Anda di halaman 1dari 5

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DENGAN

PERMAINAN MENEBAK PERAN MELALUI MEDIA SECRET BOX

Ashila Ayudya Vashti1*, Rini Herminastiti, S.Sos, M.Pd2, Dr. Andi Musda Mappapoleonro, S.S., M.Si3
1
Pendidikan Anak Usia Dini STKIP Kusuma Negara
2
Dosen Pendidikan Anak Usia Dini STKIP Kusuma Negara
3
Dosen Pendidikan Anak Usia Dini STKIP Kusuma Negara
*Ashilaayudya@stkipkusumangera.ac.id

Abstrak
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas (PTK) tentang Upaya Meningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis dengan Permainan Menebak Peran Melalui Media Secret Box pada Anak Usia 5-6 Tahun Kelompok B, Semester
Genap, Tahun Ajaran 2021/2022 di KB Sayap Ibu Menteng Wadas Jakarta Selatan.Permasalahan yang ditemukan pada
anak usia 5-6 tahun kelompok B di KB Sayap Ibu Menteng Wadas Jakarta Selatan masih rendahnya kemampuan berpikir
kritis karena belum optimalnya dalam melaksanakan pendekatan saintifik, lebih cenderung menggunakan metode ceramah
berpusat pada guru, sehingga masalah tersebut yang mendasari rumusan masalah yaitu apakah permainan menebak peran
melalui media secret box dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada anak usia 5-6 tahun kelompok B di KB
Sayap Ibu Menteng Wadas Jakarta Selatan.Subjek penelitian adalah anak usia 5-6 tahun kelompok B di KB Sayap Ibu
Menteng Wadas Jakarta Selatan yang berjumlah 9 orang anak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui
observasi, pengamatan dan dokumentasi. Setelah penelitian didapatkan nilai rata-rata pra tindakan sebesar 28%, kemudian
dilakukan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan dengan nilai rata – rata sebesar 53%, dan di siklus II kemampuan
berpikir kritis anak meningkat kembali dengan nilai rata – rata sebesar 86%. Oleh karena itu, bermain permainan menebak
peran melalui media secret box menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis anak usia dini.

Kata kunci: berpikir kritis, permainan, secret box

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah hal yang tidak dapat terpisahkan oleh kehidupan manusia. Semenjak dalam
kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua, manusia akan mengalami proses pendidikan, baik
pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia
karena tujuan dari pendidikan adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan atau potensi
seseorang serta kepribadiannya, membuat manusia menjadi manusia, dan menyiapkan sumber daya
manusia untuk pembangunan negara sesuai dengan perkembangan zamannya. Pada abad 21 ini, di era
globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, serta persaingan pun semakin
ketat sehingga kemampuan suatu negara untuk bertahan dalam menghadapi perubahan perkembangan
zaman, tergantung dengan kualitas masyarakat yang mengelola negara tersebut. Negara Indonesia harus
menyiapkan generasi berkualitas yang mampu beradaptasi dan merespon perubahan tersebut secara cepat,
efektif, dan tepat. Generasi yang berkualitas tersebut harus memiliki karakter yang kuat, pengetahuan,
moral, dan empat macam kemampuan, yaitu kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja sama,
kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis sehingga mereka mampu menghadapi dan memecahkan
berbagai permasalahan yang akan datang. Oleh karena itu, dalam pendidikan tidak hanya dilihat dari
pencapaian hasil nilai atau hanya semata mendapatkan luasnya pengetahuan, namun harus melihat aspek
lain seperti kebermanfaatan ilmu dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah bagaimana cara
memecahkan masalah atau memilah berbagai macam informasi dengan penalaran logis.
Banyaknya pengaruh negatif dari berbagai informasi yang berkembang saat ini. Anak harus bisa
berpikir kritis agar mampu menganalisis berbagai informasi yang baik dan buruk, dengan demikian anak
dapat mengambil keputusan yang baik dan berguna untuk kehidupan mereka serta tidak terombang-
ambing oleh berbagai informasi yang ada. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada anak harus
di mulai terbiasa dilatih dari sejak usia dini. Menurut Slavin (2011) Berpikir kritis adalah kemampuan
dalam mengambil keputusan rasional tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang harus diyakini.
Prasasti, Koeswanti, Giarti (2019) mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah berpikir tingkat tinggi
dalam proses

1
membuat suatu keputusan untuk dapat memecahkan masalah dengan cara berpikir serius, aktif, dan teliti
dalam menganalisis semua informasi yang diterima dengan menyertakan alasan yang rasional.
Kemampuan berpikir kritis anak sudah mulai terlihat sejak usia dini dari keingintahuan mereka
terhadap lingkungan sekitar, seperti mempertanyakan hal-hal yang tidak diketahuinya, memberi komentar
sesuai dengan hasil pemikiran mereka, dan mampu menemukan persamaan dan perbedaan pada gambar.
Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis anak sudah bisa distimulasi dengan metode dan media sesuai
dengan tahapan perkembangan berpikir yang bersifat konkrit. Dengan mempunyai kemampuan berpikir
kritis dapat mengarahkan anak agar mampu mencermati informasi, menemukan hubungan sebab akibat,
menyampaikan pendapat secara logis dan mendengarkan pendapat orang lain, menyimpulkan informasi
yang diterima sehingga dapat membuat keputusan yang tepat serta mampu mempertimbangkan berbagai
sudut pandang. Kemampuan berpikir kritis juga dapat mengembangkan sikap kepribadian anak, yaitu
teliti, bertanggung jawab, dan pantang menyerah. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis sangat
penting distimulasi sejak anak usia dini.
Pencapaian kemampuan berpikir kritis saling berhubungan dengan perkembangan kognitif.
Lingkup perkembangan kognitif sesuai dengan standar isi tentang tingkat pencapaian perkembangan anak
adalah belajar dan pemecahan masalah, berfikir logis, serta berfikir simbolik. Pencapaian perkembangan
kognitif usia 5-6 tahun dalam kemampuan berpikir kritis salah satunya adalah mampu menunjukkan
aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik, mampu memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari, dan mampu menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada kelompok B usia 5-6 tahun di KB Sayap Ibu di
daerah Menteng Wadas Jakarta Selatan yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 3-6
tahun dan sudah melaksanakan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik. KB atau kelompok bermain
adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal yang
menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 2-4 tahun, seperti dalam kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini pasal 2 (Permendikbud No.164, 2014) Kurikulum 2013 PAUD terdiri dari
beberapa pendekatan yang bisa digunakan di dalam pembelajaran PAUD, yaitu (1) Tematik integratif, (2)
Saintifik, (3) Bermain kreatif, dan (4) Kecerdasan jamak. Dalam hal ini, tematik integratif dan saintifik
merupakan pendekatan utama yang harus digunakan dalam pengembangan kegiatan belajar melalui
bermain terutama bagi anak usia 3-4 tahun dan usia 4-6 tahun di lembaga satuan PAUD.
Namun, dalam kegiatan pembelajaran pada kelompok B usia 5-6 tahun di KB Sayap Ibu Menteng
Wadas Jakarta Selatan belum optimal dalam melaksanakan pendekatan saintifik, lebih cenderung
menggunakan metode ceramah berpusat pada guru, sehingga anak kurang terlibat secara aktif, kurang
antusias untuk berbicara atau mengungkapkan ide, dan kurangnya aktivitas bertanya kepada guru terkait
dengan pembelajaran. Pada kriteria yang lain seperti kemampuan mengobservasi, menganalisis, membuat
hipotesis, belum terlihat jelas. Pencapaian perkembangan kemampuan berpikir kritis dari 9 anak, 5 peserta
didik belum berkembang dalam kemampuan berpikir kritis yang sesuai dengan standar isi tentang tingkat
pencapaian perkembangan anak.
Dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis anak usia dini haruslah sesuai dengan prinsip
pembelajaran anak yaitu dilakukan dengan metode bermain dan media yang bersifat konkrit sehingga
pembelajaran menjadi menyenangkan bagi anak dan sesuai tahapan perkembangan mereka. Untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis bisa melalui permainan dan pembelajaran, seperti permainan
puzzle, permainan bongkar pasang atau lego, permainan menebak, permainan board game, cerita dan
pertanyaan, dan permainan sains. Berdasarkan uraian di atas peneliti menyadari perlu perbaikan kegiatan
pembelajaran agar adanya keaktifan siswa dalam kegiatan berpikir kritis dimana kemampuan berpikir
kritis akan bermanfaat untuk siswa hingga ia dewasa dan dalam kehidupan masyarakat. Atas dasar
fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian ilmiah dalam bentuk skripsi
dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Permainan Menebak Peran
Melalui Media Secret Box”
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti dapat mengemukakan masalah yang diangkat
peneliti dalam laporan penelitian tindakan kelas ini, yaitu “Bagaimanakah permainan menebak peran
melalui media secret box dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada kelompok B usia 5 - 6
tahun di KB Sayap Ibu Menteng Wadas Jakarta Selatan?” Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada anak usia 5-6 tahun kelompok B di KB
Sayap Ibu Menteng Wadas Jakarta Selatan.

2
Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Permainan Menebak Peran Melalui Media Secret Box

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Menurut
Hubbard dan Power, penggunaan penelitian tindakan sebagai alat untuk pengembangan profesional
memungkinkan guru untuk mengambil peran sebagai peneliti dan mengumpulkan bukti yang relevan
untuk menginformasikan proses belajar mengajar mereka. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa guru
yang terlibat dalam penelitian tindakan memiliki rasa efisiensi yang lebih tinggi dan keinginan yang besar
untuk mencari solusi terhadap dinamika masalah yang ditemukan dalam kelas. Penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam sebuah sekolah atau ruang kelas guna meningkatkan
kualitias atau mutu pembelajaran secara kesinambungan atau tindakan nyata yang dilakukan oleh guru
untuk memecahkan masalah pembelajaran di dalam kelas.
Model penelitian ini menggunakan model Kemmis dan McTaggart yang merupakan
pengembangan dari model PTK Lewin. Model PTK Kemmis dan McTaggart juga memiliki empat
komponen dalam satu siklus dengan penyatuan tindakan dan observasi, yaitu (1) perencanaan, (2)
tindakan dan observasi dan (3) refleksi. Setelah satu siklus selesai, bisa dilanjutkan dengan merevisi atau
merancang kembali pelaksanaan siklus terdahulu. Demikian seterusnya hingga penelitian tindakan kelas
dinyatakan selesai.
Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif kualitatif dengan persentase.
Adapun Teknik pengumpulan data dari hasil observasi, pengamatan, dokumentasi, lembar instrument
penelitian, catatan pengamatan, dan catatan lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan dari pra tindakan ke siklus I lalu ke siklus II terjadi peningkatan.
Nilai rata-rata pra tindakan sebesar 28%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan nilai
presentase sebesar 26% dengan nilai rata – rata sebesar 53%, dan di siklus II kemampuan berpikir kritis
anak meningkat kembali dengan peningkatan nilai presentase sebesar 32% dengan nilai rata – rata sebesar
86%. Dengan demekian begitu siklus II dapat dikatakan berhasil dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dengan permainan menebak peran melalui media secret box karena hasil yang dicapai
peserta didik sudah melebihi kriteria keberhasilan yang telah ditentukan, yaitu 75%.
Hasil perolehan skor presentase tersebut menunjukkan bahwa permainan menebak peran melalui
media secret box dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis anak usia 5-6 Tahun Kelompok B di KB
Sayap Ibu Menteng Wadas Jakarta Selatan

Tabel 1. Peningkatan Presentase Kemampuan Berpikir Kritis Antar Siklus

Siklus Skor Rata-rata (%) Peningkatan %


Pra Tindakan dan Siklus I
Pra Tindakan 28% 26%
Siklus I 53%
Siklus I dan Siklus II
Siklus I 53% 32%
Siklus II 86%

3
Gambar 1. Peneliti dan peserta didik berdiskusi tentang tiga profesi yang ada di kartu

Gambar 2. Peneliti dan peserta didik berdiskusi tentang tiga profesi yang ada di kartu

Gambar 3. Sesi diskusi membahas benda-benda yang diambil

Gambar 4. Anak menebak peran profesi sesuai dengan benda-benda yang ia ambil

4
Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Permainan Menebak Peran Melalui Media Secret Box

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa permainan menebak peran
melalui media secret box dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis anak usia 5-6 tahun kelompok B di KB
Sayap Ibu Menteng Wadas Jakarta Selatan. Dapat dilihat dengan adanya peningkatan rata rata dalam bentuk
persen dari tahap pra tindakan, ke siklus I dan ke siklus II.

REFERENSI

Slavin, R. E. (2011). Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks.


F. W., & Ahmad, S. (2020). Model Discovery Learning Sebagai Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SD. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(2), 1469-1479.
Pembelajaran Saintifik untuk Pendidikan Anak Usia Dini diakses dari
https://pauddikmaskalbar.kemdikbud.go.id/download.html pada tanggal 22 November
2021 pukul 19.47 WIB. (n.d.). Retrieved from
https://pauddikmaskalbar.kemdikbud.go.id/download.html
Permendikbud No.164 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia dini. (n.d.).

Anda mungkin juga menyukai