Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK III

TATA ISTILAH DAN DIKSI

Kelompok III
-Maihusni Nadyya Chan
-Genta Pratama
LATAR BELAKANG
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai
sebagai nama atau lambang dan yang dengan
cermat mengungkapkan makna konsep, proses,
keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
Sedangkan diksi
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan
ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh
kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan
kemampuan mengetahui, memahami, menguasai,
dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif
yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat
sehingga mampu mengomunikasikannya
secara efektif kepada pembaca atau
pendengarnya.
A. ISTILAH
1.      Macam-macam Istilah
a.       Istilah umum adalah istilah yang
berasal dari bidang tertentu, yang karena
dipakai secara luas, menjadi unsur
kosakata umum. Misalnya: anggaran
belanja, daya, nikah, penilaian, takwa.
b.      Istilah khusus adalah istilah yang
maknanya terbatas pada bidang
tertentu saja. Misalnya:
apendektomi, bipatride,
kurtosis, pleistosen.
2.      Persyaratan Istilah yang Baik
           Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan
dalam pemanfaatan kosakata bahasa Indonesia yang berikut :
a)      Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat
untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak
menyimpang dari makna itu.
b)      Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling
singkat di antara pilihan yang tersedia yang mempunyai
rujukan sama.
c)      Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa
(konotasi) baik.
d)     Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang sedap
didengar (eufonik).
e)      Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang
bentuknya seturut kaidah bahasa Indonesia.
3.       Proses Pembentukan Istilah
    Proses pembentukan istilah dilakukan
melalui pemadanan atau penerjemahan,
misalnya busway menjadi jalur bus,
penyerapan kosa kata asing, misalnya
camera menjadi kamera dan gabungan
penerjemahan dan penyerapan, misalnya
subdivision menjadi subbagian.
4. Penyerapan Istilah
            Penyerapan istilah asing untuk menjadi istilah Indonesia
dilakukan berdasarkan hal-hal berikut:

a)      Istilah asing yang akan diserap meningkatkan ketersalinan


bahasa asing dan bahasa Indonesia secara timbal balik
(intertranslatability) mengingat keperluan masa depan.
b)      Istilah asing yang akan diserap mempermudah pemahaman
teks asing oleh pembaca Indonesia karena dikenal lebih dahulu.
c)      Istilah asing yang akan diserap lebih ringkas jika dibandingkan
dengan terjemahan Indonesianya.
d)     Istilah asing yang akan diserap mempermudah kesepakatan
antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak sinonimnya.
e)      Istilah asing yang akan diserap lebih cocok dan tepat karena
tidak mengandung konotasi buruk.
5. Pembakuan dan Kodifikasi Istilah
    Istilah yang diseleksi lewat pemantapan,
penerjemahan, penyerapan, dan
perekaciptaan dibakukan lewat kodifikasi
yang mengusahakan keteraturan bentuk
seturut kaidah dan adat pemakaian bahasa.
Kodifikasi itu tercapai dengan tersusunnya
sistem ejaan, buku tata bahasa, dan kamus
yang merekam dan menetapkan bentuk
bakunya.
B.DIKSI
Diksi bukan hanya sekedar memilih yang
tepat tetapi untuk menentukan kata mana yang
cocok digunakan dalam kalimat yang
maknanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai
yang diakui masyarakat.

Contoh:
Kucing saya meninggal tadi pagi.
(kurang tepat, meninggal biasanya digunakan
pada manusia).
Kucing saya mati tadi pagi. (tepat)
1.FUNGSI DIKSI

DALAM KARANGAN ILMIAH, DIKSI DIPAKAI UNTUK


MENYATAKAN SEBUAH KONSEP, PEMBUKTIAN, HASIL
PEMIKIRAN, ATAU SOLUSI DARI SUATU MASALAH.
ADAPUN FUNGSI DIKSI ANTARA LAIN :

A) MELAMBANGKAN GAGASAN YANG


DIEKSPRESIKAN SECARA VERBAL.                  
B) MEMBENTUK GAYA EKSPRESI GAGASAN YANG TEPAT.
C) MENCIPTAKAN KOMUNIKASI YANG BAIK DAN BENAR.
D) MENCEGAH PERBEDAAN PENAFSIRAN.
E) MENCEGAH SALAH PEMAHAMAN.
F) MENGEFEKTIFKAN PENCAPAIAN TARGET
KOMUNIKASI.
2. Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah:

1) Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat.


2) Membedakan secara cermat makna kata yang hampir
bersinonim, misalnya: adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam
pemakaiannya berbeda-beda.
3) Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip
ejaanya, misalnya: infrensi (kesimpulan) dan iterefrensi (saling
mempengaruhi).
4) Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan
pendapat sendiri.
5) Menggunakan imbuhan asing. (jika diperlukan)
6) Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan susunan
(pasangan) yang benar.
7) Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat.
8) Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat.
9) Menggunakan dengan cermat kata bersinonim.
10) Menggunakan kata abstrak dan konkrit secara
cermat.
Jenis-jenis Diksi dan Contohnya
Berdasarkan leksikal, diksi dibedakan berdasarkan
makna leksikalnya atau makna kamus karena berasal
dari kamus bahasa Indonesia. Makna leksikal
merupakan makna jenis-jenis kata yang bersifat konkret
dan denotatif serta belum mengalami perubahan bentuk.
Diksi berdasarkan leksikalnya dibedakan menjadi
beberapa jenis lagi, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Sinonim
Sinonim disebut juga padanan kata atau persamaan
kata karena memiliki makna yang sama. Contoh kata
sinonim, di antaranya:
Contoh kalimat yang menggunakan sinonim:
Dini menjadi anak yang paling pandai di kelas karena
rajin belajar
Dini menjadi anak yang paling pintar di kelas karena
giat belajar
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata atau diksi
yang berbeda pada pilihan kata “pandai” dan “rajin”.
Namun, keduanya tetap memiliki makna dan
pemahaman yang sama meskipun diganti dengan kata
“pintar” dan “giat”.
2. Antonim
Antonim disebut juga sebagai lawan kata atau
perbedaan kata karena memiliki makna yang
berlawanan. Contoh kata antonim, di antaranya:
Contoh kalimat yang menggunakan antonim:
Dini malas belajar sehingga dia menjadi anak yang
bodoh.
Dini rajin belajar sehingga dia menjadi anak yang
pintar.
Ketika dua kalimat tersebut menggunakan kata yang
berlawanan, maka makna yang disampaikan pun
menjadi berbeda dan berlawanan.
3. Homonim
Homonim merupakan jenis kata yang memiliki makna yang
berbeda namun lafal atau pengucapan dan ejaannya sama. Contoh
kalimat penerapannya adalah sebagai berikut:
Kalimat 1: Genting rumah bocor sehingga air masuk ke dalam
rumah ketika hujan turun.
Kalimat 2: Keadaan di sekolah sedang sangat genting karena
murid sekolah lain tawuran menyerbu sekolah.
Kata “genting” pada kalimat pertama mengandung makna yang
menunjukkan kata benda berupa atap atau genting. Sedangkan
kata “genting” pada kalimat kedua mengandung makna gawat atau
mendesak.
4. Homofon
Berbeda dengan homonim, homofon memiliki lafal yang sama,
namun makna dan ejaannya berbeda. Contoh kalimat
penerapannya adalah sebagai berikut:
Kalimat 1: Aku rindu masa remaja saat masih sekolah dulu.
Kalimat 2: Massa demo yang merapat ke gedung DPR semakin
banyak.
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata “massa dan masa”
yang memiliki pelafalan yang sama namun ejaan dan artinya
berbeda. Kata “masa” pada kalimat pertama memiliki makna saat
atau waktu. Sedangkan kata “massa” pada kalimat yang kedua
memiliki makna kumpulan orang dalam jumlah yang banyak.
5. Homograf
Homograf merupakan jenis kata atau diksi yang memiliki ejaan
yang sama namun makna dan lafalnya berbeda. Contoh kalimat
penerapannya adalah sebagai berikut:
Kalimat 1: Pagi hari tadi aku sarapan buah apel.
Kalimat 2: Setiap pagi sebelum masuk kelas anak-anak harus apel
terlebih dahulu.
Kata “apel” pada kalimat pertama diucapkan dengan lafal yang
sama seperti kata me pada kata memukul dan memiliki arti nama
buah apel. Sedangkan, kata “apel” pada kalimat kedua dilafalkan
seperti melafalkan ejaan huruf L (el) dan memiliki arti kumpul.
6. Polisemi
Polisemi merupakan jenis kata yang ejaan dan lafalnya yang
sama namun memiliki banyak arti dan pengertian jika digunakan
dalam konteks kalimat yang berbeda. Contoh kalimat
penerapannya adalah sebagai berikut:
Kalimat 1: Risna menanam bunga melati yang sangat harum
baunya.
Kalimat 2: Risna memiliki paras yang sangat cantik sehingga
menjadi bunga desa di kampungnya.
Kalimat 3: Bank konvensional memberikan bunga sebesar 10%
setiap bulannya.
Kata “bunga” tersebut memiliki ejaan dan lafal yang sama namun
memiliki arti yang banyak dan berbeda-beda. Kalimat pertama
mengandung arti nama bunga atau tanaman. Kalimat kedua
mengandung makna kiasan sebagai gadis yang paling cantik.
Kaimat ketiga mengandung makna keuntungan.
7. Hipernim dan Hiponim
Hipernim merupakan kata umum yang menjadi penyebutan kata
lainnya karena dapat mewakili kata lainnya. Sedangkan hiponim
adalah kata yang terwakili maknanya oleh kata hipernim. Contoh
penerapan kalimatnya adalah sebagai berikut:
Pak Tono memelihara banyak sekali burung di rumahnya seperti
merpati, beo, perkutut, dan lain sebagainya.
Hipernim dalam kalimat tersebut adalah “burung” yang mewakili
hiponimnya yaitu “merpati, beo, dan perkutut”.
DAFTAR PUSTAKA

Doyin Mukh dan Wagiran. 2011. Bahasa Indonesia. Semarang: UNNES


PRESS

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Edisi XVI. Jakarta: Depdiknas & Balai Pustaka.

Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengenmbangan


Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.

Rahaedi, Kunjana. 2003. Bahasa Indonesia  perguruan tinggi. Erlangga.


Jakarta
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai