Anda di halaman 1dari 16

HUKUM

DAN
HAK ASASI MANUSIA

RICKY MARCIANO WATTIMENA SH.,MH


INSTRUMEN HAM
INTERNASIONAL
DEKLARASI UNIVERSAL HAK
ASASI MANUSIA
INSTRUMEN
UTAMA

DUHA
M

Ditetapkan oleh majelis umum PBB dalam resolusi 217 tanggal 10


desember 1948. piagam berisi 30 pasal.
DUHAM Merupakan kerangka tujuan ham yang di rancang dalam bentuk
umum dan merupakan kerangka dan jutuan ham yang di rancang dalam
bentuk umum, dan merupakan sumber utama pembentukan dua instrument
ham yaitu Konvenan Internasional tentang hak sipil politik serta konvenan
Internasional hak ekonomi sosial budaya.
Internasional Convenan on Civil and Political Right
(ICCPR)
Konvenan Internasional tentang hak sipil dan politik
(SIPOL)

ICCPR di terima oleh siding umum PBB pada tanggal 16


Desember 1966 dan baru berlaku pada tanggal 23 maret 1976.
Di ratifikasi oleh Indonesia dan menjadi UU no 12 tahun 2005
(pengesahan Internasional Convenan on civil and political right)
28 Okober 2005

Hak-hak sipol juga berkaitan dengan


1. Hak hidup
2. Hak untuk tidak di siksa, di hukum secara kejam, tidak
manusiawi atau di rendahkan martabat
3. Hak atas kemerdekaan dan keamanan pribadi
4. Hak untuk tidak dipenjara semata-mata atas dasar
ketidakmampuan memenuhi kewajiban kontraktual
5. Hak atas persamaan kedudukan di depan pengadilan dan badan
peradilan
6. hak untuk tidak idana dengan hukum yang berlaku surut dalam
penerapan hukum pidana.
International Convenan on Economic, Sosial dan Cultural Right
(ECOSOC)
Konvenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya

ECOSOC diterima oleh siding umum PBB pada 16 Desember 1966


dalam sidang umum PBB. Dan baru berlaku pada tanggal 3 januari
1976. dan di sahkan oleh Indonesia melalui UU NO 11 Tahun 2005

Isi konvenan ini menyatakan bahwa setiap Negara yang menjadi


para pihak dalam konvenan berupaya mengambil langkah-langkah
secara individual maupun melalui bantuan dan kerja sama
Internasional untuk mewujudkan hak ekonomi sosial dan
budayayang mencakup
 Pendidikan
 Hak pekerja
 Standar kehidupan yang layak
Konvensi Hak Anak
(Convention on the Right of the Child)

Konvensi mulai hak anak mulai berlaku sejak September


1990 dan di sahkan Indonesia melalui Kepres No 36
Tahun 1990.

Dalam konvensi ini Negara harus menghormati dan menjamin hak bagi setiap anak tanpa
diskriminasi Ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik,
kewarganegaraan asal usul kebangsaan atau sosial, kekayaan, kecacatan, kelahiran atau
status lainnya.
Negara juga harus mengambil langkah memastikan bahwa anak di lindungi dari segala
bentuk diskriminasi atau hukuman yang di dasarkan pada status, kegiatan, pendapat yang
sampaikan atau kepercayaan orang tua anak, wali yang sah atau anggota keluarganya
Konvensi Menentang Penyiksaan

Konvensi Menentang Penyiksaan mulai berlaku sejak


januari 1987. di ratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-
undang no 5 Tahun 1990

Konvensi ini mewajibkan Negara untuk mengambil kewajiban Legislatif,


Administratif dan hukum yang bertujuan untuk
1. Mencagah tindak penyiksaan, pengusiran pengembalian (refouler) atau
pengekstradisian seseorang ke Negara lain apabila terdapat alasan yang
cukup kuat untuk menduga bahwa orang tersebut berada dalam keadan
bahaya (karena menjadi target penyiksaan)
2. Menjamin agar setiap orang yang menyatakan bahwa dirinya telah di siksa
dalam suatu wilayah kewenangan hukum mempunyai hak untuk mengadu.
Dan memastikan bahwa kasusnya di periksa dengan segera oleh pihak-pihak
yang berwenang secara tidak memihak.
3. Menjamin bahwa orang yang mengadu dan saksi-saksinya di lindungi dari
segala perlakuan buruk atau intimidasi

4.Menjamin korban memperoleh ganti rugi serta hak untuik mendapatkan


konpensasi yang adi dan layak
Konvenan penghasapusan
segala bentuk
Diskriminasi

Konvensi ini mulai berlaku sejak Januari 1969


dan di disahkan oleh Indonesia melalui UU
NO 29 Tahun 1999

Konvensi ini juga menjamin hak setiap orang untuk di perlakukan


sama di depan hukum tanpa membedakan ras, warna kulit asal-usul
dan suku bangsa.
Konvensi Anti Diskriminasi terhadap
Perempuan

Konvensi ini mulai berlaku sejak September 1991 dan


di ratifikasi oleh Indonesia melalui UU No 7 Tahun
1984

Konvensi ini mengisyaratkan agar Negara mengisratkan agar Negara


melakukan segala cara yang tepat dan tanpa di tunda-tunda untuk
menjalankan suatu kebijakan yang menghapus diskriminasi terhadap
perempuan, serta memberi kesempatan kepada mereka untuk
mendapatkan Ham dan kebebasan berdasarkan kesetaraan antara
perempuan dan laki-laki
1. Treaty based mechanisme
Mekanisme Adalah mekanisme yang di bentuk berdasarkan perjanjian atau konvensi
pemantau HAM Internasional. Ada (4) mekanisme utama pengaduan dan
HAM monitoring terhadap penerapan HAM
a. Mekanisme pelaporan (membahas laporan negara pihak setiap 2-5
tahun dan membuat concluding observation/pengamatan umum)
b. Mekanisme pengaduan individual (HRC, CEDAW, CAT CERD)
c. Pengaduan antar negara
d. Mekanisme Investigasi

a. Mekanisme pelaporan
Adalah mekanisme yang di bangun untuk memantau kemajuan penerapan negara. Hal ini di
sampaikan melalui berbagai laporan yang wajib di sampaikan oleh negara kepada komite ham,
kemudian negara melakukan pertemuan secara periodic antara perwakilan delegasi negara dengan
komite. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut komite melakukan penilaian atas laporan yang di
buat oleh negara dan melakukan pertanyaan klarifikasi setelah itu komite membuat kesimpulan
dan rekomendasi
2. Mekanisme pengaduan individual
Syarat mengajukan pengajuan individual
a. Negara bersangkuatan merupakan negara pihak dalam perjanjian yang bersangkutan atau
protocol pilihan 1 dari ICCP. Untuk itu negara meratifikasi atau membuat deklarasi yang
mengakui yuridiksi komite
b. Pengaduan di lakukan dengan identitas yang jelas tidak menggunakan kata-kata menghina
dan sesuai dengan praktek bersangkutan
c. Masalah yang di ajukan tidak sedang di proses melalui prosedur investigasi/ penyelesaian
Internasional lainnya
d. Exhausted domestic/ sudah menempuh seluruh penangan domestic

3. Pengaduan antar negara


Pengaduan di lakukan oleh negara pihak terhadap negara pihak lain yang di anggap melanggar
kewajibannya dalam perjanjian tersebut.
Negara yang menerima komunikasi wajib memberi tanggapan, Jika tidak negarapengadu dapat
membawa masalah ini kepada badan perjanjian yang berwenang. Badan itu kemudian mencari
pemecaha yang dapat di terima oleh semua pihak
4. Mekanisme Investigasi
Mekanisme yang hanya ada pada dua konvensi ham yaitu (cedaw) pasal 10 dan
(CAT) pasal 20. memberi wewenang kepada komite untuk melakukan investigasi
atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia dengan syarat pelanggaran tersebut
bersifat berat dan sistematis
Mekanisme
Charter based Internasional
mechanism Pemantau HAM

Mekanisme tematis dan negara


Mekanisme yang di bentuk komisi ham PBB untuk menyelidiki masalah Ham berdasarkan
isu hak asasi manusia (misalnya kebebasan berekspresi) pada mekanisme ini komisi HAM
PBB dan sub komisinya dapat menugaskan ahli atau sekelompok ahli tertentu untuk
melakukan investigasi atas isu HAM tertentu (misalnya penyiksaan) pada negara tertentu,
biasanya mereka di bentuk berwujud pelapor khususelompok kerja. Tugas mereka pada
tema-tema HAM tertentu tapi juga negara tertentu.
Fungsi mereka anatara lain
1. Pengumpulan informasi mengenai pelanggaran hak asasi manusia atau sejauh mana
negara memenuhi kewajibannya
2. Menerima pengaduan dan menanyakan pada negara yang bersangkutan tentang
pengaduan tersebut
3. Melaporkan sejauh mana pelanggaran itu terjadi dan untuk itu kadangkala mendatangi
negara yang bersangkutan (dengan meminta di undang)
4. Merumuskan rekomendasi bagi perbaikan kebijakan
Prosedur 1503

Prosedur 1503 adalah prosedur penangan masalah HAM secara tertutup. Ia tertutup
karena di lakukan dalam siding tertutup dan nama negara tidak di publikasikan.
Mekanisme HAM PBB berguna untuk membangun standar hak asasi manusia.
Sehubungan dengan itu maka jalur yang dapat di gunakan oleh masyarakat adalah
1. Melalui lembaga non pemerintah (INTERNASIONAL)
2. Mengirim sendiri data data atau laporan-laporan pada instansi terkait
3. Mengirim langsung ke kantor komisi ham PBB
4. Melakukan intervensi di hadapan siding komisi/sub komisi HAM PBB
Deklarasi dan Program Aksi WINA 1993

Adalah konferensi global kedua yang secara


eksklusif menangani Ham setelah tahun 1968 di
Teheran

Merupakan consensus bersama Negara barat dan non barat bahwa


ham memiliki sifat Universal, sekalipun tidak terjadi perbedaan dalam
implementasinya sesuai dengan keadaan khas Negara masing-masing

Anda mungkin juga menyukai