Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN ANALISIS HASIL OBSERVASI

DI TAMAN KANAK-KANAK KELOMPOK B


RA AT-TAQWA KAMALAPUTI
WAINGAPU-SUMBA TIMUR

OLEH
NAMA : ROSYITA ACHMAD
NIM : 825726574
JURUSAN : S-1 PG.PAUD
SEMESTER : IX (SEMBILAN)

FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ KUPANG
2020

Page | 1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

NAEYC (National Association for The Education of Young


Children) mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada
rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program di taman penitipan
anak, pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, taman kanak-kanak,
dan SD.
Anak usia dini merupakan masa usia emas, dimana seluruh aspek
perkembangannya berkembang pesat pada usia ini. Tugas pendidik dan orang
tua adalah mengoptimalkan tumbuh kembang di semua aspek
perkembangannya yang meliputi bahasa, kognitif, fisik motorik, nilai agama
dan moral serta sosial emosional.
Raudhatul Athfal At Taqwa atau yang biasa disebut RA At-Taqwa
Kamalaputi merupakan salah satu lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di
bawah naungan Kementrian Agama yang berlandaskan ajaran agama Islam.
Lembaga ini didirikan untuk memenuhi keinginan umat Islam di Sumba
Timur tentang pendidikan agama khususnya agama Islam untuk Anak Usia
Dini. Meskipun demikian, lembaga ini tetap mengembangkan 6 aspek
pengembangan Anak usia Dini dalam proses pembelajaran di kelas, yang
mana enam aspek tersebut sangat penting bagi perkembangan anak. Keenam
aspek itu juga di integrasikan dalam pendidikan agama islam agar
penerapannya tetap sejalan dan tidak keluar dari regulasi yang ada. Salah satu
bidang pengembangannya yaitu bidang pengembangan kognitif.
Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak
mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca
indranya sehingga dengan pengetahuan yang didapatnya tersebut, anak
akan dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh
sesuai dengan kodratnya.
Dalam kegiatan pembelajaran pada anak di RA AT-Taqwa
Kamalaputi, peneliti melakukan pengamatan terhadap pengembangan
kognitif melalui kegiatan menghitung jumlah hewan dan menuliskan
jumlahnya. Peneliti tertarik untuk mengamati kegiatan tersebut karena
pengembangan kognitif sangat penting bagi perkembangan anak usia dini
dan juga dapat berpengaruh pada aspek perkembangan yang lain.

Page | 2
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan setelah melakukan observasi di RA
AT-Taqwa Kamalaputi kelompok B usia 5-6 tahun, maka diputuskan
penelitian ini terfokus pada pengembangan Kognitif melalui kegiatan
mengenal konsep bilangan. Kegiatan ini dipilih karena cukup menarik untuk
dilakukan penelitian di kelompok B RA AT-Taqwa Kamalaputi

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengumpulkan data mengenai:
1. Mengetahui perkembangan kognitif anak Kelompok B RA AT-Taqwa
kamalaputi melalui kegiatan mengenal konsep bilangan.
2. Mengevaluasi hasil belajar anak Kelompok B RA AT-Taqwa Kamlaputi
dalam hal perkembangan kognitif melalui kegiatan mengenal konsep
bilangan. Alasan Kelompok B RA AT-Taqwa Kamalaputi melaksanakan
kegiatan mengenal konsep bilangan untuk pengembangan kognitif.
3. Hal-hal yang mendukung terlaksananya kegiatan tersebut.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk:
1. Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di Kelompok
B RA AT-Taqwa kamalaputi.
2. Menganalisis hasil observasi di Kelompok B RA AT-Taqwa Kamalaputi.
3. Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu
kegiatan di lembaga PAUD.
4. Sebagai referensi dalam kegiatan pengembangan dan tempat peneliti
mengajar.

Page | 3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif merupakan salah satu dari bidang


pengembangan untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas anak sesuai
dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan kognitif
bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan
bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, pengembangan kemampuan
logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan
mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti.
Kognitif atau intelektual adalah suatu proses berpikir berupa
kemampuan atau daya untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan
peristiwa lainnya serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan segala
sesuatu yang diamati dari dunia sekitar.

B. Teori Kognitif

Teori kognitif didasarkan asumsi bahwa kemampuan kognitif


merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku
anak. dengan kemampuan kognitif ini, maka anak dipandang sebagai individu
yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.

1. TEORI GESTALT

Max Wertheimer adalah pendiri aliran Gestalt yang lahir di


Praha, Jerman pada tanggal 15 April 1880 dan meninggal di New York
pada tanggal 12 Oktober 1943. Ia memiliki tentang pengamatan dan
problem Solving. Sumbangannya diikuti oleh Kurt Koffka yang lahir di
Berlin pada tanggal 18 Maret 1886 dan meninggal di North – ampton,
Massachusetts, Amerika serikat pada tanggal 22 November 1941. Koffka
menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan. Ia
menyajikan secara sistematis prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian
gejala psikologi seperti : persepsi, belajar, mengingat, dan psikologi
sosial.
Teori koffka tentang belajar antara lain (a) jejak ingatan adalah
suatu pengalaman yang membekas di otak. (b) perjalanan waktu

Page | 4
berpengaruh terhadap jejak ingatan. (c) latihan yang terus menerus akan
memperkuat jejak ingatan. Walfgang Kohler (1887-1950) melanjutkan
penelitian Wetheimer dan Koffka dengan meneliti tentang insight pada
simpanse.
Konsep penting dalam psikologi Gestalt adalah insight yaitu
pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan
antara bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Esensi dari teori
psikologi gestalt adalah bahwa pikiran (mind) adalah usaha-usaha untuk
menginterpretasikan sensasi dan pengalaman-pengalaman yang masuk
sebagai keseluruhan yang terorganisir berdasarkan sifat-sifat tertentu dan
bukan sebagai kumpulan unit data yang terpisah-pisah.
Menurut pandangan psikologi gestalt, seseorang memperoleh
pengetahuan melalai sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya
secara menyeluruh kemudian menyusunnya kembali dalam struktur yang
lebih sederhana sehingga mudah dipahami.

2. TEORI KONSTRUKTIVISTIK

Teori konstruktivistik merupakan pengembangan lebih lanjut


dari gestalt. Perbedaannya, pada gestalt permasalahan yang dimunculkan
berasal dari pancingan eksternal sedangkan yang konstruktivistik,
permasalahan yang timbul dibangun dari pengetahuan yang direkonstruksi
sendiri oleh siswa.

a. John Dewey

John Dewey adalah seorang filsuf, ahli pendidikan dan


psikolog asal Amerika yang lahir di barlington pada tanggal 20
Oktober 1859 dan meninggal di New York pada tanggal 1 juni 1952.
John Dewey dikenal sebagai bapak konstruktivisme. Idenya
digunakan sebagai Bapak konstruksivisme dan Discovery Learning. Ia
mengemukakan bahwa belajar belajar tergantung pada pengalaman
dan minat siswa sendiri dan topic dalam kurikulum seharusnya saling
terintegrasi bukan terpisah atau tidak mempunyai kaitan satu sama
lain. Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat, berpusat pada siswa
(SCL = Student – Centered Learning) dalam konteks pengalaman
sosial.

b. Jean Piaget

Jean Piaget lahir pada tanggal 9 Agustus 1896, di Neuchatel,


Swiss. Ia meninggal di Jenewa pada 16 September 1980. Teori Piaget
adalah menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan
menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian disekitarnya.
Bagaimana anak mempelajari cirri-ciri dan fungsi dari objek-objek

Page | 5
seperti mainan, perabot, dan makanan, serta objek-objek sosial seperti
diri, orang tua, dan teman. Bagaimana car anak belajar
mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-
persamaan dan perbedaan-perbedaannya.Piaget memandang bahwa
anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya
mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi.

Tahap perkembangan berpikir menurut Piaget yaitu :

1) Sensorimotorik ( 0 -2 Tahun), ialah periode anak belajar


mengenali objek, dan bagaimana ia memanipulasikannya
2) Praoperasional ( 2 – 7 Tahun), selama periode ini anak bisa
berpikir berlainan dengan kategori-kategori sederhana.
3) Operasional kongkrit ( 7 – 11 tahun), cara berpikir anak selama
tingkat ini menjadi semakin lentur dan kurang egosentris sifatnya
dibanding tingkat-tingkat sebelumnya.
4) Operasional formal (12 – 15 tahun), kapasitas kedewasaan dalam
penalaran, daya abstraksi dan berpikir secara inpotesis muncul
secara berangsur-angsur,

Proses belajar sesungguhnya ada 3 tahapan, yaitu :

1) Asimilasi merupakan proses penyatuan atau pengintegrasian


informasi baru ke struktur kognitif yang telah ada ke dalam benak
siswa.
2) Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif pada situasi
yang baru.
3) Disequilibrium dan equilibrium yaitu penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

c. Jerome Brunner (1915 - )

Profesor Jerome Brunner adalah psikologi berkebangsaan AS,


menurutnya belajar adalah proses yang bersifat aktif terkait dengan
ide Discovery Learning yaitu siswa berinteraksi dengan
lingkungannya melalui eksplorasi dan memanipulasi obyek, membuat
pertanyaan dan menyelenggarakan eksperimen.
Brunner mengemukakan bahwa proses belajar lebih ditentukan
oleh cara mengatur materi pelajaran dan bukan ditentukan oleh unsure
seseorang seperti yang telah dikemukakan oleh Piaget. Brunner
menjelaskan perkembangan dalam tiga tahap :

1) Enaktif ( 0 – 3 tahun ) yaitu pemahaman anak dicapai melalui


eksplorasi dirinya sendiri dan manipulasi fisik – motorik melalui
pengalaman sensori.

Page | 6
2) Ikonik ( 3 – 8 tahun )yaitu anak menyadari sesuatu ada secara
mandiri melalui imej atau gambar yang konkrit bukan yang abstrak.
3) Simbolik ( > 8 tahun ) yaitu anak sudah memahami simbol-simbol
dan konsep seperti bahasa dan angka sebagai representasi simbol.
d. Lev Vygotsky

Vygotsky adalah seorang filosof Rusia. Istilah yang sering


digunakan adalah dampak sosial, scaffolding, dan zone of proximal
development( ZPD ).Inti konstruktivis Vygotsky adalah interaksi
anatara aspek internal dan eksternal yang penekanannya pada
lingkungan sosial dalam belajar.
Pembelajaran berdasarkan scaffolding yaitu memberikan
ketrampilan yang penting untuk memecahkan masalah secara
mandiri seperti berdiskusi denagn siswa, praktek langsung, dan
memberikan penguatan.Zone of proximal development( ZPD ) adalah
wilayah dimana anak mapu untuk belajar dengan bantuan orang
yang kompeten. (Yuliani Nurani Sujiono, dkk, 2011: 1.10)

C. Pengembangan kognitif merupakan perwujudan dari kemampuan


primer yaitu:

1. Kemampuan berbahasa 
2. Kemampuan mengingat 
3. Kemampuan nalar atau berpikir logis 
4. Kemampuan tilikan ruang
5. Kemampuan bilangan
6. Kemampuan menggunakan kata-kata
7. Kemampuan mengamati dengan cepat dan cermat

D. Ciri-ciri Perilaku Kognitif

1. Berpikir lancar, yaitu menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang


relevan dan arus pemikiran lancar.
2. Berpikir luwes, yaitu menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam,
mampu mengubah cara atau pendekatan dan arah pemikiran yang
berbeda-beda.
3. Berpikir orisinal, yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim atau lain
dari yang lain yang jarang diberikan kebanyakan orang lain.
4. Berpikir terperinci (elaborasi), yaitu mengembangkan, menambah,
memper-kaya suatu gagasan, memperinci detail-detail dan memperluas
suatu gagasan.

Page | 7
E. Tahapan Perkembangan Kognitif
Anak PAUD berada pada tahapan pra operasional (2-7 tahun).
Dikatakan pra operasional karena anak telah menggunakan logika pada
tempatnya. Lebih lanjut, tahapan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pada tahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk mengorganisasi-
kan dan mengkoordinasikan serta mempersepsikan dengan gerakan-
gerakan dan tindakan-tindakan fisik. Dalam kenyataannya, pra
operasional adalah kemampuan anak untuk mengantisipasi pengaruh dari
satu kejadian dalam kejadian yang lain.
2. Perkembangan pra operasional anak, memungkinkan anak berpikir dan
menyimpulkan eksistensi sebuah benda atau kejadian tertentu walaupun
benda atau kejadian itu berada di luar pandangan, pendengaran, atau
jangkauan tangannya.
3. Anak mengerti bahwa perubahan dalam satu faktor disebabkan oleh
perubahan dalam faktor lain. misalnya dua buah gelas yang berkapasitas
sama tetapi berbeda bentuk dituangi air dengan jumlah yang sama maka
anak akan cenderung menebak isi gelas yang tinggi lebih banyak
daripada isi gelas yang pendek, karena anak hanya mampu melihat pada
ketinggian pada gelas air yang tinggi tanpa memperhitungkan kuantitas
atau volume yang sama pada gelas yang pendek tetapi besar.
4. Pada tahap ini anak memiliki angan-angan karena ia berpikir secara
intuitif yakni berpikir dengan berdasarkan ilham.

F. Tiga Tahapan Proses Membangun Pengetahuan


1. Asimilasi
Proses asimilasi berupa proses aktif dalam menggunakan skema untuk
merespons lingkungan. Proses asimilasi adalah proses penyatuan
informasi baru ke stuktur kognitif yang sudah ada dalam benak anak.
2. Akomodasi
Akomodasi merupakan penyesuaian aplikasi skema yang cocok dengan
lingkungan yang direspons, atau penyesuaian struktur kognitif ke dalam
situasi yang baru.
3. Equilibrium
Equilibrium adalah keseimbangan antara skema yang digunakan dengan
lingkungan yang direspons sebagai hasil ketepatan akomodasi, atau
penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi.

G. Klasifikasi Pengembangan Kognitif

Page | 8
Klasifikasi pengembangan kognitif dimaksudkan untuk
mempermudah guru dan orang dewasa lainnya dalam menstimulasi
kemampuan kognitif anak, sehingga akan tercapai optimalisasi potensi pada
masing-masing anak. Lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Pengembangan Auditory 
Kemampuan ini berhubungan dengan bunyi atau indera
pendengaran anak. Kemampuan yang dikembangkan, antara lain,
mendengarkan atau menirukan bunyi yang didengar sehari-hari,
mendengarkan nyanyian atau syair dengan baik, mengikuti perintah lisan
sederhana, mendengarkan cerita dengan baik, mengungkapkan kembali
cerita sederhana, menebak lagu atau apresiasi musik, mengikuti ritmik
dengan bertepuk, mengetahui asal suara dan mengetahui nama benda yang
dibunyikan.
2. Pengembangan Visual 
Kemampuan ini berhubungan dengan penglihatan,
pengamatan, perhatian, tanggapan dan persepsi anak terhadap lingkungan
sekitar. Kemampuan yang dikembangkan, antara lain, mengenali benda-
benda sehari-hari, membanding-kan benda-benda dari yang sederhana
menuju ke yang lebih kompleks, mengetahui benda dari ukuran, bentuk,
atau dari warnanya, mengetahui adanya benda yang hilang apabila
ditunjukkan sebuah gambar yang belum sempurna atau janggal, menjawab
pertanyaan tentang sebuah gambar seri dan atau lainnya, menyusun
potongan teka-teki mulai dari yang sederhana sampai ke yang lebih rumit,
mengenali namanya sendiri bila tertulis dan mengenali huruf dan angka.
3. Pengembangan Taktil
Kemampuan ini berhubungan dengan pengembangan tekstur
(indera peraba). Kemampuan yang dikembangkan, antara lain:
mengembangkan kesadaran akan indera sentuhan, mengembangkan
kesadaran akan berbagai tekstur, mengembangkan kosa kata untuk
menggambarkan berbagai tekstur seperti tebal-tipis, halus-kasar, panas-
dingin, dan tekstur kontras lainnya, bermain di bak pasir, bermain air,
bermain dengan plastisin, menebak dengan meraba tubuh teman, meraba
dengan kertas amplas, meremas kertas koran dan meraup biji-bijian.
4. Pengembangan Kinestetik
Kemampuan yang berhubungan dengan kelancaran gerak
tangan/ keterampilan tangan atau motorik halus yang mempengaruhi
perkem-bangan kognitif. Kemampuan yang dikembangkan, antara lain,
finger painting dengan tepung kanji, menjiplak huruf-huruf geometri,
melukis dengan cat air, mewarnai dengan sederhana, menjahit dengan
sederhana, merobek kertas koran, menciptakan bentuk-bentuk dengan
balok, mewarnai gambar, membuat gambar sendiri dengan berbagai

Page | 9
media, menjiplak bentuk lingkaran, bujur sangkar, segitiga atau empat
persegi panjang, memegang dan menguasai sebatang pensil, menyusun
atau menggabung-kan potongan gambar atau teka-teki dalam bentuk
sederhana, mampu menggunakan gunting dengan baik, dan mampu
menulis
5. Pengembangan Aritmatika
Kemampuan aritmatika berhubungan dengan kemampuan yang
diarahkan untuk kemampuan berhitung atau konsep berhitung permulaan.
Kemampuan yang dikembangkan, antara lain, mengenali atau membilang
angka, menyebut urutan bilangan, menghitung benda, mengenali
himpunan dengan nilai bilangan berbeda, memberi nilai bilangan pada
suatu himpunan benda, mengerjakan atau menyelesaikan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dengan
menggunakan konsep dari kongkrit ke abstrak, menghubungkan konsep
bilangan dengan lambang bilangan, dan menciptakan bentuk benda sesuai
dengan konsep bilangan. Dalam prakteknya, dapat diterapkan dengan :
a) Menggunakan konsep waktu misalnya hari ini.
b) Menyatakan waktu dengan jam.
c) Mengurutkan lima sampai dengan sepuluh benda berdasarkan urutan
tinggi besar.
d) Mengenal penambahan dan pengurangan.

6. Pengembangan Geometri
Kemampuan geometri berhubungan dengan pengembangan
konsep bentuk dan ukuran. Kemampuan yang dikembangkan, antara lain:
a) Memilih benda menurut warna, bentuk dan ukurannya.
b) Mencocokkan benda menurut warna, bentuk dan ukurannya.
c) Membandingkan benda menurut ukurannya besar-kecil, panjang-
lebar, tinggi-rendah.
d) Mengukur benda secara sederhana.
e) Mengerti dan menggunakan bahasa ukuran, seperti besar-kecil, tinggi-
rendah, panjang-pendek, dan sebagainya.
f) Menciptakan bentuk dari kepingan geometri.
g) Menyebut benda-benda yang ada di kelas sesuai dengan bentuk
geometri.
h) Mencontoh bentuk-bentuk geometri.
i) Menyebut, menunjukkan, dan mengelompokkan lingkaran, segitiga,
dan segiempat.
j) Menyusun menara dari delapan kubus.
k) Mengenal ukuran panjang, berat, dan isi.
l) Meniru pola dengan empat kubus.

Page | 10
7. Pengembangan Sains Permulaan
Kemampuan sains permulaan berhubungan dengan berbagai
percobaan atau demonstrasi sebagai suatu pendekatan secara sainstific
atau logis tetapi tetap dengan mempertimbangkan tahapan berpikir anak.
Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, antara lain:
a. Mengeksplorasi berbagai benda yang ada di sekitar.
b. Mengadakan berbagai percobaan sederhana.
c. Mengkomunikasikan apa yang telah diamati dan diteliti.

H. Karakteristik Perkembangan Kognitif


Dimensi karakteristik perkembangan kognitif, antara lain:
1. Dapat memahami konsep makna yang berlawanan seperti kosong-penuh,
ringan-berat, atas-bawah, dan sebagainya.
2. Dapat memadankan bentuk geometri (lingkaran, persegi dan segitiga)
dengan obyek nyata atau melalui visualisasi gambar
3. Dapat menumpuk balok atau gelang-gelang sesuai ukurannya secara
berurutan.
4. Dapat mengelompokkan benda yang memiliki persamaan warna, bentuk,
dan ukuran.
5. Dapat menyebutkan pasangan benda, mampu memahami sebab akibat.
6. Dapat merangkai kegiatan sehari-hari dan menunjukkan kapan setiap
kegiatan dilakukan.
7. Menceritakan kembali 3 gagasan utama dari suatu cerita.
8. Mengenali dan membaca tulisan melalui gambar yang sering dilihat di
rumah atau di sekolah.
9. Mengenali dan menyebutkan angka 1-10.

Page | 11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

1. Subjek penelitian : Pendidik dan Peserta didik


2. Jumlah peserta didik : 11 orang
3. Laki-laki : 4 orang
4. Perempuan : 7 orang
5. Tempat penelitian : Kelompok B RA AT-Taqwa kamalaputi
6. Alamat : Kelurahan kamalaputi, Kecamatan Kota
Waingapu
7. Tema : Binatang
8. Jumlah pendidik : 1 orang
9. Kepala Sekolah : 1 orang

B. Metode Penelitian

Metode ini menggunakan metode interpratasi yaitu


menginterpretasikan data mengenai gejala/fenomena yang diteliti di
Kelompok B RA At -Taqwa kamalaputi

C. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi yaitu salah satu tehnik pengumpulan data yang digunakan
untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati perilaku anak
dalam situasi tertentu.

2. Wawancara yaitu salah satu tehnik pengumpulan data yang biasa


digunakan untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus
penelitian dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan
pendidik dan pengelola tentang kegiatan pengembangan.

3. Dokumentasi yaitu bukti-bukti serta penjelasan yang lebih luas mengenai


fokus penelitian.dokumen digunakan dengan tujuan mencari data yang
berasal dari dokumen wawancara dan catatan yang ada hubungannya
dengan objek penelitian sebagai sumber data.

Page | 12
BAB IV
ANALISIS DATA

A. Tabulasi data

Untuk memudahkan analisis data, maka data hasil penelitian dibuat tabulasi
sebagai berikut:

Wawancara Wawancara
Observasi dengan dengan Dokumentasi
pendidik pengelola
 Pada  Tugas hanya  “Tugas  Tugas
kegiatan mengobserv hanya hanya
pagi, anak- asi vidio mengobser mengobser
anak duduk pembelajara vasi vidio vasi vidio
di karpet n pembelajar pembelajar
untuk an an
berdoa,berny
anyi
bersama, dan
absen

 Setelah kegiatan  Tugas hanya  Tugas  Tugas


berdoa, pendidik mengobserv hanya hanya
bercerita tentang asi vidio mengobser mengobser
binatang yang pembelajara vasi vidio vasi vidio
ada di hutan n pembelajar pembelajar
an an

 Setelah  Tugas hanya  Tugas  Tugas


bercerita, mengobserv hanya hanya
pendidik asi vidio mengobser mengobser
mengajak anak- pembelajara vasi vidio vasi vidio
anak untuk n pembelajar pembelajar
keluar kelas an an
dengan berbaris
yang rapi untuk
melihat dan

Page | 13
Wawancara Wawancara
Observasi dengan dengan Dokumentasi
pendidik pengelola
memberi makan
rusa secara
langsung.

 Memasuki  Tugas hanya  Tugas


kegiatan inti, mengobserv  Tugas hanya
pendidik asi vidio hanya mengobser
mengajak anak- pembelajara mengobser vasi vidio
anak untuk n vasi vidio pembelajar
membentuk pembelajar an
lingkaran an
dengan cara
bernyanyi.
Selanjutnya
pendidik
menanyakan
hasil
pengamatan
anak pada
binatang rusa
yang tadi sudah
mereka lihat.

 Tema yang di  Tugas hanya  Tugas


diangkat adalah mengobserv  Tugas hanya
tema Binatang asi vidio hanya mengobser
dan sub tema pembelajara mengobser vasi vidio
Rusa n vasi vidio pembelajar
pembelajar an
an
 Pendidik  Tugas hanya  Tugas
membagi anak mengobserv  Tugas hanya
dalam kelompok asi vidio hanya mengobser
berdasarkan area pembelajara mengobser vasi vidio
yang di buka n vasi vidio pembelajar
yaitu sebanyak 4 pembelajar an
area yaitu area an
seni, balok,
matematika dan
bahasa.

 Pendidk  Tugas hanya  Tugas


menjelaskan mengobserv  Tugas hanya

Page | 14
Wawancara Wawancara
Observasi dengan dengan Dokumentasi
pendidik pengelola
serta memberi asi vidio hanya mengobser
contoh kegiatan pembelajara mengobser vasi vidio
di setiap area. n vasi vidio pembelajar
pembelajar an
an
 Sebelum anak-  Tugas hanya  Tugas
anak belajar di mengobserv  Tugas hanya
masing-masing asi vidio hanya mengobser
area, pendidik pembelajara mengobser vasi vidio
mengajak anak n vasi vidio pembelajar
untuk mebaca pembelajar an
basmalah dan an
mengucapkan
yel-yel
semangat.

 Anak-anak  Tugas hanya  Tugas


bergantian mengobserv  Tugas hanya
melakukan asi vidio hanya mengobser
kegiatan di area pembelajara mengobser vasi vidio
n vasi vidio pembelajar
pembelajar an
an
 Area yang  Tugas hanya  Tugas
dibuka yaitu mengobserv  Tugas hanya
area seni, balok, asi vidio hanya mengobser
matematika dan pembelajara mengobser vasi vidio
bahasa. n vasi vidio pembelajar
pembelajar an
an

 Kegiatan  Tugas hanya  Tugas


mengelompokka mengobserv  Tugas hanya
n jumlah hewan asi vidio hanya mengobser
rusa betina dan pembelajara mengobser vasi vidio
jantan pada n vasi vidio pembelajar
gambar di area pembelajar an
matematika an
dapat di
selesaikan anak
dengan baik

Page | 15
Wawancara Wawancara
Observasi dengan dengan Dokumentasi
pendidik pengelola
yang di
dampingi
pendidik.

 Selesai kegiatan  Tugas hanya  Tugas


area, pendidik mengobserv  Tugas hanya
mengajak anak- asi vidio hanya mengobser
anak untuk pembelajara mengobser vasi vidio
kembali duduk n vasi vidio pembelajar
membentuk pembelajar an
lingkaran dan an
bernyanyi serta
berdoa untuk
cuci tangan,
makan dan
istirahat

 Pada kegiatan  Tugas hanya  Tugas


akhir, pendidik mengobserv  Tugas hanya
bertanya asi vidio hanya mengobser
kembali tentang pembelajara mengobser vasi vidio
kegiatan yang n vasi vidio pembelajar
sudah pembelajar an
dilaksanakan an
dan memberi
penguatan
tentang sub
tema hari ini
(rusa) melalui
gambar pada
laptop. Serta
menginformasik
an kegiatan
untuk besok.

Page | 16
Wawancara Wawancara
Observasi dengan dengan Dokumentasi
pendidik pengelola

B. Analisis Kritis
Dari Tabulasi Data diatas menunjukkan bahwa perkembangan
kognitif anak usia 5-6 tahun di kelompok B RA AT Taqwa Kamalaputi sudah
maksimal dilaksanakan. Beberapa aspek yang menunjang terlaksananya
kegiatan tersebut yaitu:
1. Pendidik mampu menjelaskan cara menyelesaikan kegiatan dengan
bahasa yang mudah dipahami anak

Page | 17
2. Media atau lembar kerja yang digunakan cukup dipahami anak sehingga
memudahkan anak untuk menyelesaikan kegiatan pengembangan
3. Kegiatan mengelompokkan binatang rusa betina dan jantan yang ada di
lembar kerja merupakan jumlah angka yang sudah di kuasai anak
4. Pendidik memberikan contoh mengelompokkan, menghitung dan menulis
angka dengan cara yang menarik
5. Pendidik terus memantau kegiatan anak satu persatu. Memberi reward
kepada anak yang berhasil menyelesaikan kegiatan pengembangan dan
memotivasi anak yang belum selesai.
Berdasarkan hal-hal diatas, maka kegiatan pengembangan kognitif di
Kelompok B RA AT Taqwa kamalaputi sudah sesuai dengan STPPA pada
PERMENDIKBUD No. 137 tahun2014 usia 5-6 tahun yaitu
mengklafisikasikan benda berdasarkan warna, bentuk dan ukuran (3 variasi)
dan menggunakan lambang bilangan untuk menghitung.
Kegiatan menulis jumlah hewan pada gambar rusa menandakan anak
sudah berada pada tahap Pengembangan Aritmatika, yang mana berhubungan
dengan kemampuan yang diarahkan berhitung permulaan yaitu termasuk
dalam menghitung jumlah dan memberi nilai bilangan pada suatu benda.
Tenaga Pendidik pada Kelompok B RA AT Taqwa kamalaputi juga
dapat menguasai proses kegiatan pengembangan mulai awal hingga akhir
kegiatan. Pendidik memahami tingkat perkembangan anak sehingga kegiatan
pengembangan yang diberikan mampu di selesaikan oleh anak.

Page | 18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari Tabulasi dan analisis data dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Kelompok B RA AT Taqwa kamalaputi menerapkan beberapa kegiatan
pengembangan yang diantaranya adalah pengembangan kognitif melalui
kegiatan menghitung jumlah gambar hewan rusa dan menuliskannya.

2. Pada umumnya anak mampu menghitung dan menuliskan jumlah benda.

3. Motivasi dan reward menambah semangat anak dalam menyelesaikan


kegiatan pengembangan.

4. Selain pengembangan kognitif dalam kegiatan menulis jumlah benda juga


terdapat kegiatan pengembangan fisik motorik, bahasa,dan seni.

B. Saran
Berdasarkan hasil observasi, maka ada beberapa hal yang menjadi saran
dari peneliti yaitu:
1. Pendidik sebaiknya mengajak anak untuk sama-sama membereskan alat
dan bahan yang digunakan selama kegiatan pengembangan seperti pensil
dan kertas.

2. Agar lebih menarik selain menghitung gambar, anak juga dapat mewarnai
gambar hewan rusa.

Page | 19
DAFTAR PUSTAKA

Tim PG-PAUD Universitas Terbuka. (2018). Analisis Kegiatan pengembangan


Pendidikan anak usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Yuliani Nurani Sujiono, dkk. (2014). Metode Pengembangan kognitif.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Luluk Asmawati, dkk. (2017). Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia
Dini
Jakarta: Universitas Terbuka

Badru Zaman, Asep Hery Hernawan. (2014). Media dan Sumber Belajar PAUD
Jakarta: Universitas Terbuka

Siti Aisyah, dkk. (2016). Perkembangan Dan Konsep Dasar Pengembangan


AnakUsia Dini
Jakarta: Universitas Terbuka

Durri Adriani, dkk. (2017). Metode Penelitian


Jakarta: Universitas Terbuka

Masitoh, dkk. (2014). Strategi Pembelajaran TK


Jakarta: Universitas Terbuka

Direktorat Pembinaan PAUD tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan Kelas

Direktorat Pembinaan PAUD tahun 2015 Tentang Pedoman Pengelolaan


Pembelajaran
https://youtu.be/Q6ahGoA0zq4

Page | 20
Observasi Kegiatan Pengembangan Kognitif Di Kelompok B RA AT Taqwa
kamalaputi
Nama Lembaga : RA AT- Taqwa Kamalaputi
Hari Tanggal : Rabu 25 November 2020
Usia : 5 – 6 tahun
Nama Kepala sekolah : Samsidah M Yakub, S.Pd
Nama Pendidik : Suratmi Yunus, S.Pd

HAL-HAL UNIK / DATA


N
MENARIK YANG TIDA KETERANGAN / URAIAN
O YA
DITEMUKAN K
1. Model Pengembangan  Menggunakan
Kegiatan model
pengembangan
area
2. Penataan ruangan  Meja di bagi menjadi 3 area
kelompok dan khusus 1 area
yaitu area balok anak-anak
duduk di karpet yang sudah
disediakan, serta terdapat alat
peraga di kelas yang
menunjang kegiatan
pengembangan serta beberapa
poster pembelajaran.
3. Kegiatan Yang dilakukan Anak mendengarkan tema

anak dan sub tema yang
disampaikan pendidik.
Anak mengenal dan memberi
makan hewan rusa secara
langsung.
Anak juga menyimak
kegiatan pengembangan yang
 akan dilakukan serta alat dan
bahan yang digunakan.
Anak mengerjakan kegiatan

Page | 21
HAL-HAL UNIK / DATA
N
MENARIK YANG KETERANGAN
yang / URAIAN
diberikan pada masing-
O
DITEMUKAN masing area
4. Alat Peraga Edukatif (APE) Alat peraga yang digunakan
yang digunakan yaitu berupa laptop, gambar
 rusa serta lembar kerja.

5. Pengaturan/Pengelompokka Posisi duduk anak pada awal


n Anak kegiatan atau klasikal yaitu
 duduk bersama di karpet.
Sedangkan pada kegiatan inti
anak di bagi untuk
mengerjakan kegiatan
pengembangan di area secara
bergantian.

6. Cara Pendidik Memimpin Untuk kegiatan awal pendidik


Kegiatan memimpin kegiatan pagi
yaitu berdoa, absensi
bernyanyi.
Pada kegiatan inti, pendidik
menyampaikan tema dan sub
tema serta kegiatan
pengembangan yang akan
dilaksanakan.

Pendidik memantau kegiatan
anak, memberi reward dan
motivasi pada anak.
Pada kegiatan penutup,
pendidik memimpin
merecalling kembali kegiatan
yang sudah dilakukan serta
menginformasikan kegiatan
besok dan memimpin doa
pulang.

Page | 22
Page | 23

Anda mungkin juga menyukai