Anda di halaman 1dari 9

TUGAS AKHIR PROGRAM

RUPIYA
836995824

PRODI PENDIDIKAN ANAK USIS DINI


UPBJJ 47 PONTIANAK
UNIVERSITAS TERBUKA
2022/2023
A. pelajari Video Proses kegiatan pengembangan yang terdapat dalam url
http://www.gurupintar.ut.ac.id/content/micro-teaching-online/laboratorium-
pembelajaran-paud Lalu jawablah pertanyaan berikut ini.

1. Tuliskan identitas video (Judul, pengembang, dan sinopsis video)

2. Tuliskan 3 kelebihan dan 3 kelemahan guru dalam video tersebut.

2. Jika Anda adalah guru tersebut, strategi perbaikan yang bagaimana yang akan Anda
lakukan. Tuliskan pendapat Anda dalam forum diskusi.

B. Cermati Kasus pembelajaran di TK berikut ini, lalu jawablah pertanyaannya.


Upayakan berlatih menjawab pertanyaannya selama 90 menit.

KASUS

Di depan anak-anak kelompok A TK Cita Mulia, Bu Hani memperlihatkan gambar panca


indra. Bu Hani menjelaskan manfaat dan jumlah masing-masing indra. Misalnya: mata untuk
melihat, jumlahnya dua. Satu hidung untuk bernafas, dengan dua lubang untuk menghirup
dan mengeluarkan udara. Kemudian Bu Hani mengajak anak-anak menutup hidung masing-
masing dengan cara menjepitnya dengan dua jari, lalu ia bertanya, “Jika hidung ditutup,
apakah kita dapat menghirup udara?”

Anak-anak menjawab, “Tidak!”.

Selanjutnya Bu Hani menjelaskan tentang indra peraba yaitu kulit, sambil menuliskannya di
papan tulis ’kulit’ dan membacanya, ”Kulit”. Setelah itu Bu Hani mengeja tulisan, ”ka-u-el-i-
te…ku-lit” yang diikuti anak-anak. Bu Hani mengatakan bahwa kulit berguna untuk meraba
dan merasa.

Bu Hani meminta Nashir untuk merasakan fungsi kulit sebagai indra peraba dan perasa,
dengan berdiri di bawah panas matahari.

Bu Hani bertanya pada Nashir, “Bagaimana rasanya, panas atau dingin?”

Nashir menjawab,”Panas.”

Ibu Hani meminta Adila menemani Nashir dan ia bertanya pada Adila “Bagaimana rasanya,
panas atau dingin?”

Adila menjawab,”Dingin.”

Vira berkomentar, “Kalau kena matahari pasti panas.”

Setelah itu Adila menjawab, ”Panas.”

Vira berkomentar lagi, ”Tapi kalau di bawah pohon itu dingin”.

Setelah itu kedua anak tersebut diminta kembali ke tempat duduk semula.
Adila berkata, ”Kalau panas .... aku tutup pakai topi.”

Bu Hani menimpali, ”Biar gak hitam ya? Pintar!”

Kegiatan dilanjutkan dengan meminta anak-anak menangkupkan kedua tangannya di


belakang badan. Bu Hani membagikan satu jenis benda pada setiap anak. Benda yang
dibagikan beragam yaitu: penghapus papan tulis, bola, buku, pinsil, dll . Tanpa melihat benda
tersebut, anak-anak diminta meraba benda yang diletakkan di tangannya dan mengingatnya.
Setelah itu Bu Hani mengambil kembali benda yang dibagikan. Kemudian ia membagikan
kertas dan krayon, dan meminta anak-anak menggambar benda yang diingatnya. Heru paling
awal menyelesaikan gambarnya, disusul Vira. Gambar yang diserahkan diberi nama oleh Bu
Hani berdasarkan jawaban anak, misalnya Bu Hani bertanya pada Heru: “Heru tadi gambar
apa? “Bola” jawab Heru.

Setelah itu Bu Hani mengajak anak mencoba fungsi kulit sebagai indra peraba, dengan
menyiapkan tiga baskom besar masing-masing berisi kerikil, air es, dan pasir. Setiap baskom
diberi tulisan sesuai isinya. Ibu Hani mengajak anak-anak membaca tulisan tersebut bersama-
sama. Ia juga menjelaskan langkah-langkah percobaan. Selanjutnya ia meminta anak-anak
berpasangan dan membuat barisan seperti kereta. Selanjutnya setiap pasangan paling depan
matanya ditutup dengan sapu tangan dan dituntun untuk menginjakkan kakinya di setiap
baskom, sambil menyebutkan tekstur benda yang diinjaknya. Pertama giliran Azzam dan
Dea. Azzam ditanya apa yang dia injak pada setiap baskom tersebut, Azzam tidak menjawab.
Awalnya ketika di baskom kerikil Dea berteriak, ”Sakit.” namun setelah dipancing dengan
pertanyaan oleh Bu Hani, ”Rasanya kasar atau halus?” Dea menjawab, ”Kasar!”

Dea berhasil menjawab di 3 baskom tersebut dengan benar. Semua anak mau mencoba
menginjakkan kakinya ke 3 baskom tersebut kecuali Mail yang hari itu lebih suka menonton
saja.

Kegiatan dilanjutkan dengan mengerjakan Lembar Kerja Anak (LKA) tentang panca indra.
LKA tersebut terdiri dari 3 kolom. Kolom pertama berisi gambar salah satu indra. Kolom
kedua berisi tulisan nama indra dan kolom ketiga berisi jumlah indra tersebut. Pada baris
pertama, terdapat gambar mata, tulisan ’mata’ yang masih berupa titik-titik dan kolom yang
kosong. Pada baris-baris selanjutnya terdapat gambar indra lainnya, tulisannya masih berupa
titik-titik yang harus ditebalkan dan jumlah indra tidak dituliskan. Anak-anak diminta
menebalkan nama indra yang tertulis dan menuliskan angka sesuai jumlah indra. Bu Hani
memberi contoh mengerjakan baris pertama dengan menebalkan tulisan mata dengan spidol,
dan menulis angka ’2’ di kolom ke tiga. Lalu bu Hani meminta anak-anak mengerjakan
sesuai contoh.

Beberapa anak mengeluh, ”Bu Guru aku gak bisa”.

Bu Hani memotivasi,”Bisa, coba ya!”.

Lalu anak-anak mengerjakan di mejanya masing-masing. Saat LKA tersebut dikumpulkan,


banyak anak yang tidak menuliskan jumlah indra, tapi hanya menebalkan tulisan indra di
kolom ke dua. Tampaknya banyak anak yang belum dapat memahami penjelasan yang
disampaikan Bu Hani.
PERTANYAAN

1. Pada kegiatan tersebut, Bu Hani telah mencoba menyesuaikan kegiatan dengan


berbagai gaya belajar (modalitas) anak. Setiap kegiatan dapat mengakomodasi satu
atau beberapa gaya belajar anak
1. Sebutkan dan jelaskan gaya belajar yang Anda ketahui?
2. Identifikasi kegiatan di atas berdasarkan gaya belajar anak yang Anda ketahui!
2. Beberapa media yang disediakan oleh Bu Hani diberi label tulisan sesuai nama benda.
1. Dalam konteks pengenalan membaca dan menulis permulaan, apa kegunaan
memberikan label pada media yang digunakan?
2. Jelaskan upaya lain yang dapat dilakukan guru dalam pengenalan membaca
dan menulis permulaan dalam kegiatan di atas!
3. Berdasarkan kasus Bu Hani di atas, apa saja kelemahan dan kelebihan dari kegiatan
yang telah dilakukan Bu Hani?
4. Buatlah rancangan perbaikan kegiatan diatas berdasarkan kaidah-kaidah penelitian
tindakan kelas, dimulai dari tahap identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan
masalah, dan skenario perbaikan?
JAWABAN
A.
1. Tuliskan identitas video (Judul, pengembang, dan sinopsis video)
1) Judul video : PAUD1 Mengatasi Anak yyang belum bisa memegang pensil
dengan benar
2) Pengembang : Ditulis oleh: Badru Zaman ; Ditulis Oleh: Drs. Muman Hendra
Budiman, M.Pd. ; Ditulis Oleh: Tri Ekowati
3) Synopsis : Pada program video ini diperlihatkan bagaimana cara seorang guru
mengatasi masalah pada anak yang belum bisa memegang pensil dengan benar.
Cara yang dilakukan adalah dengan melatih motorik halus anak secara bertahap.
Diantara cara-cara yang dapat dilakukan adalah dengan memindahkan air dari
mangkok satu ke mangkok lainya menggunakan spon, membuka dan menutup
gembok kunci, membuka dan memasangkan kancing baju.

2. Tuliskan 3 kelebihan dan 3 kelemahan guru dalam video tersebut.


1) kelebihan
a) mengembangkan motoric halus anak
b) melatih anak agar dapat memegang pensil dengan benar
c) anak- anak dapat memperhatikan penjelasan gurunya
2) kekurangan
a) Tidak membaca doa sebelum memulai pembelajaran
b) Tidak memperagakan memegang pensil dengan benar
c) Hanya mencontohkan cara menebalkan gambar secara 1 kali
3. Jika Anda adalah guru tersebut, strategi perbaikan yang bagaimana yang akan Anda
lakukan. Tuliskan pendapat Anda dalam forum diskusi.
Sebelum memulai kegiatan belajar sebelumnya di contohkan cara memegang pensil
yang baik dan benar.
B
1a) gaya belajar
1. Gaya belajar anak auditori
Anak auditori cepat memahami dan mempelajari sesuatu hanya dengan
mendengarkan. Gaya belajar anak ini cocok untuk mereka yang suka
menghafal. Anak dengan gaya belajar anak auditori sangat mudah menyerap
atau merekam apa yang mereka dengarkan, termasuk cerita, dan ia sangat
mampu menjelaskannya kembali dengan bahasanya sendiri.
Ciri gaya belajar anak auditori:
• Mudah mengingat kata-kata dari cerita atau lagu yang didengarnya.
• Dapat mengikuti arahan dengan mudah.
• Mampu mengulangi frasa atau komentar yang didengarnya.
• Senang dibacakan apapun, termasuk buku cerita.
• Sangat senang mengkomunikasikan ide-idenya secara verbal.
• Sangat tertarik dengan kegiatan yang berbau diskusi atau debat.
• Menikmati pola pembelajaran dengan anekdot atau
• Menyukai seni musik.
• Tidak tertarik membaca buku, namun senang jika dibacakan.
• Sangat mudah menyerap informasi verbal, meski kelihatannya ia tidak
memperhatikan (anak dengan gaya belajar anak auditori terkadang
tampak cuek saat ada yang berbicara, namun di luar dugaan ia mampu
mengulangi informasi yang didengarnya).

2. Gaya belajar anak visual


Anak dengan gaya belajar anak visual mudah menyerap informasi atau
memahami sesuatu dengan melihat. Ia bisa memaksimalkan kemampuannya
hanya dengan memperhatikan gambar-gambar atau apapun yang dilihatnya.
Anak yang memiliki gaya belajar anak visual akan semangat jika diberi
kesempatan presentasi menggunakan gambar-gambar. Mereka juga antusias
dengan diagram-diagram ataupun mind-mapping. Gaya belajar anak seperti ini
juga cocok untuk mereka yang mempelajari bahasa dengan menggunakan
simbol, seperti bahasa Mandarin, Jepang, atau Arab.
Ciri gaya belajar anak visual:
• Mudah terpesona dengan gambar-gambar, ilustrasi, tayangan televisi,
atau video.
• Mudah mengingat cara orang lain melakukan sesuatu.
• Sangat cepat mengenal bentuk, warna, dan huruf.

3. Gaya belajar anak taktil


Anak yang memiliki gaya belajar taktil memahami atau mempelajari sesuatu
dengan menyentuh. Ia harus merasakan dan menyentuh sesuatu untuk
memahami bagaimana cara kerja objek yang sedang dipelajarinya.
Ciri gaya belajar anak taktil:
• Menyukai objek yang memiliki tekstur dan ukuran menarik, dan senang
bermain balok.
• Merasa perlu merasakan dan menyentuh langsung saat mempelajari
sebuah objek, termasuk untuk memahami gagasan-gagasan abstrak.
Misalnya, nih, untuk mengerti seberapa dingin sih "dingin sekali" itu,
anak dengan gaya belajar anak taktil merasa perlu menyentuh es batu
untuk bisa merasakannya.

4. Gaya belajar anak kinestetik


Gaya belajar anak kinestetik adalah gaya belajar anak yang melibatkan fisik
maupun gerakan tubuh. Anak kinestetik cenderung tidak bisa diam. Ia senang
belajar dengan melibatkan fisiknya, menggunakan tubuhnya saat mempelajari
tempat-tempat maupun konsep baru. Anak dengan gaya belajar anak kinestetik
biasanya sangat suka pelajaran olah tubuh, seperti menari, olahraga, drama, atau
yang sejenisnya.
Ciri gaya belajar anak kinestetik:
• Senang bermain peran berdasarkan buku favoritnya, atau menirukan
kisah dengan gerakan-gerakan.
• Menikmati bermain di playground
• Selalu antusias dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan fisik.
• Menyukai olahraga.
1b) berdasarkan kasus pada kelompok A TK Cita Mulia, gaya belajar anak merupakan
gabungan dari gaya belajar visual dan taktil.

2a) kegunaan memberikan label pada media yang digunakan adalah agar anak lebih kenal
dengan huruf.
2b) upaya lain yang dapat dilakukan guru dalam pengenalan membaca dan menulis permulaan
adalah dengan latihan menghubung-hubungkan tanda titik-titik yang membentuk tulisan,

3a) kelemahan dan kelebihan dari kegiatan yang telah dilakukan Bu Hani
1. Kelemahan
• Media bermain pada baskom sebaiknya jangan kerikil karena mempunyai tekstur
kasar dan dapat membuat anak merasa sakit.

2. Kelebihan
• Bu Hani dapat menjelaskan fungsi indra dengan baik.

3b)
Rancangan Perbaikan Kegiatan
a) Identifikasi Masalah
Pada kegiatan belajar di TK mulia saat diberikan tugas banyak anak yang tidak
menuliskan jumlah indra, tapi hanya menebalkan tulisan indra di kolom ke dua.
b) Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas Tampaknya banyak anak yang belum dapat
memahami penjelasan yang disampaikan Bu Hani
c) Perumusan Masalah
Bu Hani dapat mengubah strategi pembelaran, dengan mengubah metode
mengajarnya agar anak lebih termotivasi untuk belajar menulis.
d) Skenario Perbaikan
Pelaksanaan tindakan perbaikan berlangsung di kelas guru sendiri sesuai dengan
rencana perbaikan yang telah disiapkan. selama pelaksanan perbaikan, di samping
mengajar, guru mengumpulkan data, yang dapat dilakukan dengan bantuan teman
sejawat atau tanpa bantuan. Oleh karena itu, guru perlu membuat catatan jika ada
kesempatan, atau segera mencatat peristiwa penting setelah pelajaran usai.
Keberhasilan tindakan perbaikan banyak tergantung dari keyakinan guru akan
langkah-langkah yang telah disiapkan, kesiapan guru untuk melaksanakan
perbaikan, dan tentu saja komitmen dan kerja keras. Refleksi dilakukan setelah data
pembelajaran diolah, atau setelah guru mempunyai gambaran tentang keberhasilan
atau kegagalan serta kekuatan atau kelemahan tindakan perbaikan yang dilakukan.
Kekuatan ingatan dan kejujuran dalam melakukan refleksi akan sangat membantu
guru menemukan kekuatan dan kelemahan tindakan perbaikan yang telah
dilakukan, sehingga dapat dihasilkan masukan yang bermakna bagi perencanaan
daur berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai