Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu : Ali Sadikin, S.Pd.I, M.Pd

Nama : Gusti Ayu Mutia


Nim : A1C417011
Kelas : Reguler A 2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

Analisis Kebutuhan Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing Terhadap Motivasi dan
Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 3 Samarinda
Biodik Vol 4 No.1 Juni 2018
Hal 1-7
Djumroh Rosifah1), Muh Amir Masruhim2), Sukartiningsih3)

Analisis Jurnal:

Hasil belajar dapat dilihat dari terjadinya perubahan motivasi dari siswa dan
harapanya untuk berhasil. Akan tetapi motivasi saja tidak mendukung hasil belajar siswa
tanpa adanya dukungan dari luar yaitu guru yang membimbing dalam proses belajar
mengajar. Motivasi siswa akan menjadi lebih besar dengan adanya model pembelajaran yang
tepat yang dilakukan oleh guru. Pada kenyataannya guru biologi di SMA 3 Negeri Samarinda
dihadapi oleh siswa yang mengeluh karena kedulitan belajar biologi. Siswa mengganggap
pelajaran biologi itu merupakan pelajaran hafalan sehingga menganggap pelajaran biologi itu
membosankan terutama pelajaran yang tidak dapat diamati secara langsung, sehingga siswa
kurang menguasai materi dengan baik dan masih bersifat abstrak. Oleh karena itu guru
dituntut untuk inovatif dalam memilih model pembelajaran. Dengan model pembelajaran role
playing siswa banyak beraktifitas dalam pembelajaran dan menciptakan kegiatan belajar yang
menggembirakan sehingga siswa senang dan antusias mengikuti pembelajaran.
Penelitian dilakukan untuk melihat apakah terjadi peningkatan motivasi dan belajar
siswa dengan model pembelajaran kooperatif role playing. Dengan sampel kepala
sekolah/waka kurikulum, dan tenaga kependidikan yang memberikan informasi tentang
sekolah, guru biologi, dan siswa yang dipilih secara acak untuk memberikan informasi
tentang kegiatan pembelajaran. Instrumen penelitian berupa kuisioner dan wawancara untuk
memperoleh data kualitatif. Data dianalisis secara deskriptif.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan proses pembelajaran belum sesuai
dengan yang diharapkan meskipun guru sudah menggunakan berbagai macan model
pembelajaran. Akan tetapi, siswa kurang bersemangat dalam belajar sehingga siswa banyak
yang mendapat nilai dibawah KKM. Terutama materi yang bersifat abstrak seperti sintesis
protein. Hasil observasi model pembelajaran di sekolah, guru belum pernah menggunakan
model pembelajaran role playing padahal model pembelajaran ini dapat meningkatkan
antusias siswa dalam belajar dan meningkatkan kemampuan belajar siswa yang berpengaruh
kepada sikap dan keterampilan dalam memecahkan masalah. Kekurangan dari model
pembelajaran kooperatif adalah jumlah siswa yang cukup banyak, karakteristik siswa yang
berbeda-beda dan sarana serta prasarana sekolah yang tersedia belum memadai. Pemahaman
guru terhadap model pembelajaran kooperatif role playing ini 80% belum mengenal. Untuk
penerapan model pembelajaran role playing 100% menjawab tidak pernah menerapkan dalam
kegiatan belajar dan mengajar. Padahal model pembelajaran role playing membantu
memudahkan siswa dalam memahami materi dimana dapat mengaitkan teori dengan
kehidupan sehari-hari sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep pembelajaran
materi biologi berdasarkan pengetahuan yang telah dialaminya. Dalam model ini diharapkan
Siswa dapat mencoba suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran, dan melihat
pengaruh nyata salah satu bentuk kegiatan dalam kehidupan manusia. Sehingga akan
menambah motivasi siswa dalam proses pembelajaran serta lebih mudah dalam menjawab
soal-soal ulangan maupun soal ujian dibandingkan sebelumnya yang nantinya diharapkan
akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Analisis Permasalahan Guru Terkait Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi


Berbasis Model Pembelajaran Reading Questioning and Answering (RQA) di SMA
Biodik Vol 4 No.1 Juni 2018
Hal 18-25

Winarno1), Makrina Tindangen2), Evie Palenewen3

Analisis Jurnal :

Orang tua mengharapkan anaknya mengalami kemajuan dalam belajar di tangan guru.
Maka dari itu guru harus bisa merancang pembelajaran yang efektif agar proses belajar dapat
berjalan dengan baik. Salah satu persiapan yang harus dilakukan adalan menyusun perangkat
pembelajaran agar dapat meyusun perangkat pembelajaran dengan baik guru harus
memahami tentang perangkat pembelajaran. Diharapkan guru dapat menciptakan ide
sehingga menciptakan pembelajaran yang efektif untuk siswa. Komponen pembelajaran itu
terdiri atas silabus, RPP,LKS, bahan ajar, media pembelajaran dan instrumen penilaian.
Model pembelajaran Reading Questioning and Answering diekmbangkan oleh
Corebima. Latar belakangnya adalah karena hampir seluruh siswa tidak membaca terlebih
dahulu sebelum materi diajarkan. Akibatnya apapun strategi yang dirancang tidak sesuai
dengan semestinya sehingga mereka kurang memahami pembelajaran. Model pembelajaran
RQA ini memaksa siswa untuk membaca, memahami, serta menemukan bagian dari materi
yang penting atau sangat penting. Siswa juga dituntut untuk mampu mebuat pertanyaan dan
menjawab pertanyaanya. Model pembelajaran RQA berlandaskan teori kontruktivisme
dimana siswa mampu mengkonstruksi pemikiranya melalui kegiatan membaca,
merangkum,membuat pertanyaan dan menjawabnya serta presentasi. Model ini dapat
membuat siswa bisa menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi dari hal
ini diharapkan dapat mengatahui permasalahan guru dalam membuat perangkat pembelajaran
guna mengembangkan model pembelajaran RQA.
Penelitian dilakukan diempat sekolah tingkat atas Kabupaten Kutai kartanegara yaitu
SMAN 1 Loa Janan, SMAN 2 Loa Janan, SMAN 1 Loa Kulu dan SMAN 2 Tenggarong.
Keempat sekolah tersebut secara fasilitas sarana dan prasarana mewakili sekolah dengan
sarana dan prasarana yang kurang, cukup, memadai dan sangat memadai. Metode yang
digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan memberikan angket berisi pertanyaan
terbuka dan wawancara kepada guru.
Hasil yang didapatkan diperoleh bahwa 100% guru biologi mengatakan bahwa telah
menggunakan kurikulum 2013. Sedangkan dari sisi pemahaman sebanyak 44% memiliki
pemahaman yang kurang, 33% bernilai sedang dan 22,22% memiliki nilai yang baik.
Sebagian besar guru kurang mampu menjelaskan pengertian perangkat pembelajaran. Lupa
menjadi alasan utama mereka tidak bisa menjabarkan perangkat pembelajaran inilah yang
menyebabkan pemahaman yang kurang terhadap komponen pembelahara. Sebagian besar
guru juga kurang mampu menyebutkan perangkat pembelajaran komponen silabus, RPP,
LKS, bahan ajar, media pembelajaran dan instrument penilaian . Kemampuan guru dalam
menyusun komponen perangkat pembelajaran yaitu dalam pembuatan silabus 77% kategori
kurang, RPP mendapat penilaian 55% dalam kategori kurang, dalam pembuatan LKS, bahan
materi ajar, dan media pembelajaran 88,9% kategori kurang dan pembuatan instrumen
penilaian 55,6% kategori sedang. Perangkat pembelajaran alat untuk melaksanakan
pembelajaran dengan baik. Apabila kurang dalam memahami perangkat pembelajaran maka
proses belajar tidak akan berjalan secara efektif. Dalam menyusun perangkat pembelajaran
guru lebih suka menggunakan perangkat dari sekolah lain dan digunakan untuk mengajar di
sekolah guru tersebut dan disesuaikan dengak keadaan lingkungan disekolahnya, dalam
penyusunan bahan ajar juga guru lebih memilih untuk mengambil dari internet dan buku
paket dibanding membuat sendiri dengan alasan tidak punya waktu atau faktor umur. Padahal
apabila membuat bahan ajar sendiri seperti LKS atau media pembelajaran maka pembelajaran
akan lebih efektif karena guru tersebut merancang pembelajaran sesuai dengan lingkungan
dan keadaan siswa disekolahnya. Apabila menggunakan perangkat pembelajaran dari sekolah
lain belum temtu sesuai dengan keadaan siswa disekolahnya.
Model pembelajaran yang paling sering digunakan adalah STAD sebanyak 33,33%
dan inkuiri 33,33% sisanya sebanyak 11,11% yaitu jigsaw, discoveri learning dan
konvensional. Hal ini menunjukan guru sudah melakukan variasi dalam melaksanakan model
pembelajaran sehingga pelajaran tidak monoton. 100% guru tidak menggunakan model
pembelajaran RQA dikarenakan guru belum pernah mendapatkan informasi pembelajaran
RQA baik dalam pelatihan ataupun dari instansi. Model pembelajaran RQA oleh Corebima
ini memang masih tergolong baru dikemangkan tahun 2008 sehingga guru masih banyak
yang belum mengenalnya saat itu. Oleh karena itu perlu mengembangkan dan
mensosialisasikan pembelajaran dengan Reading Questionong and Answering agar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

Analisis Permasalahan terkait Kebutuhan Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Terintegrasi antara Problem Based Learning Dan Discovery Learning untuk Peningkatan
Pemahaman Konsep Biologi Siswa di SMA Negeri 1 Samarinda

Biodik Vol 4 No.1 Juni 2018


Hal 26-35
Wiwik1, Vandalita M.Rambitan dan Lambang Subagiyo2

Analisis jurnal :
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting agar pembelajaran dapat berjalan
dengan baik. Sesuai dengan kurikulum 2013, tujuan pendidikan adalah menghasilkan insan
Indonesia yang: produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan yang terintegrasi. Dengan adanya hal ini, dalam pembelajaran hendaknya
guru dapat menentukan strategi, pendekatan, media, yang melibatkan siswa belajar sehingga
tercipta pembelajaran Biologi yang aktif dan kreatif serta mandiri. Pembelajaran biologi
diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat, guru hanay memfasilitasi kegiatan siswa dan
menjadi pembimbing dalam penyelesaian masalah baik secara kelompok ataupun mandiri.
Berdasarkan survei awal survei awal melalui angket analisis kebutuhan yang disebarkan di 4
sekolah yaitu di SMAN 2 Samarinda,SMAN 3 Samarinda,SMAN 4 Samarinda, SMAN 10
Samarinda, kebutuhan di sekolah-sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 13 agar terjadi
kesamaan kurikulum dan didapatkan data banyak kendala yang dihadapi bapak ibu guru
dalam proses belajar mengajar. Selain itu, masih banyak peserta didik yang kewalahan dalam
menyusun RPP, LKS dan evaluasi yang haru menyesuaikan dengan KI. Guru juga masih
banyak menggunakan metode penyampaian langsung karena kurangnya pengetahuan tentang
pembelajaran inovatif, terbatasnya waktu dalam merancang perangkat pembelajaran, dan
guru dihadapkan dengan peserta didik yang masih pasif, dengan minat belajar, dan membaca
yang kurang, guru kurang menerapkan variasi model pembelajaran.
Salah satu contoh agar model pembelajaran tidak monoton yaitu dengan pembelajaran
Problem Based Learning yang diintegrasi dengan Discovery Learning dimana siswa dituntut
aktif dalam menyelesaikan permasalahan dan mampu bekerja sama sehingga dapat
meningkatkan pemahaman siswa. Metode pembelajaran yang tepat juga mampu
meningkatkan pemahaman konsep biologi secara mandiri. Maka dari itu penelitian ini
menggunakan pendekatan saintifik dalam materi ekosistem. Sintak model pembelajaran ini
antara lain 1) memberikan stimulasi dan motivasi kepada peserta didik, 2) mengidentifikasi
masalah, 3) pengumpulan data tentang topik yang dipelajari oleh peserta didik, 4)
memperkenalkan peserta didik terhadap masalah dan penyelidikan, 5) pengolahan data untuk
mengembangkan bahan ajar peserta didik, 6) menganalisis dan evaluasi pemecahan masalah,
7) melakukan penilaian dan proses hasil belajar peserta didik.
Hasil observasi fakta di lapangan menunjukan bahwa guru kurang optimal dalam
membuat RPP, LKS, bahan ajar, media pembelajaran, dan evaluasi padahal materi Biologi
perlu didukung oleh perangkat yang memadai. Permasalahan ini karena kurangnya referensi
dan motivasi guru untuk mengembangkan perangkat pembelajaran sehingga pembelajaran
menjadi kurang optimal. Maka dari itu guru memerlukan latihan terbimbing dalam
pengembangan perangkat pembelajaran. Selain itu siswa juga kurang termotivasi dalam
proses belajar, metode ceramah masih dominan dilakukan, dan sarana dan prasarana yang
kurang memadai.
Hasil analisis kebutuhan yang dilakukan peneliti di empat sekolah negeri di
Samarinda yaitu SMAN 2 Samarinda, SMAN 3 Samarinda, SMAN 4 Samarinda dan SMAN
10 Samarinda, diperoleh diperoleh keterangan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran
pada materi Ekosistem sangat penting untuk meningkatkan pemahaman siswa , walaupun
guru sudah menggunakan metode Problem Based Learning dan Discovery Learning tetapi
belum mengembangkan perangkat pembelajaran mereka. Fakta di lapangan, aktivitas siswa
yang berhubungan dengan konsep biologi masih kurang optimal. Siswa meringkas buku
paket, siswa menerima konsep akan tetapi tidak dilatih untuk menemukan dan
mengembangkan konsep secara mandiri. Hasil pra penelitian guru belum pernah
menggunakan metode Problem Based Learning dan Discovery Learning. Selain itu, guru juga
tjarang menerapkan media pembelajaran pada materi ekosistem dalam proses belajar
mengajar hanya sekitar 15% saja. Alasanya adalah memerlukan waktu yang lebih panjang
untuk menyusunya, padahal banyak waktu untuk membuatnya di luar jam pelajaran. Model
Problem Based Learning dan Discovery Learning yang terintegrasi merupakan salah satu
model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa yang
mana dapat dijadikan sebagai salah satu strategi dalam pembelajaran.
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Kemampuan Awal Terhadap
Kompetensi Biologi Siswa Kelas VII MTsN Pakan Rabaa
Biodik Vol 4 No.1 Juni 2018
Hal 36-47

Yulia Ratna Sari1), Yuni Ahda2), Ramadhan Sumarmin2)

Analisis Jurnal:

Ilmu pengetahuan alam (IPA) bukan hanya merupakan suatu ilmu yang mempelajari
tentang konsep-konsep, fakta-fakta, dan prinsip-prinsip saja akan tetapi juga untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar , serta prospek pengembanganya lebih lanjut
menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari. Pada proses pembelajaran kemampuan berpikir
siswa sangat beragam dalam menerima pembelajaran. Pembelajaran yang kurang baik dan
tidak bervariasi membuat siswa kurang tertarik dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pembelajaran biologi yang seharusnya menarik ternyata kurang disukai oleh sebagian siswa,
karena menganggap pembelajaran biologi sangat sulit dan membosankan. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut dan mengingat pembelajaran biologi sangat penting, maka diperlukan
usaha dari berbagai pihak untuk meningkatkan mutu dalam pembelajaran biologi.
Melalui wawancara siswa MTS N Pakan Rabaa diketahui bahwa siswa menyukai
pelajaran biologi akan tetapi siswa menganggap pelajaran biologi adalah pelajaran hafalan.
Akibatnya siswa belum mampu untuk berpikir kritis, logis dan bersikap ilmiah dalam
memecahkan masalah. Berdasarkan observasi juga ternyata guru cenderung menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab hal ini menyebabkan peserta didik kurang terlibat aktif
dalam proses pembelajaran. Pembelajaran menggunakan metode ceramah dan tanya jawab
kurang membuat siswa untuk aktif dan memahami konsep pelajaran. Dengan sistem ceramah
dan tanya jawa juga menyebabkan hanya melihat hasil kognitif siswa, tetapi tidak terlihat
psikomotorik siswa melalui pembuatan laporan, mengerjakan soal, dan menyelesaikan
masalah, serta tidak bisa menilai apektifnya melalui emosi, dan sikapnya.
Salah satu model yang dapat mengatasi masalah ini adalah model Problem Base
Learning. Model ini bertujuan untuk mencapai kemampuan siswa berpikir kritis, analis, dan
logis, untuk menentukan alternatif dan pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara
empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Sehingga dapat kita amati selain penilaian
kognitif, tetapi juga psikomotorik dan apektif.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Quasi Eksperimental, Sampel yang
digunakan yaitu kelas VIIA dan VIIB, karna pada MTsN Pakan Rabaa ini hanya memiliki dua
kelas, jadi kedua kelas ini dijadikan sampel (saturated sampling). Cara menentukan kelas
sampel dengan cara diundi, dan yang menjadi kelas eksperimen (VII A), dan kelas kontrol
(VIIB). Berdasarkan analisis data bahwa siswa kelas eksperimen yang diberi perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada kelas eksperimen
lebih tinggi daripada kelas kontrol yang menggunakan metode diskusi. Dapat telihat nilainya
yaitu nilai rata-rata kognitif kelas eksperimen 78,06 dan kelas kontrol 73,82, nilai apektifnya
dilihat dari keaktifanya dengan siswa yang aktif terdapat pada kelas eksperimen dengan
menggunakan model Problem Base Learning dibanding kelas kontrol yang menggunakan
metode diskusi. Ranah psikomotorik juga nilai kelas eksperimen 9.81 sedangkan kelas
kontrol 6.77. Hal ini berarti bahwa penggunaan model pembelajaran model Problem Base
Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, sikap rasa ingin tahu, semangat
untuk belajar, dan bekerja dengan teman sekelompoknya untuk dapat bekerja sama dalam
mengisi LKS yang telah dibuat dan saling bertukar pkiran, serta mampu menkomunikasikan
hasil dari penemuan konsep mereka tentang materi yang diajarlkan. Pembelajaran dengan
Problem Base Learning ini juga merupakan metode kontekstual dimana pembelajaran
dikaitkan pada permasalahan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat menyelasaikan
berbagai masalah dalam kehdupan sehari-hari.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TUTORING TERHADAP HASIL


BELAJAR SISWA PADA MATERI PLANTAE DI KELAS X SMA N 10 KOTA JAMBI
Biodik Vol 3 No.1 Juni 2017
Hal 1-8

Meta Purnama Sari1), Upik Yelianti2), Harlis3)


Analisis Jurnal:
Pembelajaran biologi bertujuan untuk memperoleh konsep dan teori, oleh karena itu
siswa perlu dilatih untuk mengamati, mengelompokkan, meneliti, dan kemudian
mengkomunikasikan. Guru harus dapat menggunakan metode yang tepat agar siswa
mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, salah satunya adalah menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi. Selain pembelajaran yang bervariasi juga harus menyesuaikan
keadaan di lingkungan sekolahnya. Materi pelajaran biologi sangat banyak dan harus diserap
siswa dalam waktu yang relatif terbatas, menjadikan biologi bagi siswa merupakan pelajaran
menghafal tanpa memahami konsep-konsep yang ada. Siswa beranggapan pelajaran Biologi
itu susah dan membosankan, sehingga kebanyakan siswa itu tidak betah di kelas dan
menyebabkan hasil belajar yang tidak optimal. Jadi, pada hakikatnya dalam pembelajaran
biologi sangat dibutuhkan suatu kegiatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan suatu
masalah yaitu, pengorganisasian masalah yang lebih baik, memberikan ide-ide yang dapat
membuat siswa termotivasi untuk belajar.
Maka dari itu diperlukan model pembelajaran yang dapat melibatkan keaktifan siswa
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satunya adalah model pembelajaran Peer
Tutoring. Ini merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
keaktifan dan motivasi belajar siswa. Hasil observasi langsung yang telah dilakukan di SMA
N 10 Kota Jambi bahwa pada materi Plantae dilihat dari hasil ulangan harian dan latihan
siswa belum mencapai target maksimal pembelajaran yang diharapkan, untuk Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran biologi yaitu 70, sedangkan nilai rata-rata
siswa adalah 58,78.
Model pembelajaran Peer Tutoring ini siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan
punya rasa setia kawan yang tinggi, siswa lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan
masalah yang dihadapi, membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif serta membantu
siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Sintak model
pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang dibantu seorang peserta didik yang kompeten
untuk mengajar peserta didik lainnya.
Metode penelitiannya adalah True Eksperimen. Terdiri dari 2 kelompok. kelompok
pertama kelas eksperimen yang diberi perlakuan model Peer Tutoring dan kelas kontrol yang
tidak menggunakan model Peer Tutoring. Hasil penelitian yang didapatkan maka diperoleh
data baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor dengan hasil belajar pada aspek afektif
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan lembar penilaian
diri dan lembar penilaian teman sejawat didapatkan nilai kelas eksperimen lebih tinggi
(85,09) daripada kelas kontrol (80,52). Hasil belajar ranah psikomotor didapatkan kelas
eksperimen (75,89) lebih tinggi dari kelas kontrol (69,27) ini terjadi karena dalam
pembelajaran Peer Tutoring siswa disuruh mendemonstrasikan keterampilan-keterampilan
yang dimilikinya di hadapan peserta didik yang lain. Berdasarkan penilaian pada ranah
kognitif didapatkan kelas eksperimen (80,02) lebih tinggi dibandingkan untuk kelas kontrol
(76,86). Penggunaan model pembelajaran Peer Tutoring memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar siswa, salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
keefektifan model Peer Tutoring adalah pola komunikasi.
Peningkatan Kemampuan Kognitif dan Afektif Siswa Pada Materi Substansi Genetik
Menggunakan Model Picture and Picture dan Media Audiovisual Serta Papan Tempel di
Kelas XII SMA Negeri 11 Muaro Jambi
Biodik Vol 3 No.1 Juni 2017
Hal 1-8

Mia Aina1)

Analisis Jurnal:
Dalam pembelajaran di kelas guru sering kali menemukan peserta didik yang
mengalami gangguan perhatian serta kurang memahami materi pelajaran. Berdasarkan
observasi yang dilakukan di SMAN 11 Muaro Jambi dalam materi substansi genetik,
ditemukan berbagai permasalahan pembelajaran yang dialami oleh siswa, yaitu berupa dari
segi kognitif dan apektifnya. Dari segi kognitif yaitu siswa kurang memahami materi
substansi genetik yang sudah diajarkan, sedangkan dari segi apektif yaitu pada saat proses
belajar mengajar berlangsung terdapat beberapa siswa yang ribut, siswa kurang bersemangat
saat belajar serta hanya beberapa siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini
mungkin disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya metode
ceramah atau media pembelajarnya yang kurang menarik sehingga pembelajaran bersifat
monoton siswa tidak bersemangat dalam belajar. Pada materi substansi genetik Siswa
kesulitan untuk memahaminya secara mendetail. Hal tersebut dikarenakan banyaknya bagian
struktur dari substansi genetik yang harus diketahui serta sulitnya mengingat tahapan pada
pembelahan sel. Maka dari itu untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan apektif siswa
salah satu yang dilakukan adalah dengan menggunakan model dan media yang menarik dan
merangsang semangat siswa salah satunya yaitu model pitcure and pitcure serta media
audiovisual dan papan tempel.
Model picture and picture menggunakan urutan gambar-gambar untuk memahamkan
materi atau bahan ajar. Sintaks pembelajarannya yaitu: guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai, menyajikan materi sebagai pengantar, guru memperlihatkan gambar-gambar
yang berkaitan dengan materi, guru menunjuk siswa secara bergantian untuk memasang atau
mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis, guru menanyakan alasan atau dasar
pemikiran urutan gambar tersebut, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan
sesuai dengan materi yang dibahas. Media Papan tempel adalah sebilah papan yang fungsinya
sebagai tempat untuk menempelkan suatu pesan. Keuntungannya adalah dapat menarik
perhatian, memperluas pengertian anak, mendorong kreativitas, dan menghemat waktu.
Dalam penelitian ini dihharapkan siswa dapat meningkat kemampuan kognitif dan apektifnya
denga fokus substansi genetik. Observasi dari penelitian yang dilakukan dengan
membandingkan model pitcure and pitcure serta media audiovisual dan papan tempel, model
picture and picture dan media gambar, dan metode ceramah. Hal ini dilihat melalui
penyusunan RPP, kegiatan pembelajaran, dan refleksi bagaimana keaadaan siswa di kelas
dengan metode ceramah sebagai siklus 1, model picture and picture dan media gambar
sebagai siklus 2 , serta metode yang akan di teliti sebagai siklus 3 dengan fokus pengukuran
kemampuan kognitif dan apektifnya. Penilaian kognitif melalui mengevaluasi siswa dengan
tes tertulis dan lisan sedangkan apektif melalui sikap siswa di dalam kelas dengan
pengamatan langsung.
Hasil dari penelitian di kelas XII IPA SMA N 11 Muaro Jambi yang bertujuan untuk
meningkatkan kognitif dan afektif siswa sudah mengalami peningkatan. Pada ranah kognitif
disiklus 1 dengan metode ceramah didapatkan nilai rata-rata 55.6 dengan 4 siswa yang tuntas
atau sekitar 17,3 % dengan kriteria kurang sekali. Siklus 2 dengan model picture and picture
dan media gambar nilai rata-rata 68,3 dengan jumlah siswa yang tuntas 9 39.1% dengan
kriteria kurang. pada siklus III rata-ratanya menurun menjadi 56.5 tetapi dengan jumlah siswa
yang tuntas meningkat yaitu 10 siswa yang tuntas atau 43.4% termasuk dalam kriteria cukup.
Ini menunjukka bahwa terjadi peningkatan hasil kognitif pada siklus ke 3 meskipun nilai rata-
rata menurun akan tetapi siswa yang tuntas bertambah sebanyak 10 orang dimana nilai
KKMnya adalah 78. Pada ranah kognitif dinilai dengan pengamatan sikap rasa ingin tahu,
tenggang rasa, kedisiplinan, kerja sama, ramah dengan teman, menghargai prestasi, kejujuran,
menempati janji, peduli lingkungan, dan tanggung jawab pada siswa selama pembelajaran di
siklus 1 hingga 3 yaitu tuntas pada setiap siklusnya yaitu siklus I 49.8, siklus II 60.9, dan
siklus II 72. Pada siklus 1 yang tuntas sebanyak 0 % dengan kategori kurang sekali, siklus 2
yang tuntas 5 dengan kategori kurang, siklus 3 yang tuntas 10 dengan kategori cukup. Jadi
dari penelitian ini model pembelajaran model pitcure and pitcure serta media audiovisual dan
papan tempel dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan apektif siswa.

Integrasi Sikap Ilmiah pada Media Komik Digital untuk Pembelajaran Biologi di SMP
Biodik Vol 3 No.2 Desember 2017
Hal 92-101
Supriyadi1, Nisda Yunia2
Analisis Jurnal:
Kerusakan lingkungan sebagian besar terjadi karena perilaku manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Kerusakan ini mengakibatkan penurunan kualitas
lingkungan hidup yang nantinya dapat mengancam keberlanjutan hidup generasi sekarang
dan yang akan datang. Perilaku merupakan karakteristik yang sangat mendasar dalam
pendidikan lingkungan yang efektif di sekolah yang harus diarahkan pada pembentukan
perilaku yang mengakibatkan ”outcome enviroment” menjadi lebih baik. Perilaku yang
dimaksud adalah perilaku Pro environmental. Perilaku ini meliputi perilaku yang peduli,
bertanggung jawab, merawat dan melestarikan lingkungan. Perilaku proenvironmental adalah
perilaku atau perbuatan manusia yang secara sadar terhadap lingkungan dengan dilandasi
sikap tanggung jawab. Perilaku proenvironmental dikaitkan dengan Environmental
Sustainability artinya perilaku yang bertujuan untuk menjaga lingkungan supaya lingkungan
dapat menyokong kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Jadi, melalui
pendidikan diharapkan siswa dapat mengubah perilakunya untuk mengubah perilaku terhadap
lingkungan dan dapat menjaga lingkungan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada beberapa SMA di Jambi pendidikan
lingkungan masih berorientasi pada aspek-aspek kognitif, kurang mengembangkan perilaku
yang dapat membantu penyelamatan lingkungan. penyelamatan lingkungan dari kerusakan.
Pembelajaran lingkungan di sekolah khususnya di SMA masih belum mengintegrasikan
bagaimana siswa harus berinteraksi dengan lingkungan secara benar. Guru hanya
memberikan pembelajaran lingkungan hanya sebatas konteks teori semata di dalam ruang
kelas dengan waktu pembelajaran lingkungan yang relatif pendek. Ini disebabkan media dan
perangkat pembelajaran guru yang kurang, serta buku-buku tentang lingkungan yang sedikit.
Maka dari itu dikembangkanlah modul karena dengan ini siswa dapat belajar dengan mandiri.
Produk modul yang akan dikembangkan berupa modul elektronik (e-modul) dipilihnya e-
modul karena e-modul bisa dimasukan gambar gambar dua dimensi dan tiga dimensi yang
nantinya akan membantu pemahaman siswa dalam pembelajaran lingkungan. E-modul dibuat
dengan aplikasi 3D Page Flip Profesional. Selain gambar pada E-modul ini juga bisa
dimasukkan video sehingga dapat meningkatkan kesadaran siswa agar bisa peduli
lingkungan, serta memikirkan bagaimana keaadaan lingkungan di masa depan (sustainable
envoronment).
Pengembangan bahan ajar dalam bentuk e-modul yang didalamnya terintegrasi nilai-
nilai perilaku pro environment dalam upaya menjaga lingkungan hidup yang berkelanjutan
(sustainable environment) yang telah melalui serangkaian tahapan sesuai dengan model
pengembangan ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation), maka
diperoleh hasil berupa analisis hasil kuesioner perilaku. Hasil respon siswa terhadap materi
dan desain e-modul rata-rata dari indikator relevansi, keakuratan, kelengkapan sajian,
kesesuaian sajian, cara penyajian, dan cara penggunaan bahasa dianggap baik oleh siswa dari
hal ini dapat kita ketahui bahwa E-modul dapat meningkatkan kepedulian siswa terhadap
lingkungan karena siswa termotivasi untuk belajar tentang tentang lingkungan melalui E-
modul 3D Page Flip Professional

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING


TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN
BIOLOGI KELAS VIII SMP NEGERI 11 KOTA JAMBI
Biodik Vol II No.2 Desember 2016
Hal 67- 72

Yovy Fitria, Upik Yelianti, Harlis

Analisis Jurnal:
Mata pelajaran biologi merupakan mata pelajaran ranah tingkat tinggi dan
komperhensif. Namun, pada kenyataanya siswa cenderungng menghafal materi dibandingkan
memahaminya. Siswa memahami konsep yang abstrak apabila siswa dapat meengamati
secara konkret atau melalui benda nyata. Dengan hal ini siswa akan belajar secara aktif dan
kreatif dalam mengembangkan keterampilan untuk memproseskan perolehan konsep oleh
karena itu perlu adanya keterampilan proses sains dalam kegiatan belajar mengajar.
Keterampilan proses sains (KPS) merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah
(baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep,
prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya ataupun
penyangkalan terhadap suatu penemuan.
Setelah melakkan observasi ke SMP Negeri 11 kota Jambi hasil observasi
menunjukan bahwa keterampilan proses sains siswa belum pernah diukur. Selain itu, Selain
itu, metode yang sering digunakan guru dalam pembelajaran biologi adalah metode ceramah
dan diskusi. Metode-metode tersebut diduga kurang mampu untuk mengembangkan
keterampilan proses sains siswa. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa pengembangan
keterampilan proses sains yang baik jarang digunakan sehingga siswa kurang mampu
mengembangkan keterampilan, menemukan danmenghubungkan materi yang disampaikan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dapat digunakan untuk mengembangkan
keterampilan sains siswa adalah model inkuiri dengan materinya adalah sistem pencernaan.
Inkuiri adalah strategi pembelajaran yang merangsang, mengajarkan dan mengajak siswa
untuk berpikir kritis, analitis dan sistematis dalam rangka menemukan jawaban secara
mandiri dari berbagai permasalahan yang diutarakan. Strategi ini merupakan pembelajaran
yang menuntut keterlibatan aktif para siswa untuk menyelidi dan mencari melalui proses
berpikir aktif salah satu model yang dapat meningkatkan kompetensi sains siswa adalah
model inquiri terbimbing. Maka dari itu, diperlukan adanya penelitian ini untuk melihat
bagaimana bagaimana pengaruh penerapan model inkuiri terbimbing,
Jenis penelitian ini adalah true eksperimen dengan posttest-only control. Kelas dipilih
secara acak dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran inkuiri tebimbing
sedangkan kelas kontrol tidak. Hasil penelitian KPS dengan lembar observasi dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol yaitu rata-rata nilai non tes siswa dengan lembar observasi pada
kelas kontrol 73,14 dan kelas eksperimen 78,16, rata-rata nilai non tes siswa dengan angket
terdapat perbedaan hasil kelas eksperimen dan kelas kontrol yakni 80,74 dan 76,42 , dan
penilaian siswa dengan posttest dengan jumlah siswa masing-masing 35 orang pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol didapatkan rata-rata 80,14 dan 74,82. Jadi dapat kita simpulkan
bahwa dengang menggunakan model pembelajaran model inquiri terbimbing dapat
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP


PENGUASAAN KONSEP IPA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN
Biodik Vol II No.2 Desember 2016
Hal 62 – 66

Lora Purnamasari,Zikra,Fachrul Reza

Analisis Jurnal:
Pelajaran biologi itu membutuhkan pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi atau berpikir tingkat tinggi. Gurur yang terlibat langsusng dalam pembelajaran
dapat menupayakan berbagai hal untuk meningkatkan kemampuan belajar biologi siswa,
diantaranya metode belajar yang tepat. Hendaknya guru dapat memotivasi siswa untuk
meningkatkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk belajar sehingga aktivitas belajar juga ikut
meningkat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Biologi di MTs Al-Muhajirin Bandar Sakti
Abung Surakarta Lampung Utara, proses pembelajaran yang dilakukan masih bersifat
terpusat pada guru (teacher center). Pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dan
diskusi sehingga dalam pembelajaran keterlibatan siswa masih kurang dan belum menyeluruh
dan hanya didominasi oleh siswa tertentu. Situasi pembelajaran juga masih berfokus pada
buku (book oriented). Selain itu siswa juga kurang respon terhadap materi yang diberikan
oleh guru. Hal ini mengakibatkan rendahna pemahaman siswa terhadap pelajaran materi
pencemaran lingkungan hal ini dilihat hanya 25,1 % siswa yang nilainya mencapai KKM
sedangkan 74,9 % siswa tidak mencapai KKM dimana nilai tuntas yang ditetapkan oleh
ssekolah adalah 75.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu model pembelajaran yang dapat
dilakukan adalah Problem Base Learning (PBM). Problem-Based Learning (PBL)
merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu
permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mem-fasilitasi penyelidikan, dan
membuka dialog. Permasalahan yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan kontekstual
yang ditemukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dibuatlah penelitian
pengaruh penggunaan model Problem Base Learning terhadap penguasaan konsep IPA materi
pencemaran lingkungan pada siswa kelas VII MTs Al-Muhajirin Bandar Sakti Abung
Surakarta Lampung Utara.
Jenis penelitian yaitu quasi experiment (eksperimen semu) dimana dibagi menjadi dua
kelompok kelas yaitu kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran PBL sedangkan
kelas kontrol menggunakan metode diskusi dan ceramah. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan (lihat pada tabel 1) pada kedua kelas sampel maka diperoleh bahwa thitung>ttabel,
karena pada penguasaan konsep thitung3,745 dan ttabel2,00 bearti H1 diterima, artinya ada
pengaruh model Problem-Based Learning terhadap penguasaan konsep IPA siswa pada
materi pencemaran lingkungan kelas VII semster genap MTs Al-Muhajirin Bandar Sakti
Lampung Utara Tahun Ajaran 2014/2015.
Siswa pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran Problem Base Learning
menjadi lebih aktif, kritis, dan bersemangat. Penerapan model juga mendorong siswa untuk
mencari materi melalui permasalahan yang diberikan untuk menemukan penyelesaianya.
Sehingga siswa dapat menemukan pemahamanya sendiri. Pada kelas kontrol dengan metode
ceramah dan diskusi siswa terlihat kurang aktif dan kurang bersemangat dalam menerima
pembelajaran. Aktivitas belajar siswa juga didominasi oleh siswa tertentu saja. Jadi,
pembelajarang menggunakan model Problem Base Learning dapat meningkatkan
kemampuan belajar siswa dan membuat siswa lebih aktif, kritis dan memahami konsep
materi dengan pemahamanya sendiri.
UPAYA MEMPERKUAT KARAKTER ILMIAH DAN KEMAMPUAN AKADEMIK
PESERTA DIDIK SMAN TITIAN TERAS PROVINSI JAMBI MELALUI
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
Biodik Vol 3 No.1 Juni 2017
Hal 45 – 52

Agustin Winarni
Analisis Jurnal :
Kegiatan belajar seharusnya dapat membantu peserta didik untuk menciptakan situasi
yang mendukung pembentukan sikap dan kemampuan akademik sesuai dengan kompetensi
dasar yang ditentukan (Kemdikbud, 2014). Guru dituntut untuk dapat menciptakan iklim
belajar yang bermakna dan menyenangkan dalam mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan, diantaranya kompetensi sikap dan pengetahuan. Namun pada kenyataanya, masih
banyak guru yang mengambil langkah praktis karena berbagai alasan, yakni lebih sering
memilih pembelajaran yang konvensional, yang minim dengan kreatifitas. Akibatnya,
kegiatan pembe-lajaran hanya berupa kegiatan mentransfer ilmu dari guru ke peserta didik.
Salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan adalah metode praktikum dan
diskusi. Untuk melaksanakan model tersebut akan saling mendukung pencapaian tujuan
belajar dari aspek sikap dan pengetahuan. Kegiatan praktikum dan diskusi dapat melatih
sikap jujur, teliti, tanggung jawab, dan kerjasama. Kegiatan tersebut membantu peserta didik
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga mereka
menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan ketrampilan sebagai wujud adanya perubahan
perilaku.
Dari hal ini maka dilakukanlah penelitian untuk melihat bagaimanakah sikap atau
karakter ilmiah peserta didik pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan model
Discovery Learning. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan dengan memanfaatkan potensi
alam sekitar sebagai sumber belajar. Melalui materi Arthropoda diharapkan cepat dipahami
peserta didik karena mereka dihadapkan pada obyek nyata yang ada di lingkungan sekitar.
Jadi guru dan buku teks bukanlah satu-satunya sumber belajar, sumber belajar lain yang
murah dan mudah adalah lingkungan sekitar
Kegiatan peneitian dilakukan pada bulan Februari 2014 pada Kelas X Peserta didik
SMAN Titian Teras Provinsi Jambi. Kelas yang dipilih berjumlah dua kelas, yakni kelas X1
dan X2. Jumlah seluruh peserta didik sebanyak 63 orang. Pelaksanaan kegiatan pada kelas
X1 san X2 yaitu dua siklus. Siklus 1 tentang karakteristitik athropoda dan siklus 2 tentang
peranan athropoda. Adapun susunan kegiatan pembelajaran dalam siklus meliputi 4 tahapan
yaituperencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pendataan karakter imiah peserta
didik dengan lembar observasi sedangkan kognitif dengan menggunakan tes tertulis.
Hasil penelitian dari penilaian karakter ilmiah dimana dilihat darisikap dengan kriteria
baik adalah dapat menunjukkan beberapa sikap di antaranya sikap ingin tahu, jujur, teliti,
bekerjasama, dan bertanggung jawab. Pada siklus 1 terdapat 12 peserta yang belum memiliki
karakter ilmiah yang baik karena masih terdapat siswa masih terdapat peserta didik yang
melakukan kegiatan pengamatan namun tidak sesuai lembar kerja peserta didik. Peserta didik
belum bekerjasama saat belajar dalam kelompok dan tidak menunjukkan rasa ingin tahu saat
melakukan pendataan hewan Arthropoda. Sebagian peserta didik merasa jijik dan tidak mau
memegang obyek pengamatan seperti udang dan laba-laba, sehingga pada saat mengisi tabel
hasil identifikasi tidak sesuai dengan hasil. Pada siklus ke 2 peserta didik melakukan
pengamatan di lokasi koloni rayap, tidak hanya itu mereka juga melakukan pengamatan
terhadap kelabang, semut dan hewan athropoda lainya, pada siklus 2 Terjadi peningkatan
jumlah peserta didik yang mencapai kriteria minimal baik, yakni sebesar 14,25%. Peserta
didik mulai berhati-hati dalam melakukan pengamatan dan terjadi kerja sama antara siswa.
Hanya 3 orang siswa yang belum mencapai sikap yang baik karena mereka masih bercanda
saat diadakan pengamatan.
Hasil penelitian pada kemampuan kognitif siswa dengan pemberian 10 soal pada
akhir siklus 1 dan siklus 2. Hasil yang didapat pada siklus 1 mencapai 57, 14%.Ketuntasan
yang masih rendah dapat disebabkan karena tidak setiap peserta didik mau dan mampu
mengamati obyek secara teliti dan melakukan verifikasi dengan literatur yang ada. Akibatnya,
mereka mengalami kesulitan pada saat harus mendeskripsikan ciri-ciri morfologi Arthropoda
dan karakteristik tambahan lainnya. Pada siklus 2 didapatkan ketuntasan
88,88%.Peningkatan ketuntasan terjadi karena peserta didik semakin aktif terlibat langsung
dengan obyek di habitat aslinya, yakni beberapa contoh Arthrtopoda dalam koloni rayap
beserta contoh Arthropoda lain yang ada di lingkungan sekitar. Jadi pembelajaran dengan
metode Discovery Learning dapat meningkatkan karakter ilmiah siswa dan tingkat kognitif
siswa ini terjadi karena siswa mengamati secara langsung bentuk dari hewan athropoda.
Dalam pembelajaran ini juga akan terjadi kerja sama antara siswa dengan kemampuan
akademik tinggi, dan sedang dan saling berbagi informasi dan berbagi tigas dalam kelompok
penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai