Anda di halaman 1dari 10

JURNAL CERIA

ISSN : XXXX-XXXX (Print) XXXX-XXXX (Online)


Vol.1 | No.1 | Januari 2018
PENINGKATAN KECERDASAN LOGIKA-
MATEMATIKA MELALUI BIBLIOTERAPI ANAK USIA
DINI KELOMPOK A DI KOBER WARNA PLUS
Wanti Setiawati1, Ema Aprianti, M.Pd2
1
Pendidikan Guru PAUD, IKIP Siliwangi
2
Pendidikan Guru PAUD, IKIP Siliwangi
1
anti70006@gmail.com, 2 emaaprianti88@gmail.com

Received: XXXXX X, XXXX; Accepted: XXXXX X, XXXX

Abstract
The background of this research is the lack of logic-mathematical abilities of children,
especially knowing the symbol of group A numbers in Kober Warna Plus. For this reason,
bibliotherapy methods are needed to develop logical-mathematical intelligence This research
method is descriptive and research form PTK with pre-school child subjects. Data collection
techniques are observation, interviews, and documentation. Based on the results of the first
cycle test and observation study of 12.5% of the children developed very well, 37.5%
developed according to expectations, and 50% began to develop and still had to be stimulated,
but when the second cycle was tested, the result showed that the child had developed ability
very good, namely 87.5%, and 12.5% as expected.
Keywords: Logic-Mathematical Intelligence, Bibliotherapy, Early Childhood

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya kemampuan logika-matematika anak
terutama mengenal lambang bilangan kelompok A di Kober Warna Plus. Untuk itu,
diperlukan metode biblioterapi untuk meningkatkan kecerdasan logis-matematis anak.
Metode penelitian ini merupakan deskriptif dan bentuk penelitiannya PTK dengan
subjek anak pra sekolah. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, serta
dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian tes dan observasi siklus I sebesar 12,5%
anak berkembangan sangat baik, 37,5% berkembang sesuai harapan, serta 50% mulai
berkembang dan masih harus distimulasi, namun saat dilakukan tes siklus II, hasilnya
anak sudah menunjukkan kemampuannya
Kata Kunci: Kata Kunci, Kata Kunci, Kata Kunci

How to Cite: Last name-1, Initial First and Middle name-1., Last name-2, Initial First and
Middle name-2., & Last name-3, Initial First and Middle name-3. (2017). Title Title Title Title.
Ceria, X (X), XX-XX.

PENDAHULUAN sains yang dilakukan oleh Obson,


Secara psikologi dan ilmu pendidikan, White, dan Bloom (Suyadi & Maulidya,
masa keemasan (The Golden Age) usia 2013) menyatakan bahwa
nol sampai enam tahun adalah waktu “perkembangan kecerdasan anak pada
peletakan dasar atau fondasi awal bagi usia nol sampai empat tahun mencapai
pertumbuhan dan perkembangan anak. 50%,..”
Menurut penelitian di bidang neuro- Pada masa ini pertumbuhan serta
perkembangan anak perlu distimulus

1
JURNAL CERIA
ISSN : XXXX-XXXX (Print) XXXX-XXXX (Online)
Vol.1 | No.1 | Januari 2018
untuk mengembangkan aspek-aspek Materi pembelajaran logika-matematika
pada anak. Untuk itulah pendidikan pra berupa mengajukan pertanyaan kritis,
sekolah penting bagi masa peka anak, mempolakan sesuatu misalnya
yaitu saat terjadinya pematangan fungsi mendesain bangunan dengan berbagai
fisik serta psikis yang siap merespon bentuk dan warna, membuat kode
stimulus yang diberikan oleh angka, atau simbol lainnya, mengukur,
lingkungan untuk meletakkan dasar mengurutkan sesuatu atau mengira-
pertama mengembangkan kemampuan ngira jumlah serta ukuran suatu benda.
fisik, bahasa, sosial, motorik, Materi untuk anak pra sekolah,
emosional, seni, moral, agama, dan kapasitas penggunaan angka-angka
intelektual, termasuk didalamnya masih sebatas pengenalan konsep
kecerdasan majemuk. Multiple matematika sederhana.
Intelligences yakni produk kajian Pengembangan kognitif bergayut
Neurosains di bidang pendidikan yang erat dengan kecerdasan logis-matematis
ditemukan Howard Gardner, seorang dan naturalis. Stimulasi kecerdasan
ahli saraf dan psikologi terkemuka dari logika-matematika akan mendorong
sekolah kedokteran Boston dan perkembangan intelektual, terutama
pendidikan Harvard pada tahun 1983. kemampuan berpikir logis, mengolah
Gardner merupakan Co-direction pada informasi, kapasitas berpikir,
Project Zero, sebuah kelompok reset di memorisasi, penalaran, akuisisi konsep,
Harvard Graduate School of Education. klasifikasi, pemecahan masalah, serta
Dari proyek penelitian inilah, Gardner pemusatan perhatian. Kemampuan
menemukan kecerdasan majemuk. kognitif merupakan tingkah laku yang
Salah satu Multiple Intelligences adalah mengakibatkan orang memperoleh
kecerdasan logika-matematika, yaitu wawasan atau yang dibutuhkan untuk
“kecerdasan yang dimiliki anak terkait menggunakan pengetahuan.
hal angka dan logika, yakni kecerdasan Perkembangan intelektual menunjukkan
yang melibatkan keterampilan dalam perkembangan dari cara anak berpikir,
mengolah/kemahiran menggunakan termasuk kemampuan anak
angka serta akal sehat. Kecerdasan mengoordinasikan berbagai cara
logis-matematis AUD dikembangkan berpikir menyelesaikan berbagai
melalui: mengenal beberapa bilangan, masalah yang dihadapi anak.
beberapa pola, perhitungan, Aspek kecerdasan logika-
pengukuran, geometri, dan matematika anak empat sampai lima
pengklasifikasian. Kemampuan tahun dalam perkembangan kognitif
kecerdasan logika-matematika anak ini menurut Permendikbud RI No 137
bisa diidentifikasi melalui: 1) (2014) yang akan dijadikan acuan untuk
kemampuan menggunakan sistem PTK ini sebagai berikut:
angka yang abstrak; 2) kemampuan 1. Belajar dan Pemecahan Masalah
menemukan hubungan antara perilaku, a. Mengenal konsep sederhana
objek, dan ide-ide; serta 3) kehidupan sehari-hari
keterampilan menggunakan alasan yang b. Memahami pola kegiatan serta
logis atau berurutan” (Sujiono & menyadari pentingnya waktu
Sujiono dalam Kurniawan, 2016: 83). c. Mengetahui konsep banyak dan
Cara terbaik belajar untuk sedikit
kecerdasan ini melalui angka, berpikir, 2. Berpikir Logis
bertanya, mencoba, menduga, a. Mengenal warna
menghitung, menimbang, mengurutkan, b. Mengenal pola
mengklasifikasi, dan mengonstruksi.

2
JURNAL CERIA
ISSN : XXXX-XXXX (Print) XXXX-XXXX (Online)
Vol.1 | No.1 | Januari 2018
c. Mengurutkan benda berdasarkan anak sering bersentuhan dengan kasus
lima seriasi ukuran atau warna matematis, seperti: Berapa jumlah jari
3. Berpikir Simbolik tangan? Berapa jumlah roda mobil?
a. Menyebutkan lambang bilangan Berapa hari seminggu, sebulan, serta
1-10 setahun? Berapa jumlah anggota
b. Menggunakan lambang bilangan keluarga? Namun, sangat disayangkan
untuk menghitung karena tidak diimbangi dengan
c. Mencocokkan bilangan dengan penguasaan yang sesuai, banyak anak di
lambang bilangan sekolah merasa lemah dalam mata
Kecerdasan logika-matematika pelajaran matematika, sekalipun setiap
setiap anak berbeda karena faktor yang hari terus berhadapan dengan kasus
memengaruhinya, antara lain: matematika. Inilah yang perlu dicermati
pembawaan, kematangan tiap organ oleh guru dan orangtua mengapa
tubuh mengalami pertumbuhan serta matematika jauh dari penguasaan
perkembangan, pembentukan keadaan keilmuan, padahal dekat dengan
di luar diri seseorang yang kehidupan.
memengaruhi perkembangan Oleh sebab itu, diperlukan suatu
kecerdasan, minat dan pembawaan yang cara untuk mengembangkan kecerdasan
khas, serta kebebasan manusia dapat logika-matematika. Salah satu metode
memilih metode-metode tertentu dalam adalah biblioterapi, yakni terapi buku.
memecahkan masalah. Semua faktor itu Buku menjadi media yang praktis
bersangkutpaut satu sama lain. Untuk digunakan dan terjangkau, yang telah
menentukan cerdas tidaknya seorang dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Ide
anak, bukan hanya berpedoman pada pemanfaatan bahan bacaan sebagai
salah satu faktor saja. Kecerdasan media terapi pada waktu itu tak dapat
adalah faktor total, yang berperan dilepaskan dari Plato. Menurutnya,
menentukan kecerdasan seseorang. orang dewasa sebaiknya menyeleksi
Untuk itu, kecerdasan ini menjadi cerita yang diperdengarkan pada anak
aspek perkembangan yang harus mereka, sebab hal itu dapat menjadi
dikembangkan di PAUD sebagai jalan berpikir serta budi pekerti anak di
tuntutan sekolah dasar, yang masa selanjutnya. Biblioterapi (dalam
mensyaratkan calon siswanya harus Anafiah, 2017) berasal dari kata
bisa baca, tulis, dan hitung. Akibatnya, biblion yang berarti buku atau bahan
orangtua menuntut lembaga PAUD bacaan, sementara therapeia artinya
untuk mengajari anak membaca, penyembuhan. Jadi, biblioterapi dapat
menulis, serta berhitung (calistung) dimaknai sebagai upaya penyembuhan
karena khawatir anaknya tidak mampu lewat buku. Bahan bacaan berfungsi
mengikuti pelajaran di sekolah jika mengalihkan orientasi dan memberikan
sedari awal belum dibekali pandangan positif. Menurut Suparyono,
keterampilan calistung, sehingga guru “pemanfaatan buku sebagai media
PAUD terpaksa mengekploitasi terapi disebut dengan biblioterapi”
kecerdasan anak. (dalam Apriza, 2017).
Permasalahan calistung terjadi Lain halnya menurut Agustina
jika pembelajaran diajarkan seperti (2017: 51) “biblioterapi adalah terapi
orang dewasa, besar kemungkinan hal buku atau membaca dengan metode
itu berakibat fatal. Anak bisa bercerita, berkisah atau mendongeng
kehilangan semangat karena untuk menyelesaikan masalah.” Buku
menganggap pelajaran itu sulit dan merupakan guru yang paling sabar
tidak menyenangkan walaupun setiap dalam memberikan pemahaman dan

3
JURNAL CERIA
ISSN : XXXX-XXXX (Print) XXXX-XXXX (Online)
Vol.1 | No.1 | Januari 2018
bisa dibaca berulang-ulang, hingga praktis serta refleksi dari tindakan
pembacanya menemukan kunci terbaik tersebut.”
untuk menyelesaikan masalahnya. Tujuan PTK yakni untuk
Praktik biblioterapi sangat efektif memperbaiki dan meningkatkan
dikenalkan melalui metode kualitas isi, masukan, proses, serta hasil
mendongeng. Logika-matematika pembelajaran. Penelitian Tindakan
dongeng mudah dipahami anak-anak Kelas memiliki dua siklus yaitu siklus I
karena sesuai dengan (pertemuan satu, dua dan tiga) serta
perkembangannya. Anak-anak sering siklus II (pertemuan satu, dua, dan tiga).
merasa lebih mudah mengerti Teknik pengumpulan data yaitu
matematika melalui cerita daripada observasi, wawancara, serta
dengan angka-angka. Saat anak sedang dokumentasi.
membaca atau mendengarkan dongeng, Penelitian ini dilakukan di Kober
sesungguhnya anak sedang melakukan Warna Plus Cimahi beralamat di Jl.
pemikiran logika yang berhubungan Kecamatan No. 95 Cimahi,
dengan mempolakan, menganalisis, dilaksanakan bulan Februari sampai
serta menyimpulkan isi cerita. Aspek April 2018 dengan subjeknya kelompok
logika dan matematika selalu ada dalam usia 4-5 tahun, dengan jumlah murid 8
dongeng, sekalipun tidak kompleks. anak, 4 laki-laki dan 4 perempuan.
Aspek matematika terkait dengan Analisis data penelitian ini
permainan angka yang sering muncul merupakan deskritif data kuantitatif
dalam dongeng serta logika terkait dan kualitatif. Data kualitatif untuk
dengan rangkaian peristiwa. Untuk itu, menggambarkan informasi tentang
dongeng punya potensi dijadikan media kemampuan anak yang sedang
peningkatan kecerdasan logika- ditingkatkan dalam bentuk kalimat,
matematika. Bahkan kenyataan yang sedangkan kuantitatif digunakan untuk
tidak bisa disangkal, anak-anak akan menganalisa berupa angka. Pada
lebih memahami logika dan matematika penelitian ini, peneliti menggunakan
dalam cerita. Saat anak sedang rumus penilaian menurut Sudijono
membaca atau mendengarkan dongeng, (2017: 43) sebagai berikut:
sesungguhnya anak sedang melakukan f
P= x 100%
pemikiran logika terkait dengan N
mempolakan, menganalisis, dan Keterangan:
menyimpulkan isi cerita. Ini berarti f = Frekuensi yang sedang dicari
melalui dongeng, anak diajak untuk persentasenya
mengembangkan kecerdasan logis- N = Jumlah frekuensi banyaknya
matematis. individu
METODE P = Angka persentasi
PTK ini mengikuti model
Penelitian mengenai biblioterapi untuk Kemmis dan Mc Taggart (Hendriana &
peningkatan kecerdasan logika- Afrilianto, 2014) meliputi empat tahap
matematika menggunakan PTK atau yaitu:
Classroom Action Research. Menurut 1. Siklus Pertama a) Perencanaan
Suyitno (Hendriana & Afrilianto, 2014: adalah melakukan perencanaan
31), “penelitian tindakan kelas penelitian, b) Pelaksanaan adalah
merupakan studi sistematis yang melaksanakan tindakan terhadap
dilakukan oleh guru dalam upaya objek penelitian, c) Observasi yaitu
memperbaiki praktik-praktik melakukan pengamatan pada
pendidikan dengan melakukan tindakan pemberian tindakan dan

4
JURNAL CERIA
ISSN : XXXX-XXXX (Print) XXXX-XXXX (Online)
Vol.1 | No.1 | Januari 2018
implikasinya pada subjek penelitian, kategori BB 4 anak, MB 3 anak,
serta d) Refleksi yakni mengkaji BSH 1 anak, dan 0 BSB.
kembali hasil pengamatan terhadap g. Kemampuan siswa menyebutkan
subjek penelitian. lambang bilangan 1-10 untuk
2. Siklus kedua dilakukan dengan kategori yang BB 1 anak, MB 4
langkah-langkah yang sama seperti anak, BSH 2 anak, serta 1 anak
siklus pertama, namun dilakukan BSB.
perbaikan dan modifikasi. h. Menggunakan lambang bilangan
Keberhasilan penelitian dilihat untuk menghitung, BB sebanyak 4
dari segi hasil tindakan, dikategorikan siswa, MB 3 anak, 1 anak didik
berhasil apabila minimal 75% peserta BSH, dan 0 BSB.
didik berkembang sangat baik dalam i. Kemampuan peserta didik
peningkatan kecerdasan logika- mencocokkan bilangan dengan
matematika. Hal ini merupakan lambang bilangan untuk kategori BB
ketentuan Musyawarah dari guru, sebanyak 4 anak, MB 3 anak, 1 anak
peneliti, dan kepala Kober Warna Plus. BSH, serta tidak ada anak yang BSB.

HASIL PENELITIAN DAN Tabel 1 Persentase Pra Siklus


PEMBAHASAN Kategori Pra Siklus
Hasil Penelitian BB 50%
MB 12,5%
1. Kondisi awal BSH 25%
Hasil observasi pra siklus adalah BSB 12,5%
sebagai berikut:
Total 100%
a. Kemampuan kanak-kanak mengenal
konsep sederhana kehidupan sehari-
hari untuk kategori yang Belum Hasil observasi kondisi awal yaitu
Berkembang (BB) 3 anak, kategori kategori BB sebesar 50%, MB 12,5%,
Mulai Berkembang (MB) 4 anak, BSH 25%, dan BSB 12,5%. Hal ini
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) menunjukkan bahwa kecerdasan logika-
1 anak, serta tidak ada anak matematika peserta didik kelompok A
Berkembang Sangat Baik (BSB). Kober Warna Plus belum berkembang
b. Memahami pola kegiatan dan optimal sehingga dibutuhkan tindakan
menyadari pentingnya waktu untuk yang dapat meningkatkan kemampuan
BB tidak ada, MB 4 anak, BSH 3 logis-matematis yakni melalui
anak, dan 1 anak BSB. biblioterapi.
c. Mengetahui konsep banyak dan Hasil pra siklus belum optimal
sedikit untuk kategori BB tidak ada, karena beberapa faktor diantaranya:
MB 4 anak, BSH 3 anak, serta 1 sebagian anak tidak memerhatikan
anak BSB. guru, ada siswa mengobrol, serta guru
d. Mengenal warna untuk kategori BB) kurang jelas menyampaikan materi.
1 anak, MB 3 anak, 1 anak BSH,
dan 3 BSB. 2. Siklus I
e. Mengenal pola untuk kategori BB a. Perencanaan
sebanyak 4 anak, MB 3 anak, BSH Tahap ini yaitu pembuatan RPPH
1 anak, 0 BSB. berdasarkan silabus yang dijadikan
f. Mengurutkan benda berdasarkan 5 acuan penelitian, kemudian disusun
seriasi ukuran atau warna, untuk skenario pembelajaran untuk setiap
pertemuan. Penerapan biblioterapi pada

5
JURNAL CERIA
ISSN : XXXX-XXXX (Print) XXXX-XXXX (Online)
Vol.1 | No.1 | Januari 2018
siklus pertama dilakukan dengan
metode mendongeng, tanya jawab, Tabel 2 Persentase Siklus 1
percakapan, penugasan, unjuk kerjadan Kategori Pra Siklus
instrumen berupa lembar observasi,
BB 0%
wawancara, serta dokumentasi.
MB 50%
b. Pelaksanaan
BSH 37,5%
Tindakan pembelajaran siklus 1
BSB 12,5%
yaitu 3 pertemuan pada tanggal 5, 6, 7
Maret 2018 serta satu kali tes, yang Total 100%
dilakukan oleh peneliti dan guru kelas Berdasarkan hasil observasi
kelompok A Kober Warna Plus secara siklus pertama, anak Belum
bersama-sama melakukan biblioterapi. Berkembang 0%, Mulai Berkembang
c. Observasi dan Evaluasi 50%, Sesuai Harapan 37,5%, serta
Hasil observasi siklus I sebagai Sangat Baik 12,5%. Anak didik yang
berikut: mampu menunjukkan penguasaan
1) Kemampuan anak mengenal konsep kecerdasan logika-matematika semakin
sederhana kehidupan sehari-hari bertambah dibandingkan kondisi awal.
untuk kategori BB tidak ada, MB 3 d. Refleksi
anak, BSH 4 anak, serta 1 anak Tahap ini, peneliti dan guru
BSB. menilai serta mendiskusikan kelemahan
2) Memahami pola kegiatan serta yang terdapat pada pelaksanaan
menyadari pentingnya waktu untuk tindakan siklus I. Penerapan biblioterapi
kategori BB 0, MB 0, BSH 4 anak, belum optimal, mengingat kegiatan ini
serta 4 BSB. baru dilakukan di kelompok A Kober
3) Mengetahui konsep banyak dan Warna Plus.
sedikit, untuk kategori BB 0, MB 0, Beberapa kelemahan tersebut
BSH 4 anak, serta 4 anak BSB. antara lain: tidak semua siswa aktif
4) Mengenal warna untuk kategori BB belajar, oleh sebab masih ada beberapa
0, 1 anak MB, BSH 3 anak, dan 4 anak tidak memerhatikan guru dan lebih
anak BSB. asyik dengan yang dilakukan anak di
5) Kemampuan mengenal pola, BB 0, 4 luar pembelajaran, sebagian anak masih
anak MB, 4 anak BSH, serta 0 BSB. mengalami kesulitan memahami
6) Mengurutkan benda berdasarkan pelajaran kecerdasan logika-
lima seriasi ukuran atau warna, BB matematika, serta masih banyaknya
0, 4 anak MB, 4 anak BSH, dan 0 peserta didik yang mudah teralihkan
BSB. perhatiannya ketika kegiatan
7) Kemampuan siswa menyebutkan biblioterapi dilaksanakan.
lambang bilangan 1-10, BB 1 anak,
MB 3 anak, BSH 3 anak, serta 1 3. Siklus II
anak BSB. a. Perencanaan
8) Kemampuan menggunakan lambang Peneliti bersama guru
bilangan untuk menghitung, yaitu merencanakan tindakan siklus II, agar
BB sebanyak 3 anak, MB 4 anak, beberapa kelemahan yang terjadi
tidak ada anak BSH, dan 1 anak sebelumnya dapat diperbaiki serta
BSB. memperoleh hasil maksimal. Kemudian
9) Mencocokkan bilangan dengan disusun skenario pembelajaran untuk
lambang bilangan, untuk BB 3 anak, setiap pertemuan yang dilakukan
MB 4 anak, tidak ada anak BSH, dengan metode mendongeng, tanya
serta 1 anak BSB.

6
JURNAL CERIA
ISSN : XXXX-XXXX (Print) XXXX-XXXX (Online)
Vol.1 | No.1 | Januari 2018
jawab, percakapan, penugasan, unjuk 9) Mencocokkan bilangan dengan
kerja, dan hasil karya. lambang bilangan, untuk kategori
Membuat lembar observasi anak BB tidak ada, MB 1 anak, 6 anak
(aspek yang diobservasi didasarkan BSH, serta 1 anak BSB.
langkah-langkah pembelajaran pada
RPPH), menyiapkan perangkat Tabel 3 Persentase Siklus II
pembelajaran sebagai media yang akan Kategori Pra Siklus
digunakan saat pembelajaran
BB 0%
biblioterapi serta merancang perangkat
MB 0%
evaluasi untuk tes tindakan siklus II.
BSH 12,5%
b. Pelaksanaan
BSB 87,5%
Tindakan pembelajaran siklus II
yaitu 3 pertemuan pada tanggal 2, 3, Total 100%
dan 4 April 2018 serta satu kali tes.
Guru tetap bertindak sebagai pengajar Pembahasan
sedangkan peneliti menjadi pengamat. 1. Logika-Matematika Peserta Didik
c. Observasi dan evaluasi Sebelum Diterapkan Biblioterapi
Hasil pelaksanaan siklus II sebagai di Kober Warna Plus
berikut: Sebelum dilaksanakan tindakan
1) Kemampuan mengenal konsep siklus I, terlebih dahulu anak kelompok
sederhana kehidupan sehari-hari, A diberi tes awal sebagai latihan yang
untuk kategori BB dan MB tidak bertujuan untuk mengetahui
ada, BSH 3 anak, serta 5 anak BSB. pengetahuan siswa. Hasil penelitian
2) Mengenal pola kegiatan serta awal menunjukkan di bawah rata-rata
menyadari pentingnya waktu, BB, dari jumlah maksimal seluruh anak
MB, serta BSH tidak ada, semua didik yakni 12,5% BSB sebanyak 1
siswa yang berjumlah 8 anak masuk anak, 25% BSH 2 anak, 1 anak MB
kategori BSB. sebesar 12,5%, dan 4 anak belum
3) Mengetahui konsep banyak dan mampu menguasai materi kecerdasan
sedikit, untuk kategori BB serta MB logika-matematika sebesar 50%. Tentu
tidak ada, BSH 1 anak, dan 7 BSB. hal ini mengharuskan adanya suatu
4) Mengenal warna, untuk kategori BB tindakan pembelajaran agar dapat
dan MB tidak ada, BSH 1 anak, meningkatkan kecerdasan logis-
serta 7 anak BSB. matematis.
5) Mengenal pola, BB tidak ada, 1 anak
MB, 3 anak BSH, dan sebanyak 4 2. Pelaksanaan Biblioterapi dalam
anak BSB. Peningkatan Kemampuan
6) Mengurutkan benda berdasarkan Kecerdasan Logika-Matematika
lima seriasi ukuran atau warna, Siswa di Kober Warna Plus.
kategori BB tidak ada, 1 anak MB, 4 “Biblioterapi adalah terapi buku
anak BSH, dan 3 anak BSB. atau membaca dengan metode bercerita,
7) Menyebutkan lambang bilangan 1- berkisah atau mendongeng untuk
10, untuk BB dan MB 0, BSH 2 menyelesaikan masalah” (Agustina,
anak, serta 6 anak BSB. 2017). Biblioterapi digunakan agar
8) Menggunakan lambang bilangan dapat meningkatkan kecerdasan logika-
untuk menghitung, kategori anak BB matematika anak kelompok A Kober
tidak ada, MB 1 anak, 4 anak BSH, Warna Plus pada pra siklus belum
serta 3 anak BSB. menguasai dengan baik indikator
kecerdasan logis-matematis. Untuk itu

7
JURNAL CERIA
ISSN : XXXX-XXXX (Print) XXXX-XXXX (Online)
Vol.1 | No.1 | Januari 2018
peneliti bersama guru kelas Berdasarkan hasil observasi
mengadakan tindakan siklus I dan II. terhadap siswa pada siklus II
Berdasarkan pelaksanaan menunjukkan bahwa penguasaan
pembelajaran kecerdasan logis- kecerdasan logika-matematika anak
matematis malalui biblioterapi untuk melalui biblioterapi secara klasikal
siklus I, menunujukkan hasil bahwa telah mengalami peningkatan.
pembelajaran belum optimal Sebelumnya, pada tes tindakan siklus I
dilaksanakan sesuai skenario yang telah hasilnya baru mencapai 12,5% BSB
disusun serta disepakati antara peneliti serta 37,5% BSH, namun pada saat
dan guru. dilakukan tes siklus II hasilnya siswa
Secara umum untuk siklus I sudah mampu menunujukkan
terdapat beberapa kekurangan, yaitu kemampuannya dengan Berkembang
tidak semua anak aktif pada kegiatan Sangat Baik yaitu 87,5% dan Sesuai
pembelajaran, banyak anak terdiam saat Harapan 12,5%.
kegiatan tanya jawab, ada siswa yang
masih terlihat malu-malu atau ragu 3. Hasil Setelah Diterapkan
untuk menyebutkan dan menjawab Biblioterapi dalam Peningkatan
pertanyaan dalam kegiatan biblioterapi, Kecerdasan Logika-Matematika
serta anak mengemukakan pendapat Anak Didik di Kober Warna Plus.
masih belum optimal. Hasil penelitian dari pra siklus,
Hasil tes tindakan siklus pertama siklus I serta II pada pelaksanaan
menunjukkan bahwa penguasaan materi pembelajaran biblioterapi dapat
kecerdasan logika-matematika melalui meningkatkan kecerdasan logis-
biblioterapi secara klasikal hanya matematis anak, terbukti dengan anak
12,5% sangat baik, 37,5% sesuai mampu menguasai indikator kecerdasan
harapan, dan 50% mulai muncul logis-matematis yaitu keterampilan
perkembangannya serta masih harus berhitung, berpikir logika, serta
distimulasi. Hal ini menunujukkan pemecahan masalah. Hal ini sejalan
peningkatan ketika tes awal dilakukan. dengan pengertian kecerdasan logis-
Berdasarkan hasil observasi matematis menurut Shearer (Susanto,
pelaksanaan tindakan untuk siklus II 2015: 282) menyatakan bahwa
melalui biblioterapi menggunakan “kecerdasan logika-matematika
metode mendongeng, bercakap-cakap, meliputi keterampilan berhitung,
tanya jawab, serta penugasan sudah berpikir logis, dan pemecahan
jauh cukup baik dari sebelumnya. Guru masalah.” Hal ini diperkuat oleh
memperbaiki kekurangan dan Permendikbud RI No 137 (2014)
kelemahan-kelemahan pelaksanaan bahwa, “indikator kecerdasan logis-
tindakan sebelumnya serta menciptakan matematis untuk anak usia empat
suasana pembelajaran yang bervariasi sampai lima tahun dalam
agar anak didik tidak merasa bosan perkembangan kognitif adalah belajar
walaupun masih menggunakan serta pemecahan masalah meliputi
biblioterapi untuk pembelajaran. Ini mengenal konsep sederhana kehidupan
terlihat dari keaktifan dan rasa antusias sehari-hari, memahami pola kegiatan
dari siswa dalam merespon kegiatan serta menyadari pentingnya waktu,
yang diberikan guru. Namun mengetahui konsep banyak dan sedikit;
kekurangan guru yang banyak terjadi berpikir logis yaitu mengenal warna
adalah membatasi anak untuk serta pola, mengurutkan benda
mengemukakan pendapatnya. berdasarkan lima seriasi ukuran atau
warna; dan berpikir simbolik meliputi

8
JURNAL CERIA
ISSN : XXXX-XXXX (Print) XXXX-XXXX (Online)
Vol.1 | No.1 | Januari 2018
menyebutkan lambang bilangan 1-10, peningkatan yang sangat baik melalui
menggunakan lambang bilangan untuk biblioterapi.
menghitung, serta mencocokkan
bilangan dengan lambang bilangan. SIMPULAN
Penilaian data secara keseluruhan Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
dari hasil observasi pada pra siklus, kondisi objektif kecerdasan logis-
siklus I serta II di atas sebagai berikut: matematis peserta didik kelompok A di
Kober Warna Plus sebelum diberikan
Tabel 4 tindakan yaitu masih banyak anak yang
Persentase Tes Pra Siklus, Siklus I, belum mampu mencapai indikator
Siklus II kecerdasan logika-matematika. Hasil
Siklus Siklus penelitian awal menunjukkan
Kategori Pra Siklus
I II kemampuan anak di bawah rata-rata
BB 50% 0% 0% dari jumlah maksimal seluruh anak
MB 12,5% 50% 0% yakni 12,5% Berkembang Sangat Baik,
BSH 25% 37,5% 12,5% 25% Berkembang Sesuai Harapan, dan
BSB 12,5% 12,5% 87,5% 12,5% Mulai Berkembang, dan 50%
Total 100% 100% 100% belum mampu menguasai materi
kecerdasan logika-matematika.
Grafik 1 Hasil penelitian setelah
Persentase Tes Pra Siklus, Siklus I, diterapkan biblioterapi menunjukkan
Siklus II peningkatan dari sebelum diberi
tindakan. Pada siklus I serta II,
100% kecerdasan logika-matematika anak
berkembang secara optimal. Pada siklus
80%
I, anak BSB 12,5%, BSH 37,5%, MB
60% Pra Siklus 50%, dan 0% BB. Sedangkan pada
40% Siklus I siklus II, kecerdasan logika-matematika
Siklus II mengalami peningkatan pada kategori
20% BSB 87,5%, BSH 12,5%, serta 0%
0% kategori MB dan BB. Berdasarkan hasil
BB MB BSH BSB observasi dari setiap tindakan pada
siklus, dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan Tabel 7 dan Grafik 1 dengan biblioterapi dapat meningkatkan
di atas, hasil observasi telah mengalami kecerdasan logika-matematika anak
perubahan dari awal pra siklus sampai didik kelompok A di Kober Warna
dilakukannya tindakan siklus II. Pada Plus. Pelaksanaan biblioterapi
tes awal BB 50%, MB 12,5%, anak menunjukkan hasil bahwa sebagian
BSH 25%, dan BSB 12,5%. Namun besar anak sangat antusias mengikuti
setelah diberikan tindakan siklus I, BB pembelajaran. Selain dapat
0%, MB 50%, BSH 37,5%, serta BSB meningkatkan kecerdasan logika-
12,5%. Kemudian pada tindakan siklus matematika anak, biblioterapi dapat
II mengalami perubahan yang sangat meningkatkan kecerdasan bahasa,
baik di akhir siklus yaitu BB 0%, MB kognitif, agama, dan sosial emosional.
0%, BSH 12,5%, dan BSB 87,5%.
Untuk itu dengan ini dinyatakan SARAN
bahwa kemampuan kecerdasan logika- Peneliti menyarankan agar orangtua,
matematika anak kelompok A Kober guru, dan pihak sekolah mengajarkan
Warna Plus telah mengalami kecerdasan logika-matematika dengan

9
JURNAL CERIA
ISSN : XXXX-XXXX (Print) XXXX-XXXX (Online)
Vol.1 | No.1 | Januari 2018
cara yang menyenangkan, mudah, http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.p
kreatif, dan menunjukkan contoh- hp/trihayu/article/view/1875/1044
contoh sederhana pada anak yang Hendriana, H., & Afrilianto, M. (2014).
berhubungan dengan logika-matematika Panduan bagi Guru Penelitian
agar anak lebih termotivasi untuk Tindakan Kelas suatu Karya Tulis
belajar tanpa paksaan. Ilmiah. Bandung: PT Refika
Aditama.
DAFTAR PUSTAKA Kurniawan, Heru (2016). Kreatif
Agustina, S. (2017). Biblioterapi untuk Mendongeng untuk Kecerdasan
Pengasuhan Membangun Jamak Anak. Jakarta: Kencana.
Karakter Anak dengan Kisah. Permendikbud RI No 137 (2014).
Jakarta: PT Mizan Publika. Lampiran I, Standar Nasional
Afriza (2017). Pengaruh Biblioterapi Pendidikan Anak Usia Dini, h 24-
Dengan Buku Cerita Bergambar 26.
Terhadap Tingkat Kecemasan https://www.paud.id/2015/03/dow
Efek Hospitalisasi pada Anak nload-permendikbud-137-tahun-
Prasekolah. Jurnal Pendidikan 2014-standar-paud.html
Ke-SD-an, Vol. 3, Nomor 3. Sudijono, Anas (2017). Pengantar
Retrieved from Statistik Pendidikan. Jakarta:
http://journal.stkiptam.ac.id/index RajaGrafindo Persada.
.php/obsesi Susanto, A. (2015). Bimbingan dan
Anafiah, Siti. (2017). Pemanfaatan Konseling di Taman Kanak-
Cerita Rakyat Sebagai Media Kanak. Jakarta: Prenadamedia
Biblioterapi bagi Anak. Trihayu: Grup.
Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. Suyadi & Maulidya, U. (2013). Konsep
3, Nomor 3, Mei 2017, hlm. 139- Dasar PAUD. Bandung: PT Remaja
143. Retrieved from Rosdakarya

10

Anda mungkin juga menyukai