Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KEDUDUKAN PRISNISIP PIERCING THE

CORPORATE VEIL DALAM PERSEROAN TERBATAS

OLEH :

NAMA : AZYUMARDI AZRIDAD A SOLEMAN


NPM : 02032011074
KELAS :1C
PRODI : EKONOMI PEMBANGUNAN
MATA KULIAH : ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang
beliau berikan. Dan juga, kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua serta saudara
saudara yang telah memberikan dukungan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini

Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak bantuan dari segala pihak
dan sumber. Dengan itu, kami juga mengucupkan terima kasih

Kami berharap isi makalah ini bebas dari kekurangan ataupun kesalahan, pastilah ada
beberapa kesalahan yang mungkin tidak kami sadari. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang dapat membangun makalah ini menjadi lebih baik. Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. 1


Daftar Isi............................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang....................................................................................... 2
Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II ISI
Piercing The Corporate Veil.................... .................... .................... 3
Pengaturan Prinsip Piercing The Corporate Veil dalam Undang-Undang............ 3

BAB III PENUTUP


Kesimpulan.............................................................................................. 5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perseroan Terbatas merupakan badan hukum yang memiliki identitas hukum terpisah
dari pemegang saham yang hanya bertanggungjawab sebatas aset atau nilai saham
yang dimilikinya dalam modal badan hukum itu. Von Gierke dalam teori organ
mengemukakan bahwa badan hukum merupakan suatu realitas yang sesungguhnya
sama seperti sifat kepribadian alam manusia ada di dalam pergaulan hukum (Ridho,
2004), misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya, seperti manusia melakukan
segala perbuatannya dengan organ-organ tubuhnya. Menurut teori ini, badan hukum
benar-benar ada, berfungsi sama seperti manusia, dan perbuatan yang dilakukannya
merupakan perbuatan badan hukum itu sendiri. Tujuan badan hukum adalah tujuan
yang kolektif, terlepas dari tujuan individu-individu yang menjadi organ-organnya
(Rusli,
1989).

2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan piercing the corporate veil?
2. Apa yang di maksud perseroan terbatas?

Tujuan makalah
3. Kita dapat mengetahui dan lebih mendalami materi piercing the corporate veil dan
prinspi pada piercing the corporate veil.
BAB II
ISI

A. Piercing The Corporate Veil

Piercing the corporate veil merupakan suatu doktrin yang membuat pengecualian terhadap
suatu prinsip umum, di mana tanggung jawab pengurus perusahaan dibatasi kepada
jumlah andil yang dapat menyimpang dengan cara melaksanakan tanggung jawab
pengurus perusahaan yang tidak lagi terbatas (Reed,2006). Prinsip piercing the corporate veil
yang tertulis pada Undang-undang (UU) Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
sebagai pengaruh hukum asing yang di impor yang umumnya dari hukum Anglo Saxon.
Prinsip ini mengajarkan bahwa sungguh pun suatu badan hukum bertang gung jawab
secara hukum hanya sebatas harta ba dan hukum tersebut, namun dalam hal-hal
tertentu batas tanggung jawab tersebut dapat ditembus.Jadi bila dulu tidak dikenal
pertanggungjawaban pribadi Pemegang Saham tapi kini dapat dimintakan
pertanggungjawabannya sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas.

Teori dalam hukum perusahaan yang disebut teori penyingkapan tirai perusahaan (piercing
the corporate veil) yang mempunyai tujuan yaitu keadilan bagi pihak yang terkait dengan
perseroan, baik investor maupun pemegang saham (Subhan, 2008). Piercing the corporate
veil yang diartikan sebagai suatu proses untuk membebani tan&o,ung jawab ke pundak
orang lain, oleh suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh perusahaan pelaku, tanpa
melihat kepada fakta bahwa perbuatan tersebut sebenamya dilakukan oleh perusahaan
pelaku tersebut (Fuady,2005). Dengan demikian, piercing the corporate veil ini pada hakekatnya
merupakan doktrin yang memindahkan tanggung jawab dari perusahaan kepada
pemegang saham, direksi. atau komisaris, dan biasanya doktrin ini baru diterapkan jika
ada klaim dari pihak ketiga kepada perseroan.
B. Pengaturan Prinsip Piercing The Corporate Veil dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007

Berdasarkan Pasal 1 UUPT, PT merupakan badan hukum yang merupakan


persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Dari pengertian


tersebut, hal penting yang perlu digarisbawahi adalah pada kata “badan hukum”. Dari
pengertian tersebut dapat dianalisis mengenai sebatas mana tanggung jawab perseroan
dan tanggung jawab direksi.
Sebagai badan hukum pendirian PT sangatlah penting. Pendirian PT dapat

mengakibatkan hilangnya tanggung jawab terbatas dari pemegang saham sebesar setoran
atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadi (piercing
the corporate veil) apabila pendirian PT tidak sah.

C. CIRI-CIRI PERSEROAN TERBATAS


Karakteristik yang menempel pada badan usaha bisa di analisa apakah badan usaha tersebur
tergolong dalam unit badan perseroan terbatas atau tidak. Ciri-ciri PT sebagai berikut :
 Pt didirikan untuk mencari keuntungan
 Pt mempunyai fungsi komersial dan juga fungsi ekonomi
 Modal perusahaan PT di dapat dari lembar saham yang di jual dan obligasi
 RUPS atau rapat umum pemegang saham akan menentukan kekuasaan tertinggi perusahaan
PT.
 Pemilik saham akan mendapatkan keuntungan saham dalam bentuk dividen.
 Direksi adalah pemimpin utama perusahaan PT
Di dalam suatu perseroan terbatas (“PT”) direksi merupakan organ yang mempunyai
kewajiban untuk menjalankan tugas pengurus perseroan dengan berpegang tegu pada
kepercayaan yg di terimanya sesuai ketentuan ketentuan yang berlaku (fiduciary duty),
kususnya berdasarkan undang undang no 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas .
Dengan konsep tersebut, maka di reksi dalam tugas kepengurusaannya wajib
senantiasa bertindak atas dasar itikat bailk, bertindak dengan sunggu sunggu sesuai
kehaliannya, mengutamakan kepentinggan perseroan, bukan kepentingan pemegang saham
semata mata dan menjaga diri agar terhindardari tindakan yang dapat menyebabkan
benturan kepentingan antara perseroan dengan direksi. Dalam hal terjadi pelangaran atau
penyimpangan atas tugas kewajibannya, maka konseskuensi hukum atas hal tersebut akan
menimbulkan pertangung jawaban direksi ingga kepada harta benda kekayaan pribadi atas
kerugian yang di alammi oleh tiap tiap pihak yg berkepentinggan dengan, yg mana dalam
istilah hukum perusaan dinkenal sebagai tindakan priercing the corporate vail.
Di dalam hukum PT, berlaku suatu konsep di mna para pemegang saham tidak
bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yg di buat atas nama perseroan dan tidak
bertanggung jawab atas perugian perseeroan melebihi nilai saham yg di milikinya. Tanggung
jawab terbatas tersebut juga berlaku kepada organ perseroan lainnya yakni pada anggota
direksi maupun komisaris perseroan.
Namun, konsep tersebut tidak tanpa kecuali, karna dalam keadaan tertentu tidak
tertutup kemungkinan di hapusnya tanggung jawab terbatas pada ketiga organ perseroan
tersebut. Dalam hal seperti itu, pengadilan mengesampingkan status badan huikum dari
suatu PT dan membebankan tanggung jawab kepada organ PT dengan mengabaikan prinsip
tanggung jawab terbatas yg biasanya melekat kepadanya. Kekebalabn (immunity) yg biasa di
miliki pemegang saham, direksi dan komisaris, yaitu tanggung jawab tidak terbatas hingga ke
kayaan pribadi mereka dalam hal terjadi pelanggaran, penyimpangan atau kesalaan dalam
melakukan penggurusan perseroan atau dengan kata lain dapat di katakana bahwa sanya
dapat di mungkinkan untuk mengoyak/menyikap pirai/kerudung tabir PT (to pierce
corporate vail).di dalam undang undang no 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas
(‘’UUPT’’), prinsip pierce corporate vail tersebut termasuk dalam pasal 3 ayat (2) dan pasal
97 ayat (3).
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

1. Hubungan hukum yang terjadi pada holding company adalah hubungan yang timbul
akibat adanya suatu ikatan berdasarkan kepemilikan saham. Hal ini menimbulkan hak dan
kewajiban pada masing-masing pihak yang satu sama lain harus saling mematuhinya. Hak
dan kewajiban yang ada di dalamnya dapat melahirkan tanggung jawab yang lebih
dominan dipegang oleh perusahaan holding sebagai pemilik saham. Tanggung jawab
tersebut berlaku sebatas berapa besar saham yang dimiliki oleh holding company.
2. Penerapan prinsip piercing the corporate veil yang telah diatur dalam Undang- Undang
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 3 ayat (2), namun pada
penerapan prinsip piercing the corporate veil yang ada di dalam UUPT masih kurang jelas
dan tegas diatur, namun prinsip piercing the corporate veil ada dimuat dalam peraturan
lain seperti Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas.
3. Tanggung jawab holding company terhadap tindakan hukum Anak Perusahaan setelah
diterapkan piercing the corporate veil adalah ganti rugi. Ganti rugi yang dibebankan
kepada holding company setelah diterapkannya piercing the corporate viel terhadap
tindakan hukum anak perusahaan ditentukan dari segi prinsip

Anda mungkin juga menyukai