Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KOLEKSI SPESIMEN TUMBUHAN DAN PEMBUATAN


HERBARIUM KERING

KELOMPOK 6

ASMARIA N011191129

SEMESTER AKHIR 2019/2020


LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Bagi dunia ilmu pengetahuan, koleksi herbarium merupakan obyek

studi utama yang tak ternilai harganya. Tidak mengherankan bila gedung-

gedung untuk menyimpan koleksi itu merupakan bangunan yang megah

dengan tokoh-tokoh kenamaan. Sesuai dengan ruang yang tersedia

dalam gedung herbarium, koleksi herbarium baik kering maupun basah

dipisah-pisah dan ditata di ruang yang tersedia untuk masing-masing

takson menurut klasifikasi yang dibuat oleh para ahli dalam lembaga

tersebut. Terdapat ruang-ruang khusus untuk Cryptogamae,

Phanerogamae, Alga, Fungi, Bryophyta, Pteridophyta, Gymnospermae

dan Angiospermae. Selanjutnya, koleksi disusun lagi berdasarkan takson

yang lebih rendah dan ditata menurut abjad [1].

Spesimen tumbuhan yang akan dipratikumkan yang sering disebut

dengan istilah herbarium. Herbarium merupakan koleksi spesimen yang

telah dikeringkan atau diawetkan biasanya disusun berdasarkan sistem

klasifikasi. Fungsi dari herbarium yaitu untuk membantu identifikasi

tumbuhan lainnya yang sekiranya memiliki persamaan ciri-ciri

morfologinya. Spesimen herbarium merupakan media yang sangat

penting dalam mempelajari morfologi, dan taksonomi tumbuhan tanpa

herbarium tidak mungkin melakukan studi taksonomi tumbuhan. Selain


penggunaannya yang praktis dan ekonomis, herbarium dirasa menjadi

solusi dalam pembelajaran karena dapat dibawa kemana saja, baik di

kelas maupun di laboratorium. Penggunaan media pembelajaran

herbarium menjadi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena

media ini dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama dan

dapat mengoleksi tumbuhan-tumbuhan yang jarang ditemukan di sekitar

lingkungan sehingga mahasiswa lebih paham dan memahami

pembelajaran [2].

Spesimen herbarium yang baik ditentukan oleh camasing tumbuhan

Pteridophyta yang dibuat terdiri dari akar, batang, daun, dan sorus.

Mengingat banyaknya ciri-ciri morfologi daun yang harus dipahami oleh

mahasiswa dan disertai dengan bahasa latin, maka dengan herbarium ini

mahasiswa lebih mudah memahami dan akan memberikan pengalaman

konkret sehingga pembelajaran lebih bermakna.

I.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana cara mengambil sampel untuk pembuatan herbarium?

2. Bagaimana proses pembuatan herbarium kering?

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara

memilih dan mengambil sampel yang baik untuk dijadikan sebagai

herbarium serta untuk mengetahui cara membuat herbarium kering

dengan baik dan benar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kunyit Putih (Curcuma zedoaria)

II.1.1 Taksonomi Tumbuhan

Klasifikasitumbuhankunyitputihadalahsebagaiberikut :

Kingdom : Plantae

Sub kingdom :Viridaeplantae

Filum :Taracheophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida Gambar 1. Kunyit putih


(Curcuma zedoaria).
Ordo : zingiberanae

Famili : Zingiberales

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma zedoaria [3].

II.2 Morfologi Kunyit Putih (Curcuma zedoaria)

Tumbuhan ini berupa tanaman tahunan, tinggi mencapai 2 m, tumbuh

tidak berkelompok. Daun berbentuk lanset memanjang berwarna merah

lembayung di sepanjang tulang tengahnya. Bunga keluar dari rimpang

samping, menjulang ke atas membentuk bongkol bunga yang besar.

Mahkota bunga berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis atau

kuning. Rimpang berwarna putih atau kuning muda, rasa sangat pahit [3]
II.1.2 Kandungan dan Manfaat Kunyit Putih (Curcuma zedoaria)

Rimpang temu putih terdiri dari kurkuminoid, minyak atsiri, dan

polisakarida. Kurkuminoid meliputi: kurkumin, demetoksikurkumin,

bisdemetoksikurkumin dan 1,7-bis(4-hidroksifenil)-1,4,6-heptatrien-3- on.

Telah diteliti pula berbagai aktivitas farmakologi temu putih. Ekstrak etanol

rimpang temu putih menunjukkan aktivitas menghambat selsel OVCAR-3,

yaitu sel line kanker ovarium manusia. Kurkumin telah diteliti mampu

menekan proliferasi sel kanker melalui mekanisme menginduksi

apoptosis, menghambat enzim prostaglandin sintetase, biosintesis

leukotrien, dan memblok aksi enzim arakidonat 5-lipooksigenase.

Kurkumin yang didapat dari ekstrak etanol rimpang Curcuma 25 zedoaria

dapat memicu cytotoxic dengan cara memacu terjadinya oksigen reaktif

dan hilangnya potensial membran pada mitokondria [3].

II.2 Koleksi Spesimen

Spesimen merupakan sampel atau sebagian bahan yang diambil

untuk menentukan karakter dari keseluruhan bahan. Landasan awal

dalam membuat spesimen herbarium yang patut diketahui adalah

mengetahui bagian-bagian dari tumbuhan maupun tanaman yang harus

dikoleksi. Ada banyak bentuk dan habitat dari tumbuhan yang dijumpai

setiap harinya, masing-masing habitat memiliki tata cara dan teknik koleksi

tersendiri sehingga dalam proses determinasinya memudahkan semua

orang yang melihatnya untuk mengetahui karakter-karakter penting dari

tumbuhan [4].
Adapun cara untuk melakukan koleksi spesimen tumbuhan yaitu

dengan mengambil bagia spesimen yang representative, kemudian

tentukan model dari tumbuhan yang akan dibuat koleksi, misalnya

spesimen tumbuhan yang berukuran besar, spesimen terna atau semak

serta koleksi paku-pakuan [4].

II.3 Herbarium

Herbarium merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh

Turneor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi.

Luca Ghini (1940-1550) seorang professor botani di Universitas Bologna,

Italia adalah orang pertama yang mengeringkan tumbuhan dibawah

tekanan dan meletakkannya diatas kertas serta mencatatnya sebagai

koleksi ilmiah. Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak

terserang hama, penyakit ataupun kerusakna fisik lain. Tumbuhan

berhabitus pohon dan semak disertakan ujung batang, daun, bunga

dan buah, sedangkan tumbuhan yang berbentuk herba disertakan

seluruhnya [5].

Secara garis besar herbarium dibagi mejadi dua, yaitu herbarium

kering dan herbarium basah. Herbarium basah biasanya dibuat dengan

merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%, setelah material

herbarium dirapikan, kemudian dimasukkan ke dalam kertas koran. Satu

kertas koran untuk satu spesimen. Selanjutnya, kertas Koran yang berisi

material herbarium tersebut ditumpuk satu diatas lainnya [5].


Tebal tumpukan disesuaikan dengan dengan daya muat kantong

plastik yang akan digunakan. Tumpukkan tersebut dimasukkan ke dalam

kantong plastik dan disiram alkohol 70% hingga seluruh bagian tumbuhan

tersiram secara merata. Kemudian kantong plastik ditutup rapat dengan

isolatip agar alkohol tidak menguap keluar dari kantong plastik. Herbarium

kering, cara pengeringan menggunakan tiga macam proses yaitu

pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak

terlalu tebal dipres di dalam sasak, untuk mendapatkan hasil yang

optimum sebaiknya dipres dalam waktu dua minggu kemudian dikeringkan

diatas tungku pengeringan dengan panas yang diatur[5].

Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan

mengakibatkan material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi

busuk. Pengeringan bertahap, yakni material herbarium dicelup terlebih

dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit, kemudian dirapikan lalu

dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya, ditumpuk dan

dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan [5].

Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering

diperiksa dan diupayakan agar pengeringannya merata. Setelah kering,

material herbarium dirapikan kembali dan kertas koran bekas pengeringan

tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian material herbarium dapat

dikemas untuk diidentifikasi [5].

Koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya,

pengawetan dan penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan


pula kelestarian objek tersebut, salah satunya dengan cara pembuatan

awetan [5].

Pengawetan dapat dilakukan terhadap objek tumbuhan yaitu

pengawetan dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan

pengawetnya bervariasi, tergantung sifat objeknya. Organ tumbuhan yang

berdaging seperti buah, biasanya dilakukan awetan basah, sedangkan

untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering berupa

hebarium [5].

Kelebihan herbarium kering yaitu biaya pembuatannya lebih murah,

peralatan yang digunakan lebih sederhana, tidak memerlukan ruangan

yang luas dan penangananannya lebih mudah. Adapun kekurangan dari

herbarium kering yaitu membutuhkan waktu yang lama dalam proses

pengeringan, mudah mengalami kerusakan, dan tanaman kehilangan sifat

aslinya misalnya bentuk dan warnanya yang berubah. Kelebihan

herbarium basah yaitu spesimen lebih tahan lama dan tidak mudah

hancur, spesimen memiliki warna dan bentuk yang mirip dengan aslinya

sedangkan kekurangan dari herbarium basah yaitu biaya yang dibutuhkan

lebih besar, memerlukan tempat meletakkan spesimen yang kuat dan

ruang penyimpangan yang lebih luas serta harus selalu berhati dalam

penangannannya [6].
BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah benang godam,

botol semprot, gunting, karton, kapas, kertas merang, koran, pensil,

pinset, sak obat dan sasak bambu,

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air, alkohol 70%,

kunyit putih (Curcuma zedoariai), selotip, sarung tangan dan tisu.

III.2 Cara Kerja

III.2 .1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel kunyit putih di sekitaran fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin, Makassar. Sebelum mengambil sampel,

digunakan GPS untuk menentukan lintang selatan dan bujur timur dar

lokasi tanaman. Lalu pengambilan tanaman yang dilakukan hati-hati agar

rimpangnya tidak patah. Setelah pengambilan sampel, sampel lalu

dimasukkan ke dalam sak obat besar dan dibawa ke laboratorium.

III.2.2 Pembuatan Herbarium

Cara pembuatan herbarium kering pada tumbuhan kunyit putih

(Curcuma zedoariai), disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Tanaman

kunyit putih dibersihkan menggunakan air yang mengalir untuk

menghilangkan tanah maupun kotoran lainnya. Kemudian dibersihkan


menggunakan alcohol 70% dan dihilangkan bagian tanaman yang sudah

tidak utuh, kemudian diletakkan diatas kertas merang dan direkatkan

menggunakan kapas atau tissu serta selotip sebagai perekat. Tanaman

kemudian dibungkus dengan kertas merang dan direkatkan menggunakan

selotip dibagian luar, kemudian dimasukkan kedalam sasak untuk

dikeringkan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimun pengeringan

dilakukan selama 2-3 hari.


BAB IVis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh bahwa kunyit putih

tergolong ke dalam jenis tumbuhan herba karena karena memiliki batang

basah dan tidak berkayu. tidak seperti kunyit pada umumnya yang

memiliki rimpang berwarna kuning terang, kunyit putih memiliki rimpang

warna putih namun tetap mengandung cucurmin.

Sampel kunyit putih yang digunakan terletak pada 5’7’54 lintang

selatan dan 119’29’7 bujur timur. Tujuan dari pengukuran letak geografis

adalah untuk mengetahui lokasi tempat tumbuh spesimen sehingga dapat

diprediksi kandungan-kandungan spesimen tersebut. Selain mengukur

letak geografisnya juga dilakukan pengukuran tinggi spesimen. Hal ini

dilakukan untuk menyesuaikan spesimen dengan wadah yang akan

digunakan sebagai tempat herbarium.

Teknik yang digunakan dalam pembuatan herbarium adalah

menggunakan teknik herbarium kering. Hal ini dikarenakan cara

pembuatannya lebih mudah dan tidak menggunakan banyak bahan kimia

serta penyimpanannya lebih mudah sehingga tepat dilakukan oleh

mahasiswa dalam mempelajari pembuatan herbarium. Selama pembuatan

herbarium sampel harus dipastikan dalam keadaan steril, hal ini dilakukan

untuk menghasilkan herbarium yang bebas jamur [7].


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa kunyit putih adalah jenis tanaman herba, dimana dalam pembuatan

herbariumnya di ambil secara keseluruhan bagian tanaman. Kunyit putih

di buat dalam bentuk herbarium kering karena penanganannya lebih

mudah dibandingkan jika dibuat dalam bentuk herbarium basah

V.2 Saran

Sebaiknya dalam melakukan praktikum selalu menjaga kebersihan

dan perhatikan agar sampel tetap steril atau terbebas dari kontaminasi

sehingga diperoleh herbarium yang baik dan benar.


DAFTAR PUSTAKA

1. Lopes, Y dan Djadani,A. Pembuatan Herbarium Basah dan


Herbarium Kering. Kupang: Departement of Dryland Agriculture
Management.2017.

2. Rezeqi,S.,dan Handayani,D. Pengembangan Media Pembelajaran


Ptridophyta Berbasis Herbarium. Jurnal Pelita Pendidikan. Vol.6,
No.1. 2017.

3. Ulfa,A.M. Uji Sitotoksik Estrak Etanol Rimpang Temu Putih (Curcuma


zedoaria) dan Pengaruhnya Terhadap Jumlah Protein 53 Pada
Kultur Sel T47D. Surakarta: Universitas Setia Budi. 2019.

4. Akhriadi, P. Pembuatan Spesimen Herbarium. Padang: Rades


Press. 2016.

5. Agus, A. Apa Itu Herbarium?. Yogyakarta: Fakultas Peternakan


UGM. 2017.

6. Hasanuddin. Botani Tumbuhan Tinggi. Banda Aceh: Syiah Kuala


University Press. 2018.

7. Tamin, R. P., Anggraini, R., dan Ulfa, M. Penyuluhan dan Pelatihan


Eksplorasi Botani Hutan Dalam Upaya Koservasi Hutan. Jurnal
Karya Abdi Masyarakat. 2017.

Anda mungkin juga menyukai