Anda di halaman 1dari 10

Widya Kumara Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 2 Nomor 2 2021

ISSN 2721-5075

STRATEGI MENGEMBANGKAN KEPEKAAN BILANGAN


(NUMBER SENSE) DAN BERHITUNG PADA ANAK USIA DINI
I Komang Sesara Ariyana
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Jurusan Dharma Acarya,
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
e-mail: sesara.ariyana@stahnmpukuturan.ac.id

Abstract

This paper aims to discuss the numeracy skills of early childhood, the relationship
between counting and number sense for early childhood, the level of thinking
development related to numeracy in early childhood, and strategies for developing
number sense and numeracy in young children. Sensitivity to numbers (number sense)
and counting are very important in the cognitive development of early childhood.
Sensitivity to numbers (number sense) and counting are part of mathematical concepts
for early childhood. Learning for early childhood should apply the principle of learning
while playing. Likewise, in learning to count, children must prioritize play activities.
Playing math requires tools or media that are interesting and easy to use. Counting is
divided into two, namely verbal (memorizing) and object (rational) counting. When
students are used to verbal counting and object counting, students are ready to be
stimulated to develop their number sense. There are several games that can facilitate the
development of children's number sense and counting, so that learning to count can also
be useful knowledge for children.

Keywords: early childhood, counting, games, number sense, subitizing

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk membahas mengenai kemampuan berhitung anak usia dini,
hubungan berhitung dan kepekaan bilangan (number sense) bagi anak usia dini, level
perkembangan berpikir berkaitan dengan berhitung anak usia dini, dan strategi
mengembangkan kepekaan bilangan (number sense) dan berhitung pada anak usia dini.
Kepekaan bilangan (number sense) dan berhitung sangat penting dalam perkembangan
kognitif anak usia dini. Kepekaan bilangan (number sense) dan berhitung merupakan
bagian dari konsep matematika untuk anak usia dini. Seyogianya pembelajaran untuk
anak usia dini menerapkan prinsip belajar sambil bermain. Begitu pula dalam
pembelajaran berhitung pada anak harus mengedepankan aktivitas bermain. Bermain
matematika memerlukan alat atau media yang menarik dan mudah digunakan. Berhitung
dibedakan menjadi dua, yaitu berhitung verbal (hafalan) dan objek (rasional). Ketika
siswa sudah terbiasa dengan aktivitas berhitung verbal dan berhitung objek, maka siswa
siap untuk diberikan stimulasi untuk mengembangkan number sense-nya. Terdapat
beberapa permainan yang dapat memfasilitasi perkembangan number sense dan berhitung
anak, sehingga pembelajaran berhitung juga menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi
anak.

Kata Kunci: anak usia dini, berhitung, permainan, number sense, subitizing

I Komang Sesara Ariyana, Strategi Mengembangkan Kepekaan Bilangan Halaman 109


Widya Kumara Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 2 Nomor 2 2021
ISSN 2721-5075

PENDAHULUAN melalui pemberian soal, baik lisan maupun tulisan.


Salah satu aspek perkembangan yang Aktivitas berhitung anak usia dini berfokus pada
sangat penting namun sering menjadi kardinalitas dan kepekaan bilangan (number
permasalahan adalah pada aspek kognitif. Pada sense). Kardinalitas mengacu pada jumlah dari
aspek ini sering ditemukan fenomena dimana anak suatu kumpulan objek atau benda yang memiliki
dipaksa untuk mempelajari calistung demi karakteristik atau atribut yang sama. Sedangkan
kesiapannya masuk ke sekolah dasar lebih cepat. kepekaan bilangan (number sense) dapat diartikan
Terlebih lagi, menurut (Pratiwi, 2015), banyak SD sebagai berpikir fleksibel dan intuisi tentang
yang mensyaratkan kemampuan calistung dari bilangan (Hadi, 2015).
calon siswanya, sehingga pembelajaran di PAUD Dalam teori Bruner, belajar bilangan dari
terpaksa memfasilitasi calistung. objek nyata perlu diberikan sebelum anak belajar
Hasil penelitian Agustina & Widayati angka (Khadijah, 2016). Selanjutnya, anak harus
(2015) menunjukkan bahwa pemahaman guru belajar sesuatu pada tahap ikonik atau representasi
PAUD mengenai pembelajaran konsep bilangan di sebelum berada pada tahap simbolik sesuai teori
TK Kelompok A masih kurang. Dari 6 TK yang Bruner (Rianti, 2016).
menjadi subyek penelitian, hanya 2 TK di Menurut Habsari & Simatupang (2015),
antaranya yang sudah memahami tahapan tujuan mengenal konsep bilangan yaitu agar anak
mengenal konsep bilangan pada anak usia TK. dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini
Sedangkan 4 TK lainnya lebih banyak menghitung melalui pengamatan terhadap benda-benda
secara verbal dan kemudian langsung ke tahap konkret di sekitar anak. Kemampuan berhitung
menulis tanpa ada mengaitkan dengan menghitung khususnya di Taman Kanak-kanak (TK)
objek. Padahal, menurut Reys et al. (2009) menulis diperlukan untuk mengembangkan pengetahuan
angka masih sulit bahkan tidak mungkin bagi anak dasar matematika seperti pengenalan konsep
usia dini karena alasan koordinasi fisik-motorik bilangan, lambang bilangan, warna, bentuk,
dan kognitifnya. Jika anak-anak ditekan menjadi ukuran, ruang dan posisi (Maiyuli, 2012).
simbolisasi yang terlalu dini, hal itu dapat Anak usia dini membutuhkan aktivitas
menimbulkan efek negatif pada ranah afektifnya, fisik dalam mempelajari sesuatu. Termasuk dalam
seperti frustrasi dan kecemasan. aktivitas berhitung, harus ada pengalaman untuk
Pendekatan pembelajaran seperti ini menghitung objek nyata (konkret) terlebih dahulu.
menjadi kurang mendorong aktivitas belajar Menurut Depdiknas (2007, dalam Maryam, 2019),
sambil bermain yang sepatutnya menjadi dunia berhitung di Taman Kanak-kanak seyogyanya
anak oleh karena fokus pembelajaran yang tidak dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan
sesuai pada fase-fase perkembangan anak (Asiah, berhitung, yaitu penguasaan konsep, masa transisi,
2018). Namun, apabila prinsip belajar sambil dan lambang. Penguasaan konsep adalah
bermain ini diterapkan dalam pembelajaran pemahaman dan pengertian tentang sesuatu
berhitung pada anak, maka pembelajaran dengan menggunakan benda dan peristiwa konkrit.
berhitung juga menjadi pengetahuan yang Masa Transisi adalah proses berfikir yang
bermanfaat bagi anak. Justru, apabila anak usia merupakan masa peralihan dari pemahaman
dini memulai menulis angka dengan mencoba- konkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak,
coba sendiri, mereka akan memperoleh dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai
pencapaian yang lebih baik (Reys et al., 2009). dikenalkan bentuk lambangnya.
Berhitung untuk anak usia dini yang Tahapan mengenal bilangan dimulai dari
dimaksud bukan seperti di sekolah dasar yang konsep korespondensi satu-satu (Charleshworth &
Lind, 2010; Clement & Sarama, 2009) atau

I Komang Sesara Ariyana, Strategi Mengembangkan Kepekaan Bilangan Halaman 110


Widya Kumara Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 2 Nomor 2 2021
ISSN 2721-5075

pencocokan (Smith, 2006), kemudian dilanjutkan PEMBAHASAN


pada berhitung verbal (Clement & Sarama, 2009) 2.1 Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini
atau berhitung hafalan (Charleshworth & Lind, NCTM (2000) menyatakan bahwa konsep
2010), dan tahap terakhir adalah berhitung objek dan keterampilan yang berkaitan dengan angka
(Clement & Sarama, 2009) atau berhitung rasional dan operasi adalah penekanan utama dalam
(Charleshworth & Lind, 2010). Sebagai tambahan, pengajaran matematika di pra-TK hingga kelas 2.
ketika anak mampu menghitung jumlah objek Selama tahun-tahun awal guru harus membantu
secara cepat, disebut sebagai kemampuan siswa memperkuat pengertian mereka tentang
subitizing. Ada dua tipe subitizing, yakni angka dan bilangan, bergerak dari pengembangan
perceptual subitizing dan conceptual subitizing awal teknik berhitung dasar ke pemahaman yang
(Charleshworth & Lind, 2010; Clement & Sarama, lebih tinggi tentang besar bilangan, hubungan
2009). bilangan, pola, operasi, dan nilai tempat.
Pengenalan angka pada anak harus dimulai Pembelajaran angka dan bilangan kepada siswa
dengan pembelajaran yang bermakna. Anak harus harus dikaitkan dengan topik matematika lainnya.
paham betul tentang bilangan. Angka hanyalah Menurut Charlesworth & Lind (2010),
sebuah simbol tanpa arti sebelum akhirnya berhitung mencakup dua operasi, yaitu berhitung
didefinisikan sebagai sebuah lambang dari suatu hafalan dan berhitung rasional. Berhitung hafalan
bilangan. Itulah mengapa anak usia dini belum melibatkan pengucapan nama-nama angka secara
bisa memahami matematika apabila guru masih berurutan dalam memori. Sedangkan berhitung
mengajarkan matematika langsung pada rasional melibatkan pencocokan setiap nama
penggunaan simbol-simbol matematika. angka untuk sekumpuluan objek tertentu.
Matematika harus diajarkan secara bertahap sesuai Aktivitas berhitung rasional dibangun setelah anak
dengan teori-teori perkembangan belajar seperti memahami dan melakukan korespondensi satu per
teori Bruner, yakni dimulai dari penggunaan benda satu.
konkret, kemudian hubungkan dengan gambar Di sisi lain, Clement & Sarama (2009) juga
atau representasi yang masuk akal bagi anak usia membedakan berhitung menjadi dua proses, yaitu
dini. berhitung verbal dan berhitung objek. Berhitung
Hal ini didukung oleh temuan dari Habsari verbal dilakukan anak ketika berhitung tidak
& Simatupang (2015), bahwa penyebab kurang menggunakan objek dan hanya mengucapkan kata
mampunya anak di TK tersebut dalam mengenal “satu, dua, tiga” dan seterusnya secara berurutan.
konsep bilangan adalah karena pengenalan konsep Sedangkan berhitung objek adalah berhitung
bilangan dilakukan tanpa media, melalui visual menggunakan objek atau benda dalam suatu
tulisan di papan tulis, bernyanyi, dan bermain kumpulan tertentu. Dari dua pendapat ini, dapat
sehingga anak kurang tertarik untuk mengenal dilihat persamaannya yaitu berhitung verbal
konsep bilangan 1-10 dengan benar. serupa dengan berhitung hafalan, dan berhitung
Agar hal ini tidak menjadi kebiasaan guru objek serupa dengan berhitung rasional.
TK, maka penulis merasa perlu untuk membahas Sebelum anak mampu berhitung secara
hubungan berhitung dan kepekaan bilangan rasional, anak perlu memahami dasar tentang
(number sense) bagi anak usia dini, level berhitung hafalan dan korespondensi satu-satu
perkembangan berpikir berkaitan dengan (Charlesworth & Lind, 2010). Berhitung rasional
berhitung anak usia dini, dan strategi membantu anak dalam memahami konsep
mengembangkan kepekaan bilangan (number bilangan ketika dihadapkan pada suatu pelabelan
sense) dan berhitung pada anak usia dini kuantitas sebagai jumlah tertentu dalam simbol
angka. Terdapat beberapa prinsip dalam berhitung

I Komang Sesara Ariyana, Strategi Mengembangkan Kepekaan Bilangan Halaman 111


Widya Kumara Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 2 Nomor 2 2021
ISSN 2721-5075

rasional. Reys et al. (2009) mengidentifikasi empat Anak-anak perlu memahami bahwa bilangan
prinsip penghitungan rasional, yaitu (1) hanya satu mengacu pada kuantitas (jumlah objek)
nama angka yang dapat ditetapkan untuk setiap (Charlesworth & Lind, 2010). Menurut Reys et al.
objek yang akan dihitung; (2) ada urutan yang (2009), perkembangan konsep bilangan awal pada
benar di mana nama angka dapat ditetapkan (yaitu, anak dimulai pada konsep membandingkan
satu, dua, tiga, dll.); (3) menghitung dapat dimulai sejumlah objek dengan jumlah kecil.
dengan salah satu objek dalam kelompok; dan (4) Perbandingan secara visual yang dimaksud ini
aturan kardinalitas menyatakan bahwa nama disebut sebagai konservasi berdasarkan pekerjaan
bilangan terakhir yang digunakan adalah oleh Jean Piaget (Reys et al., 2009; Charlesworth
banyaknya objek dalam kelompok tersebut. & Lind 2010). Kemampuan konservasi
ditunjukkan seperti pada gambar di bawah ini.

(a) (b)
Gambar 1. (a) membandingkan dua himpunan objek dengan pengaturan yang serupa; (b)
membandingkan dua himpunan yang tadi dengan pengaturan yang lebih lebar pada
salah satu himpunan (Sumber: Reys et al., 2009).

Mungkin anak usia dini mengatakan jumlah objek (Reys et al., 2009). Walaupun
bahwa pada Gambar 1(a) kedua himpunan anak sudah bisa berhitung, tetapi tidak
jumlahnya adalah sama, yaitu 9 buah mampu untuk melakukan konservasi, maka
persegi. Tetapi ketika pengaturannya number sense pada anak dapat dikatakan
berubah seperti pada Gambar 1(b), masih kurang. Reys et al. (2009)
mungkin anak tetap menghitung ada 9 buah menyarankan bahwa kapanpun ini terjadi,
persegi pada himpunan yang lebih lebar kegiatan instruksional harus digunakan
tetapi menyimpulkan bahwa himpunan untuk meningkatkan kesadaran anak
yang diperlebar pengaturannya ini tentang invariansi bilangan.
jumlahnya lebih banyak. Mengapa hal ini
bisa terjadi? Hal ini dapat terjadi karena 2.2 Hubungan Berhitung dan Ke-
anak usia dini masih berada dalam tahap pekaan Bilangan (Number Sense)
perkembangan praoperasional dengan bagi Anak Usia Dini
karakteristik khusus, yaitu centration. Mengembangkan number sense
Menurut Khadijah (2014), centration (kepekaan bilangan) adalah tujuan umum
adalah pemfokusan (pemusatan) perhatian pembelajaran matematika dari Taman
pada satu karakteristik dengan Kanak-kanak (TK) sampai sekolah
mengabaikan karakteristik lainnya. menengah (Hadi, 2015). Terlebih lagi, Sood
Charlesworth & Lind (2010) menambahkan & Mackey (2015) berpendapat bahwa
bahwa centration adalah karakteristik anak- number sense adalah keterampilan
anak pra-operasional yang menyebabkan prasyarat penting yang diperlukan untuk
mereka fokus pada aspek yang paling jelas pencapaian matematika nanti pada jenjang
dari apa yang mereka rasakan. Anak-anak selanjutnya. Pengajaran number sense
hingga usia 5-6 tahun tidak menyadari ternyata efektif tidak hanya untuk siswa
bahwa mengubah penataan objek dalam yang lebih tua, tetapi juga untuk siswa
satu himpunan tidak berpengaruh pada taman kanak-kanak dan prasekolah (Sood

I Komang Sesara Ariyana, Strategi Mengembangkan Kepekaan Bilangan Halaman 112


Widya Kumara Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 2 Nomor 2 2021
ISSN 2721-5075

& Mackey, 2015). Number sense menjadi bilangan, dan (3) komponen pemahaman
dasar dalam memahami konsep lebih dan besar bilangan.
kurang, baik dari jumlah yang relatif, Number sense anak usia dini pada
hubungan antara ruang dan kuantitas (yaitu, komponen pemahaman makna bilangan
konservasi bilangan), maupun bagian dan menggunakan representasi benda konkrit
keseluruhan dari suatu kuantitas (Iswanti, sebagai pengganti dari bilangan tertentu.
2014). Konsep “lebih”, “kurang”, dan Anak usia dini mencoba menghubungkan
“sama” adalah hubungan dasar yang antara bilangan, angka dan benda konkrit.
berkontribusi pada konsep bilangan secara Number sense anak usia dini pada
keseluruhan (Van de Walle et al., 2010). komponen pemahaman hubungan antar
Secara sederhana, number sense bilangan melalui urutan yang dimulai dari
(kepekaan bilangan) adalah kepekaan paling kecil (kuantitasnya) hingga paling
terhadap suatu bilangan pada operasi besar. Number sense anak usia dini pada
matematis berserta hubungan dengan komponen pemahaman besar bilangan
bilangan yang lainnya (Nurjanah & Hakim, diawali dengan mengenali bilangan yang
2019). Beberapa aspek keterampilan sama. Selanjutnya membedakan bilangan
number sense yang dimiliki oleh anak yang berbeda dan memilih satu bilangan
antara lain kemampuan menyebutkan bunyi yang lebih besar.
angka, menyebutkan bunyi barisan
bilangan, melakukan korespondensi satu- 2.3 Level Perkembangan Berpikir
satu, menghubungkan bunyi dengan Berkaitan dengan Berhitung Anak
lambang bilangan, menghitung benda Usia Dini
konkret, membandingkan jumlah benda, Menurut Clement & Sarama (2009),
lakukan penjumlahan dengan aktivitas belajar berhitung pada anak usia
menggabungkan kelompok benda dan dini melalui beberapa tahapan. Tahapan
lakukan pengurangan dengan memisahkan berhitung tersebut berbeda pada level
kelompok benda (Confer, 2005, dalam berpikir dan pada usia. Tabel 1 di bawah ini
Mirawati, 2017). Menurut Authary (2016), menunjukkan tahapan belajar berhitung
terdapat tiga komponen pemahaman dalam oleh Clement & Sarama (2009) yang
number sense anak usia dini, yaitu (1) disebut sebagai learning trajectory for
komponen pemahaman makna bilangan, (2) counting (trayek belajar untuk berhitung).
komponen pemahmaan hubungan antar

Tabel 1. Level Perkembangan Berpikir Berkaitan dengan Berhitung Anak Usia Dini
Usia Level Berpikir
Penjelasan
(Tahun) (Perkembangan)
1 Pre-counter Menamai beberapa kata bilangan tanpa mengurutkannya.
Chanter Bernyanyi dengan kata bilangan atau terkadang tidak dapat
membedakan kata-kata bilangan.
2 Reciter (Small number) Berhitung verbal dengan kata bilangan yang terpisah dan belum tentu
dalam urutan yang benar, seperti “satu, dua, tiga, lima”.
3 Reciter (10) Berhitung verbal sampai 10, dengan beberapa korespondensi dengan
objek, atau menunjukkan kesalahan kinerja.
Corresponder Melakukan korespondensi satu-satu antara berhitung verbal dan
berhitung objek, setidaknya untuk sekelompok kecil objek yang

I Komang Sesara Ariyana, Strategi Mengembangkan Kepekaan Bilangan Halaman 113


Widya Kumara Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 2 Nomor 2 2021
ISSN 2721-5075

Usia Level Berpikir


Penjelasan
(Tahun) (Perkembangan)
diletakkan dalam satu baris. Mungkin menjawab pertanyaan “berapa
banyak?” dengan menghitung ulang objek, atau melanggar urutan 1–
1 atau urutan kata untuk membuat kata bilangan terakhir menjadi
kata yang diinginkan atau diprediksi.
4 Counter (Small Number) Secara akurat menghitung 5 buah objek dalam satu baris dan
menjawab pertanyaan “berapa banyak” dengan jumlah terakhir yang
dihitung. Ketika objek terlihat, dan terutama dengan jumlah kecil,
anak mulai memahami kardinalitas.
Counter (10) Anak sudah mampu menulis angka 1 – 10. Anak mungkin dapat
mengetahui bilangan tersebut tepat setelah atau sebelum bilangan
lain, tetapi hanya dengan menghitung dari 1. Sedangkan kemampuan
berhitung verbalnya berkembang sampai bilangan 20.
Producer (Small Number) Menghitung objek hingga 5. Mengenali aktivitas berhitung relevan
dengan situasi di mana bilangan tertentu harus ditempatkan.
5 Counter and Producer Anak mampu berhitung verbal dan berhitung objek secara akurat
(10+) hingga 10, lalu seterusnya; memiliki pemahaman eksplisit tentang
kardinalitas (bagaimana bilangan menunjukkan berapa banyak);
melacak objek yang sudah dan belum dihitung, bahkan dalam
pengaturan yang berbeda; menulis atau menggambar untuk
merepresentasikan 1 sampai 10 (lalu, 20, lalu 30).
Counter Backward from Anak mampu menghitung mundur dari 10 ke 1, secara verbal, atau
10 saat menghilangkan objek dari suatu kumpulan objek.
6 Counter from N (N+1, N– Anak mampu berhitung verbal dan berhitung objek dari bilangan
1) selain 1 (tetapi belum melacak jumlah hitungan); mampu
menentukan bilangan setelahnya atau sebelumnya secara langsung.
Skip Counter by 10s to 100 Anak mampu berhitungan loncat untuk bilangan puluhan hingga 100
atau lebih, misalnya, 10, 20, 30, …, 100.
Counter to 100 Anak mampu berhitung verbal sampai 100 dengan embuat transisi
sepuluhan (misalnya, dari 29 menjadi 30).
Counter On Using Anak memiliki strategi berhitung, dimana anak melacak beberapa
Patterns hitungan yang sedikit, tetapi hanya melalui pola numerik. Misalnya
ketika ditanya “Berapa 5 ditambahkan 3 lagi?”, anak mampu
menjawab dengan “5, 6, 7, 8”.
Skip Counter Anak mampu berhitung verbal dan objek dengan himpunan lima dan
himpunan dua dengan pemahaman. Misalnya, “5, 10, 15, 20, …”,
atau “2, 4, 6, 8, …”
Counter of Imagined Items Anak memiliki strategi menghitung jumlah objek yang dapat
dibayangkan secara mental tanpa melihat benda secara langsung.
Counter On Keeping Track Anak memiliki strategi menghitung secara numerik, pertama dengan
objek, lalu dengan “hitungan” secara rasional.
Counter of Qualitative Anak memahami sistem bilangan basis sepuluh dan konsep nilai
Units/Place tempat, termasuk ide menghitung dalam satuan dan kelipatan
ratusan, puluhan, dan satuan. Saat menghitung kumpulan-kumpulan
objek berjumlah 10, dapat mendekomposisikannya menjadi 10
satuan-satuan jika itu berguna.
Counter to 200 Anak mampu berhitung verbal dan berhitung objek secara akurat
hingga 200 dan seterusnya, mengenali pola satuan, puluhan, dan
ratusan.
7 Number Conserver Anak mampu mengkonservasi bilangan secara konsisten.

I Komang Sesara Ariyana, Strategi Mengembangkan Kepekaan Bilangan Halaman 114


Widya Kumara Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 2 Nomor 2 2021
ISSN 2721-5075

Usia Level Berpikir


Penjelasan
(Tahun) (Perkembangan)
Counter Forward and Anak memiliki strategi menghitung verbal dari kecil ke besar atau
Back sebaliknya. Anak baru mengenali bahwa urutan sepuluhan
mencerminkan urutan digit tunggal. Dan anak mampu menghitung
mundur dari 20 dan lebih tinggi dengan makna.

memecahkan objek menjadi dua kelompok


2.4 Strategi Mengembangkan Ke- 5-an secara mental. Kemampuan untuk
pekaan Bilangan (Number Sense) menentukan jumlah suatu kumpulan objek
dan Berhitung pada Anak Usia Dini
dengan hanya melihatnya saja disebut
Number sense (kepekaan bilangan)
sebagai subitizing atau subitisasi (Ariyana,
memungkinkan anak-anak untuk
2018). Bagi anak usia dini, jumlah objek
memahami tolok ukur perhitungan yang
dari satu hingga empat atau lima adalah
sering digunakan seperti 5 dan 10 yang
yang pertama dikenali (Charlesworth &
berkaitan dengan besaran lain
Lind, 2010). Menurut Reys et al. (2009),
(Charleshworth & Lind, 2010). Misalnya,
sebelum benar-benar menghitung, faktanya
ketika anak mencoba menghitung
adalah anak-anak mengetahui sejumlah
sekumpulan objek yang berjumlah 6, maka
kecil objek seperti satu hidung, dua tangan,
anak mungkin dapat menghitung 6 objek
tiga roda pada sepeda roda tiga.
dengan menghitung 5 objek secara otomatis
Di prasekolah dan taman kanak-
dan 1 objek sisanya. Pengaturan objek yang
kanak, anak-anak belajar memahami nilai
disajikan juga dapat mendorong berpikir
numerik yang terkait dengan jumlah kecil
fleksibel dalam berhitung. Seperti misalnya
secara otomatis (yaitu, subitisasi verbal atau
dengan memecahkan 6 objek itu menjadi
verbal subitization), tetapi mereka
dua baris 3-an sebagaimana pada susunan
menggunakan penghitungan untuk
objek 6 pada dadu. Dengan menghitung
menentukan nilai yang tepat dari jumlah
lebih sedikit dan menggandakannya secara
yang lebih besar (Jordan et al., 2012).
sederhana, berhitung secara mental akan
Subitisasi dapat dikembangkan melalui
lebih mudah.
alat-alat permainan seperti dadu, kartu
Ariyana (2018) menyatakan bahwa
domino, bingkai 10 (McLennan, 2020).
ketika kita melihat sejumlah objek,
Bingkai 10 merupakan alat permainan
terkadang kita langsung menentukan
matematika yang menyajikan array
banyaknya dengan hanya “melihat” saja,
berukuran 2 baris x 5 kolom (Borodkin et
terutama untuk kelompok kecil. Namun,
al., 2019). Gambar di bawah ini merupakan
ketika berhadapan dengan objek yang
dua contoh bingkai 10.
jumlahnya lebih besar, misalnya 10,
mungkin kita akan mencari cara seperti

Gambar 2. Bingkai 10 Gambar 3. Bingkai 10 dengan Permainan


(Sumber: Van de Walle et al., 2013) (Sumber: Borodkin et al., 2019)

I Komang Sesara Ariyana, Strategi Mengembangkan Kepekaan Bilangan Halaman 115


Widya Kumara Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 2 Nomor 2 2021
ISSN 2721-5075

Mengembangkan subitisasi melalui Pembelajaran berhitung biasanya


bingkai 10 memungkinkan anak untuk melibatkan hubungan antara bilangan dan
mengetahui baris yang penuh sebagai 5. lambangnya. Pengenalan lambang bilangan
Misalnya, ketika anak dihadapkan pada dapat diberikan melalui alat atau media
kardinalitas 8, maka 5 dapat mudah permainan, seperti flashcard (Palupi &
ditentukan dalam satu baris yang penuh Dewi, 2013), ular tangga (Khotimah, Sofia,
secara subitizing, dan sisanya dihitung & Surahman, 2016), memasangkan atau
secara rasional, yaitu 6, 7, 8 (Borodkin et make a match (Iswanti, 2014), dan bola
al., 2019). Mengetahui jumlah 5 secara warna modifikasi (Habsari & Simatupang,
cepat disebut sebagai perceptual subitizing 2015). Palupi & Dewi (2013)
(subitisasi perseptual). Ketika anak dapat menyimpulkan bahwa penggunaan media
mengetahui kardinalitas 8 objek dengan flashcard berhasil positif yang membuat
memecahnya menjadi kelompok 5 objek anak belajar banyak mengenai lambang
dan kelompok 3 objek, atau menjadi bilangan, urutan bilangan dan pemahaman
kelompok 4 objek dan 4 objek, maka anak konsep angka dengan baik. Khotimah,
melangkah lebih maju dalam subitizing Sofia, & Surahman (2016) menyatakan
yang disebut conceptual subitizing bahwa dengan permainan ular tangga,
(subitisasi konseptual). Subitisasi persep- keterampilan kognitif-matematika yang
tual digunakan pada himpunan objek terstimulasi yaitu menyebutkan lambang
dengan kardinalitas di antara 1 sampai 4 bilangan dan ketepatan dalam berhitung.
atau 5 (Clement & Sarama, 2009). Karena media yang digunakan yaitu bidak,
Sedangkan subitisasi konseptual berkem- kocokan dadu, papan ular tangga, kartu
bang dari menghitung dan melihat atau bergambar hewan serta kartu bertuliskan
membentuk pola tertentu, sehingga dapat lambang bilangan.
membantu mengembangkan number sense Iswanti (2014) menyatakan bahwa
(kepekaan bilangan) dan keterampilan setelah diberikan tindakan dengan
aritmatika anak (Charlesworth dan Lind, menggunakan permainan memasangkan
2010). (make a match), kini anak mampu
Menurut (McGuire & Kinzie, membedakan konsep sama-tidak sama,
2013), bingkai 10 dapat menjadi banyak-sedikit, menghubungkan banyak
representasi yang mendorong anak usia dini objek dengan lambang bilangan,
memahami nilai tempat juga, walaupun mengurutkan benda dari urutan terkecil
pembelajaran nilai tempat dasar jarang hingga terbesar, memasangkan jumlah
diberikan atau dipelajari di jenjang Pra-TK. benda dengan bilangan, membandingkan
Konsekuensi yang mungkin jika pem- serta menyebutkan dan menunjukkan
belajaran nilai tempat tertunda, maka anak perbedaan benda dan jumlah benda. Dan
mungkin mengalami kesalahpahaman Habsari & Simatupang (2015) menemukan
ketika ia masuk sebagai siswa sekolah dasar bahwa melalui bermain bola warna
dan menengah nanti, terutama pada konsep modifikasi, kemampuan anak mengenal
penjumlahan dan pengurangan multi-digit konsep bilangan dalam hal membilang
serta perkalian dan pembagian bilangan dua angka 1-10, membilang angka 1-10 dengan
digit/angka. menunjuk benda, mengurutkan simbol

I Komang Sesara Ariyana, Strategi Mengembangkan Kepekaan Bilangan Halaman 116


Widya Kumara Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 2 Nomor 2 2021
ISSN 2721-5075

bilangan dari 1-10 dengan benda, invariansi bilangan yang disebut juga
mengurutkan simbol bilangan dari 10-1 konservasi. Anak-anak hingga usia 5-6
dengan benda, melengkapi urutan bilangan tahun tidak menyadari bahwa mengubah
1-10 dan memasangkan lambang bilangan penataan objek dalam satu himpunan tidak
dengan jumlah benda menjadi lebih baik berpengaruh pada jumlah objek.
dan mencapai tingkat pencapaian Secara sederhana, number sense
perkembangan yang diharapkan. (kepekaan bilangan) adalah kepekaan
Guru dan orang tua dihimbau untuk terhadap suatu bilangan pada operasi
bersabar ketika mengajarkan subitizing dan matematis berserta hubungan dengan
number sense pada anak usia dini. bilangan yang lainnya Karakteristik
Berhitung (rasional/objek) pada awalnya perkembangan level berpikir anak dalam
merupakan satu-satunya cara yang dapat konteks berhitung berubah pada setiap
dilakukan anak untuk menentukan tingkatan usianya.
kardinalitas. Akan tetapi, ketika anak Terdapat beberapa alat permainan
membangun hubungan baru dan mulai matematika yang dapat digunakan untuk
menggunakan ide yang lebih kuat, mengembangkan number sense, di
berhitung (rasional/objek) akan menjadi antaranya yaitu dadu, kartu domino,
semakin tidak perlu (Van de Walle et al., flashcard, ular tangga, memasangkan atau
2013). Beberapa hal yang perlu make a match, dan bola warna modifikasi.
diperhatikan oleh orang tua sebelum
mengajarkan matematika pada anak-anak DAFTAR PUSTAKA
adalah: 1) Matematika itu bukanlah hanya
sekedar berhitung angka-angka, 2) Agustina, F., & Widayati, S. (2015).
Pemahaman Guru Terhadap
Matematika adalah bagian dari kehidupan
Pembelajaran Konsep Bilangan Di Tk
sehari-hari dan bukanlah sesuatu yang Kelompok a (Studi Deskriptif). PAUD
abstrak, 3) Untuk membuat anak usia dini Teratai, 4(3).
cinta matematika, orangtua tidak boleh Ariyana, I. K. S. (2018). Subitizing Sebagai
takut pada matematika, 4) Belajar tidak Kemampuan Mendasar Bagi anak
harus dipisahkan dari bermain (Adityasari, Usia Dini untuk Menguasai Konsep
2013, dalam Khadijah, 2016). Bilangan. Purwadita, 2(2), 57–65.
ASIAH, N. (2018). Pembelajaran Calistung
Pendidikan Anak Usia Dini Dan Ujian
KESIMPULAN DAN SARAN Masuk Calistung Sekolah Dasar Di
Berdasarkan pembahasan di atas, Bandar Lampung. Terampil : Jurnal
maka dapat disimpulkan bahwa number Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar,
sense dibangun melalui pembelajaran yang 5(1), 19.
bertahap mengenai bilangan, yang dimulai https://doi.org/10.24042/terampil.v5i1
dari korespondensi satu-satu dan berhitung .2746
Authary, N. (2016). Number Sense Anak
hafalan/verbal, dilanjutkan dengan Usia Dini: Suatu Investigasi pada
berhitung rasional/objek, dan berkembang Aritmatika Tahap Awal. Bunayya,
menjadi kemampuan subitizing. Keseluruh I(2), 1–15.
proses ini akan mengembangkan number Borodkin, E., Martin, K., Roy, K., &
sense anak. Dalam mengembangkan Stapleton, E. (2019). Unleashing the
number sense, anak perlu diberikan Inner Math Monster: Counting and
Cardinality in Kindergarten. Ohio
pemahaman mengenai kesadaran akan

I Komang Sesara Ariyana, Strategi Mengembangkan Kepekaan Bilangan Halaman 117


Widya Kumara Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 2 Nomor 2 2021
ISSN 2721-5075

Journal of School Mathematics, 81, McLennan, D. M. P. (2020). Joyful Number


44–49. Talks in Kindergarten. Journal of
https://acces.bibl.ulaval.ca/login?url= Teaching and Learning, 13(2), 43–54.
https://search.ebscohost.com/login.as https://doi.org/10.22329/jtl.v13i2.568
px?direct=true&db=eue&AN=13692 4
6658&amp%0Alang=fr&site=ehost- Mirawati. (2017). Creative Mathematical
live Games: The Enhancement of Number
Habsari, Y. A., & Simatupang, N. D. Sense of Kindergarten Children
(2010). Pengaruh Bermain Bola Through Fun Activities. Journal of
Warna Modifikasi Terhadap. Physics: Conference Series, 812(1).
Hadi, S. (2015). Number sense: berpikir https://doi.org/10.1088/1742-
fleksibel dan intuisi tentang bilangan. 6596/812/1/012114
Math Didactic: Jurnal Pendidikan Nurjanah, U., & Hakim, D. L. (2019).
Matematika, 1(1), 1–7. Number Sense Siswa Pada Materi
Iswanti. (2014). Peningkatan Pemahaman Bilangan. Prosiding Seminar Nasional
Konsep Bilangan Melalui Permainan Matematika Dan Pendidikan
Memasangkan. Jurnal Pendidikan Matematika Sesiomadika 2019, 2(1e),
Usia Dini, 08(02), 391–400. 1174–1182.
Jordan, N. C., Glutting, J., Dyson, N., https://journal.unsika.ac.id/index.php/
Hassinger-Das, B., & Irwin, C. (2012). sesiomadika/article/view/2949/0
Building kindergartners’ number Palupi, G. D., & Dewi, D. K. (2013).
sense: A randomized controlled study. PENGARUH MEDIA FLASHCARD
Journal of Educational Psychology, TERHADAP KEMAMPUAN
104(3), 647–660. MENGENAL LAMBANG
https://doi.org/10.1037/a0029018 BILANGAN PADA ANAK
Khotimah, N., Sofia, A., & Surahman, M. KELOMPOK B di TK ABA IV
(2016). Pengenalan Lambang KOTA KEDIRI. PAUD Teratai, 2(3).
Bilangan Melalui Bermain Ular Pratiwi, E. (2015). Pembelajaran Calistung
Tangga. Jurnal Pendidikan Anak, Bagi Anak Usia Dini Antara Manfaat
2(2). Akademik dan Resiko Menghambat
Maiyuli, A. (2012). Peningkatan Kecerdasan Mental Anak. Inovasi
Kemampuan Berhitung Anak Melalui Pembelajaran Untuk Pendidikan
Permainan Domino Di Taman Kanak- Berkemajuan, 7, 278–283.
Kanak. Jurnal Pesona PAUD, 1(1), 1– Sood, S., & Mackey, M. (2015). Examining
12. the Effects of Number Sense
http://download.portalgaruda.org/artic Instruction on Mathematics
le.php?article=100825&val=1492 Competence of Kindergarten
Maryam, S. (2019). Meningkatkan Students. International Journal of
Kemampuan Berhitung Anak melalui Humanities Social Sciences and
Permainan Kartu Angka pada Education (IJHSSE), 2(2), 2349.
Kelompok B TK NW Lelupi www.arcjournals.org
Kecamatan Sikur. Nusantara, 1(1),
87–102.
McGuire, P., & Kinzie, M. B. (2013).
Analysis of Place Value Instruction
and Development in Pre-Kindergarten
Mathematics. Early Childhood
Education Journal, 41(5), 355–364.
https://doi.org/10.1007/s10643-013-
0580-y

I Komang Sesara Ariyana, Strategi Mengembangkan Kepekaan Bilangan Halaman 118

Anda mungkin juga menyukai