Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN EKOLOGI

TUMBUHAN
TEKNIK SAMPLING ANALISIS VEGETASI TANPA PLOT
(METODE POINT-CENTERED QUARTERED)

NAMA : Indahhul Mawaddah

NIM : 19031171

PRODI/KELAS : Pendidikan biologi / c

DOSEN : Irma Leilani Eka Putri,S.Si,M.Si

ASISTEN DOSEN : 1. Nandia

2. Rezki Maulana Putra

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
TEKNIK SAMPLING ANALISIS VEGETASI TANPA PLOT
(METODE POINT-CENTERED QUARTERED)

A. Tujuan
Mencari nilai penting jenis dominan pada tegakan hutan dengan
menggunakan metode Point-Centered Quartered.

B. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Rabu/19 Mei ,2021


Pukul :07.00-09.40
Tempat : Koto Baru , Tanah Datar

C. Dasar Teori
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Diperlukan
data-data spesies, diameter dan tinggi untuk analisis vegetasi, sehingga diperoleh
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi komunitas tumbuhan,
diantaranya indeks nilai penting
(Miftahur Rizki,2019:27)

Jika sampling spesies adalah salah satu sisi koin, sisi lainnya adalah kategori
dimana spesies di kelompokkan untuk perbandingan kriteria dimana spesies dapat
dibandingkan dengan :

1. Habitat.

2. Kondisi spesies individu dalam ekologinya.

3. Filogeni (Pugnaire, 2007).

Metode titik atau tanpa titik metode ini pengamatannya


dilakukan pada suatu titik-titik yang diberi tanda (patok/pasak).
Penentuan titik-titik ini dapat secara acak atau sistematik. Metode ini
ada beberapa, di antaranya adalah metode titik bingkai dan metode titik
tengah atau kuadran.
Metode kuadran, Pengamatan dilakukan pada titik-titik yang
sudah ditentukan, setiap titik dibuat kuadran 1,2,3, dan 4. Pada setiap
kuadran spesies dicatat, baik nama, luas bidang dasar maupun jarak dari
titik.

(Sucipto, Hariyanto. 2008: 142).

Metode ini (metode kuadran) paling cocok dipakai untuk vegetasi yang
mempunyai penyebaran pohon regular secara relatif. Banyak peneliti
menggunakan metode ini untuk analisis vegetasi hutan karena mempunyai
kelebihan antara lain; praktis, hemat tenaga dan waktu.

Garis transek utama diletakkan dari tepi area kajian menuju ke tengah atau ke arah
perubahan gradien lingkungan terpilih. Kemudian garis sub-transek dibuat tegak
lurus dengan transek dengan interval jarak yang sama atau sekehendak.
Selanjutnya pada setiap sub-transek diletakkan titik sampel yang disusun acak
atau sistematik untuk penempatan 4 quarter atau kuadran pada setiap titik sampel.
Pada tiap quarter diukur jarak pohon dewasa terdekat dengan titik sampel, serta
diameter batang setinggi dada .(tim pengajar ekologi tumbuhan ,2016:26) . Dalam
pengukuran diameter pohon setinggi dada terdapat beberapa ketentuan yang
umumnya ditaati oleh para peneliti, yaitu

:a. Bila pohon berada di lereng, diameter diukur pada ketinggian 4,5 kaki dari
permukaan tanah atau 1,3 m di atas permukaan tanah lereng sebelah atas pohon;
b. Bila pohon membentuk cabang tepat pada ketinggian 1,3 m dari tanah, maka
diameter diukur sedikit (di atas percabangan tersebut dan pohon tersebut
dianggap sebagai satu individu seperti halnya kalau percabangan terjadi di
atas ketinggian 1,3 m di alas tanah). Akan tetapi bila percabangan terjadi di
bawah 1,3 m dari atas tanah, maka masing-masing batang diukur
diametemya setinggi dada serta batang-batang tersebut dianggap sebagai individu
masing-masing;

c. Bila pohon berakar papan atau berbentuk tidak normal tepat pada atau
melebihi setinggi dada, maka pengukuran diameter dilakukan di atas batas batang
dari bentuk tidak normal; dan

d. Sesuai dengan informasi yang diinginkan, diameter pohon yang diukur


bisa merupakan diameter di luar kulit pohon atau diameter dekat kulit
pohon( Edi M. Jayadi,2015:91-92)

Metode kuadran, Pengamatan dilakukan pada titik-titik yang sudah ditentukan,


setiap titik dibuat kuadran 1,2,3, dan 4. Pada setiap kuadran spesies dicatat, baik
nama, luas bidang dasar maupun jarak dari titik. Basal area, garis besar area
tanaman di dekat permukaan, merupakan minat khusus untuk pohon dan dapat
digunakan untuk estimasi volume pohon (lihat Mueller-Dombois & Ellenberg
1974). Ukuran terkait adalah diameter pohon setinggi dada (DBH; pada 1,30 m),
yang lebih sering digunakan dalam deskripsi standar hutan (Maarel, 2005: 14-16).

Sebelum sampel dapat diambil dari suatu populasi, itu adalah yang
diperlukan untuk memiliki 'kerangka sampling' yaitu mekanisme yang
mengidentifikasi dan menempatkan unit pengambilan sampel dalam populasi.
Ini bisa berupa 'daftar kerangka sampel' dimana daftar masing-masing dan setiap
unit sampling telah dikompilasi, atau mungkin merupakan 'kerangka sampling
area' itu hanya terdiri dari peta wilayah yang berisi unit sampling. Jika kerangka
sampling area hanya tersedia, jumlah unit sampling dalam populasi tersebut
tidak diketahui dan tidak mungkin untuk mengetahui di mana harus memulai
atau menyelesaikan pemilihan yang akan disertakan dalam sampel. Dalam
banyak bidang usaha manusia, hal itu biasa terjadi harus berurusan dengan
populasi besar yang tidak memiliki kerangka sampling daftar yang telah disusun.
Barang-barang penyusunnya populasi bisa beragam seperti rumah tangga di
dalam kota, pohon di hutan, kerikil di pantai, objek dalam foto, sel pada kaca
objek mikroskop atau situasi lainnya di mana sejumlah besar item muncul di
permukaan atau dalam volume (P. W. West, 2016).
D. Alat dan Bahan

Alat
1. Kompas
2. Meteran
3. Tali raffia
4. Parang
5. Gunting tanaman
6. Plastik
7. Koran
8. Alat tulis
9. Buku acuan untuk mengidentifikasi tumbuhan

Bahan
1. Label
2. Alkohol 70% atau spiritus

E. Cara Kerja

1. Dengan bantuan kompas, menarik sebuah garis lurus (transek) yang


memotong area yang akan dikaji.
2. Membuat garis sub-transek imajiner yang memotong garis transek utama
dengan jarak masing-masingnya 10 m.
3. Mengukur jarak dan DBH pohon terdekat ke titik transek pada setiap
quarter.
F. Hasil Pengamatan

DATA MENTAH KUADRAN


Plot Kuadran NamaSpesies Kell Jarak DBH Basal
(m) (m) Area
1 I Nephelium mutabile 0,5500 3,8000 0,1751 0,0240
II Nephelium mutabile 0,4320 4,9100 0,1375 0,0148
III Durio zibethinus 0,7650 1,5500 0,2436 0,0465
IV Durio zibethinus 0,8700 0,8300 0,2770 0,0602
2 I Ficus benjamina 0,3920 0,6600 0,1248 0,0121
II Parkia speciosa 0,5000 2,6430 0,1592 0,0198
III Ficus benjamina 0,7900 3,2100 0,2515 0,0496
IV Ficus benjamina 1,4000 0,9900 0,4458 0,1559
3 I Archidendron 0,3800 0,1600 0,01210 0,0114
pauciflorum
II Hevea brasiliensis 0,5000 2,5800 0,1592 0,0198
III Archidendron 0,5900 1,8300 0,1878 0,0276
pauciflorum
IV Archidendron 0,6770 0,8100 0,2156 0,0364
pauciflorum
4 I Hevea brasiliensis 0,4110 0,3400 0,1308 0,0134
II Hevea brasiliensis 0,4320 5,2000 0,1375 0,0148
III Ligustrum licidum 0,5660 3,1600 0,1802 0,0254
IV Ligustrum licidum 0,3900 2,8000 0,1242 0,0120
5 I Ligustrum licidum 0,6520 1,2000 0,2076 0,0337
II Durio zibethinus 0,9000 5,4300 0,2866 0,0644
III Durio zibethinus 0,8600 1,5700 0,2738 0,0587
IV Archidendron 0,5100 5,2000 0,1624 0,0206
pauciflorum
6 I Ligustrum licidum 0,4200 3,5700 0,1337 0,0139
II Ligustrum licidum 0,3400 6,0100 0,1082 0,0091
III Myristica fragrans 0,5000 5,4600 0,1592 0,0198
IV Myristica fragrans 0,8000 18,0000 0,2547 0,0508
7 I Myristica fragrans 0,6700 3,0000 0,2133 0,0356
II Syzygium aromaticum 0,4300 13,7000 0,1369 0,0146
III Syzygium aromaticum 0,6900 5,3000 0,2197 0,0378
IV Syzygium aromaticum 0,6700 7,1300 0,2133 0,0356
8 I Archidendron 0,4800 7,0500 0,1528 0,0187
pauciflorum
II Archidendron 0,7000 20,0800 0,2229 0,0389
pauciflorum
III Hevea brasiliensis 0,6100 5,8200 0,1942 0,0295
IV Hevea brasiliensis 0,6700 15,6000 0,2133 0,0356
9 I Ficus benjamina 1,2000 1,7000 0,3821 0,1146
II Ficus benjamina 1,0700 6,4900 0,3407 0,0910
III Ficus benjamina 0,9900 17,1700 0,3152 0,0779
IV Archidendron 0,8300 16,0700 0,2643 0,0547
pauciflorum
10 I Nephelium lappaceum 0,4500 4,6900 0,1433 0,0166
II Durio zibethinus 1,2220 6,4500 0,3891 0,1187
III Durio zibethinus 0,9700 0,9000 0,3089 0,0748
IV Parkia speciosa 0,3700 0,6400 0,1178 0,0108
11 I Circaea lutetiona 0,6700 5,5000 0,2133 0,0356
II Robinia pseuduacacia 0,4300 6,9100 0,1369 0l0146
III Robinia pseuduacacia 0,3800 3,3200 0,1210 0,0114
IV Robinia pseuduacacia 0,3780 9,1000 0,1203 0,0113
12 I Nephelium lappaceum 0,7700 7,9000 0,2452 0,0471
II Durio zibethinus 1,2100 3,4000 0,3853 0,1164
III Durio zibethinus 1,0400 3,8500 0,3312 0,0860
IV Durio zibethinus 0,9700 3,9000 0,3089 0,0748
13 I Circaea lutetiona 0,8100 15,9000 0,2579 0,0522
II Nephelium mutabile 0,8650 5,5500 0,2754 0,0595
III Nephelium mutabile 0,4750 1,5700 0,1512 0,0178
IV Durio zibethinus 1,0450 2,9200 0,3328 0,0868
14 I Durio zibethinus 0,7200 1,3500 0,2292 0,0423
II Durio zibethinus 1,3400 1,0000 0,4267 0,1428
III Hevea brasiliensis 0,6700 3,5000 0,2133 0,0356
IV Hevea brasiliensis 0,7800 11,0000 0,2484 0,0448
15 I Hevea brasiliensis 0,7300 2,8900 0,2324 0,0423
II Hevea brasiliensis 0,4300 0,6900 0,1369 0,0146
III Hevea brasiliensis 0,5100 1,8800 0,1624 0,0206
IV Durio zibethinus 0,7000 2,7500 0,2229 0,0389
16 I Durio zibethinus 0,9900 3,3900 0,3152 0,0779
II Hevea brasiliensis 0,8550 5,0000 0,2722 0,0580
III Hevea brasiliensis 0,9100 7,0000 0,2898 0,0658
IV Hevea brasiliensis 0,4640 0,3800 0,1477 0,0171
17 I Ligustrum licidum 0,4750 1,8200 0,1512 0,0178
II Ligustrum licidum 0,5050 8,7000 0,1608 0,0202
III Hevea brasiliensis 0,4800 2,2300 0,1528 0,0182
IV Hevea brasiliensis 0,3400 6,8000 0,1082 0,0091
18 I Hevea brasiliensis 0,4900 1,5100 0,1560 0,0190
II Durio zibethinus 0,4550 2,9800 0,1449 0,0164
III Durio zibethinus 0,3500 2,3400 0,1114 0,0164
IV Ficus benjamina 0,3400 4,7800 0,1082 0,0091
19 I Ficus benjamina 0,4700 3,8900 0,1496 0,0175
II Ficus benjamina 1,3200 2,4100 0,4203 0,1386
III Ficus benjamina 0,8200 4,9800 0,2611 0,0534
IV Ficus benjamina 0,3900 2,9900 0,1242 0,0120
20 I Parkia speciosa 0,4220 4,1000 0,1343 0,0141
II Parkia speciosa 0,7060 4,8000 0,2248 0,0396
III Ficus benjamina 0,9400 2,2000 0,2993 0,0702
IV Ficus benjamina 0,6150 0,8900 0,1958 0,0300
21 I Nephelium lappaceum 0,8700 3,4500 0,2770 0,0602
II Durio zibethinus 0,9800 15,7000 0,3121 0,0764
III Hevea brasiliensis 0,5600 17,8900 0,1783 0,0248
IV Hevea brasiliensis 0,7500 1,9000 0,2383 0,0447
22 I Hevea brasiliensis 0,7660 6,0500 0,2439 0,0466
II Hevea brasiliensis 0,4800 5,6700 0,1528 0,0182
III Hevea brasiliensis 0,8300 5,9200 0,2643 0,0547
IV Hevea brasiliensis 0,8900 1,3400 0,2834 0,0630
23 I Parkia speciosa 0,5500 0,6700 0,1751 0,240
II Parkia speciosa 0,5700 3,7800 0,1815 0,0258
III Durio zibethinus 0,3900 2,2300 0,1242 0,0120
IV Durio zibethinus 0,5300 4,8700 0,1687 0,0222
24 I Nephelium lappaceum 0,5800 4,4300 0,11847 0,0267
II Durio zibethinus 0,6900 6,2100 0,2197 0,0378
III Durio zibethinus 1,0700 0,5000 0,3407 0,0910
IV Durio zibethinus 0,5500 0,6000 0,1751 0,0240
25 I Archidendron 0,4690 12,6000 0,1493 0,0174
pauciflorum
II Archidendron 0,5670 5,9000 0,1805 0,0255
pauciflorum
III Archidendron 0,5500 12,3000 0,1751 0,0240
pauciflorum
IV Archidendron 0,8500 9,4000 0,2706 0,0574
pauciflorum
26 I Myristica fragrans 0,7700 7,6400 0,2452 0,0471
II Nephelium mutabile 0,4900 7,7000 0,1560 0,0190
III Nephelium mutabile 0,7900 9,0000 0,2515 0,0496
IV Nephelium mutabile 0,4300 4,3100 0,1369 0,0146
27 I Nephelium mutabile 0,8000 4,9870 0,2547 0,0508
II Hevea brasiliensis 0,7700 3,8700 0,2452 0,0471
III Hevea brasiliensis 0,3800 5,4310 0,1210 0,0114
IV Durio zibethinus 0,3500 3,9400 0,1114 0,0097
28 I Hevea brasiliensis 0,3600 5,1700 0,1146 0,0102
II Hevea brasiliensis 0,8970 5,8500 0,2856 0,0639
III Hevea brasiliensis 0,3900 0,9650 0,1242 0,0120
IV Hevea brasiliensis 0,7600 5,1800 0,2420 0,0459
29 I Hevea brasiliensis 1,2600 13,0000 0,4012 0,1263
II Hevea brasiliensis 0,7500 7,7200 0,2388 0,0447
III Durio zibethinus 0,5450 5,6500 0,1735 0,1263
IV Durio zibethinus 0,6700 5,2100 0,2133 0,0356
30 I Ficus benjamina 0,9000 1,7900 0,2866 0,0644
II Ficus benjamina 1,2500 3,6500 0,3980 0,1243
III Ficus benjamina 0,8900 5,2000 2834 0,0630
IV Ficus benjamina 0,4760 0,9400 0,1515 0,0149
31 I Ficus benjamina 1,0300 3,1900 0,3280 0,0843
II Durio zibethinus 1,3500 2,7300 0,4199 0,1450
III Archidendron 0,4500 1,2000 0,1433 0,0166
pauciflorum
IV Archidendron 0,5300 13,2700 0,1687 0,0222
pauciflorum
32 I Hevea brasiliensis 0,6600 14,0500 0,2101 0,0346
II Hevea brasiliensis 0,7400 0,6000 0,2356 0,0435
III Hevea brasiliensis 0,5980 0,2400 0,1904 0,0284
IV Hevea brasiliensis 0,8310 12,1900 0,2646 0,0549
TABEL NILAI FREKUENSI, DENSITAS, DOMINANSI, DAN NILAI PENTING
(METODE POINT-CENTERED QUARTERED)

Jarak Dens.
No. Nama Jenis Hadir Individu DR D ∑BA Do DoR F FR INP
(m) Tot
1. Archidendro 6 Titik 3 = 3 0,1600 0,3022 10,1562% 0,0003 0,371 0,0001 2,7777% 0,1875 9,2319% 22,1658%
n Titik 5 = 1 1,8300
pauciflorum Titik 8 = 2 0,8100
Titik 9 = 1 5,2000
Titik 25 = 4 7,0500
Titik 31 = 2 20,0800
16,0700
12,6000
Ʃ = 13 5,9000
12,3000
9,4000
1,2000
13,2700
Ʃ=
105,87
2. Circaea 2 Titik 11 = 1 5,5000 1,4953 1,5625% 0,0002 0,0879 0,0005 13,8888% 0,0625 3,0775% 18,5289%
lutetion Titik 13 = 1 15,9000
a

Ʃ=2 Ʃ = 21,4
3. Durio 15 Titik 1 = 2 1,5500 0,3468 20,3125% 0,0007 1,4398 0,0001 2,7777% 0,4687 23,0773% 46,1675
zibethinu Titik 5 = 2 0,8300
s Titik 10 = 2 5,4300
Titik 12 = 3 1,5700
Titik 13 = 1 6,4500
Titik 14 = 2 0,9000
Titik 15 = 1 3,4000
Titik 16 = 1 3,8500
Titik 18 = 2 3,9000
Titik 21 = 1 2,9200
Titik 23 = 2 1,3500
Titik 24 = 3 1,0000
Titik 27 = 1 2,7500
Titik 29 = 2 3,3900
Titik 31 =1 2,9800
2,3400
15,7000
Ʃ = 26 2,2300
4,8700
6,2100
0,5000
0,6000
3,9400
5,6500
5,2100
2,7300

Ʃ=
92,25
4. Ficus 7 Titik 2 = 3 0,6600 0,4766 14,0625% 0,0006 1,1866 0,0001 2,7777 0,2187 10,7680% 27,6082
benjamin Titik 9 = 3 3,2100
a Titik 18 = 1 0,9900
Titik 19 = 4 1,7000
Titik 20 = 2 6,4900
Titik 30 = 4 17,1700
Titik 31 = 1 4,7800
3,8900
2,4100
Ʃ = 18 4,9800
2,9900
2,2000
0,8900
1,7900
3,6500
5,2000
0,9400
3,1900
Ʃ
=67,13

5. Hevea 14 Titik 3 = 1 2,5800 0,1725 26,5625% 0,0004 1,2382 0,00006 1,6666% 0,4375 21,5411% 49,7702
brasiliensi Titik 4 = 2 0,3400
s Titik 8 = 2 5,2000
Titik 14 = 2 5,8200
Titik 15 = 3 15,6000
Titik 16 = 3 3,5000
Titik 17 = 2 11,0000
Titik 18 = 1 2,8900
Titik 21 = 2 0,6900
Titik 22 = 4 1,8800
Titik 27 = 2 5,0000
Titik 28 = 4 7,0000
Titik 29 = 2 0,3800
Titik 32 = 4 2,2300
6,8000
1,5100
Ʃ = 34 17,8900
1,9000
6,0500
5,6700
5,9200
1,3400
3,8700
5,4310
5,1700
5,8500
0,9650
5,1800
13,0000
7,7200
14,0500
0,6000
0,2400
12,1900

Ʃ=
185,46
6. Ligustru 4 Titik 4 = 2 3,1600 1,1738 5,4687% 0,0006 0,1325 0,0004 11,1111% 0,125 6,1546% 22,7344%
m licidum Titik 5 = 1 2,8000
Titik 6 = 2 1,2000
Titik 17 = 2 3,5700
6,0100
Ʃ=7 1,8200
8,7000

Ʃ=
27,26
7. Myristic 3 Titik 6 = 2 5,4600 0,9384 3,125% 0,0002 0,158 0,0002 5,5555% 0,0937 4,6134% 13,2939%
a Titik 7 = 1 18,0000
fragrans Titik 26 = 1 3,0000
7,6400
Ʃ = 34,1
Ʃ=4
8. Nephelium 4 Titik 10 = 1 4,6900 1,5632 3,125% 0,0004 0,1501 0,0005 13,8888% 0,125 6,1546% 23,1684
lappaceu Titik 12 = 1 7,9000
m Titik 21 = 1 3,4500
Titik 24 = 1 4,4300

Ʃ=
20,47
Ʃ=4
9. Nepheliu 4 Titik 1 = 2 3,8000 0,7651 6,25% 0,0004 0,2505 0,0002 5,5555% 0,125 6,1546% 17,9601
m Titik 13 = 2 4,9100
mutabile Titik 26 = 3 5,5500
Titik 27 = 1 1,5700
7,7000
9,0000
Ʃ=8 4,3100
4,9870

Ʃ=
41,82
10. Parkia 4 Titik 2 = 1 2,6430 1,9242 4,6875% 0,0009 0,1341 0,0007 19,4444% 0,125 6,1546% 30,2865%
specios Titik 10 = 1 0,6400
a Titik 20 = 2 4,1000
Titik 23 = 2 4,8000
0,6700
3,7800
Ʃ=6 Ʃ=
16,633
11. Robinia 1 Titik 11 = 3 6,9100 1,6554 2,3437% 0,0003 0,0374 0,0005 13,8888% 0,0312 1,5361% 17,7686%
pseuduacaci 3,3200
a 9,1000
Ʃ=3 Ʃ=
19,33
12. Syzygium 1 Titik 7 = 3 13,7000 1,2246 2,3437% 0,0002 0,0876 0,0003 8,3333% 0,0312 1,5361% 12,2131%
aromaticu 5,3000
m 7,1300
Ʃ=3 Ʃ=
26,13
Total 12,0381 100% 0,0052 5,2737 0,0036 100% 2,031 100% 300%
Rata-Rata
G. Pembahasan

Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh
(plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon
dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar atau
sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm
maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm
disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5
meter disebut seedling ( anakan/semai ).

Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi,
dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat
digunanakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya.
Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak
membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode
ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan
analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang
sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau
vegetasi kompleks lainnya

Metode kuadran ini merupakan metode plot less method, yang berarti Metode ini
merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan
contoh atau suatu luas kuadrat tertentu. Oleh karena itu, bila dalam suatu kuadran
dalam jarak yang dekat tidak terlihat adanya suatu vegetasi pohon, maka pencarian
bisa diteruskan sejauh mungkin sampai ditemukan jenis pohon yang dimaksud, tetapi
pohon tersebut masih berada di dalam daerah kuadran tersebut. Cara ini terdiri dari
suatu seri titik-titik yang telah ditentukan di lapang, dengan letak bisa tersebar secara
random atau merupakan garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya dilakukan
dengan susunan titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata angin
(arah kompas). Titik pusat kuadran adalah titik yang membatasi garis transek setiap
jarak 50 m. Dari keduaplot tersebut dapat diketahui ada spesies dominan seperti kayu
seru karena jenis spesies tersebut terdapat hampir di setiap plot. Data yang kita
kumpulkan di lapangan yaitu Nama spesies dari pohon yang diambil datanya, jarak,
dbh dan kelilingnya. dbh minimumnya 31,4 m atau 3,14 cm, dalam 1 titik utama ada
4 pohon yg diambil datanya sesuai masing2 kuadran, Pohon yang dipilih itu adalah
pohon yang jaraknya terdekat ke titik utama, Jika pohon pada suatu kuadran hadir dan
letaknya jauh sekali ( 100m tau berapa lah), pohon itu tetap dianggap yang terdekat
dari titik utama dan itu yg dijadikan data.

Pada praktikum ini didapatkan data lapangan sebanyak 32 titik. Dari 32 titik tersebut
didapatkan spesies yang berbeda sebanyak 12 spesies dan jumlah individu dari
masing-masing spesies yaitu sebanyak 128 individu. Data lapangan kali ini semuanya
merupakan jenis pohon. Adapun spesies yang didapatkan pada lapangan yaitu
Archidendron pauciflorum, Circaea lutetiona, Durio zibethinus,Ficus benjamina,
Hevea brasiliensis, Ligustrum licidum, Myristica fragrans, Nephelium lappaceum,
Nephelium mutabile, Parkia speciosa, Robinia pseuduacacia, dan Syzygium
aromaticum.

Metode ini digunakan untuk menghitung Indeks Nilai Penting suatu tumbuhan yang
dominan di suatu hutan. Selain indeks nilai penting, paramater yang akan juga
dihitung pada kali ini yaitu basal area, densitas, dnesitas total, densitas relatif,
dominansi, dominansi relatif, frekuensi dan frekuensi relatif. Frekuensi suatu jenis
tumbuhan adalah jumlah petak contoh, tempat ditemukannya jenis tersebut dari
sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekwensi dinyatakandalam besaran
persentase. Kerapatan (densitas) adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam
suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Dari pengolahan data yang sudah
dilakukan didapatkan densitas total sebanyak 12,0381, Densitas relatif 100%.
kemudian didapatkan juga sigma basal area sebanyak 5,2737, dominansi sebanyak
0,0036, dominansi relatif sebanyak 100%. Kemudian dilanjutkan dengan mencari
frekuensi yang didapatkan jumlah frekuensi dari semua jenis tumbuhan yaitu
sebanyak 2,031, kemudian frekuensi relatif sebanyak 100% dan yang terakhir yaitu
indeks nilai penting sebanyak 300%. Dari data dilapangan tumbuhan yang paling
dominan yaitu Hevea brasiliensis yaitu sebanyak 34 individu.
H. Kesimpulan

1. Metode kuadran merupakan metode analisis vegetasi tanpa plot dan


menggunakan titik utama.

2. Metode ini paling cocok dipakai untuk vegetasi yang mempunyai


penyebaran pohon regular secara relatif. Karena metode memiliki
kelebihan seperti praktis, hemat tenaga dan waktu.

3. Satu titik utama memiliki 4 kuadran yang masing-masingnya akan


diukur pohon terdekat dari titik utama.

4. Tumbuhan yang didapatkan di lapangan sebanyak 12 spesies yang


berbeda yaitu Archidendron pauciflorum, Circaea lutetiona, Durio
zibethinus,Ficus benjamina, Hevea brasiliensis, Ligustrum licidum,
Myristica fragrans, Nephelium lappaceum, Nephelium mutabile, Parkia
speciosa, Robinia pseuduacacia, dan Syzygium aromaticum.

5. Parameter yang diukur pada praktikum kali ini yaitu basal area,
densitas, dnesitas total, densitas relatif, dominansi, dominansi relatif,
frekuensi dan frekuensi relatif serta indeks nilai penting
DAFTAR PUSTAKA
Farhan, Miftahur Rizki dkk .2019. Analisis Vegetasi Tumbuhan Di Resort
Pattunuang-Karaenta Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Makasar
: Jurusan Biologi FMIPA UNM Kampus UNM Parangtambung Jalan
Malengkeri Raya Makassar

Haryanto, Sucipto, dkk. 2008. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Airlangga
University Presss

Jayadi, Edi Muhamad. 2015 . Ekologi Tumbuhan . Mataram : Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Mataram

Maarel, Eddy Van Der. 2005. Vegetation Ecology. Hong Kong : Graficraft Limited.

Pugnaire, Francisco & Valladares, Fernando.2007. Functional Plant Ecology Second


Edition. US : CRC Press(B.ing1)

Tim pengajar ekologi tumbuhan ,2016. Penuntun ekologi tumbuhan Universitas


Negeri Padang

West, P. W. 2016. Simple Random Sampling of Individual Items in The Absence of a


Sampling Frame that Lists the Individuals. West New Zealand Journal of
Forestry Science 46 : 15
LAMPIRAN
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai