Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puj syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “TATA KALIMAT” tepat waktu. Makalah “TATA KALIMAT”
disusun guna memenuhi tugas Drs.H.Edin Nursaedi,M.Pd pada mata kuliah Bahasa
Indonesia di Stisip Widyapuri Mandiri cabang Palabuhanratu. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang bagaimana
Bahasa Indonesia dengan tata kalimatnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.Edin Nursaedi,M.Pd selaku dosen
mata kuliah Bahasa Indonesia. Tugas yang telah diberikan ini dabat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.

Sukabumi, 11 Maret 2021


Marina Pirda Yanti
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 3
1.3. Tujuan Masalah ........................................................................................................................ 4
1.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................................................ 4
1.5 Manfaat ........................................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
2.1Pengertian Kalimat ...................................................................................................................... 5
2.2 Alat-Alat Kalimat....................................................................................................................... 6
2.3 Pola Kalimat Dasar .................................................................................................................... 8
2.4 Jenis Kalimat Menurut Pengucapannya................................................................................... 9
2.5 Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya .................................................................. 9
2.6 Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorikanya) ...................................................... 12
2.7 Jenis Kalimat Menurut Fungsinya .......................................................................................... 13
2.8 Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Unsurnya........................................................................... 15
2.9 Berdasarkan Susunan S-P ........................................................................................................ 15
2.10 Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Subjeknya ...................................................................... 16
2.11 Kalimat Efektif ...................................................................................................................... 17
BAB III................................................................................................................................................. 20
PENUTBUP ......................................................................................................................................... 20
3.1Kesimpulan ................................................................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Anton M. Moeliono, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan
pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang disamping itu mengikuti
kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sebaliknya,
mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Bahasa yang baik dan benar itu memiliki empat fungsi :
1) fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa dengan mengatasi batas-batas
kedaerahan
2) fungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam pergaulan dengan bangsa
lain
3) fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan yang terpelajar; dan
4) fungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.
Keempat fungsi bahasa yang baik dan benar itu bertalian erat dengan tiga macam batin penutur
bahasa sebagai berikut :
1)fungsinya sebagai pemersatu dan sebagai penanda kepribadian bangsa membangkitkan
kesetiaan orang terhadap bahasa itu;
2)fungsinya pembawa kewibawaan berkaitan dengan sikap kebangsaan orang karena mampu
beragam bahasa itu; dan
3)fungsi sebagai kerangka acuan berhubungan dengan kesadaran orang akan adanya aturan yang
baku layak dipatuhi agar ia jangan terkena sanksi sosial.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan, berbahasa Indonesia dengan baik dan
benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang memenuhi norma baik dan benar. Norma
yang dimaksud adalah “ketentuan” bahasa Indonesia, misalnya tata bahasa, ejaan, kalimat, dsb.
Sehingga studi kalimat dianggap sangat penting dilakukan untuk mencapai kemahiran
berbahasa atau mengarang. Unsur terkecil dalam berbahasa sehari-hari adalah kalimat bukan
kata-kata. Kata-kata hanya, menjadi unsur dalam kalimat. Kalau pada suatu waktu waktu
pemakai bahasa berurusan dengan aneka bentuk kata maka hal ini dilakukan karena berkaitan
dengan proses pembentukan kalimat. Dengan kalimat-kalimatlah kita melakukan kegiatan
tukar-menukar pikiran dengan orang lain.
Bahasa yang baik, benar, dan tepat pada hakikatnya terwujud pada pembentukan atau
pemakaian kalimat. Kita yang ingin mahir berbahasa (mengarang) hendaknya terlebih dahulu
memiliki kecakapan menentukan ujaran (bentuk ketatabahasaan) yang berkriteria kalimat dan
yang bukan kalimat. Kemampuan mengenal dan menggunakan berbagai ragam kalimat yang
ada dalam bahasa patut dimiliki.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar,
makalah ini disusun dengan mengangkat tema tentang tata kalimat. Makalah ini akan
membahas pengertian kalimat, alat-alat dan unsur-unsurnya, serta jenis-jenis kalimat.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang disebut dengan kalimat?
2. Sebutkan uns ur-unsur dalam kalimat!
3. Sebutkan pola-pola kalimat dasar! Berikan contoh-contohnya!
4. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut pengucapannya! Berikan contoh-contohnya!
5. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut struktur gramatikalnya! Berikan contoh-contohnya!
6. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut bentuk gayanya (retorikanya)!Berikan contoh-
contohnya!
7. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut fungsinya!Berikan contoh-contohnya!
8. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut unsurnya! Berikan contoh-contohnya!
9. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut susunan S-Pnya! Berikan contoh-contohnya!
10. Sebutkan jenis-jenis kalimat menurut subjeknya! Berikan contoh-contohnya!
11. Apakah yang disebut dengan kalimat efektif?Berikan contohnya!
12. Sebutkan ciri-ciri khas kalimat efektif! Jelaskan!

1.3. Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 Tujuan instruksional umum
Setelah mempelajari makalah ini, mahasiswa memiliki kemampuan dalam memahami tata
kalimat dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
1.3.2 Tujuan instruksional khusus
Setelah menyelesaikan makalah ini, mahasiswa diharapakan mampu:
a. menjelaskan pengertian kalimat.
b.memahami dan mampu menyebutkan pola-pola kalimat dasar serta memberikan contohnya.
c. memahami dan mampu menyebutkan jenis-jenis kalimat menurut struktur gramatikalnya serta
memberikan contohnya.
d. memahami dan mampu menyebutkan jenis-jenis kalimat menurut bentuk gayanya
(retorikanya) serta memebrikan contohnya.
e. memahami dan mampu menyebutkan jenis-jenis kalimat menurut fungsinya serta memberikan
contohnya.
f. memahami dan mampu menjelaskan tentang kalimat efektif serta memberikan contohnya.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode telaah pustaka dengan
mengumpulkan data-data dari berbagai buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan tata
kalimat. Dilengkapi pula dengan browsing internet, untuk menambah data-data dalam makalah
ini.

1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya berbahasa sesuai dengan tata bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
2. Meningkatkan pemahaman tentang tata kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Meningkatkan kemampuan menyusun kalimat sesuai dengan aturan ketatabahasaan yang baik
dan benar.
4. Memahami dengan baik penggunaan kalimat efektif dalam pengucapan kalimat sehari-hari dan
dalam penulisan.
5. Menciptakan kesetiaan untuk senantiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengertian Kalimat
Kalimat memiliki beberapa pengertian, diantaranya:
1. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan
pikiran yang utuh. Dalam kalimat, sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat.
2. Kalimat adalah gabungan dari duah buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu
pengertian dan pola intonasi akhir.
3. Cook, Elson dan Picket berpendapat bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif
dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri dari klausa.
4. Ramlan berpendapat bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda
panjang yang disertai nada akhir naik atau turun.
5. Lado berpendapat bahwa kalimat adalah satuan terkecil dariekspresi lengkap.
Kalimat dapat dibagi-bagi berdasarkan jenis dan fungsinya, retorikanya, gramatikalnya.
Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat aktif, kalimat perintah,
kalimat majemuk, dan lain sebagainya.
Kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan
predikat (P). Kalau tidak memiliki unsir subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah
kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang
membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik(.), tanda tanya (?) dan
tanda seru (!).
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan
membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek (S)
Adalah unsur yang melakukan suatu tindakan atau kerja dalam suatu kalimat.
- Predikat (P)
Adalah sebagai unsur kata kerja.
- Objek (O)
adalah unsur yang dikenai kerja oleh subjek.
- Keterangan (K)
Dapat berupa keterangan waktu atau tempat selama kejadian.
-Pelengkap
Adalah unsur yang melengkapi kalimat yang tak berobjek.
Contoh :
Gadis berkulit putih itu menyanyikanlagudidepan kelasdengan bagus.
S P O K Pel
Ayahmembacakorandi teras belakang.
S P O K
2.2 Alat-Alat Kalimat
Ada empat pokok yang perlu mendapat perhatian dalam pembentukan kalimat. Keempat hal
tersebut dalam bahan kuliah ini disebut alat-alat kalimat. Alat-alat tersebut yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
A. Pola urutan kata
Setiap pemakai bahasa tidak boleh seenaknya saja menempatkan kata, melainkan ia harus
mengikuti tata urutan tertentu. Perubahan urutan kata dapat merubah makna kalimat, bahkan
dapat menghilangkan makana arti sama sekali. Kalimat yang sekurang-kurangnya berdiri
atas dua unsur kata, harus diurut menurut pola urutan tertentu yang dibenarkan oleh kaidah
bahasa indonesia. Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal pola urutan diterangkan dan
menerangkan (DM) dan kadang-kadang ditemukan pola susunan menerangkan
diterangkan (MD). Seperti contoh berikut. Tanda asterik atau tanda bintang (*) didepan
kalimat menandakan bahwa kalimat yang dimaksud tidak gramatikal.
1) Dia mengunjungi temannya dengan tergesa-gesa di tempat itu.
2) Di tempat itu dia mengunjungi temannya dengan tergesa-gesa.
3) Dengan tergesa-gesa, dia mengunjungi temannya di tempat itu.
4) Di tempat itu dengan tergesa-gesa dia mengunjungi temannya.
5) Dia mengunjungi di tempat itu dengan tergesa-gesa temannya.
6) Dia temannya mengunjungi di tempat itu dengan tergesa-gesa.
7) Dia di tempat itu mengunjungi dengan tergesa-gesa temannya.
8) Temannya dia dengan tergesa-gesa di tempat itu mengunjungi.
Kalimat 1), 2), 3), dan 4) masih gramatikal. Maknanya masih jelas karena pengurutanya
masih mengikuti kaidah atau pola urutan yang dibenarkan oleh kaidah bahasa Indonesia.
Predikat berupa kata kerja aktif transitif harus selalu diikuti dengan obyek. Lain halnya dengan
kalimat 5), 6), 7), dan 8) predikat aktif transitif diikuti dengan obyek dan keterangan
Perubahan struktur sebuah kalimat dapat dilakukahn dalam batas-batas tertentu tanpa
melanggar atau merusak satuan-satuan fungsionalnya. Satuan fungsional (S), (P), maupun (K)
harus tetap sekelompok. Perlu kita ingat, bahwa struktur fungsional yang dibenarkan dalam
bahasa Indonesia hanyalah S/P/O/K, K/S/P/O, S/K/P/O, P/S, atau P/O/S. selain ini semua pola
lain belunz dilazimkan atau tidak dibenarkan.
Perhatikan contoh berikut ini:
Diamenanampadidi sawah. (S/P/O/K).
Di sawahdiamenanampadi. (K/S/P/O).
Diadi sawahmenanampadi. (S/K/P/O).
Menanamdia. (P/O)
Menanampadidi sawah. (P/O/S/K)

B. Bentuk Kata
Dalam menyusun kalimat harus diperhatikan bentuk katayang terdapat dalam Bahasa
Indonesia. Bentuk kata dalam Bahasa Indonesia terdiri atas bentuk dasar/ kata dasar atau kata
turunan berupa kata berimbuhan, kata majemuk, dan kata berulang. Perbedaan bentuk kata
dalam kalimat dapat mengubah makna struktural kalimat.
Perhatikan bentuk-bentuk berikut:
baca, membaca, dan dibaca dalam kalimat:
Saya membaca buku itu.
Saya baca buku itu.
Buku itu saya baca.
Buku itu dibacanya.
Berjalan dan berjalan-jalan dalam kalimat:
Ia berjalan menelusuri pantai.
Banyak orang berjalan-jalan menelusuri pantai.
Duduk dan duduk-duduk dalam kalimat:
Ia duduk seorang diri.
Duduk-duduk saja sejak tadi.
Bandingkan pula bentuk berikut:
Ali memiliki tangga itu.
Ali menaikkan tangga itu.
Ali tulis surat.(kalimat tidak baku)
Ali menulis surat.(kalimat baku)

C. Intonasi Dan Tanda Baca


Intonasi dipakai atau dipergunakan dalam bahasa lisan, sedangkan dalam bahasa tulisan
menggunakan tanda baca. Intonasi dapat menandai batas satuan kalimat dan membedakan
makna struktural dalam rangkaian bunyi. Dengan intonasi kita dapat mengetahui apakah kita
menghadapi pertanyaan, perintah, larangan dan sebagainya. Unsur intonasi bekerja bersama-
sama dalam dalam mengeemukakan makna struktural sebuah kalimat. Dalam tulisan sistem
perbedaan diatas hanya dapat dinyatakan dengan kurang sempurna dengan berbagai tanda baca,
seperti huruf besar, huruf miring, tanda koma, tanda titik, tanda titik dua, tanda titik koma,
tanda kutip, tanda tanya, dan tanda lain-lain.
Bandingkan kalimat berikut:
Ibuguru saya akan berangkat ke luar negeri.
Ibu guru saya akan berangkat ke luar negeri.
Ibu guru saya akan berangkat ke luar negeri.
Anak-anak sudah bangun.
Anak-anak sudah bangun?
Anak-anak, bangun!

D. Kata-kata Tugas
Kata tugas merupakan suatu unsur yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat. Kata
tugas dapat menentukan makna kalimat secara struktural, karena adanya kata tugas dapat
melahirkan makna berbeda dengan kata yang tidak diberi kata tugas.
Kata tugas dalam bahasa Indonesia jumlahnya terbatas dan pada umumnya tidak dapat diberi
imbuhan, tidak bermakna laksikal, dan tidak bertambah jumlah anggotanya. Kata tugas
mengungkapkan bermacam-macam hubungan makna antara lain hubungan penugasan,
pembatasan, pemillihan, persyaratan, perlawanan dan lain-lain. Kata tugas juga dapat menjadi
penanda jenis kata lain dan banyak berperan dalam proses penggabungan bagian-bagian
kalimat.
Kata-kata dalam bahasa indonesia dapat diklasifikasi atas kata benda (KB), kata kerja(KK),
kata sifat (KS), dan kata tugas. Jadi kata-kata yang tidak tergolong dalam KB, KK, KS, adalah
kata tugas, terdiri atas:
Kata tugas pengantar kata benda
Misalnya: di, pada, tentang dsb.
Kata tugas pengantar kata kerja.
Misalnya: akan, hendak, ingin dsb.
Kata tugas pengantar kata sifat.
Misalnya: amat, sangat, paling dsb.
Kata tugas pengantar transformasi.
Misalnya: dan, atau, lalu dsb.
kata tugas berupa partikel.
Misalnya: lah, kah, tah, dan pun.
Bandingkan: Saya pergi.
Saya akan pergi.
Udara sejuk.
Udara sangat sejuk.
Makan!
Makanlah!

2.3 Pola Kalimat Dasar


Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Pola kalimat ”verbal”. Terdiri dari : Kata Benda + Kata Kerja (KB + KK)
Contoh :
Adik menangis.
Anjing dipukul.
Guru mengajar
2. Pola kalimat ”atributif”. Terdiri dari : Kata benda + kata Sifat (KB + KS)
Contoh :
Murid itu pintar.
Anak malas.
Gunung tinggi.
3. Pola kalimat yang terdiri dari ; KB + KBil
contoh : Harga tas itu empat puluh ribu rupiah.
4. Pola kalimat yang terdiri dari : KB + (KD + KB)
contoh : Alya tinggal di Surabaya.
5. Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2
contoh : Dia memakan roti.
6. Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2 + KB3
contoh : Pak Huda membelikan saya buku.
7. Pola kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja bantu,
seperti: adalah, menjadi, merupakan. Terdiri dari : Kata benda I + Kata benda II (KB1 + KB2)
Contoh :
Mereka polisi.
Bapak pengarang.
Paman Guru.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-
pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
Catatan :
S = Subjek
P = Predikat
O = Objek
K = Keterangan
Pel. = Pelengkap
KB = Kata benda (nomina)
KK = Kata kerja (verba)
KS = Kata sifat (adjektiva)
K.Bil = Kata bilangan (numeralia)
FD = Frasa depan (frasa preposisi)
KD = Kata depan (preposisi)

2.4 Jenis Kalimat Menurut Pengucapannya


Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat
langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain
(orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa
kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
- Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
- “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian”.
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan
orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah
menjadi kalimat berita.
Contoh:
- Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
- Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.

2.5 Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya


Menurut strukturnya, kalimat dalam bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat
pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif, tidak setara
(subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan
dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat
dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat
dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang
sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat
yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang
dimaksud dengan pola kalimat dasar.
Contoh :
Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat
Ayah merokok. S-P
Adik minum susu. S-P-O
Ibu menyimpan uang di dalam laci. S-P-O-K
Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh: Saya siswa kelas VI.
2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh: Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-
unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali.
Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih. Perluasan kalimat tesebut
terdiri atas:
1. Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota.
2. Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu
kedua bulan ini.
3. Keterangan alat (dengan + kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu,
dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek.
4. Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya.
5. Keterangan cara (dengan + kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja,
selekas mungkin.
6. Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah.
7. Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka.
8. Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
9. Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima Sepatu
Emas, David Beckham.
10. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
Contoh perluasan kalimat tunggal adalah:
1. Victoria akan bernyanyi di Las Vegas.
2. Masalahnya seribu satu yang belum terpecahkan.
3. Ika sangat rajin menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

B. Majemuk Majemuk Setara


Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara
dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
1. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata danatau sertajika kedua
kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara
penjumlahan.
Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.
Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh:
Direktur tenang
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
2. Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh
kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk
setara pertentangan.
Contoh:
Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei Darussalam
tergolong negara berkembang.
Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal
dalam kalimat majemuk setara pertentangan ialah kata sedangkandan melainkanseperti
kalimat berikut.
Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang Nusantara terletak di
Bandung.
Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.
3. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata laludan kemudianjika kejadian
yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:
Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan nama-
nama juara MTQ tingkat dewasa.
Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa
selamat.
4. Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata ataujika kalimat itu
menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau para
petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.
C. Kalimat Majemuk tidak Setara (bertingkat)
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku
kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan
yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke
dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab,
akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan
dalam anak kalimat.
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk
bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak
2. Sebab: karena, oleh karenaitu, sebab, oleh sebab itu
3. Akibat: hingga, sehingga, maka
4. Syarat: jika, asalkan, apabila
5. Perlawanan: meskipun, walaupun
6. Pengandaian: andaikata, seandainya
7. Tujuan: agar, supaya, untukbiar
8. Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
9. Pembatasan: kecuali, selain
10. Alat: dengan + kata benda: dengan tongkat
11. Kesertaan: dengan + orang
Contoh:
o Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat
mengacaukan data-data komputer itu.
Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
Contoh:
1. a. Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer. (tunggal)
c.Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih dapat
mengacaukan data-data komputer itu.
2. a. Para pemain sudah lelah
b. Para pemain boleh beristirahat.
c. Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
d. Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak
kalimat dan induk kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah
pertalian gagasan dengan hal-hal lain.

Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini.


Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika,
kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun,
bahwa, dan sebagainya.
D. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk tak setara (bertingkat) dan kalimat
majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk tak setara
(bertingkat).
Misalnya:
1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
2.6 Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retorikanya)
Tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang disusunnya benar, juga gaya
penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang
disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan
pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya
jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi
kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-keterangan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak
kalimat.
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-
induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).
A. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti
oleh unsur tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas.
Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini
tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a. Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar
kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
B. Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk
kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami
kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat
itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu
yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang
konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
a. Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b. Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara
Prancis itu dibebaskan juga.
C. Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya
penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan
kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1. Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2. Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat
beribadat dengan leluasa

Ketiga gaya penyampaian tadi terdapat pada kalimat majemuk. Adapun kalimat pada
umumnya dapat divariasikan menjadi kalimat yang panjang-pendek, aktif-pasif, inversi, dan
pengedepanan keterangan.

2.7 Jenis Kalimat Menurut Fungsinya


Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat
pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam
bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita
berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh
bermacam-macam tanda baca.
A. Kalimat Pernyataan / Berita(Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada
waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi
menurun; tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif
1. Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2. Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang memuaskan
tentang bisnis komdominium di kotakota besar.
Macam-macam kalimat pernyataan / berita:
a. Kalimat berita kepastian
Contoh: Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
b. Kalimat berita pengingkaran
Contoh: Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
c. Kalimat berita kesangsian
d. Contoh: Bapak mungkin akan tiba besok pagi
e. Kalimat berita bentuk lainnya
Contoh: Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban)
yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering
menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
1. Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
2. Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif
1. Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati?
2. Mengapa tidak semua fakir miskin di negara kita dapat dijamin penghidupannya oleh
nefara?
C. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat
sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
1. Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
2. Tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya.
Negatif
1. Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
2. Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat kita jika sudah tergolong orang mampu.
Macam-macam kalimat perintah:
A. Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh: Gantilah bajumu!
B. Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh Jangan membuang sampah sembarangan!
C. Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh: Tolong temani nenekmu di rumah!
D. Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau
yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan
dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif
1. Bukan main, cantiknya.
2. Nah, ini dia yang kita tunggu.
Negatif
1. Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
2. Wah, target KONI di Asian Games XIII tahun 1998 di Bangkok tidak tercapai.
2.8 Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Unsurnya
Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subjek dan
satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap.
Contoh :
- Mahasiswaberdiskusidi dalam kelas.
S P K
- Ibumengenakankaos hijau dan celana hitam.
S P O
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subjek
saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya
berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan
kekaguman.
Contoh:
- Selamat sore
- Silakan Masuk!
- Kapan menikah?
- Hei, Kawan…

2.9 Berdasarkan Susunan S-P


Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa
tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk
menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua.
Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:
-Ambilkankoran di atas kursi itu!
P S
- Sepakatkamiuntuk berkumpul di taman kota.
S P K
2. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola
kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian inidilakukanmerekasejak 2 bulan yang lalu.
S P O K
- Aku dan diabertemudi cafe ini.
S P K
2.10 Jenis-jenis Kalimat Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat
berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya
pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
- Mereka akan berangkat besok pagi.
- Kakak membantu ibu di dapur.
Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.1 Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat
pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh: Enimencucipiring.
S P O1
1.2 Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita (O1).
Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti
dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
- Merekaberangkatminggu depan.
S P K
- Amelmenangis tersedu-sedudi kamar.
S P K
1.3 Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif karena disertai oleh pelengkap bukan
objek.
Contoh:
- Diankehilanganpensil.
S P Pel.
- Soniselalu mengendaraisepeda motorke kampus.
S P Pel K
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan
oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.1 Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini
berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:
- PiringdicuciEni.
S P O2

2.2 Kalimat Pasif Zero


Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2
tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi
penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata
kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.
Contoh:
- Kupukuladik.
O2 P S
- Akan sayasampaikanpesanmu.
O2 P S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif:
1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan di-.
3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh:
4. Bapak memancing ikan. (aktif)
5. Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
6. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus,
kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh:
7. Aku harus mengerjakan PR. (aktif)
8. PR harus kukerjakan. (pasif)

2.11 Kalimat Efektif


Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran
pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin.

Kalimat efektif dituntut oleh empat ketepatan yakni


1. Ketepatan pilihan kata
2. Ketepatan bentuk kata
3. Ketepatan pola kalimat
4. Ketepatan makna kalimat
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesatuan gagasan, kesejajaran,
kehematan, penekanan, kelogisan.
1. Kesatuan Gagasan
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta
membentuk kesaruan tunggal. Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat
membantu keselamatan umum. Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung
subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa
unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus
dihilangkan)
2. Kesejajaran
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja
berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu
menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat
pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3. Kehematan
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih.
Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat. Bunga-bunga
mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan
melati terkandung makna bunga. Kalimat yang benar adalah: Mawar,anyelir, dan melati sangat
disukainya.
4. Penekanan
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
A. Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan
Bagian yang Penting didepan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun,
dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?

B. Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.


Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan
anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling
memahami antara satu dan lainnya.
C. Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan
makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan
Menyeluruh.
5. Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat
harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan. Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena
waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus
diubah misalnya ; Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
pikiran yang utuh. Minimal tersusun dari subjek dan predikat.
2. Ada empat hal pokok yang menjadi perhatian dalam pembetukan kalimat, yang disebut alat-
alat kalimat. Yaitu : a) pola urutan kata, b) bentuk kata, c) intonasi dan tanda baca, dan d) kata-
kata tugas.
3. Ada tujuh pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia, yaitu :
a. Pola kalimat ”verbal”. Terdiri dari : Kata Benda + Kata Kerja,
b. Pola kalimat ”atributif”. Terdiri dari : Kata benda + kata Sifat,
c. Pola kalimat yang terdiri dari ; KB + KBil ,
d. Pola kalimat yang terdiri dari : KB + (KD + KB),
e. Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2,
f. Pola kalimat yang terdiri dari : KB1 + KK + KB2 + KB3, dan
g. Pola kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Terdiri dari : Kata benda I + Kata benda
II (KB1 + KB2).
4. Kalimat dapat dibedakan berdasarkan pengucapan, struktur gramatikal, bentuk gaya(retorika),
fungsi, unsur, susunan S-P,danberdasarkan subjeknya.
5. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran
pembicara atau penulis.
6. Kalimat efektif dituntut oleh empat ketepatan yakni : a). Ketepatan pilihan kata, b) Ketepatan
bentuk kata, c) Ketepatan pola kalimat, dan d) Ketepatan makna kalimat.
7. Kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesatuan gagasan, kesejajaran, kehematan,
penekanan, dan kelogisan.
Makalah ini tentunya belum mencakup semua pembahasan mengenai tata kalimat dalam
bahasa Indonesia, oleh karena itu untuk melengkapinya perlu ditunjang dengan membaca dan
mempelajari tentang tata kalimat dalam bahasa Indonesia dari berbagai buku-buku yang membahas
tentang tata kalimat.

Anda mungkin juga menyukai