Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGEMBANGAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI


DIBUAT UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH
TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

Dosen Pembimbing :
NILA RAHMAWATI, M. Pd.

Disusun Oleh :
Nama : SUSIANTI
NIM :  837487462
Jurusan : PG. PAUD

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA NEGERI MALANG
POKJAR TRENGGALEK

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan


rahmat-Nya jua lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarga, sahabat
dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Amin…

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik
Penulisan Karya Ilmiah yang dibimbing oleh Ibu  NILA RAHMAWATI, M. Pd.

Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada


Ibu  Dosen Mata Kuliah Metode Pengembangan Matematika Anak Usia Dini
yang telah memberikan arahan kepada penyusun dalam menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “PERKEMBANGAN MATEMATIKA
ANAK USIA DINI “.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh


karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Akhir kata, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Amin...

Trenggalek, ………………..
Penyusun          

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN 2

BAB II PEMBAHASAN 3
A. PENGERTIAN ANAK USIA DINI 3
B. PERKEMBANGAN MATEMATIKA 4

BAB III PENUTUP 9


A. KESIMPULAN 9
B. SARAN 9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Matematika adalah sesuatu yang berkaitan dengan ide-ide/konsep-
konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis melalui penalaran yang bersifat
deduktif, sedangkan matematika di PAUD adalah kegiatan belajar tentang
konsep matematika melalui aktifitas bermain dalam kehidupan sehari-hari
dan bersifat ilmiah.

Anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentan usia 4-6 tahun.
Anak pada usia ini merupakan sosok individu yang sedang berada dalam
proses perubahan belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-
aspek yang meliputi gerakan pikiran, perasaan, dan interaksi baik dengan
sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya.

Dalam proses pembelajaran di taman kanak-kanak, metode yang


paling efektif dalam pembelajaran adalah metode bermain, karena dunia anak
adalah dunia bermain. Namun perlu diingat, walaupun dunia anak adalah
dunia bermain, ada beberapa materi pelajaran dalam proses pembelajaran
yang harus dikuasai oleh anak usia taman kanak-kanak, salah satunya adalah
pembelajaran matematika seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Pembelajaran matematika di taman kanak-kanak meliputi pengenalan


angka, pengenalan membilang, dan pengenalan bangun-bangun geometri.
Oleh karena itu diperlukan suatu media pembelajaran yang mampu
mengaktualisasikan semua aspek-aspek pembelajaran matematika dalam
proses belajar mengajar, namun tetap sesuai dengan keadaan psikologis anak
pada usia taman kanak-kanak.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dalam makalah ini
penulis mengangkat permasalahan media pembelajaran matematika

1
berdasarkan metode bermain pada Anak Usia Dini dengan batasan-batasan
topik dalam makalah sebagai berikut.

1. Apa Pengertian Anak Usia Dini ?


2. Bagaimana Perkembangan Matematika pada Anak Usia Dini ?

C. TUJAN

1. Tujuan Umum

Agar anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung/ matematika,


sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran
matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih komplek.

2. Tujuan khusus

 Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan


terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angaka
yang terdapat di sekitar anak.
 Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat
yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.
 Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang
tinggi.
 Memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat
memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa terjadi di
sekitarnya.
 Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu secara
spontan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANAK USIA DINI


Pengertian anak usia dini secara umum adalah anak-anak di bawah
usia 6 tahun. Pemerintah melalui UU Sisdiknas mendifinisikan anak usia dini
adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun. Soemiarti patmonodewo
mengutip pendapat tentang anak usia dini menurut Biecheler dan Snowman,
yang dimaksud anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun.
Batasan yang dipergunakan oleh the National Association For The
Eduction Of Young Children (NAEYC), dan para ahli pada umumnya
adalah : “Early childhood” anak masa awal adalah anak yang sejak lahir
sampai dengan usia delapan tahun. Jadi mulai dari anak itu lahir hingga ia
mencapai umur 6 tahun ia akan dikategorikan sebagai anak usia dini.20
Beberapa orang menyebut fase atau masa ini sebagai golden age karena masa
ini sangat menentukan seperti apa mereka kelak jika dewasa baik dari segi
fisik, mental maupun kecerdasan.
Sedangkan hakikat anak usia dini adalah individu yang unik dimana ia
memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,
sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai
dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dari berbagai definisi,
peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8
tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik
maupun mental.
Salah satu tokoh pendidikan anak usia dini, Maria Montessori
mendifinisikan pendidikan anak usia dini sebagai sebuah proses dinamis
dimana anak-anak berkembang menurut ketentuan-ketentuan dalam dari
kehidupan mereka, dengan kerja sukarela mereka ketika ditempatkan dalam
sebuah lingkungan yang disiapkan untuk memberi mereka kebebasan dalam
ekspresi diri.
Suyadi memberikan pengertian tentang pendidikan anak usia dini
sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan

3
pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Menurut Glen Dolman, ahli perkembangan kemampuan anak,
menyatakan bahwa perkembangan yang paling pesat terhadap pertumbuhan
otak manusia terjadi pada usia 0-7 tahun. Dikatakan pula bahwa
perkembangan otak pada usia dini bisa dicapai secara maksimal apabila
diberikan rangsangan yang tepat terhadap semua unsur-unsur perkembangan
baik rangsangan terhadap motorik, rangsangan terhadap perkembangan
intelektual, rangsangan terhadap sosial-emosional dan rangsangan untuk
berbicara (language development). Tersedianya fasilitas dan alat-alat bantu
yang memadai seta lingkungan yang sesuai dengan usia anak-anak sangatlah
penting peranannya dalam mendukung perkembangan dan kemampuan anak-
anak balita tersebut.

B. PERKEMBANGAN MATEMATIKA
Mengenalkan Konsep Matematika kepada anak usia dini dapat
dimulai sejak dini, karena bagaimanapun dalam kehidupan sehari-hari tidak
bisa terlepas dengan konsep matematika. Contoh Fenomena matematika
disekitar anak :
-          Panjang – pendek (rambut, badan/tubuh,kuku,dll).
-          Berat-Ringan  ( tubuh )
-          Jumlah (mata, telinga, hidung, jari tangan/kaki )
-          Mengukur tubuh
-          Bentuk geometris pada tubuh.
-          Membagi makanan dengan teman dll
Dari beberapa contoh fenomena diatas sehingga timbullah pertanyaan “Apa
itu Matematika ?”
Matematika merupakan sarana berfikir untuk mempelajari, memahami
dan memecahkan berbagai persoalan. Matematika memungkinkan manusia

4
menggunakan berbagai bahasa simbol untuk menyederhanakan dan
menghubungkan berbagai persoalan . Dengan matematika memungkinkan
manusia berfikir logis dan simbolis, melakukan analisis, serta
menggambarkan hubungan antara berbagai peristiwa secara sistematis,
mengembangkan daya fikir serta kemampuan bekerja sama.
Keterlibatan anak dalam kegiatan pembelajaran melalui pengalaman
tersebut akan memperkuat pemahaman anak tentang konsep dasar
matematika. Matematika permulaan diperlukan untuk mengubah angka
pengetahuan dasar matematika, sehingga anak secara mental siap mengikuti
pembelajaran matematika lebih lanjut.

Banyak ahli yang mendefinisikan apa yang disebut matematika itu


diantaranya adalah :
 Riedesel, matematika adalah menyikapi masalah dan pemecah masalah,
sebagai aktivitas untuk menemukan jawaban dan terkait dengan pola dan
hubungan.
 Salah satu cabang matematika adalah berhitung. Menurut Suyanto,
berhitung merupakan dasar dari beberapa ilmu yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari seperti, penambahan, pengurangan, pembagian,
ataupun perkalian. Untuk anak usia dini dapat menambah dan
mengurangi serta membandingkan sudah sangat baik setelah anak
memahami bilangan dan angka.

Kegiatan berhitung di  PAUD adalah kegiatan belajar tentang konsep


matematika melalui aktivitas bermain dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan
berhitung penting diberikan sejak usia prasekolah agar anak mengetahui
dasar-dasar pembelajaran berhitung, sehingga pada saatnya nanti anak akan
lebih siap mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan
selanjutnya yang lebih kompleks.

*) Standart kompetensi pembelajaran berhitung Charlesworth

5
Charlesworth mengembangkan standard kompetensi untuk
pembelajaran berhitung permulaan bagi anak usia dini, dimana diwujudkan
dalam 6 kemampuan, yaitu:  korespondensi satu-satu, bilangan dan berhitung,
klasifikasi, bentuk dan ruang, pola, dan pengukuran.

*) Dasar Konsep berfikir Matematika AUD


Menurut Siegler dalam Santrock, pada usia 5 tahun sebagian besar
anak dapat menghitung hingga 20 atau lebih, dan mengetahui ukuran relatif
angka 1 sampai 10, kemudian dapat melakukan penambahan dan
pengurangan digit tunggal. Anak-anak usia ini berada pada tahapan
praoperasional yang secara intuitif memikirkan strategi untuk melakukan
penambahan dengan menghitung jemarinya dan dengan menggunakan objek
lainnya.

 Teori Kognitif Piaget


Teori Piaget anak usia 2-7 tahun berada dalam tahapan
praoperasional, dimana masih  berfikir intuitif dan belum berfikir logis, pada
tahapan ini menjelaskan bahwa prosedur melakukan tindakan secara mental
terhadap obyek–obyek. Pada tahapan ini anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan obyek dengan gambaran dan kata-kata serta pemikiran
yang masih egosentris. mengklasifikasikan benda-benda berdasarkan satu ciri
(warna dengan warna, bentuk dengan bentuk, mengurutkan obyek menurut
ukuran, bentuk atau ciri lainnya, klasifikasi merupakan kemampuan untuk
memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya atau karakteristik lain, termasuk bahwa serangkaian
benda–benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
    Pendapat lainnya dari  Vygotsky, memiliki kaitan dengan tujuan pendidikan
matematika tentang konstruktivisme, dimana anak membangun berbagai
pengetahuannya sendiri. Ada beberapa aktivitas yang disusun melalui teori
Vygotsky diantaranya: membangun balok, pemetaan, penyusunan pola,
permainan dramatik, menyampaikan cerita dan penulisan jurnal.

6
      Dienes menuliskan 5 tingkatan  teori dari pemikiran matematikanya antara
lain bermain bebas, generalisasi, representasi, simbolik, dan formalisasi.
1. Bermain bebas adalah saat anak bermain dengan mengeksplorasi
 

sesuatu yang ada di sekitarnya, misalnya: anak memutar-mutar bola dan


buah jeruk sesuka hatinya dengan melihat adanya perbedaan dari
keduanya, meskipun bentuknya sama-sama bundar. Generalisasi,
dimana anak mencoba untuk membuat pola dengan sesuatu yang
berbeda meskipun bentuknya sama. Misalnya, mereka membuat pola
dengan menggunakan bola dan jeruk.
2. Representasi dimana anak mencoba mereprentasikan konsep yang ada
dalam bentuk gambar. Misalnya, anak menggambar lingkaran di
atas1.      kertas yang merupakan hasil dari representasinya terhadap bola
dan buah jeruk.
3. Tingkatan Simbolik dimana anak mereprestasikan bentuk tadi dengan
sesuatu yang ada di sekitarnya. Misalnya anak merepresentasikan
bentuk bundar dengan kolam ikan yang ada di taman sekolah yang
berbentuk bundar pula.
4. Formalisasi, dimana anak belajar untuk mengetahui konsep 2 dimensi
dan 3 dimensi. Anak dapat mengkatagorikan serta mengurutkan benda-
benda tersebut. Misalnya, anak mengurutkan jeruk dan bola tadi secara
selang seling lalu mengkategorikan bola dan jeruk dalam bentuk yang
sama yaitu bentuk bundar.

Dari setiap pendapat para ahli diatas, menyatakan bahwa anak perlu
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk beraktivitas atau bermain dengan
benda-benda kongkrit yang ada di sekitar mereka. Maka penting bagi guru
untuk menciptakan lingkungan bermain dan belajar yang mendukung
pembelajaran berhitung.
*) Prinsip Berhitung Matematika Permulaan
 Menurut Gelman dan Gallistel dalam Papalia, pada masa kanak-kanak
awal mulai mengenali lima prinsip perhitungan sebagai berikut:

7
the 1-to-1 principle: hanya mengatakan satu angka untuk tiap item
yang dihitung (“satu..dua..tiga”); (2) the stable-order-principle:
menyebutkan nama angka dalam serangkaian susunan (“Satu, dua,
tiga..”), bukan (“Satu, tiga, dua,…”); (3) the order-irrelevance
principle: mulai menghitung item apa saja dengan total hitungan yang
akan sama; (4) the cardinal principle: nama angka terakhir yang
digunakan menjadi total jumlah item yang akan dihitung (jika ada
lima item, maka nama item yang terakhir akan menjadi “5”); (5) the
abstraction principle: berbagai prinsip di atas digunakan terhadap
semua objek.

 Menurut Jindrich, berikut adalah tahapan-tahapan yang diperlukan


dalam mengembangkan pemahaman matematika pada anak:
(1) penggunaan bahasa matematika adalah melalui pemakaian kata-
kata yang benar sehari-hari;
(2) mengembangkan konsep menghitung tanpa pemahaman nilai dari
angka;
(3) mengenalkan konsep berhitung atau korelasi antara angka dan
jumlah;
(4) awal dari berhitung secara rasional;
(5) mengenal lambang bilangan dan menulis angka;
(6) menjumlahkan dan mengurangi benda dalam satu urutan.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Usia taman kanak-kanak adalah usia penting sebagai awal penentuan
berbagai kemampuan, baik kognitif, fisik, bahasa, maupun sosial. Oleh
karena itu, diperlukan suatu lembaga pendidikan dengan media dan metode
pembelajaran yang tepat untuk anak usia taman kanak-kanak (4-6 tahun).
Tetapi perlu diingat bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Maka metode
dan media pembelajaran, khususnya matematika, harus tepat dan sesuai denga
kondisi psikologi anak usia taman kanak-kanak.

B. SARAN
Akan lebih efektif apabila kegiatan pembelajaran matematika
diberikan melalui berbagai macam permainan, karena bermain merupakan
wahana belajar dan bekerja bagi anak. Diyakini bahwa anak akan lebih
berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat,
kebutuhan dan kemampuannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ibid, hlm. 28 (dikutip dari Tina Bruce, Early Childhood Education, London,
Holder & Stoughton, 1987)

Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (Dalam Jaringan), Mansur, Pendidikan


Anak Usia Dini Dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005.

Maria Montessori, Gerald Lee Gutek (ed.), Metode Montessori, Terj. Ahmad
Lintang Lazuardi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013.

Santrock, W Jhon.2007.Child Development (Perkembangan Anak).


Edisi 11.Terj Mila R.Jakarta:Penerbit Erlangga

Sperry, Susan.2013.Early Childhood Mathematics.Fifth Edition.USA:Pearson


Education,Inc.

10

Anda mungkin juga menyukai