Anda di halaman 1dari 68

TUBERKULOSIS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TUBERKULOSIS (TB)
PENYEBAB : MIKOBAKTERIUM TUBERKULOSIS
MIKOBAKTERIUM . BOVIS (JARANG)

EPIDEMIOLOGI
WHO (2017) : 10 MILYAR PENDUDUK DUNIA
1,6 MILYAR MENINGGAL
Situasi Indonesia
• Jumlah pasien urutan ke-2 di dunia
• Estimasi WHO : 1.000.000 kasus baru/tahun
• 1.000.000 kematian/tahun
• Ko-infeksi TB-HIV: 1,2%
• 59% HIV meninggal karena TB
• 20% TB meninggal dengan HIV
• MDR-TB: 1.8% ( kasus baru) dan 12%
(kasus pengobatan ulang)
Siapa yang lebih menular ?

Sneezing
Speaking Coughing
4.500- 1.000,000 bacilli
0-200 bacilli 0-3.500 bacilli

•Sekali batuk akan menghasilkan 500 droplets


•Rata rata pasien TB memproduksi 75,000 droplets per hari sebelum
Penularan Tuberkulosis
• Penularan MTb terjadi melalui udara (airborne) yang
menyebar melalui partikel percik renik (droplet nuclei) saat
seseorang batuk, bersin, berbicara, berteriak atau bernyanyi.

 Percik renik ini berukuran 1-


5 mikron dan dapat bertahan
di udara selama beberapa
jam sampai beberapa hari
sampai akhirnya ditiup angin.
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA
PENDERITA TB
-DAYA TAHAN TUBUH RENDAH - HIV /AIDS
- GIZI BURUK
KUMAN TUBERKULOSIS
-BENTUK BATANG
-TAHAN THD PEWARNAAN ASAM  BTA
-MATI PADA SINAR MATAHARI LANGSUNG (UV)
-HIDUP BBR JAM Tempat – GELAP-LEMBAB
- JAR. TUBUH  TIDUR LAMA (DORMANT)
DALAM BEBERAPA TAHUN
PATOGENESIS :
• TUBERKULOSIS PRIMER
PATOLOGI

TB PRIMER: INFEKSI YANG BELUM


MEMPUNYAI REAKSI SPESIFIK THD KUMAN TB

•KOMPLIKASI FIBROSIS
•KALSIFIKASI
•PEMBESARAN KEL
KOMPLEK PRIMER
AFEK PRIMER + LIMFADENITIS REGIONAL 

SEMBUH SEMBUH DGN BEKAS:


MENYEBAR
FIBROSIS
PERKAPURAN

PERKONTINUITATUM HEMATOGEN/LYMPOGEN
BRONKOGEN

SEMBUH SEMBUH DGN SEKUELE MENINGGAL


TB POST PRIMER
TUBERKULOSIS PRIMER

TUBERKULOSIS POST PRIMER (U:15-40 TH)

SEMBUH SEMBUH DGN : FIBROSIS KAVITAS


PERKAPURAN

AKTIF LAGI
MELUAS TUBERKULOMA SEMBUH
KAVITAS
SEMBUH AKTIF LAGI

KAVITAS
PATOLOGI
KUMAN TB
.

GRANULOMA
sebukan sel radang
(PMN, Fagosit Mononukleus)

Epiteloid

Sel Datia Langhans


PATOLOGI
SEL LIMFOSIT SEL PLASMA
GRANULOMA
GRANULOMA
.
FIBROBLAST KAPILER

GRANULOMA
PERKIJUAN
KALSIFIKASI SATELIT SEL EPITELOID
MAKROFAG
GRANULOMA
MEMBESAR PROTEASE
HIDROLASE
CASEOSA
MENCAIR

PENYAKIT
+ LUAS
- OBSTRUKSI SAL. NAPAS: -
KOLAPS – RETENSI SEKRET
INFEKSI
-ULSERASI BRONKIAL 
BRONKIEKTASIS
-INVASI KE PEMBULUH DARAH 
TB MILIER
-TB PARU SEKUNDER : POST
PRIMER TB
-TB PARU MENAHUN : ADULT
TYPE TB
PEMERIKSAAN FISIS:
-TERGANTUNG LUAS & KELAINAN
STRUKTURAL PARU
- LOKASI UMUMNYA APEX LOBUS
SUPERIOR SEGMEN POSTERIOR; APEX
LOBUS INFERIOR
- SUARA NAPAS MELEMAH : RONKI
BASAH
- TANDA-TANDA PENARIKAN PARU,
DIAFRAGMA & MEDIASTINUM.
GEJALA
A. GEJALA RESPIRATORIK
- BATUK  2 MINGGU
- BATUK DARAH
- SESAK NAPAS
- NYERI DADA
B. GEJALA SISTEMIK
- DEMAM - ANOREKSIA
- MALAISE - BERAT BADAN
- KERINGAT MALAM MENURUN
-LABORATORIUM
•BTA
•BIAKAN
•BIOPSI
•TCM (Tes cepat molekuler, berbasis DNA)
Laboratorium
Pemeriksaan spesimen
Bahan Pemeriksaan :
Dahak, cairan pleura, bilasan
bronkus, kurasan bronkoalveolar,
bilasan lambung, liquor
cerebrospinal, urin, feses dan
jaringan biopsi
Laboratorium
Cara Pengambilan & Pengiriman :
 Dahak, 2 waktu / PS
 Pengiriman dalam pot (cair),
pada gelas objek (difiksasi) atau
dahak dengan kertas saring
 Tulis identitas penderita sesuai
formulir permintaan
Interpretasi Hasil
 Mikroskopik positif
- 2 x pos
- 1 x pos, 1 x neg
 Mikroskopik negatif
- 2 x neg.
Tuberculosis. Ziehl-Neelson acid fast stain in an area of
granulomas showing positive stain for acid fast bacilli
Pemeriksaan Radiologik

 Standar :
Foto toraks PA dengan / tanpa
lateral
 Atas indikasi :
Apiko-lordotik, oblik, CT-Scan
Gambaran lesi TB aktif
 Bayangan berawan/nodular
 Kaviti, lebih dari satu dikelilingi
bayangan opak berawan/nodular
 Bercak milier
 Efusi pleura unilateral ( umumnya )
Gambaran Lesi TB Inaktif
 Fibrotik
 Kalsifikasi
 Penebalan pleura
Luluh Paru (Destroyed Lung)

 Kerusakan jaringan paru yang berat


 Sulit untuk menilai aktiviti penyakit
 Perlu pemeriksaan bakteriologik untuk
memastikan aktiviti proses penyakit
Penilaian luas lesi
 Lesi minimal
luas lesi tidak lebih dari vol.paru yang
terletak di atas chondrosternal junction
dari iga kedua dan prosesus spinosus
dari dari vertebra torakalis IV atau
korpus vertebra torakalis V (sela iga II)
dan tidak dijumpai kaviti
 Lesi luas
bila proses lebih luas dari lesi minimal
Pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
Penunjang
 Pemeriksaan darah & serologi
 Pemeriksaan cairan pleura
 Pemeriksaan PCR
 Histopatologi jaringan
 Uji
Uji tuberkulin
tuberkulin
Pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
Penunjang

 Pemeriksaan
Pemeriksaan darah
darah
- LED
LED
-- Limfosit
Limfosit
 Pemeriksaan
Pemeriksaan serologi
serologi
-- ELISA
ELISA
-- Mycodot
Mycodot
-- Uji
Uji PAP
PAP
Pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
Penunjang

 Pemeriksaan cairan
pleura
- uji Rivalta positif
- kesan cairan eksudat
- limfosit diminan
- glukosa rendah/normal
Pemeriksaan Penunjang
 Uji
Uji tuberkulin
tuberkulin
Deteksi
Deteksi infeksi
infeksi TB
TB di
di daerah
daerah
prevalensi
prevalensi rendah
rendah
Punya
Punya arti
arti bila
bila terjadi
terjadi konversi
konversi atau
atau
hasil
hasil kepositifan
kepositifan besar
besar sekali
sekali // bulae
bulae
Pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
Penunjang
 Histopatologi jaringan
Bahan
Bahan didapat
didapat melalui
melalui biopsi
biopsi
(paru,
(paru, pleura,
pleura, kelenjar
kelenjar
dan
dan organ
organ lain)
lain)
Hasil
Hasil :: granuloma
granuloma dg
dg perkijuan
perkijuan
Tuberculosis. Whole lung section showing an upper lobe
cavity
1
2 3 4
Fase pengobatan TB
Fase intensif :
Kategori 1: 2 bulan
Kategori 2: 3 bulan

Fase lanjutan :
Kategori 1: 4 bulan
Kategori 2: 5 bulan
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat Utama Obat Lini Kedua
 
 Rifampisin (R)  Quinolon
 Isoniazid (H)  Kanamisin
 Pirazinamid (Z)  Makrolide
 Etambutol (E)  Amok.+ As. klav.
 Streptomisin (S)  Der. –Rif. /INH

Kombinasi dosis tetap


(fixed dose combination)
OBAT ANTI TB
 LINI PERTAMA  FIRST CHOICE

 Rifampisin (R)
 Isoniazid (H)
 Pirazinamid (Z)
 Etambutol (E)
 Streptomisin (S)
Activities of Antituberculosis
Drugs
Early Preventing
Sterilizing
Drug bactericidal drug
activity
activity resistance

Isoniazid ++++ +++ ++


Rifampicin ++ +++ ++++
Pyrazinamide + + +++
Streptomycin ++ ++ ++
Ethambutol ++ ++ +
Highest ++++ High +++ Intermediate ++ Low +

ISTC Training Modules 2008


Kombinasi dosis tetap (KDT)
Fixed Dose Combination (FDC)
WHO 1999  FDC terdiri dari :

 Rifampisin 150 mg
 INH 75 mg
 Pirazinamid 400 mg  Fase intensif
 Etambutol 275 mg

 Problema  efek samping obat


Batasan
 Kasus baru : blm pernah terapi atau terapi < dari
1 bln
 Kambuh : telah terapi dg hasil sembuh atau
terapi lengkap, & kembali dgn
dahak (+) atau biakan (+)
 Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah
default/ drop-out) :

putus berobat (drop out) 2 bl n atau


lebih, kembali dg dahak (+)
STANDARD PENGOBATAN
Kategori Terapi Penderita TB
 Kategori 1 ...  Kasus baru dahak +
 Kasus baru dahak – (TB klinis)
 Kasus baru pd TB ekstra paru

 Kategori 2 …  Kambuh ; Gagal terapi


 Putus berobat
THE SEVERE AND LESS SEVERE FORMS OF
EXTRAPULMONARY TB

SEVERE LESS SEVERE


• Meningitis • Lymphnode
• Miliary • Pleural
• Pericarditis effusion(unilateral)
• Bilateral or extensive • Bone (excluding
pleural effusion spine)
• Spinal • Periperal joint
• Intestinal • Adrenal gland
• Genito-urinary
PENGOBATAN SUPORTIF /
SIMTOMATIS
 Selama tidak ada komplikasi/ efek samping/
keadaan umum yang mengancam jiwa 
rawat jalan

 Penderira rawat jalan :


– Makanan bergizi
– Vitamin tambahan
– Tidak larangan makanan kecuali untuk
komorbidnya
– Simtomatis terhadap keluhannya.
Penderita rawat inap
 Indikasi :
– Batuk darah masif
– Keadaan umum lemah/ buruk
– Pneumotoraks
– Efusi pleura masif / bilateral
– Empiema
– TB milier
– Meningitis TB
 Pengobatan suportif / simtomatik sesuai
keadaan klinis & indikasi rawat inap
HASIL PENGOBATAN
 Sembuh :
Bila hasil hasil pemeriksaan ulang dahak pada akhir
pengobatan negatif

 Pengobatan Lengkap :
Penderita telah menyelesaikan pengobatannya
secara lengkap, tapi tidak ada hasil pemeriksaan
ulang dahak pada akhir pengobatan.
HASIL PENGOBATAN
 Gagal:
 Pemeriksaan dahak (+) yg tetap (+)
atau kembali (+) pd akhir bln ke-5
atau lbh

• Defaulted atau drop-out :


Pasien tidak minum obat 2 bulan berturut-
turut

MONITORING / EVALUASI
SELAMA PENGOBATAN
 klinis
 radiologis
 bakteriologik
 efek samping
 keteraturan minum
obat
Evaluasi efek samping

 Awal : fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin),


ginjal ( ureum, kreatini, gula darah, asam
urat ) & darah lengkap untuk data dasar
penyakit penyerta atau efek samping
pengobatan
 Pem visus & uji buta warna bila
menggunakan etambutol
 Uji keseimbangan & audiometri bila
menggunakan streptomisin
EFEK SAMPING RINGAN
EFEK SAMPING PENYEBAB PENANGANAN
Tdk nafsu makan, Rifampisin Obat diminum
mual, sakit perut malam sebelum tidur
Nyeri sendi pyrazinamid Beri
aspirin/allopurinol
Kesemutan s/d rasa INH Beri Vit. B6
terbakar di kaki (piridoksin) 100 mg
per hari

Warna kemerahan Rifampisin Beri penjelasan,


pada kulit tidak perlu diberi
apa-apa
EFEK SAMPING BERAT
EFEK SAMPING PENYEBAB PENANGANAN
Gatal dan kemerahan Semua jenis OAT Beri antihistamin &
pada kulit dievaluasi ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan

Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan

Ikterik Hampir semua OAT Hentikan semua OAT


sampai ikterik hilang
Bingung & muntah- Hampir semua obat Hentikan semua OAT &
muntah lakukan uji fungsi hati
Gangguan penglihatan Ethambutol Hentikan Ethambutol

Purpura dan renjatan Rifampisin Hentikan Rifampisin


(syok)
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
PADA KEADAAN KHUSUS
TB MILIER
 Paduan obat 2 RHZE/4RH
 Pada keadaan khusus (sakit berat), tergantung keadaan klinik,
radiologik dan evaluasi pengobatan dapat diperpanjang sampai
12 bulan
 Pemberian kortikosteroid tidak rutin, hanya diberikan pada
keadaan:
 Tanda / gejala menigitis
 Sesak napas
 tanda/gejala toksik
 Demam tinggi

 Kortikosteroid: prednison 30-40 mg/hari. Dosis diturunkan 5-


10 mg/hari setiap 5-7 hari, lama pemberian 4-6 minggu
PLEURITIS EKSUDATIVA TB
(EFUSI PLEURA TB)
 Paduan obat 2RHZE/4RH

 Evakuasi cairan, dikeluarkan seoptimal


mungkin, sesuai dengan keadaan penderita.
 Ulangan evakuasi cairan bila diperlukan dan berikan
kortikosteroid

 Dosis steroid prednison 30-40 mg/hari. Dosis


diturunkan 5-10 mg/hari setiap 5-7 hari, lama
pemberian 3-4 minggu
 Hati-hatti pemberian kortikosteroid pada TB dengan
lesi luas & DM
TB ekstra PARU
 Paduan obat 2RHZE/10RH
 Prinsip pengobatan sama dengan TB paru menurut ATS,
pengobatan untuk TB di luar paru misalnya TB tulang.
TB sendi dan TB kelenjar, meningitis pada bayi & anak
lama pengobatan 12 bulan. Pada TB diluar paru lebih
sering dilakukan tindakan bedah. Tindakan bedah
dilakukan untuk:
– Mendapatkan bahan / spesimen untuk pemeriksaan (diagnosis)
– Pengobatan: perikarditis konstriktiva
 Kompresi medula spinalis pada penyakit pott’s
 Pemberian kortikosteroid diperuntukkan pada
perikarditisTB untuk mencegah konstriksi jantung, dan
pada meningitis TB untuk menurunkan gejala sisa
neurologik.
TB paru dengan DM
 Paduan OAT : 2 RHZE/4 RH dg regulasi
gula yang optimal
 Bila kdr gula tidak terkontrol  fase
lanjutan 7 bulan : 2 RHZE/ 7 RH
 Hati-hati dg etambutol  ES di mata
 Penggunaan rifampisin dpt me  efektiviti
OAD (sulfonil urea), shg dosis perlu
dikan
TB paru dengan HIV / AIDS
 Paduan 2RHZE/4RH
 WHO : paduan & lama pengobatan = Tb paru
tanpa HIV/AIDS
 Hati2 : thiacetazon  efek toksik hebat pd kulit
 Jangan lakukan desensitisasi OAT (mis INH, rif)
 efek toksik pd hati
 INH diberikan seumur hidup
 Bila terjadi MDR, pengobatan sesuai uji
resistensi.
TB paru pada kehamilan &
menyusui
 Tidak ada indikasi pengguguran pd penderita TB
dg kehamilan
 OAT tetap diberikan kecuali steptomisin
 Pend TB menyusui : OAT & ASI tetap dpt
diberikan. Walau dpt tembus ke dalam ASI 
konsentrasi kecil & tidak toksik pd bayi
 Bila Ibu & bayi sma dapat OAT  dianjurkan Ibu
tidak menyusui
TB paru & gagal ginjal
 Jangan menggunakan streptomisin, kanamisin &
capreomysin
 Sebaiknya hindari etambutol  waktu paruh
memanjang  akumulasi etambutol. Bila sangat
diperlukan : etambutol dpt diberikan dg monitor
kreatinin
 Sedapat mungkin dosis disesuaikan dg faal ginjal
 Rujuk ke ahli paru
TB paru dengan kelainan hati

 Bila curiga ggan fungsi hati, dianjurkan pem


faal hati sebelum pengobatan
 Pyarazinamid tidak boleh diberikan
 Paduan OAT (WHO) : 2 SHRE / 6 RH atau 2
SHE / 10 HE
 Pada hepatitis akut atau klinik ikterik  tunda
OAT sampai hepatitis akutnya menyembuh.
Bila sangat diperlukan : beri E dan S maksimal
3 bulan sampai hepatitisnya menyembuh &
dilanjutkan 6 RH
 Sebaiknya rujuk ke ahli paru
Hepatitis imbas obat
 Bila klinik (+) ikterik (+), gejala / mual,
mintah (+)  OAT stop
 Bila klinis (-), laboratorium tdp kelainan :
 Bilirubin > 2  OAT stop
 SGOT, SGPT > 5 X  OAT stop
 SGOT, SGPT  3 X, gejala (+) : OAT stop
 SGOT, SGPT  3X, gejala (-)  teruskan
pengobatan dg pengawasan
Hepatitis imbas obat
 Paduan OAT yang dianjurkan :
 Stop OAT yang hepatotoksik (RHZ)
 Setelah itu, monitor klinik & laboratorium
: Bila kx & Lab normal  beri INH dg
desensitisasi.
 Bila kx & lab tetap normal  tambahkan
rifampisin dg desensitisasi;, sp akhirnya
paduan jadi kembali semula.
TB MDR
(TB MULTI DRUG RESISTANCE )
TB RESISTEN OBAT / TB RO
 BATASAN :
– M.tb yang resisten terhadap rifampisin
dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya.
 Klasifikasi :
– Resistensi primer
– Resistensi inisial
– Resistensi skunder
 Pengobatan :
– Panduan jangka pendek (9-11 bulan)
– Panduan individual (20-24 bulan)
– Pemberian pengobatan pd dasarnya ‘tailor
made’  tgt hasil uji resistensi dg menggunakan
minimal 4 macam obat lini kedua, ditambah OAT
yg masih sensitif
– Pengobatan MDR-TB sulit, durasi > lama
– Kasus MDR-TB sebaiknya rujuk ke ahli paru
MONTOUX TEST
- OLD TUBERCULIN --> FILTRAT KULTUR KUMAN TB
- F.B SIEBERT 1962 --> DIMURNIKAN (PURIFIED PROTEIN
DERIVATE OF TUBERCULIN (PPD)

• PEMBACANAAN
- 6-8 JAM/48 JAM /72 JAM
- POSITIF --> DIAMETER 10 MM (10X10)
- NEGATIF --> ORG TUA, PENY, BERAT, KU JELEK,
R/IMMUNOSUPRESIF, SARKOIDOSIS

• PENYULIT
- PLEURITIS, EMPIEMA, TBE, KORPULMONALE, AMILOIDOSIS,
ASPERGILOSIS, KARSINOMA BRONKUS, PNEUMOTORAKS
BAGAN 2 PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU

Kategori Pasien TB Alternatif Panduan Pengobatan TB


Pengobatan Fase Awal Fase Lanjut

I -Kasus baru TB paru


BTA (+)
- Kasus baru TB paru
BTA (-) dgn kerusakan 2RHZE 4 R3 H3
parenkim yg luas
4 RH
- Kasus baru dgn
kerusakan yg berat pd TB 6HE
ekstrapulmoner
II -TB Paru BTA (+) dgn 5 R3 H3 E3
riwayat pengobatan
sebelumnya : 2RHZES+1R 5RHE
-Kambuh HZE
-Kegagalan pengobatan
-Pengobatan tdk selesai

Anda mungkin juga menyukai