),
konsep, dan prinsip.
a. Fakta
Fakta adalah pemufakatan atau konvensi dalam matematika yang biasanya
diungkapkan lewat simbol tertentu.
Contoh 21 (SD) (contoh-contoh fakta)
Simbol "2" secara umum telah dipahami sebagai simbol untuk bilangan
dua. Sebaliknya bila kita menghendaki bilangan dua, cukup dengan
menggunakan simbol "2". Fakta yang lain dapat berupa gabungan dari
beberapa simbol, seperti "3 + 2" yang dipahami sebagai "tiga ditambah
dua", "2 x 3" yang dipahami sebagai "dua kali tiga" yang tentunya berbeda
dengan simbol "3 x 2", "3 x 4 = 12" yang dipahami sebagai "tiga kali
empat sama dengan dua belas", "2 < 3" yang dipahami sebagai "dua lebih
kecil dari tiga".
Contoh 22 (SMP, SMA) (contoh-contoh fakta yang komplek)
Yang agak komplek fakta seperti "𝜋 ≈ 3,14" yang dipahami sebagai
"bilangan pi mendekati tiga koma satu empat" "23 = 2 x 2 x 2" yang
dipahami sebagai "dua pangkat tiga sama dengan dua kali dua kali dua".
Dalam geometri juga terdapat simbol-simbol tertentu, seperti "⊥" yang
berarti "tegak lurus", simbol "//" yang berarti "sejajar". Dalam trigonometri
kita kenal simbol "∠" yang berarti "sudut", simbol "∆" yang menunjukkan
"segitiga", juga yang agak komplek seperti "sin" yang berarti
"perbandingan atau fungsi sinus". Dalam aljabar, simbol "(a,b)”
menunjukkan "pasangan berurutan", simbol “f” yang dipahami sebagai
"fungsi", dan masih banyak lagi.
Cara mempelajari fakta bisa dengan cara hafalan, drill (latihan terus-
menerus), demontrasi tertulis, dan lain-lain. Namun perlu dicamkan bahwa
mengingat fakta adalah penting tetapi jauh lebih penting memahami konsep yang
diwakilinya. Mengutip istilah Skemp, arti atau konsep yang diwakili oleh simbol
disebut deep structure (struktur dalam), sementara bentuk simbol itu sendiri
merupakan surface strukture (struktur muka).
Rubenstein & Thompson (2000: 268) mengingatkan:

In general, teachers must be aware of the difficulties that symbolism creates


for students. Symbolism is a form of mathematical language that is compact,
abstract, specific, and formal. … . Therefore, opportunities use that language
should be reguler, rich, meaningful, and rewarding.
(Secara umum, guru harus menyadari kesulitan-kesulitan tentang simbol bagi
siswa. Simbolisme merupakan bentuk bahasa matematika yang rapi, abstrak,
khusus, dan formal … Dengan demikian, kesempatan menggunakan bahasa
tersebut seharusnya secara bertahap, kaya, penuh arti, dan bermanfaat).

Dengan demikian dalam memperkenalkan simbol atau fakta matematika


kepada siswa, guru seharusnya melalui beberapa tahap yang memungkinkan siswa
dapat menyerap makna dari simbol-simbol tersebut.
Penggunaan simbol seharusnya secara informal pada tahap awal, untuk
membantu anak tetap pada pola dan hubungan yang dapat mereka pahami. Dalam
hal ini pendekatan enaktif-ikonik-simbolik dari J. Bnuner dapat diterapkan.
Mereka bahkan dapat menggunakan simbol-simbol pilihan mereka sendiri. Hal ini
dipikirkan sebagai suatu cara untuk menjaga partisipasinya dalam proses
penemuan dan formalisasi pengalaman matematika. Hal tersebut juga untuk
menjaga pengalaman belajar dari sekedar hanya latihan mengingat. (Resnick &
Ford, 1981: 122).
Penggunaan fakta yang berupa simbol bila terlalu cepat diberikan kepada
siswa, dapat menyebabkan salah pengertian atau miskonsepsi terhadap simbol
tersebut. Selain itu, penekanan pada aspek teknis berupa perhitungan belaka, juga
dapat menimbulkan miskonsepsi tersebut.
Contoh 23 (SD) (contoh miskonsepsi)
Miskonsepsi yang sering terjadi di SD adalah penggunaan yang kurang
tepat terhadap simbol "=". Siswa sering kali memahami simbol "=" tidak
hanya berarti "sama dengan" tetapi juga "memberi hasil". Bila pengertian
yang terakhir ini melekat pada pikiran siswa, mungkin ia akan menulis
seperti kalimat berikut: 2 + 3 = 5 + 7 = 12 + 4 = 16. Tentu kalimat ini
secara matematis merupakan kalimat yang salah.
Contoh 24 (SMP, SMA) (contoh miskonsepsi)
Siswa sering kali dibimbing hanya menggunakan fakta-fakta matematika,
tanpa memperhatikan pemahamannya. Salah satu contoh adalah
pemahaman terhadap bilangan pi (𝜋). Ada siswa yang memiliki anggapan
22
𝜋 bernilai sama dengan 3,14 atau , bukannya sekedar nilai pendekatan.
7

Ada pula yang lebih parah, menganggap nilai 𝜋 sama deng an 180°, bukan
memahami sebagai kesetaraan antara radian dan derajat.

b. Konsep
Konsep adalah idea abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau
mengkategorikan sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh
konsep atau bukan.
Contoh 25 (SD, SMP, SMA) (contoh tentang konsep)
"Segitiga" adalah nama suatu konsep. Dengan konsep itu kita dapat
membedakan mana yang merupakan contoh segitiga dan mana yang bukan
contoh segitiga. "Bilangan prima" juga nama suatu konsep, yang dengan
konsep itu kita dapat membedakan mana yang merupakan bilangan prima
dan mana yang bukan. Konsep "bilangan prima" lebih komplek dari
konsep "segitiga" oleh karena di dalam konsep "bilangan prima" memuat
konsep-konsep lain seperti "faktorisasi", "bilangan", "satu", dan lain-lain.
Di samping itu, dalam matematika terdapat konsep-konsep yang penting,
seperti "fungsi" dan "variabel". Selain itu terdapat pula konsep-konsep
yang lebih komplek, seperti "matriks", "determinan", "periodik",
"gradien", "vektor", "group", dan "bilangan pi".
Konsep dapat dipelajari lewat definisi atau observasi langsung. Siswa telah
dianggap memahami konsep bila ia dapat memisahkan contoh konsep dari yang
bukan contoh konsep.

1) Definisi
Konsep berhubungan dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang
membatasi konsep. Dengan adanya definisi, orang dapat membuat ilustrasi,
gambar, skema, atau simbol dari konsep yang didefinisikan.

Contoh 26 (SD, SMP, SMA) (contoh definisi)


Konsep "lingkaran" dapat didefinisikan sebagai "kumpulan titik-titik pada
bidang datar yang memiliki jarak yang sama terhadap titik tertentu".
Dengan definisi tersebut maka akan menjadi jelas apa yang disebut
lingkaran. Dengan definisi tersebut pula orang dapat membuat sketsa dari
lingkaran, dan pada kasus ini orang sepakat memilih simbol "⊙" untuk
menunjukkan lingkaran. Apakah definisi lingkaran di atas merupakan satu-
satunya definisi untuk lingkaran? Tentu saja tidak. Di SMA, siswa telah
mengenal pendefinisian lingkaran dengan cara analitik, yaitu
menggunakan koordinat titik (x,y) dalam bidang datar (koordinat
kartesian).

Ada tiga macam definisi yang dikenal:


a) Definisi Analitik
Suatu definisi disebut bersifat analitik apabila definisi tersebut dibentuk
dengan gemus proksimum dan deferensia spesifika (genus: keluarga terdekat,
deferensia spesifika: pembeda khusus)

Contoh 27 (SMP) (contoh definisi analitik)


Perhatikan dua definisi belahketupat berikut ini.
 Belahketupat adalah jajaran genjang yang 2 sisi berdekafan sama
panjang.
 Belahketupat adalah segiempat yang …
Definisi yang pertama menyebutkan genus proksimum jajar genjang,
sedang definisi kedua menyebutkan segiempat sebagai genus proksimum
atau keluarga terdekatnya. Deferensia spesifika-nya adalah sifat yang
disebutkan setelah kata "yang".

b) Definisi Genetik
Suatu definisi dikatakan bersifat genetik apabila pada definisi tersebut
terdapat ungkapan tentang cara terjadinya konsep yang didefinisikan.

Contoh 28 (SD, SMP) (contoh definisi genetik)


Definisi-definisi berikut ini bersifat genetik.
 Segitiga siku-siku adalah segitiga yang terjadi bila suatu persegipanjang
dipotong menurut salah satu garis diagonalnya.
 Jaring-jaring limas adalah bangun yang terjadi bila sisi-sisi limas
direbahkan dengan poros rusuk alas hingga sampai ke bidang pemuat
alasnya.

c) Definisi Dengan Rumus


Definisi dengan rumus adalah definisi yang dinyatakan dengan menggunakan
kalimat matematika.
Contoh 29 (SMP, SMA) (contoh definisi dengan rumus)
Berikut contoh definisi dengan rumus:
 Dalam ilmu bilangan (aritmetika): a – b = a + (-b)
 Dalam aljabar: n! = 1.2.3.4... (n- 2)(n- 1)n, dengan 0! = 1! = 1 (bentuk
definisi ini disebut pula bentuk dengan induksi)

2) Intensi dan Ekstensi suatu Definisi


Sekarang kita tinjau segi lain dari definisi. Dalam suatu definisi terdapat 2 hal
yang disebut intensi atau hal yang nmenjadi fokus dalam pernyataan dan ekstensi
atau hal yang menjadi jangkauan dari pernyataan. Dapat terjadi dua definisi
dengan intensi berbeda tetapi ekstensi yang sama. Untuk lebih jelasnya perhatikan
sebuah contoh di bawah ini.
Contoh 30 (SD, SMP, SMA) (contoh intensi dan ekstensi dari definisi)
(1) Segitiga samasisi adalah segitiga yang sisinya sama.
(2) Segitiga samasisi adalah segitiga yang sudutnya sama.
(3) Segitiga samasudut adalah segitiga yang ketiga sudutnya sama.
(4) Segitiga samasudut adalah segitiga yang ketiga sisinya sama.
Definisi (1) dan (2) mendefinisikan hal yang sama, yaitu segitiga samasisi.
Tetapi atributnya berbeda, yang satu mengutamakan sisi sedang yang lain
mengutamakan sudut. Ini dikatakan bahwa definisi (1) dan (2) memiliki ekstensi
(atau jangkauan) yang sama sedang intensinya berbeda.
Demikian juga terhadap definisi (3) dan (4), yang memiliki ekstensi sama
tetapi intensi berbeda. Bahkan lebih jauh, keempat definisi tersebut di atas juga
memiliki ekstensi yang sama. Adakah segitiga samasisi yang bukan segitiga
samasudut, dan sebaliknya? Tentu jawabnya tidak ada. Keempat definisi tersebut
sama atau disebut ekuivalen.
Berkaitan dengan intensi dan ekstensi suatu definisi, maka definisi suatu
konsep matematika dapat berbagai macam bentuknya. Karena itu, definisi yang
mungkin dikemukakan siswa dapat saja berbeda dengan definisi formal yang
biasa digunakan dalam matematika. Dalam hal ini guru harus jeli melihat
kemungkinan kesamaan dari definisi-definisi tersebut. Guru tidak boleh
menyalahkan definisi yang diberikan siswa bila memang ternyata memiliki
pengertian yang sama. Bila pun salah, guru harus memfasilitasi pikiran siswa
menuju pada definisi yang tepat.

c. Operasi dan Relasi


Operasi adálah pengerjaan hitung. pengerjaan aljabar, dan pengerjaan
matematika lainnya. Sementara relasi adalah hubungan antara dua atau lebih
elemen.
Contoh 31 (SD, SMP) (contoh operasi dan relasi)
Contoh operasi antara lain: "penjumlahan", "perpangkatan", "gabungan",
"irisan", dan lain-lain. Sedang relasi antara lain: "sama dengan", lebih
kecil", dan lain-lain.
Pada dasarnya operasi dalam matematika adalah suatu fungsi yaitu relasi
khusus, karena operasi adalah aturan untuk memperoleh elemen tunggal dari satu
atau lebih elemen yang diketahui. Semesta dari elemen-elemen yang dioperasikan
dengan elemen yang diperoleh dari operasi tersebut bisa sama bisa pula berbeda.
Elemen yang dihasilkan dari suatu operasi disebut hasil operasi. Dalam
matematika dikenal bermacam-macam operasi, yaitu operasi "unair" bila
melibatkan hanya satu elemen yang diketahui, operasi "biner" bila melibatkan
tepat dua elemen yang diketahui, operasi "terner" bila melibatkan tepat tiga
elemen yang diketahui.

Contoh 32 (SD, SMP, SMA) (contoh jenis operasi)


Operasi "penjumlahan", "perkalian", "gabungan", "irisan" termasuk contoh
operasi biner, sementara operasi "pangkat dua", "tambah lima",
"komplemen" termasuk contoh- contoh operasi unair.

Operasi seringkali juga disebut sebagai "skill" (keterampilan), bila yang


ditekankan adalah keterampilannya. Keterampilan ini dapat dipelajari lewat
demonstrasi, drill, dan lain-lain. Siswa dianggap telah menguasai suatu
keterampilan atau operasi bila ia dapat mendemonstrasikan keterampilan atau
operasi tersebut dengan benar.

d. Prinsip
Prinsip adalah objek matematika yang komplek, yang terdiri atas beberapa fakta,
beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi atau pun operasi. Secara
sederhana dapatlah dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai
objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa "aksioma", "teorema" atau "dalil"
"corollary" atau "sifat", dan sebagainya.

Contoh 33 (SD, SMP, SMA) (contoh prinsip)


Sifat komutatif dan sifat asosiatif dalam aritmetika merupakan suatu
prinsip. Begitu pula dengan Teorema Pythagoras. Contoh sebuah aksioma
antara lain "melalui satu titik A di luar sebuah garis g dapat dibuat tepat
sebuah garis yang sejajar garis g”.
Siswa dapat dianggap telah memahami suatu prinsip bila ia memahami
bagaimana prinsip tersebut dibentuk dan dapat menggunakannya dalam situasi
yang cocok. Bila demikian berarti ia telah memahami fakta, konsep atau definisi,
serta operasi atau relasi yang termuat dalam prinsip tersebut.

2. Bertumpu pada Kesepakatan


Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan kesepakatan
atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang telah disepakati
dalam matematika maka pembahasan selanjutnya akan menjadi mudah dilakukan
dan dikomunikasikan.

Contoh 34 (SD, SMP, SMA)


Lambang bilangan yang digunakan sekarang: 1, 2, 3, dan seterusnya
merupakan contoh sederhana sebuah kesepakatan dalam matematika.
Siswa secara tidak sadar menerima kesepakatan itu ketika mulai
mempelajari tentang angka atau bilangan. Termasuk pula penggunaan kata
"satu" untuk lambang "1", atau "sama dengan" untuk "=" merupakan
kesepakatan.

Contoh 35 (SMP, SMA)


Istilah "fungsi" kita batasi pengertiannya sebagai pemetaan yang
mengawankan setiap elemen dari himpunan yang satu ke tepat sebuah
elemen di himpunan yang lain. Mengapa harus menggunakan kata "tepat
satu"? Penggunaan kata "tepat satu" merupakan contoh kesepakatan dalam
matematika. Bila ada pemetaan yang benilai ganda, kita tidak
menyebutnya sebagai fungsi.

Dalam matematika, kesepakatan atau konvensi merupakan tumpuan yang


amat penting. Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma (postulat,
pernyataan pangkal yang tidak perlu pembuktian) dan konsep primitif (pengertian
pangkal yang tidak perlu didefinisikan, undefined term). Aksioma diperlukan
untuk menghindari berputar-putar dalam pembuktian (circulus in probando),
Sedangkan konsep primitif diperlukan untuk menghindari berputar-putar dalam
pendefinisian (circulus in definiendo).
Aksioma dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis; (1) aksioma yang bersifat
"self evident truth", yaitu bila kebenarannya langsung terlihat dari pernyataannya,
dan (2) aksioma yang bersifat "non-self evident truth", yaitu pernyataan yang
mengaitkan fakta dan konsep lewat suatu relasi tertentu. Bentuk terakhir ini lebih
terlihat sebagai sebuah kesepakatan saja.
Beberapa aksioma dapat membentuk suatu sistem aksioma, yang selanjutnya
dapat menurunkan beberapa teorema. Dari satu atau lebih konsep primitif dapat
dibentuk konsep baru melalui pendefinisian.

Contoh 36 (SMP, SMA) (contoh pengertian pangkal dan aksioma)


Titik, garis, dan bidang merupakan unsur-unsur primitif atau pengertian
pangkal dalam geometri euclid. Sementara salah satu aksioma di dalamnya
adalah: "melalui dua buah titik ada tepat satu garis lurus yang dapat
dibuat".

Contoh 37 (SMA) (contoh sistem aksioma)


Group didefinisikan lewat sistem aksioma. Suatu himpunan G dengan
operasi biner * yang memenuhi (1) tertutup, (2) asosiatif, (3) mempunyai
unsur identitas, dan (4) tiap eleman memiliki invers, disebut suatu group,
dan ditulis (G, *). Aksioma tersebut bersifat non-selfevident truth.

3. Berpola Pikir Deduktif


Dalam matematika hanya diterima pola pikir yang bersifat deduktif. Pola
pikir deduktif secara sederhana dapar dikatakan pemikiran yang berpangkal dari
hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus
Pola pikir deduktif ini dapat terwujud dalam bentuk yang amat sederhana
tetapi juga dapat terwujud dalam bentuk yang tidak sederhana.

Contoh 38 (SD) (contoh pola pikir deduktif yang sederhana)


Seorang siswa telah memahami konsep dari "lingkaran". Ketika berada di
dapur ia dapat menggolongkan mana peralatan dapur yang berbentuk
lingkaran dan mana yang bukan lingkaran. Dalam hal ini siswa tersebut
telah menggunakan pola pikir deduktif secara sederhana ketika
menunjukkan suatu peralatan yang berbentuk lingkaran.

Contoh 39 (SMP, SMA) (contoh pola pikir deduktif)


Banyak teorema dalam matematika yang "ditemukan" melalui pengamatan
atau percobaan, seperti misalnya Teorema Pythagoras. Bila hasil
pengamatan tersebut ingin dimasukkan ke dalam struktur matematika
maka hasil tersebut harus dibuktikan secara deduktif untuk menjadi suatu
teorema, tentu saja dengan menggunakan teorema dan definisi terdahulu
yang telah diterima kebenarannya.

Contoh 40 (SMP, SMA) (contoh pola pikir deduktif)


Perhatikan pola jumlah bilangan-bilangan ganjil berikut ini.
1 = 1 × 1 = 12
1 + 3 = 2 × 2 = 22
1 + 3 + 5 = 3 × 3 = 32
1 + 3 + 5 + 7 = 4 × 4 = 42
… dan seterusnya.
Dari pola yang terlihat kemudian disimpulkan bahwa:
1 + 3 + 5 + … + (2n- 1) = n2, n adalah bilangan ganjil.
Penarikan kesimpulan dengan pola pikir induktif di atas tidak dibenarkan
dalam matematika. Pendekatan induktif tersebut tidaklah salah, tetapi
untuk diterima sebagai kebenaran harus dilakukan secara umum
(deduktif).

Salah satu bukti deduktif dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:
1 + 3 + 5 + … + (2n-5) + (2n-3) + (2n-1) = S
(2n-1) + (2n-3) + (2n-5) + … + 5 + 3 + 1 = S
+
2n + 2n + 2n + … + 2n + 2n + 2n = 2S

n.2n = 2S
sebanyak n suku
1
sehingga S = 2 𝑛. 2𝑛 = n2.

4. Konsisten dalam Sistemnya


Dalam matematika terdapat berbagai macam sistem yang dibentuk dari
beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada sistem-sistem yang
berkaitan, ada pula sistem-sistem yang dapat dipandang lepas satu dengan lainnya.
Sistem- sistem aljabar dengan sistem-sistem geometri dapat dipandang lepas satu
dengan lainnya. Di dalam sistem aljabar terdapat pula beberapa sistem lain yang
lebih "kecil" yang berkaitan satu dengan lainnya. Demikian pula di dalam sistem
geometri.

Contoh 41 (SMP, SMA) (contoh sistem aksioma)


Di dalam aljabar terdapat sistem aksioma dalam grup, sistem aksioma
dalam ring, sistem aksioma dalam lapangan (field), dan lain-lain. Di dalam
geometri terdapat sistem geometri netral, sistem geometri insidensi, sistem
geometri Euclides, sistem geometri Lobachevski, dan lain-lain.

Di dalam masing-masing sistem berlaku ketaatazasan atau konsistensi.


Artinya bahwa dalam setiap sistem tidak boleh terdapat kontradiksi. Suatu
teorema atau pun definisi harus menggunakan istilah atau konsep yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam hal
nilai kebenarannya.
Antara sistem atau struktur yang satu dengan sistem atau struktur yang lain
tidak mustahil terdapat pernyataan yang saling kontradiksi.

Contoh 42 (SMA) (contoh dua sistem yang memiliki pernyataan yang


berbeda)
Contoh berikut sangat terkenal dalam matematika. Di dalam sistem geometri
Euclid (geometri "datar", yaitu geometri yang biasa dipelajari di sekolah) dikenal
teorema berikut ini. "Jumlah besar sudut- sudut sebuah segitiga adalah seratus
delapan puluh derajat". Sementara di dalam sistem geometri Riemann (geometri
"lengkung bola", salah satu sistem geometri non-euclides), salah satu teorema
berbunyi. "Jumlah besar sudut-sudut sebuah segitiga lebih (besar) dari seratus
delapan puluh derajad". Perhatikan ilustrasi berikut untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas.
5. Memiliki simbol yang kosong dari arti
Karakteristik ini dapat dipandang termasuk ke dalam karakteristik butir A.
Tetapi di sini akan dibahas tersendiri agar dapat dipahami lebih utuh.
Di dalam matematika banyak sekali terdapat simbol baik yang berupa huruf
Latin, huruf Yunani, maupun simbol-simbol khusus lainnya. Simbol-simbol
tersebut membentuk kalimat dalam matematika yang biasanya disebut model
matematika. Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan,
maupun fungsi. Selain itu ada pula model matematika yang berupa gambar
(pictorial) seperti bangun- bangun geometrik, grafik, maupun diagram.

Contoh 43 (SD, SMP, SMA) (contoh simbol yang kosong dari arti)
Model matematika, seperti x + y = z tidak selalu berarti bahwa x, y, dan z
berarti bilangan. Secara sederhana, bilangan-bilangan yang biasa
digunakan dalam pembelajaran pun bebas dari arti atau makna real.
Bilangan tersebut dapat berarti panjang, jumlah barang, volume, nilai
uang, dan lain-lain tergantung pada konteks di mana bilangan itu
diterapkan.
Bahkan tanda “+” tidak selalu berarti operasi tambah untuk dua bilangan,
bisa jadi operasi untuk vektor, matriks, dan lain-lain.

Jadi secara umum, model/simbol matematika sesungguhnya kosong dari arti.


la akan bermakna sesuatu bila kita mengkaitkannya dengan konteks tertentu.
Secara umum, hal ini pula yang membedakan simbol matematika dengan simbol
bukan matematika. Kosongnya arti dari model-model matematika itu merupakan
"kekuatan" matematika, yang deagan sifat tersebut ia bisa masuk pada berbagai
macam bidang kehidupan, dari masalah teknis, ekonomi, hingga ke bidang
psikologi.
Walaupun demikian, kebanyakan siswa masih cukup kuat terikat dengan
makna yang pertama kali atau yang biasa diajarkan oleh gurunya. Hal ini seperti
yang pernah dikeluhkan oleh matematikawan Whitehead, "Yang paling sukar
untuk menjelaskan kepada seseorang yang baru belajar matematika ialah bahwa x
itu sama sekali tidak berarti" (Jujun, 2002: 190). Maka dari itu, guru harus
senantiasa waspada pada pengertian yang dipakai oleh siswa dalam mempelajari
suatu topik bahasan matematika.

6. Memperhatikan Semesta Pembicaraan


Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol matematika, maka
bila kita menggunakannya kita seharusnya memperhatikan pula lingkup
pembicaraannya. Lingkup atau sering disebut semesta pembicaraan bisa sempit
bisa pula luas. Bila kita berbicara tentang bilangan-bilangan, maka simbol-simbol
tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula. Begitu pula bila kita berbicara
tentang transformasi geometris (seperti translasi, rotasi, dan lain-lain) maka
simbol-simbol matematikanya menunjukkan suatu transformasi pula.
Benar salahnya atau ada tidaknya penyelesaian suatu soal atau masalah, juga
ditentukan oleh semesta pembicaraan yang digunakan. Berikut ini beberapa
contoh sederhana.

Contoh 44 (SD, SMP) (contoh penggunaan lingkup pembicaraan)


Dalam semesta himpunan bilangan bulat, terdapat model 2x = 3. Adakah
penyelesaiannya? Bila diselesaikan seperti biasa, tanpa menghiraukan
semesta pembicaraanya, maka diperoleh x = 1,5. Tetapi 1,5 bukan
bilangan bulat. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa model tersebut tidak
memiliki penyelesaian dalam semesta pembicaraan bilangan bulat. Atau
sering dikatakan penyelesaiannya adalah "himpunan kosong".
Contoh 45 (SMA) (contoh penggunaan lingkup pembicaraan)
Dalan semesta pembicaraan vektor di bidang datar, terdapat model 𝑎 +
⁡𝑏 = ⁡ 𝑥. Di sini jelas bahwa huruf-huruf tersebut tidak berarti bilangan,
tetapi harus berarti suatu vektor. Dalam hal ini bila vektor a dan b telah
diketahui maka kita dapat menentukan vektor x dengan berbagai cara,
salah satunya secara geometris seperti di bawah ini.

C. Hakikat dan Karakteristik IPA


1. Hakikat IPA
8
Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains mempelajari seisi
alam beserta gejala- gejala yang ada pada alam. Sujana (2013, hlm. 13-14)
mengemukakan bahwa “Secara harfiah sains dapat diartikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam”. Menurut
Permendiknas No.22 tahun 2006 (dalam Sujana, 2013, hlm. 14) “IPA merupakan
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis...”. Sedangkan menurut Iskandar (dalam Rusyanti, 2013) menyatakan
bahwa “ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang
didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta
dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip,
teoriteori dan hipotesa”.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa IPA atau sains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
segala sesuatu yang ada dan terjadi di alam, ilmu pengetahuan ini diperoleh
melalui hasil observasi dan eksperimen yang dilakukan secara sistematik.

8
pgsd_kelas_1105275_chapter2.pdf
Menurut Sujana (2013) hakikat IPA atau sains jika ditinjau dari sudut
ontologi, epistomologi, dan aksiologi ada tiga yaitu IPA atau sains sebagai
produk, IPA atau sains sebagai proses dan IPA atau sains sebagai sikap ilmiah.
Adapun uraian dari hakikat IPA atau sains tersebut yaitu sebagai berikut.

a. Pengertian IPA
9
Menurut Sujana (2013, hlm. 25) pada dasarnya ilmu pengetahuan alam (IPA)
atau sains yaitu:
... mempelajari mengenai gejala alam beserta isinya sebagaimana adanya,
serta terbatas pada pengalaman manusia. Dalam usahanya menafsirkan gejala
alam tersebut, manusia berusaha untuk mencari penjelasan tentang berbagai
kejadian, penyebab, serta dampak yang ditimbulkannya dengan menggunakan
metode ilmiah. Metode ilmiah inilah yang merupakan jembatan antara
penjelasan secara teoritis dengan pembuktian secara empiris.

Pada hakikatnya IPA dipandang sebagai proses dan produk. IPA dikatakan
sebagai proses karena di dalamnya diperlukan adanya suatu proses atau cara-cara
tertentu yang bersifat analitis, cermat dan lengkap, serta menghubungkannya
dengan gejala alam yang satu dengan yang lain sehingga membentuk suatu
kesimpulan. IPA sebagai proses meliputi cara memperoleh, mengembangkan dan
mengaplikasikan pengetahuan yang mencakup cara kerja, berpikir, memecahkan
masalah, dan bersikap. Sedangkan IPA dikatakan sebagai produk karena
didalamnya memahami gejala-gejala alam yang berupa prinsip, konsep, hukum,
teori dan fakta yang bertujuan untuk menjelaskan berbagai gejala alam yang
terjadi.

b. IPA sebagai Produk


Dalam IPA dipelajari berbagai fakta, konsep, hukum, dan teori yang
merupakan hasil dari temuan para ahli. Hasil temuan inilah yang disebut sebagai
produk. Hasil temuan para ahli berupa materi-materi yang saat ini diajarkan di
sekolah-sekolah. Menurut Widodo, dkk. (2010) materi yang ditemukan dan

9
Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD.pdf
dipelajari tersebut pada dasarnya berisi tentang fakta, konsep, hukum, dan teori.
Hal ini sejalan dengan pendapat Sarkim (dalam Sujana, 2013, hlm. 26) yang
mengemukakan bahwa produk IPA, berisi tentang fakta-fakta, prinsip-prinsip,
hukum-hukum, konsep-konsep, serta teori-teori yang dapat digunakan untuk
menjelaskan atau memahami alam serta fenomena-fenomena yang terjadi
didalamnya‟.
Sedangkan Pudyo (1991: 2) menyebutkan bentuk-bentuk produk IPA
meliputi istilah, fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Produk IPA yang disebut
istilah adalah sebutan, simbol atau nama dari benda-benda dan gejala-gejala alam,
orang, tempat. Contoh: malaria (sebutan), lamda (simbol untuk panjang
gelombang), matahari (nama benda), angin puting beliung (gejala alam), Newton
(nama orang), Galapagos (nama tempat).

a) Fakta IPA
Fakta merupakan kenyataan yang menunjukan suatu kebenaran. Sedangkan
menurut Wibowo (2013) mengemukakan bahwa “Fakta adalah suatu kenyataan,
sesuatu yang benar-benar terjadi, dan dapat dibuktikan kebenarannya”. Selain itu,
Sujana (2013, hlm. 26) juga mengungkapkan “Konsep adalah abstraksi dari
kejadian-kejadian, benda-benda, atau gejala yang memiliki sifat tertentu atau
lambang tertentu”. Karakteristik dari suatu benda merupakan contoh konsep.
Iskandar (1997: 3) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataan-pernyataan
tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang
benarbenar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. Sementara itu Susanto
(1991: 3) mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda,
tempat, atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian. Sifat yang
dimaksud dapat berupa wujud, bentuk, bangun, ukuran, warna, bau, rasa dan yang
lainnya. Contoh:
1) Fakta mengenai sifat: air jeruk rasanya asam.
2) Fakta mengenai waktu: kemerdekaan indonesia diproklamirkan pada
tanggal 17 agustus 1945.
3) Fakta mengenai tempat: ujung kulon (tempat suaka badak bercula satu).
4) Fakta mengenai orang: mukibat (adalah orang indonesia penemu teknik
menyambung singkong).

b) Konsep IPA
Konsep dapat diartikan dari beberapa tinjauan. Susanto (1990/1991: 3)
mengartikan konsep dari berbagai sudut pandang, (1) konsep dapat merupakan
istilah yang sudah diberi makna khusus, (2) konsep dapat merupakan penjelasan
tentang ciri-ciri khusus dari sekelompok benda, gejala, atau kejadian, atau
penjelasan tentang ciri-ciri utama untuk mengklasifikasikan atau mengkategorikan
sekelompok benda atau kejadian. Sedangkan Iskandar (1997: 3) mengartikan
“konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA”. Jadi konsep
merupakan hubungan antara fakta-fakta yang memang berhubungan. Contoh:
1) Konsep merupakan istilah yang diberi makna khusus: gerhana adalah
istilah, tetapi jika gerhana tersebut diberi makna khusus menjadi sebuah
konsep tentang gerhana. Makna khusus yang dimaksud adalah Gerhana
adalah peristiwa alam terhalangnya cahaya sampai ke bumi.
2) Konsep yang merupakan penjelasan ciri-ciri khusus dari sekelompok
benda: Konsep tentang zat cair (kelompok benda-benda seperti air,
minyak, alkohol, bensin, spiritus) adalah zat yang mempunyai ciri-ciri
bentuk selalu berubah sesuai bentuk wadah/tempat yang ditempatinya,
volume dan beratnya selalu tetap, dapat mengalir dari tempat yang tinggi
menuju ke tempat yang lebih rendah, tidak dapat dimampatkan.
3) Konsep yang merupakan hubungan antara fakta-fakta, yaitu konsep
bunyi. Fakta-fakta yang berhubungan misalnya (i) gong dipukul bergetar
menghasilkan bunyi, (ii) dawai gitar dipetik bergetar menghasilkan
bunyi, (iii) kaleng dipukul bergetar menghasilkan bunyi, terompet ditiup
membrannya bergetar menghasilkan bunyi dan fakta yang lainnya. Fakta-
fakta tersebut berhubungan dalam hal benda yang bergetar menghasilkan
bunyi. Dari fakta-fakta yang berhubungan ini dibuatlah konsep ”bunyi”
sebagai ”bunyi adalah sesuatu yang dihasilkan dari getaran suatu benda”.
c) Prinsip IPA
Prinsip diartikan sebagai generalisasi tentang hubungan antara konsepkonsep
(Iskandar, 1997: 3). Contoh prinsip dalam IPA: Semua benda dipanaskan
mengalami kenaikan suhu. Prinsip tersebut menghubungkan konsep-konsep
benda, pemanasan, suhu. Prinsip ini dibangun melalui berpikir analitik, sebab
merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari beberapa fakta. bersifat tentatif
karena prinsip sewaktu-waktu dapat berubah jika observasi baru dilakukan
menghasilkan hal baru. Para ilmuwan mengatakan bahwa prinsip merupakan
deskripsi yang paling tepat tentang obyek atau kejadian/fenomena. Dalam IPA
prinsip dapat berupa hipotesis, teori atau hukum. Contoh: hukum Mendel, hukum
Newton.

d) Teori IPA
Produk dalam IPA dapat berupa prosedur. Prosedur diartikan sebagai
“langkah-langkah dari suatu rangkaian kejadian, suatu proses, atau suatu kerja”
(Susanto,1991: 4). Contoh prosedur:
 Prosedur kerja generator pembangkit listrik
 Prosedur fotositesis
 Proses terjadinya angin
 Proses fermentasi alkohol

c. IPA sebagai Proses


10
IPA sebagai proses yaitu bagaimana cara mendapatkan IPA. IPA sebagai
proses merupakan suatu tahapan untuk memperoleh produk IPA. IPA sebagai
proses sangat berkaitan erat dengan keterampilan proses sains. Keterampilan
proses sains merupakan cara untuk memperoleh ilmu (Sujana, 2013). Jadi IPA
sebagai proses merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan alam. Cara untuk memperolehnya yaitu melalui keterampilan proses
sains. Menurut Widodo, dkk. (2010) ada beberapa keterampilan proses sains yaitu
keterampilan percobaan, mengamati, keterampilan merencanakan keterampilan

10
Wasih Djojosoediro. HAKIKAT IPA DAN PEMBELAJARAN IPA SD
menafsirkan dan menarik dan melaksanakan kesimpulan, dan
mengkomunikasikan.
Mari kita telusuri materi kajian IPA sebagai proses dari sajian berikut ini. IPA
sebagai proses mengandung pengertian cara berpikir dan bertindak untuk
menghadapi atau merespons masalah-masalah yang ada di lingkungan. Jadi, IPA
sebagai proses menyangkut proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil
(produk) inilah yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Melalui proses-
proses ilmiah akan didapatkan temuan-temuan ilmiah. Perwujudan proses-proses
ilmiah ini berupa kegiatan ilmiah yang disebut sebagai inkuiri/penyelidikan
ilmiah. Secara sederhana Nyoman (1985-1986:8) mendefinisikan inkuiri ilmiah
sebagai usaha mencari pengetahuan dan kebenaran. Sejumlah proses IPA yang
dikembangkan para ilmuwan dalam mencari pengetahuan dan kebenaran ilmiah
itulah yang kemudian disebut sebagai keterampilan proses IPA.
Iskandar (1997:5) mengartikan keterampilan proses IPA adalah keterampilan
yang dilakukan oleh para ilmuwan. Ditinjau dari tingkat kerumitan dalam
penggunaannya, keterampilan psroses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu
keterampilan proses dasar (basic skills) dan keterampilan proses terintegrasi
(integrated skills) (Moejiono dan Dimyati, 1992:16). Keterampilan-keterampilan
proses dasar menjadi dasar untuk keterampilan-keterampilan proses terintegrasi
yang lebih kompleks. Contoh: seseorang untuk dapat menabulasikan data (jenis
keterampilan proses terintegrasi) maka lebih orang tersebut harus memiliki
keterampilan mengukur (jenis keterampilan proses dasar).

 Jenis-jenis Keterampilan Proses (KP) dan Pengertiannya


1) Mengamati
Mengamati adalah kegiatan yang melibatkan satu atau lebih alat indera. Pada
tahap pengamatan orang hanya mengatakan kejadian yang mereka lihat, dengar,
raba, rasa, dan cium. Pada tahap ini seseorang belajar mengumpulkan petunjuk.
Kegiatan inilah yang membedakan antara pengamatan dengan penarikan
kesimpulan atau pengajuan pendapat.
2) Menggolongkan/Mengklasifikasi
Menggolongkan adalah memilah berbagai obyek dan/atau peristiwa
berdasarkan persamaan sifat khususnya, sehingga diperoleh kelompok sejenis dari
obyek atau peristiwa yang dimaksud. Dua hal penting yang perlu dicermati dalam
mengembangkan keterampilan mengklasifikasi adalah (1) kegiatan menghimpun
hasil pengamatan dan menyajikan dalam bentuk tabel hasil pengamatan, dan (2)
kegiatan memilah hasil pengamatan sesuai sifat khusus yang dimiliki oleh obyek
dan/atau peristiwa serta menyajikannya dalam tabel klasifikasi atau penggolongan
atau pengelompokan.
3) Mengukur
Mengukur adalah kegiatan membandingkan benda yang diukur dengan satuan
ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk kegiatan mengukur
diperlukan bantuan alat-alat ukur yang sesuai dengan benda yang diukur. Contoh
kegiatan mengukur adalah mengukur panjang, lebar, tinggi almari dengan
menggunakan alat ukur panjang yang sesuai yaitu meteran gulung (roll meter),
bukan menggunakan penggaris plastik. Hal penting yang perlu diperhatikan ketika
akan menggunakan alat ukur adalah cara menggunakan alat ukur, kapasitas
maksimal alat ukur, dan nilai skala alat ukur. Kesalahan dalam cara menggunakan
alat ukur tertentu dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
4) Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan adalah kegiatan menyampaikan perolehan fakta, konsep
dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk audio, visual, dan/atau audiovisual.
Cara-cara komunikasi yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan selain
dengan bahasa tulis maupun lisan adalah melalui sajian bentuk grafik, tabel,
gambar, bagan, simbol/lambang, persamaan matematika. Contoh kegiatan
mengkomunikasikan: mempresentasikan hasil pengamatan, membuat laporan
penyelidikan, membacakan peta dan yang lainnya.
5) Menginterpretasi Data
Menginterpretasi adalah memberi makna pada data yang diperoleh dari
pengamatan karena data tidak berarti apa-apa sebelum diartikan. Menginterpretasi
berarti memberi arti/makna, misal: mengartikan tabel data, mengartikan grafik
data. Menginterpretasi juga diartikan menduga dengan pasti sesuatu yang
tersembunyi dibalik fakta yang teramati.
6) Memprediksi
Memprediksi ialah menduga sesuatu yang akan terjadi berdasarkan polapola
peristiwa atau fakta yang sudah terjadi. Prediksi biasanya dibuat dengan cara
mengenal kesamaan dari hasil berdasarkan pada pengetahuan yang sudah ada,
mengenal bagaimana kebiasaan terjadinya suatu peristiwa berdasarkan pola
kecenderungan. Prediksi berkaitan erat dengan observasi, klasifikasi, dan
penarikan kesimpulan. Prediksi didasarkan pada observasi yang seksama dan
penarikan kesimpulan yang sahih mengenai hubungan antara peristiwa-peristiwa
yang diobservasi. Sejumlah kemampuan yang tercakup dan mendukung
keterampilan memprediksi yaitu mengantisipasi berdasarkan kecenderungan,
mengantisipasi berdasarkan pola, dan mengantisipasi berdasarkan hubungan
antara data atau informasi.
7) Menggunakan Alat
Menggunakan alat adalah kegiatan merangkai dan menggunakan alat-alat
untuk kegiatan pengujian atau kegiatan percobaan/eksperimen.
8) Melakukan Percobaan
Melakukan percobaan adalah keterampilan untuk mengadakan pengujian
terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan
sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu.
9) Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah keterampilan memutuskan keadaan suatu objek
berdasarkan fakta, konsep, prinsip yang diketahui. Contoh: Data peranan air
terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah pada tabel di atas memberikan
informasi tanaman kacang tanah pada pot V (tidak diberi air) tidak dapat tumbuh
baik seperti pada empat pot lainnya. Diprediksikan pada hari ke-8 tanaman mati
karena tanda-tanda pertumbuhan tidak berlanjut seperti pada empat tanaman
lainnya . Dari fakta tersebut menunjukkan tanaman yang diberi air terus tumbuh,
sementara yang tidak diberi air mati. Jadi dapat disimpulkan tanaman memerlukan
air untuk pertumbuhannya.
b. Jenis-jenis Keterampilan Proses IPA Terintegrasi dan Pengertiannya
1) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan salah satu tahapan dari suatu kegiatan
penyelidikan ilmiah, setelah masalah yang akan diteliti ditetapkan. Suatu masalah
perlu dirumuskan agar jelas variabel-variabelnya dan jenis data yang perlu
dikumpulkan. Masalah tersebut harus dapat dirumuskan sedemikian rupa sehingga
hanya dapat dijawab dengan pengamatan dan percobaan di dunia ini. Rumusan
tersebut yang kemudian disebut sebagai rumusan masalah (Arif, 1982: 28). Untuk
itu dalam rumusan masalah harus secara tegas menunjukkan jenis variabelnya.

2) Mengidentifikasi Variabel
Mengidentifikasi variabel merupakan suatu kegiatan menentukan jenis
variabel dalam suatu penelitian. Arikunto, (1993: 91) mengartikan variabel adalah
obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

3) Mendeskripsikan Hubungan Antar Variabel

Mendeskripsikan hubungan antar variabel perlu dilakukan karena deskripsi


tersebut dapat memperjelas tentang bagaimana penelitian dilaksanakan, dan data
apa yang harus dikumpulkan.

4) Mengendalikan Variabel
Mengendalikan variabel merupakan kegiatan menentukan atau mengatur
variasi/macam-macam suatu variabel bebas penelitian. Contoh dari suatu rumusan
masalah penelitian yang menyatakan: bagaimanakah peranan jumlah tetes yodium
terhadap perubahan warna pada uji amilum tepung terigu? Dari rumusan masalah
tersebut, dapat diinformasikan bahwa dalam penelitian ini variabel bebasnya
adalah jumlah tetes yodium yang diberikan pada tepung terigu Cakra. Jumlah tetes
jodium tersebut dikendalikan dengan cara mengatur pemberian jumlah tetes
jodium yang berbeda-beda pada tepung untuk diketahui apakah perubahan
warnanya juga berbeda?. Untuk menguatkan kebenaran pengaruh perubahan
warna yang berbeda-beda pada tepung diakibatkan oleh variasi jumlah tetesan
yodium yang diberikan, diperlukan pengontrol. Kontrol yang digunakan adalah
pemberian tetes yodium sama banyak pada tepung terigu yang sama.

5) Mendefinisikan Variabel
Secara Operasional Definisi secara operasional variabel adalah memberikan
penjelasan secara operasional terhadap variabel penyelidikan agar jelas bagaimana
kedudukan dan penggunaan variabel dalam penyelidikan. Contoh judul
penyelidikan “Peranan Ketinggian Benda Terhadap Waktu Jatuh Benda di
Permukaan Tanah” (materi diambil dari KD IPA SD/MI kelas V semester II
tentang gerak karena gaya gravitasi). Definisi operasional variabel dari
penyelidikan ini adalah sebagai berikut ini. Variabel bebas ketinggian benda (h)
dari permukaan tanah yang berbeda-beda. Penyelidikan dilakukan dengan
menjatuhkan benda yang massanya sama secara bergantian dan tegak lurus dari
bermacam-macam ketinggian. Variabel kontrol: ketinggian benda (h) yang sama.
Variabel terikat: waktu jatuh benda (dicatat pada tabel pencatat data). Yang
dicatat semua hasil/data penyelidikan baik dari variabel bebas maupun variabel
kontrol.

6) Memperoleh dan Menyajikan Data


Data yang diperoleh dari percobaan/penyelidikan dicatat, kemudian disusun
secara sistematis. Selanjutnya data tersebut disajikan dalam bentuk tabel, grafik,
dan atau/ gambar disesuaikan dengan jenis datanya.

7) Menganalisis Data
Data percobaan yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk sajian
data yang sesuai dengan jenisnya, selanjutnya perlu dianalisis dulu sebelum
ditarik kesimpulannya. Kegiatan menganalisis data diartikan sebagai
menginterpretasi data, selanjutnya hasil interpretasi data dibandingkan dan
diintegrasikan dengan teori yang relevan dengan masalah penyelidikan, dan/atau
dibandingkan dan diintegrasikan dengan temuan penelitian lain yang relevan
8) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara dari peneliti terhadap
permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Hipotesis dirumuskan
berdasarkan hasil kajian teori yang relevan.

9) Merancang Penelitian
Merancang penelitian merupakan keterampilan proses yang terdri dari urutan
berbagai keterampilan proses. Keterampilan proses merancang penelitian dapat
dikembangkan di SD/MI diawali di kelas tinggi (IV, V, dan VI). Secara berurutan
kegiatan merancang penelitian minimal terdiri atas proses-proses IPA: (1)
membuat pertanyaan-pertanyaan (merumuskan masalah) dari sebuah topik
pembelajaran yang sesuai untuk didekati melalui penyelidikan, (2) merumuskan
hipotesis, (3) memilih alat dan bahan dan merancang cara kerja percobaaan untuk
menguji hipotesis yang difasilitasi oleh guru, (4) memperkirakan hasil yang
diharapkan dari masalah yang akan dipecahkan, dan (5) membuat format pencatat
data untuk mengumpulkan data.

10) Melakukan Penyelidikan/Percobaan


Keterampilan proses melakukan percobaan yang dapat dikembangkan di
SD/MI dalam mata pelajaran IPA adalah percobaan-percobaan sederhana yang
dilakukan di SD/MI adalah untuk membangun konsep-konsep, dan/atau
prinsipprinsip dasar IPA, bukan membangun teori baru, atau menerapkan teori.
Contoh: melakukan percobaan berdasarkan rancangan penyelidikan yang telah
dibuat atau melakukan percobaan atau penyelidikan berdasarkan rancangan cara
kerja percobaan yang telah dirancang guru, untuk membangun konsep dasar IPA
yang dipelajari.

D. Hakikat dan Karakteristik Ilmu Fisika


1. Hakikat Ilmu Fisika
11
Semua kegiatan dari manusia dimanapun tempatnya, kapanpun kegitan itu
dilakukan, dan apapun macam kegiatan selalu berpatokan pada sains. Nama sains
sendiri memiliki gambaran yang beraneka warna sesuai dengan jenis kegiatan
yang dilakukan.para ilmuwan sepakat menyatakan bahwa sins adalah suatu bentuk
metoda yang berpangkal pada pembuktian hipotesa. Sebagian para filosof yang
segala sesuatunya dibahas berdasarkan hakekat menyatakan bahwa pada
hakekatnya sains adalah jalan unruk mendapatkan kebenaran dari apa yang telah
kita ketahui. Semua pandangan yang diketahui manusia dapat
dipertanggungjawabkan, tetapi yang dapat ditampilkan hanya definisi bagian dari
sains itu sendiri.
Dengan cara bersama-sama para filosof dapat mendefinisikan sains secara
menyeluruh dimana sains merupakan suatu cara berpikir untuk memahami suatu
gejala alam, suatu cara untuk menyelidiki gejala alam, dan sebagai batang tubuh
keilmuwan yang diperoleh dari suatu penyelidikan. Menurut Teller (dalam
Supriyadi, 2010: 2) menyatakan bahwa tinjauan yang penting dari sains adalah
studi tentang alam dan pengertiannya dapat dipakai sebagai dasar munculnya
suatu pengetahuan baru yang didasari atas 12 kekuatannya di dalam meramalkan
dan keterpakaiannya di dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, sains dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang dirumuskan, dlam artian keilmuan yang diperoleh
dengan aturan main terstandar yang baku.
Sains termasuk fisika, merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
gejala alam. Oleh karena itu, untuk mempelajari fisika muncul adanya aktivitas
dalam bentuk pengamatan atau eksperimen. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia, fisika adalah ilmu tentang zat dan energi (seperti panas, cahaya, dan
bunyi). Ada beberapa fisikawan mendefinisikan fisika sebagai ilmu pengetahuan
yang tujuannya mempelajari bagin dari alam dan interaksi yang terjadi diantara
bagian tersebut termasuk menerangkan sifat-sifatnya dan juga gejala lainnya yang
dapat diamati.
Fisika adalah bagian dari sains. Sains berasal dari kata scientia yang berarti
pengetahuan. Menurut Supriyono Koes (2003:4) membicarakan hakikat fisika

11
http://eprints.uny.ac.id/9365/5/bab%202%20-%2008302244005.pdf
sama halnya dengan membicarakan hakikat sains karena fisika merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari sains. Oleh karena itu, karakteristik fisika pada dasarnya
sama dengan karakteristik sains pada umumnya.
Kaitannya dalam pembelajaran fisika, objek yang diajarkan adalah fisika.
Sedangkan fisika pada dasarnya sama dengan karakteristik sains pada umumnya,
maka dalam belajar fisika tidak terlepas dari penguasaan konsep-konsep dasar
fisika, teori, atau masalah baru yang memerlukan jawaban melalui pemahaman
sehingga ada perubahan dalam diri siswa. Untuk mendapatkan suatu konsep maka
diperlukan suatu cara yaitu metode ilmiah atau scientific methods.
Menurut Percy Bridgman’s (dalam Supriyadi, 2010: 5) menyatakan bahwa
scientific methods lebih dari sekedar metode biasa dimana dengan metode ilmiah
ini kita dapat mengerjakan lebih dari satu pengertian dan tanpa adanya rintangan
untuk dapat menyelesaikan segala permasalahan yang timbul. Adanya masalah
akan muncul jawaban sementara atau hipotesa setelah adanya pemikiran-
pemikiran dari kajian teori atau pengalaman lainnya. Dengan melakukan
percobaan atau observasi, dan meneliti tentang fenomena maka akan mendapatkan
fakta yang akurat.
Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa karakteristik fisika tidak
terlepas dari adanya karakteristik sains pada umumnya. Karakteristik sains itu
sendiri adalah penyelidikan berdasarkan masalah untuk memahami suatu gejala
alam sehingga didapatkan sebuah hukum, teori, konsep atau masalah baru untuk
diteliti lebih lanjut. Sedangkan untuk mendapatkan suatu konsep maka diperlukan
adanya scientific methods atau metode ilmiah.

2. Karakteristik Ilmu Fisika


Fisika adalah bagian dari sains. Sains berasal dari kata scientia yang berarti
pengetahuan. Karakteristik fisika pada dasarnya sama dengan karakteristik sains
pada umumnya. Karakterisik sains itu sendiri adalah penyelidikan berdasarkan
masalah untuk memahami suatu gejala alam sehingga didapatkan sebuah hukum,
teori, konsep, atau masalah baru untuk diteliti lebih lanjut. Sedangkan untuk
mendapatkan suatu konsep maka diperlukan adanya scientific methods atau
metode ilmiah.

E. Hakikat dan Karakteristik Ilmu Kimia


1. Hakikat Ilmu Kimia
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang
secara garis besar mencakup dua bagian, yakni kimia sebagai proses dan kimia
sebagai produk. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang
terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip ilmu kimia. Sedangkan
kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap yang dimiliki
oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan produk kimia.
(BSNP, 2006).
Berkaitan dengan hakikat ilmu kimia sebagai produk dan proses, maka dalam
pembelajaran kimia tidak hanya dapat dilakukan dengan pemberian fakta dan
konsep, tetapi harus diperhatikan juga bagaimana siswa dilatih untuk menemukan
fakta dan konsep untuk mengembangkan keterampilan proses dan sikap
ilmiahnya.
Hakekat ilmu kimia adalah bahwa benda itu bisa mengalami perubahan
bentuk, maupun susunan partikelnya menjadi bentuk yang lain sehingga terjadi
deformasi, perubahan letak susunan, ini mempengaruhi sifat-sifat yang berbeda
dengan wujud yang semula. Fakta yang terdapat di alam mempunyai banyak
hubungan dengan ilmu kimia. Dari ciri pemikiran filsafat yang telah dipelajari
mempunyai arti besar dalam menumbuhkan sikap kritis terhadap suatu fakta.
Sikap kritis ini merangsang otak untuk mengajukan berbagi pertanyaan terhadap
fenomena yang ada. Sebagai contoh ; fakta kimia yaitu larutan elektrolit dan non-
elektrolit. Dari sikap kritis muncul pertanyaan ; apa yang menyebabkan larutan
elektrolit dapat menghantarkan arus listrik dan apa yang menyebabkan larutan
non-elektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik, bagaimana ciri-ciri larutan
elektrolit dan non-elektrolit, dan lain-lain. Ilmu kimia diperlukan dan terlibat
dalam kegiatan industri dan perdagangan, kesehatan, dan berbagai bidang lain.
Kedepan, Ilmu Kimia sangat berperan dalam penemuan dan pengembangan
material dan sumber energi baru yang lebih bermanfaat, bernilai ekonomis tinggi,
dan lebih ramah lingkungan.

2. Karakteristik Ilmu Kimia


Karakteristik mungkin bisa diartikan sebagai suatu sifat yang khas, yang
melekat pada suatu objek. Sedangkan karakter adalah sifat yang dijadiin ciri
untuk mengidentifikasikan sebuah objek. Wiseman (1981) mengemukakan bahwa
ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa
menengah. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu
kimia itu sendiri yang disebutkan oleh Kean dan Middlecamp (1985) sebagai
berikut:

a. Ilmu kimia bersifat abstrak


Atom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak nampak,
yang menurut siswa membayangkan keberadaan materi tersebut tanpa
mengalaminya secara langsung. Karena atom merupakan pusat kegiatan kimia,
maka walaupun kita tidak dapat melihat atom secara langsung, tetapi dalam
angan-angan kita dapat membentuk suatu gambar untuk mewakili sebuah atom
oksigen kita gambarkan secara bulatan.

b. Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya


Kebanyakan obyek yang ada di dunia ini merupakan campuran zat-zat kimia
yang kompleks dan rumit. Agar segala sesuatunya mudah dipelajari, maka
pelajaran kimia dimulai dari gambaran yang disederhanakan, di mana zat-zat
dianggap murni atau hanya mengandung dua atau tiga zat saja. Dalam
penyederhanaanya diperlukan pemikiran dan pendekatan tertentu agar siswa tidak
mengalami salah konsep dalam menerima materi yang diajarkan tersebut.

c. Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat


Seringkali topik-topik kimia harus dipelajari dengan urutan tertentu.
Misalnya, kita tidak dapat menggabungkan atom-atom untuk membentuk
molekul, jika atom dan karakteristiknya tidak dipelajari terlebih dahulu.
Disamping itu, perkembangan ilmu kimia sangat cepat, seperti pada bidang
biokimia yang menyelidiki tentang rekayasa genetika, kloning, dan sebagainya.
Hal ini menuntut kita semua untuk lebih cepat tanggap dan selektif dalam
menerima semua kunjungan tersebut.

d. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal


Memecahkan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik)
merupakan bagian yang penting dalam mempelajari kimia. Namun, kita juga
harus mempelajari deskripsi seperti fakta-fakta kimia, aturan-aturan kimia,
peristilahan kimia, dan lain-lain.

e. Bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak


Dengan banyaknya bahan yang harus dipelajari, siswa dituntut untuk dapat
merencanakan belajarnya dengan baik, sehingga waktu yang tersedia dapat
digunakan seefisien mungkin.
Arifin (1995) mengemukakan bahwa ilmu kimia merupakan salah satu
pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa menengah, sehingga jarang diminati. Hal
ini disebabkan :
1. Dalam pelajaran kimia terdapat istilah-istilah yang hanya dihafal siswa
tetapi tidak dipahami dengan benar.
2. Kebanyakan konsep-konsep atau materi kimia bersifat abstrak seperti
atom, molekul atau ion sehingga siswa sulit membayangkan keberadaan
materi tersebut tanpa mengalaminya secara langsung.
3. Kesulitan siswa dalam memahami perhitungan matematis materi kimia.

F. Hakikat dan Karakteristik Ilmu Biologi


1. Hakikat Ilmu Biologi
12
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan usaha
sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dapat memperoleh pengalaman
yang bermakna (BSNP, 2006: 30). Pembelajaran biologi di sekolah menengah
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih lanjut dalam
penerapannya di kehidupan sehari-hari. Penting sekali bagi setiap guru memahami
sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan bimbingan
dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Oemar
Hamalik, 2010:36).
Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan
ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang
mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan
tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan faktafakta
maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi (Sudjoko,
2001:2).
Pembelajaran biologi pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk
menghantarkan siswa ke tujuan belajarnya, dan biologi itu sendiri berperan
sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Biologi sebagai ilmu dapat
diidentifikasikan melalui objek, benda alam, persoalan/gejala yang ditunjukkan
oleh alam, serta proses keilmuan dalam menemukan konsep-konsep biologi.
Proses pembelajaran biologi merupakan penciptaan situasi dan kondisi yang
kondusif sehingga terjadi interaksi antara subjek didik dengan objek belajarnya
yang berupa makhluk hidup dan segala aspek kehidupannya. Melalui interaksi
antara subjek didik dengan objek belajar dapat menyebabkan perkembangan
proses mental dan sensori motorik yang optimal pada diri siswa.
Berdasarkan KTSP (BSNP, 2006: 452), mata pelajaran biologi dikembangkan
melalui kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar dan penyelesaian masalah
bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman

12
http://eprints.uny.ac.id/9549/3/bab%202%20-%2008304244001.pdf
dalam bidang lainnya. Mata pelajaran biologi di SMA merupakan kelanjutan IPA
di SMP yang menekankan pada fenomena alam dan penerapannya meliputi aspek-
aspek sebagai berikut:
1. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk
hidup, hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan
perubahan energi, peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.
2. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan,
hewan dan manusia serta penerapannya dalam konsep sains, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
3. Proses yang tejadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas,
evolusi, bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi,
dan masyarakat.
4. Pembelajaran biologi di sekolah menengah juga harus memperhatikan
karakteristik perkembangan peserta didik yang sedang berada pada
periode operasi formal. Periode ini yang berkembang pada peserta didik
adalah kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami hal-hal
yang bersifat imajinatif (dari abstrak menuju konkrit). Dalam hal ini
harus diperhatikan karena peserta didik mempunyai kemampuan berpikir
yang berbeda satu sama lain.

2. Karakteristik Ilmu Biologi


Biologi mempelajari tentang makhluk hidup, bagaimana interaksi nya satu
sama lain dan bagaimana interaksinya dengan lingkungan. Karakteristik ilmu
biologi ditentukan oleh objek yang dipelajari dan permasalahan yang dikaji.Objek
yang dipelajari dalam ilmu biologi adalah makhluk hidup. Makhluk hidup
memiliki karakteristik tersendiri jika disbanding dengan objek sains lainnya.
Artikel ini akan membahas tentang karakteristik ilmu biologi secara lengkap.
Berikut ini adalah karakteristik dasar makhluk hidup.

a. Makhluk hidup di susun oleh sel


Setiap makhluk hidup terdiri atas satu sel (uniseluler) atau banyak sel
(multiseluler). Setiap sel itu di lindungi oleh membrane yang memisahkan
dari lingkungan nya.
b. Makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan
Yaitu perubahan ukuran sel menjadi semakin besar ataupun pertambahan
jumlah sel. Pertambahan tinggi atau pertambahan berat suatu organisme
merupakan tolak ukur pertumbuhan yang teramati. Sejalan nya dengan
pertumbuhan itu, sel-sel makhluk hidup akan mengalami perkembangan.
Perkembangan itu meliputi perubahan sel menjadi bentuk yang berbeda
dan menjalankan suatu fungsi tertentu. Contoh proses perkembangan
adalah setiap manusia berasal dari sel telur yang dibuahi , yang kemudian
berkembang menjadi berbagai sel yang memiliki bentuk dan fungsi
tertentu.
c. Makhluk hidup melakukan proses metabolisme
Didalam tubuh makhluk hidup terjadi berbagai reaksi penyusun dan
pengurai senyawa-senyawa, yang di sebut metabolism. Metabolisme itu
terjadi terus menerus, sehingga tubuh makhluk hidup selalu dalam keadaan
homeostatis, yaitu keadaan lingkungan internal yang seimbang dan
konstan.
d. Makhluk hidup memberikan respon terhadap rangsang
Setiap makhluk hidup sensitive terhadap rangsang, baik yang berasal dari
dalam maupun dari luar tubuh. Contoh rangsang yang diterima oleh
makhluk hidup antara lain perubahan warna, arah dan intensitas cahaya,
suhu, tekanan, kadar air, dan suara.
e. Makhluk hidup melakukan reproduksi
Makhluk hidup dapat mempertahankan jenisnya karena kemampuan nya
untuk melakukan reproduksi. Saat reproduksi, materi genetic dari induk
diwariskan kepada keturunan nya.
f. Makhluk hidup mampu beradaptasi dengan lingkungan
Setiap makhluk hidup mampu beradaptasi sehingga dapat bertahan
meskipun keadaan lingkungan senantiasa berubah.
6Erman, S dan Winataputra, U.S. (1993). Strategi Belajar Mengajar Matematika, Jakarta : Universitas
Terbuka
LATIHAN SOAL HAKIKAT MATEMATIKA

1. Jelaskan pengertian matematika menurut para ahli minimal 2!


2. Apa yang dimaksud dengan matematika sebagai ilmu deduktif?
3. Jelaskan tentang matematika sebagai ilmu terstruktur!
4. Sebutkan struktur matematika menurut R.Soedjadi!
5. Jelaskan maksud dari matematika sebagai ratu dan pelayan ilmu!
6. Jelaskan maksud dari matematika sebagai bahasa simbol!
7. Berilah contoh unsur – unsur yang didefinisikan dalam pembelajaran
matematika!
8. Jelaskan mengenai unsur – unsur yang tidak terdefinisikan dalam
pembelajaran matematika!
9. Sebutkan contoh teorema- teorema atau dalil – dalil yang kebenarannya harus
dibuktikan dengan cara deduktif!
10. Jelaskan tentang matematika sebagai ilmu tentang pola dan hubungan menurut
pendapat ahli!
JAWABAN:
1. Matematika berasal dari bahasa latin Mathematike yang berarti
mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti
pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan
pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein
yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan
matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan
menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk
karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan
penalaran (R.Soedjadi, 2000).
Johnson dan Rising dalam bukunya mengatakan bahwa matematika
adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik,
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan
dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat,
lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

2. Menurut R. Soedjadi (2000), alasan mengapa matematika itu disebut


sebagai ilmu deduktif adalah karena matematika terorganisasikan dari unsur-
unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-
dalil di mana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara
umum.
Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif, karena proses mencari
kebenaran (generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan
alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Metode pencarian kebenaran yang
dipakai adalah metode deduktif, tidak dapat dengan cara induktif. Pada ilmu
pengetahuan alam adalah metode induktif dan eksperimen.
3. Menurut Sumardyono pada tahun 2003 Matematika merupakan ilmu
terstruktur yang terorganisasikan. Hal ini karena matematika dimulai dari
unsur yang tidak didefinisikan, kemudian unsur yang didefinisikan ke aksioma
/ postulat dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep amtematika tersusun
secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistimatis mulai dari konsep yang
paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Oleh karena itu
untuk mempelajari matematika, konsep sebelumnya yang menjadi prasyarat,
harus benar-benar dikuasai agar dapat memahami topik atau konsep
selanjutnya.

4. Unsur – unsur tersebut diantaranya adalah:


a. Unsur-unsur yang tidak didefinisikan
b. Unsur-unsur yang didefinisikan
c. Aksioma dan postulat
d. Dalil atau teorema

5. Matematika menjadi ratunya ilmu karena matematika lebih penting dari


logika. Matematika menjadi pelayan ilmu karena dengan matematika suatu
ilmu dapat berkembang pesat melebihi perkiraan manusia.

6. Matematika yang terdiri dari simbol – simbol yang padat arti dan bersifat
internasional. Padat arti berarti simbol – simbol dalam matematika ditulis
dengan cara singkat, tetapi mempunyai arti yang luas. (R. Soedjadi (2000))

7. Sudut, persegi panjang, segitiga, balok, lengkungan tertutup sederhana,


bilangan ganjil, pecahan desimal, FPB dan KPK dll.

8. Kita tidak dapat menjelaskan unsur – unsur ini. Hanya saja kita tahu unsur itu
adalah bagian dari bidang ilmu matematika. Kita tidak tahu bagaimana cara
mendefinisikannya. Misal : titik, garis, lengkungan, bidang, bilangan dll.
Unsur-unsur ini ada, tetapi kita tidak dapat mendefinisikannya.
9. Contoh teorema- teorema atau dalil – dalil yang kebenarannya harus
dibuktikan dengan cara deduktif.
a. Jumlah 2 bilangan ganjil adalah genap
b. Jumlah ketiga sudut dalam suatu segitiga adalah 180º
c. Jumlah kuadrat sisi siku – siku pada sebuah segitiga siku – siku sama
dengan kuadrat sisi miringnya.

10. Matematika disebut sebagai ilmu tentang pola karena pada matematika sering
dicari keseragaman seperti keterurutan, keterkaitan pola dari sekumpulan
konsep-konsep tertentu atau model yang merupkan representasinya untuk
membuat generalisasi. (Sumardyono, 2004)
LATIHAN SOAL KARAKTERISTIK MATEMATIKA

1. Jelaskan mengapa matematika disebut memiliki objek kajian yang abstrak!


2. Sebutkan beberapa jenis definisi dalam karakteristik matematika!
3. Jelaskan maksud dari operasi dan relasi dalam karakteristik matematika
menurut pendapat ahli!
4. Jelaskan maksud dari matematika memperhatikan semesta pembicaraan!
5. Jelaskan pengertian prinsip dalam karakteristik matematika menurut pendapat
ahli!
6. Jelaskan maksud dari matematika konsisten dalam sistemnya!
7. Jelaskan maksud dari matematika memiliki simbol yang kosong dari arti!
8. Apa maksud dari pola pikir deduktif?
9. Jelaskan tentang matematika memiliki karakteristik “bertumpu pada
kesepakatan”!
10. Sebutkan contoh dari matematika memiliki simbol yang kosong dari arti!
JAWABAN

1. Matematika mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak,walaupun tidak


setiap objek abstrak adalah matematika. Sementara beberapa matematikawan
menganggap objek matematika itu “konkret” dalam pikiran mereka, maka kita
dapat menyebut objek matematika secara lebih tepat sebagai objek mental atau
pikiran. 4 kajian abstrak matematika itu adalah (Menurut Rubenstein &
Thompson, 2000 didalam buku Sumardyono (2004))

2. Definisi genetik, analitik dan dengan rumus

3. Menurut Sumardyono (2004), operasi adalah pengerjaan hitung, pengerjaan


aljabar, dan pengerjaan matematika lainnya. Sementara relasi adalah
hubungan antara dua atau lebih elemen. Contohnya operasi “penjumlahan” ,
“perpangkatan”, “gabungan”, “irisan”, dan lain – lain: “sama dengan”, “lebih
kecil”, dan lain – lain.

4. Menurut Sumardyono (2004), sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol


matematika, maka bila kita menggunakannya kita seharusnya memperhatikan
pula lingkup pembicaraannya. Lingkup atau sering kita sebut sebagai semesta
pembicaraan bisa sempit bisa pula luas. Bila kita kta berbicara tentang
bilangan – bilangan, maka simbol – simbol tersebut menunjukkan bilangan –
bilangan pula. Begitu pula bila kita berbicara tentang transformasi geometris
(seperti translasi, rotasi, dan lain – lain) maka simbol – simbol matematikanya
menunjukkan suatu transformasi pula.

5. Menurut Sumardyono (2004), prinsip adalah objek matematika yang


kompleks, yang terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan
oleh suatu relasi ataupun operasi. Secara sederhana dapatlah dikaitkan bahwa
prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prinsip
dapat berupa “aksioma”, “teorema” atau “dalil”, “corollary” atau “sifat”, dan
sebagainya.

6. Menurut Sumardyono (2004), dalam matematika terdapat berbagai macam


sistem yang dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema.
Ada sistem – sistem yang berkaitan, ada pula sistem yang dapat dipandang
lepas satu dengan yang lainnya. Sistem – sistem aljabar dengan sistem –
sistem geometri dapat dipandang lepas satu dengan yang lainnya. Didalam
sistem aljabar terdapat pula sistem lain yang lebih “kecil” yang berkaitan satu
dengan lainnya. Demikian pula dalam sistem geometri.

7. Menurut Sumardyono (2004), didalam matematika banyak sekali terdapat


simbol baik yang berupa huruf Latin, huruf Yunani, maupun simbol – simbol
khusus lainnya. Simbol – simbol tersebut membentuk kalimat dalam
matematika yang biasanya disebut model matematika. Model matematika
dapat berupa persamaan, pertidaksamaan, maupun fungsi. Selain itu ada pula
model matematika berupa gambar (pictorial) seperti bangun geometric, grafik,
maupun diagram.

8. Berfikir deduktif artinya suatu proses berfikir dalam pengambilan kesimpulan


berdasarkan fakta – fakta dengan serangkaian argumen. Menurut
Sumardyono (2004), didalam matematika hanya diterima pola pikir yang
bersifat deduktif. Pola berfikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan
pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau
diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.

9. Menurut Sumardyono (2004) simbol – simbol dan istilah – istilah dalam


matematika merupakan kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan
simbol dan istilah yang disepakati dalam matematika maka pembahasan
selanjutnya akan menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan.
10. Contoh simbol yang kosong dari arti terdapat pada model matematika, seperti
x + y = z, tidak selalu berarti bahwa x, y, dan z berarti bilangan. Secara
sederhana, bilangan – bilangan yang biasa digunakan dalam pembelajaran
pun bebas dari atau makna real. Bilangan tersebut dapat berarti panjang,
jumlah barang, volum, nilai uang, dan lain – lain, tergantung pada konteks
dimana bilangan itu ditetapkan. Bahkan tanda “+” tidak selalu dimaknai
sebagai operasi tambah untuk dua bilangan, bisa jadi operasi untuk vector,
matriks, dan lain – lain.
LATIHAN SOAL HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK IPA

1. Jelaskan pengertian IPA menurut pendapat ahli!


2. Jelaskan maksud dari IPA sebagai produk menurut pendapat ahli minimal 2!
3. Apa yang dimaksud dengan fakta dalam IPA?
4. Jelaskan secara garis besar, apakah yang menjadi konsep dalam pembelajaran
IPA?
5. Sebutkan beberapa prinsip IPA menurut pendapat ahli!
6. Jelaskan alasan mengapa dalam pembelajaran IPA, kita membutuhkan alat –
alat untuk membantu proses pembelajaran!
7. Jelaskan pengertian fisika menurut pendapat ahli minimal 1!
8. Sebutkan beberapa ciri – ciri pembelajaran kimia yang membuat beberapa
ahli berpendapat bahwa ilmu kimia adalah pelajaran yang sulit dipahami oleh
siswa!
9. Jelaskan pengertian biologi menurut pendapat ahli minimal 1!
10. Sebutkan karakteristik makhluk hidup yang dikemukakan oleh ahli!
JAWABAN:

1. Menurut Nina Rahayu (2014), IPA merupakan konsep pembelajaran alam


dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan
manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan
juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk
membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang
mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia
sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan
alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Powler (Usman Samatowa, 2006) IPA merupakan ilmu yang berhubungan


dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun
secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimen. Patta Bundu (2006) menyatakan bahwa IPA adalah produk dari
proses kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperoleh pengetahuan
dan sikap terhadap proses kegiatan tersebut.

3. Menurut Trianto (2010), fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan


tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang
benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. Ia juga
mendeskripsikan fakta sebagai sifat – sifat suatu benda yang disimpulkan
berdasarkan suatu kejadian yang telah berlalu.
4. Pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-
gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan
dan induksi.

5. Menurut Mulyasa (2006), ada beberapa prinsip IPA, diantaranya adalah:


a. IPA mempunyai nilai ilmiah.
b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan
c. IPA merupakan pengetahuan teoritis.
d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.
e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap

6. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu


pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu
sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh
hnya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang
kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektivitas. Contoh :
pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur
suhu yaitu termometer.

7. Menurut Jujun S.Suriasumantri. 2002 Fisika merupakan ilmu yang lahir


dan dikembangkan melalui langkah – langkah observasi, perumusan masalah,
pengujian hipotesis lewat eksperimen, pengujian kesimpulan, dan pengajuan
teori atau konsep.

8. Ciri – ciri kimia yang membuat ahli berpendapat bahwa ilmu kimia adalah
ilmu yang sulit dipahami oleh siswa diantaranya adalah:

a. Ilmu kimia bersifat abstrak


b. Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya
c. Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat
d. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal – soal
e. Bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak

9. Biologi berasal dari kata bios yang berarti hidup dan logos yang berarti
pengetahuan. Jadi biologi didefinisikan ilmu pengetahuan yang mempelajari
makhluk hidup. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu biologi mengkaji berbagai
persoalan yang berkaitan dengan berbagai tingkat organisasi kehidupan dan
interaksinya dengan factor lingkungan. ( Sumaji. dkk.2000)
10. Berikut ini adalah karakteristik dasar makhluk hidup. (Trianto (2010))
a. Makhluk hidup disusun oleh sel
b. Makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan
c. Makhluk hidup melakukan proses metabolisme
d. Makhluk hidup memberikan respon terhadap rangsang (iritabilitas)
e. Makhluk hidup melakukan reproduksi
f. Makhluk hidup mampu beradaptasi dengan lingkungan

Anda mungkin juga menyukai