Dosen Pengampu:
Kelompok 11 :
PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2019
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Tujuan....................................................................................................3
BAB II METODE PENELITIAN
2.2 Alat dan Bahan......................................................................................4
2.2 Prosedur Kerja.......................................................................................4
2.3 Waktu dan Tempat.................................................................................5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil.......................................................................................................6
3.2 Pembahasan..........................................................................................15
BAB IV PENUTUP.............................................................................................31
4.1 Kesimpulan..........................................................................................31
4.2 Saran....................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................32
LAMPIRAN........................................................................................................33
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Untuk mengetahui proses dan mampu membuat suatu spesimen herbarium
yang baik, lengkap dan sempurna.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1.1 Alat
1. Gunting tanaman
2. Jarum penjahit
3. Alat tulis
2.1.2 Bahan
1. 50 spesies tumbuhan
2. Kardus ukuran 30 x 40 cm
3. Alkohol 70%
4. Botol sprayer
5. Benang
6. Isolasi bening ukuran kecil
7. Koran
8. Karton putih
9. Tali rapia
4
Dipilh satu spesies herbarium yang paling lengkap organ tubuhnya
Dikeluarkan dari kantong plastik
Diletakkan diatas koran dan diatur membentuk huruf L,V, dan W
Pada saat pengepresan, kondisi tumbuhan harus utuh, tidak diperbolehkan adanya
bagian-bagian yang dikurangi.
Diatur posisi sebagian daun, sehingga daun tampak bagian permukaan atas dan
bawah.
Diisolasi organ tumbuhan bagian tepi daun, akar, dan batang dengan hati-hati
3. Pengeringan dan identifikasi
Dijemur dibawah sinar matahari dengan ditindih menggunakan beban yang
homogen pada tiap bagian koran selama 2-3
Herbarium yang sudah kering di identifikasi (Divisi, kelas, ordo, famili, genus dan
spesies ataupun nama ilmiahnya lokasi tempat pengambilan, tanggal pengambilan,
dan nama kolektor
Hasil identifikasi dituliskan pada label identifikasi yang telah disiapkan.
4. Penempelan (mounting)
Herbarium yang telah kering kemudian dilepaskan dari kertas koran dengan hati-
hati
Ditempelkan diatas kardus ukuran 30 x 40 cm yang telah di lapisi dengan karton
putih yang bersih .
Dilakukan proses penjahitan dari bagian akar hingga batang
Dilakukan pemasangan label identifikasi yang telah dibuat Disebelah bawah
bagian kanan herbarium
Dibungkus dengan plastik bening sesuai ukuran kardus kemudian dijahit bagian
belakang kardus agar tetap kuat dan kokoh.
5
BAB III
3.1 Hasil
6
4. Dryopteridaceae Nephrolepis
biserrata
6. Zingiberaceae Hedychium
Coronarium
7
9. Urticaceae Parietaria jidaica
8
15. Caryophyllaceae Saponaria officinalis
9
20. Zingiberaceae Curcuma domestica
10
26. Convolvulaceae Ipomeabatatas
11
32. Apocynaceae Tabernaemontana
divaricata
36.
37.
12
38.
39.
Heliotropium
Boraginaceae
indicum
40. Schizaeaceae
Lygodium
circinatum
41.
Stenochlaena
Blechnaceae
palustris
42.
43.
Brachiaria
Graminae
decumbens
13
44.
45.
4 6 . O x a l i d a c e a e Oxallid barreller i
4 7 . L y g o d i a c e a e Mikania scandens
14
50. A m a r a n t h a c e a e Celosia argentea linn
3.2 Pembahasan
1. Zingiberaceae
15
hijau muda. Akar termasuk dalam jenis akar serabut dan berwarna kuning
pucat.
Menurut Winarto (2004 : 131) Curcuma domestica juga memiliki bunga
dan rimpang. Bunga berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning
muda dengan pangkal berwarna merah putih, setiap bunga mempunyai 3
lembar kelopak bunga, 3 lembar tajuk bunga dan empat helai benang sari
dimana 1 benang sari yang berfungsi sebagai alat pembiakan dan 3 benang
sari lainnya berubah menjadi helai mahkota bunga. Sedangkan rimpang ini
berbentuk bercabang-cabanf sehingga membentuk rimpun. Rimpang
berbentuk bulat cabang dan membentuk cabang rimpang berupa batang yang
berada di dalam tanah. Warna kulit rimpang berwarna jingga kecokelatan .
sedangkan Alpinia galanga ( lengkuas) memiliki ciri umum yaitu merupakan
tanaman terna yang tumbuh tegak dengan tinggi batang 2-2,5 meter. Ada dua
jenis varietas tumbuhan lengkuas yang dikenal yaitu varietas dengan rimpang
umbi (akar) berwarna putih dan varietas dengan rimpang umbi bewarna
merah. Menurut Agung, dkk (2008 :163-164). Contoh lain berdasarkan hasil
famili Zingiberaceae ini adalah Hedychium Coronarium.
2. Melastomataceae
Melastomataceae yang memiliki Buah, bunga dan daun. Xontoh spesies
dari famili ini ialah Melastomata malabathricum atau senduduk merupakan
salah satu jenis gulma yang bermanfaat. Tumbuhan ini dimanfaatkan untuk
obat dan pewarna alami makanan. Senduduk berupa tanaman perdu atau
pohon kecil. Batangnya berkayu, berwarna cokelat, tegak setinggi 1,5-5 m
dengan percabangan simpodial. Daunnya tunggal,bertangkai, letaknya
berhadapan bersilang. Helai daun berwarna hijau, berbentuk bulat telur dengan
panjang 2-20 cm dan lebar 1-8 cm, memiliki ujung dan pangkal daun runcing,
bagian tepi daun rata, permukaannya berambut pendek yang jarang dan kaku
sehingga teraba kasar dengan 3 tulang daun yang melengkung, dengan
panjang petiolus 5-12 mm (Starr dan Loope, 2003 dalam Liana, 2010).
3. Poaceae
16
Poaceae memiliki ciri umum sebagai tanaman herba dengan tinggi 30-180
cm. Batang berbentuk rimpang yang tumbuh merayap dibawah tanah. Batang
tegaknya membentuk satu perbungaan yang padat, tumbuh tegak dengan
pangkal saling menutup, buku-buku berambut jarang dan daun tunggal
berbentuk seperti pita permukaan kasar, dan bagian ujungnya runcing.
Memiliki bunga majemuk, bulir bunga terbentuk sedikit menguncup dengan
panjang 6-28 cm , contoh spesies dari famili ini ialah Imperata cylindrica
(Agung, dkk 2008 :8-9).
4. Commenlinceae
5. Euphorbiaceae
17
6. Apocynaceae
7. Mimosaceae
Suku ini mencakup terna, semak, perdu, dan pohon-pohon kadang berduri,
daun-daun majemuk menyirip ganda, jarang sekali memiliki susunan yang
18
lain, dengan atau tanpa daun penumpu. Memiliki bunga banci yang
aktinomorf, mempunyai kelopak berbilangan 4-5 yang berlekatan dan
mahkota terdiri atas daun-daun mahkota yang sama jumlahnya dan bebas satu
sama lain, benang sari 2 kali lipat jumlah daun mahkota atau banyak, tangkai
sari bebas atau berlekatan. Bunga-bunga itu kebanyakan terangkai dalam
bunga majemuk berbentuk bongkol yang seringkali tampak seperti satu bunga
saja. Bakal buah menumpang, beruang satu, bakal biji dalam 2 baris pada
dinding bakal buah. Buah merupakan polong yang masak akan menjadi kering
dan terputus-putus menjadi beberapa bagian. Biji dengan sedikit atau tanpa
endosperm. Bagian dari famili ini adalah Mimosa pudica.
8. Asteraceae
Banyak tumbuhan dari famili Asteraceae hidup liar sebagai gulma. Gulma
merupakan tumbuhan yang hidup di suatu daerah tertentu dan keberadaannya
tidak diinginkan serta mengganggu pertumbuhan vegetasi lain sehingga sering
diberantas (Sukman dan Yakub 2002). Asteraceae merupakan famili
denganbeberapa spesiesnya termasuk gulma berbahaya di dunia setelah
Poaceae (Lowe et al. 2000). Jadi, dalam pengambilan sampel didapatkan yang
termasuk famili asteraceae adalah Gynura divaricata.
19
9. Moraceae
10. Verbinaceae
Akar rimpang yang di miliki tumbuhan ini adalah berwarna putih, serabut
akar tembelkan ini muncul dari batangnya yang tegak lurus. Akarnya
merupakan Sistem perrakaran serabut. Berbentuk kecil-kecil seperti benang.
20
Batang tumbuhan merupakan batang berkayu ddalam golongan tumbuhan
semak bentuk benang bercabang simpodial dengan permukaan berambut dan
berduri arah tumbuh batang tegak lurus, arah tumbuh cabang condong keatas,
dengan warna tang cokelat agak ke-orenge-an dan batang muda berwarna
hijau. Daun tembelekan merupakan daun tidak lengkap kerna tidak memiliki
upih, hanya memiliki helaian daun dan tangkai daun, bentuk helaian daun
bulat telur, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, tulang daun
menyirip permukaan daun berambut banyak, daun ipis lunak warnanya hijau
kekuning-kuningan. Bunga tumbuhan ini memiliki warna yang berubah sesuai
dengan fasenya yaitu dari warna putih ke warna kuning, warna jingga ke
warna merah, dan warna pink ke warna ros kemerahan. Perubahan warna ini
berubah mengikiti iklim. Biasanya tumbuhan ini terdapat di negara-negar
beriklim lembab saja.
11. Boraginaceae
21
Symphytum officinale (comfrey), dan Lithospermum (puccoon, atau
stoneseed). Di daerah tropis genus Cordia, dengan lebih dari 200 spesies,
sangat beragam dan termasuk beberapa jenis kayu penting. Famili ini salah
satu contoh spesiesnya adalah Heliotropium indicum L.
12. Schizaeceae
22
panjang ruas rachis sekunder 6,5 cm. Rachis fertil;, percabangan dikotom,
warna rachis hijau kecoklatan, cara tumbuh melilit, arah putaran kanan,
panjang ruas rachis primer 13,4 cm, panjang ruas rachis sekunder 3 cm. Pinna
steril, susunan pinna pada rachis oppositus jumlah pinna 1 dengan 4-5 lobus,
bentuk pinna palmatus, basis attenuatus, vena bebas,apex pinna acutus, margo
integer, panjang pinna 18 cm, panjang bagian basis pinna 1 cm,panjang bagian
tengah pinna 15,2 cm, rasio panjang dan lebar pinna 1,18 cm. Pinna fertil,
susunan pinna pada rachis oppositus, jumlah pinna 2 dengan 2 lobus, bentuk
pinna palmatus, basis attenuatus, vena bebas,apex pinna acutus, panjang pinna
17 cm, panjang tangkai pinna 1 cm, panjang bagian basis 1 cm,panjang bagian
tengah pinna 6 cm, rasio panjang dan lebar pinna 2,83. Spora marginal berada
di ujung pertulangan pinna. Habitat hutan sekunder, percabangan dikotom,
pinna steril palmatus, pinna fertil palmati partitus, spora di pinggir pinna. Paku
ini sering ditemukan di daerah tropic yang banyak terdapat cahaya di hutan
yang hijau sepanjang tahun pada ketinggian rendah atau sedang.Di daerah
pasundan paku ini dikenal dengan nama paku hatta. Agaknya paku hatta ini
diturunkan karena sifat paku ini yang hidupnya merambat.Selain di jawa,
tumbuhan ini tersebar luas di daerah-daerah lain di Asia tropika. Di alam
tumbuhan ini banyak dijumpai di hutan di dataran rendah terutama pada
tempat-tempat yang terbuka hingga ketinggian 1500 m. Kegunaan paku ini
yaitu batangnya untuk pembuatan tas tangan,topi, sebagai obat luka dari
sengatan binatang melata seperti ular, lipan dan laba-laba yaitu dengan
menggunakan getah yang terdapat pada paku ini. Juga sebagai obat luka dari
sengatan binatang air yaitu dengan cara menumbuk halus daunnya.
13. Blechnaceae
23
Stenochlaena palustris (Lemidi, lemiding, atau ramiding) adalah sejenis
paku-pakuan anggota suku Blechnaceae. Pucuk dan daun muda pakis ini biasa
dijadikan sayuran di pelbagai wilayah sebarannya. Karena itu, paku ini juga
dikenal dengan banyak nama seperti miding, mělat, akar pakis. Anak daun
dengan tepi bergerigi. Paku yang hidup di tanah, menjalar panjang hingga 5–
10 m. Akar rimpang memanjat tinggi, kuat, pipih persegi, gundul atau bersisik
sangat jarang, acap kali dengan tunas merayap. Daun-daun dalam dua bentuk,
yang steril dan yang fertil. Keduanya memiliki panjang antara 40–80 cm,
dengan tangkai 15 –20 cm dan 8–15 pasang anak daun, serta satu anak daun
terminal. Anak-anak daun lateral biasanya memiliki pelebaran serupa cuping
telinga di pangkalnya, yang tidak dimiliki oleh anak daun ujung; anak-anak
daun di bagian atas (mendekati ujung) biasanya lebih kecil. Tulang daun
utama dengan alur (lekukan) di sisi atasnya. Anak-anak daun pada daun steril
bertangkai pendek; bentuk jorong sempit, biasanya 15 × 3 cm, meski selalu
bervariasi ukurannya; halus, mengkilap, hijau gelap, pucat di sisi bawah;
tepinya bergerigi; dengan kelenjar di tepi anak daun dekat pangkal.
14. Nephrolepidaceae
24
Polypodiopsida mencakup semua paku benar yang termasuk
Leptosporangiatae. Contohnya yaitu Nephrolepis exalata.
15. Graminae
konser asi tanah dan rumput sebagai makanan ternak. Rumput sebagai
16. Polygalaceae
25
17. Malvaceae
18. Gleicheniaceae
19. Fabaceae
Famili Fabaceae adalah anggota dari bangsa fabales yang dicirikan dengan
buah bertipe polong. Suku ini terdistribusi secara luas di seluruh dunia.
Berdasarkan ciri pada bunga dan biji ahli botani membagi suku fabaceae
menjadi tiga anak suku, yaitu caesalinoidea, faboideae, dan mimosoideae.
Pada sistem klasifikasi ketiga anak suku tersebut dianggap sebagai suku yang
berbeda. Suku ini merupakan salah satu tumbuhan berbunga yang bernilai
ekonomi tinggi ( Dahlgren.1980 :95).
20. Uritcaceae
26
bergetah. Sedangkan deskripsi dari Urticaceae sendiri adalah perdu pohon.
Daun berhadapan atau tersebar, umumnya dengan stipula dan dilengkapi
dengan rambut kelenjer. Bunga kecil, dalam simosa atau kapitulum atau
tereduksi menjadi bunga tunggal; umumnya uniseksual, aktinomorf, sangat
tereduksi; dioseus; calix 4-5, lepas atau bersatu, atau tidak ada; corolla tidak
ada; bunga jantan dengan stamen jumlahnya sebanyak lembar corolla,
letaknya berhadapan dengan calix, filament melengkung ke dalam ketika
kuncup dan ketika antesis melengkung keluar secara elastis melepaskan pollen
dengan serentak; bunga betina dengan 1 pistilum, 1 bakal buah yang superus,
1 ruang, 1 bakal biji, kadang–kadang terdapat staminodia berbentuk sisik
berhadapan dengan corolla. Buah achene atau drupa; biji dengan embrio yang
tegak, spatulata dikelilingi endosperm yang berminyak atau berpati biasanya
tidak berendosperm (Syamsuardi, dkk, 2006).
21. Sapindaceae
27
ini mempunyai keanekaragaman paling tinggi dibandingkan dengan kelompok
lain (Wallace at al, 1996).
22. Drypteridaceae
Jenis paku yang tergolong famili Dryopteridaceae tumbuhnya
berumpun dan tumbuh bersama tumbuhan rendah lainnya, rimpang
pendek, daun sederhana dengan tulang daun menyirip. Sorusnya kecil,
bentuk bulat dan tersusun dalam satu deretan sepanjang anak-anak tulang
daun (Muswita, dkk.2013).
23. Araceae
Famili Araceae terdiri dari 110 marga, yang meliputi 3.200 jenis.Famili
Araceae termasuk suku talas-talasan yang mencakup herba terestrial
(darat),mengapung di perairan (akuatik), dan merambat pada pepohonan
(epifit)(Kurniawan et al., 2013).TanamanAraceaesangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti cahaya, kelembaban yang relatif tinggi, suhu udara berkisar 25
– 300ºC, pH tanah 5 – 7,5 (Khoirul, 2014). Karakteristik kunci Famili Araceae
adalah perbungaan yang tersusun dalam bentuk tongkol (spadix) yang dikelilingi
oleh seludang (spathe) (Boyce et al.,2010). Bentuk seludang permukaan pada
Araceae ada yang berbentuk tertutup, dimiringkan, datar, terbuka terkulai,
tergulung, terputar, dan tergulung memutar. Araceae memiliki sistem parakaran
yang relatif dangkal dengan daya jangkau akar. mencapai kedalaman 40- 60 cm
dari permukaan tanah.
28
(Sinuate).Tanaman Araceae memiliki bentuk helaian daun yang bermacam-
macam yaitu bentuk terkulai, datar, mencekung atau cup, tegak keatas dan tegak
kebawah.
24. Pteridaceae
25. Lauraceae
merupakan suku tanaman yang besar dan dapat tumbuh tidak hanya di
daerah tropis, tetapi dapat juga di daerah subtropis, terpusat di daerah Asia
tenggara, Brasil dan banyak ditemukan di Indonesia. Suku ini meliputi 30
marga dan 2000-2500 jenis (beda setiap bukunya) yang terbesar di daerah
tropis dan subtropis. Kepentingan ekonomi, sebagai penghasil minyak
aromatis, kandungan protein yang tinggi pada Persea americana, dan sebagian
anggotanya adalah penghasil kayu.
29
bacca, sering ada kupula pada basal sebagai derivat dari tabung calyx yang
persisten. Biji dengan embrio yang besar, tanpa endosperm.
27. Convolvulaceae
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
4.2 saran
31
DAFTAR PUSTAKA
Agung, dkk, 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Boyce, P.C., S. Y. Wong, A. P. J. Ting, S. E. Low, K. K. Ng, I. H. Ooi. 2010. The
Araceae of Borneo- The genera. Journal ofAroideana Vol.33.
Dahlgren. 1981. A revised system of classification of the angiosperm. Botanical
Journal of the linnean. 80 (2) :91-124
32
Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah. Surakarta : Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Sebelas Maret.
Smith, Et Al. 2006. Ecology And Field Biology. New York : Benjamin Cummings
33
LAMPIRAN
34
Durio zibethinus Areca cathucu Parietaria jidaica
35
Sanseviera trifasciata Coleus antropurpureus Athyrium filix-feminapku
36