Anda di halaman 1dari 19

MINI RESEARCH

Language Acquisition on Sundanese Language as the First Language Acquisition: Case


study of Five Years Old Child

Lecturer:

Gigin Ginanjar Sapari, M.Pd

Written by
Fikka Aqillah Aprilia
21182100123

English Department
Faculty of Teacher Training and Education
Universitas Mandiri Subang
2023
Daftar isi

Daftar isi..................................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar belakang...............................................................................................2
B. Rumusan masalah.........................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat penelitian.....................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................4
A. Pengertian Language Acquisition / Pemerolehan bahasa.............................4
B. Faktor yang memengaruhi pemerolehan Bahasa..........................................5
C. Fase pemerolehan Bahasa pada anak...............................................................6
BAB III..................................................................................................................10
METODE PELAKSANAAN..............................................................................10
A. Jenis penelitian............................................................................................10
B. Lokasi penelitian.........................................................................................10
C. Waktu penelitian.........................................................................................11
D. Teknik pengumpulan data...........................................................................11
BAB IV..................................................................................................................12
HASIL PENELITIAN.........................................................................................12
Gambaran umum lokasi penelitian.....................................................................12
a. Deskripsi Temuan....................................................................................12
b. Pembahasan hasil penelitian....................................................................14
BAB V....................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
Kesimpulan.........................................................................................................15

1
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses akuisisi bahasa pada


seorang anak usia 5 tahun dalam konteks lingkungan keluarga. Metode penelitian
yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan teknik
wawancara dan observasi. Subjek penelitian adalah seorang anak perempuan
berusia 5 tahun yang tumbuh dalam keluarga dengan bahasa yang digunakan
secara dominan adalah bahasa sunda. Data dikumpulkan melalui wawancara
dengan anak untuk memperoleh pemahaman tentang perkembangan bahasa anak,
lingkungan bahasa di rumah, dan interaksi sehari-hari. Selain itu, observasi
dilakukan selama kegiatan sehari-hari anak di rumah dan interaksi dengan anggota
keluarga lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak ini sedang
mengalami proses akuisisi bahasa yang penting pada usia 5 tahun. Dalam
wawancara, anak sudah mampu menggunakan bahasa sunda dengan baik dan
memahami kosa kata yang umum digunakan dalam percakapan sehari-hari. Anak
juga menunjukkan kemampuan dalam membangun kalimat yang lebih kompleks
dan mengungkapkan ide-ide dengan lebih jelas. Observasi juga mengungkapkan
bahwa anak ini aktif berkomunikasi dengan anggota keluarga dan menggunakan
bahasa untuk berinteraksi dalam berbagai situasi. Dia menggunakan bahasa untuk
menggambarkan pengalaman, mengungkapkan keinginan, dan menjalin hubungan
sosial dengan orang lain.

Kata kunci : Akuisi bahasa, Keluarga

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bahasa merupakan salah satu budaya manusia yang sangat tinggi nilainya
karena dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan
masyarakat sekitar. Dengan bahasa pula manusia memungkinkan dapat
berkembang dan mengabstrasikan berbagai gejala yang muncul di sekitarnya.
Bahasa merupakan bagian sentral dalam kehidupan manusia. Manusia
menggunakan bahasa untuk berbagai segi dalam kehidupannya. Ketika dilahirkan
ke dunia, manusia sudah dilengkapi dengan alat pemerolehan bahasa yang disebut
LAD (Language Acquisition Device (LAD). Dengan LAD, manusia mampu
untuk mengembangkan bahasa yang akan mereka gunakan seumur hidupnya.
Penggunaan bahasa ini tidak terlepas dari proses pemerolehan bahasa.
Pemerolehan bahasa dapat diartikan sebagai periode seseorang memperoleh
bahasa atau kosakata baru. Periode pemerolehan bahasa tersebut terjadi dimulai
dari a dilahirkan hingga dewasa yang banyak ditentukan oleh interaksi rumit
antara aspek-aspek kematangan biologis, kognitif, dan sosial.
Menurut Klein (Mulyani&Haryanti:2019) terdapat tiga komponen yang
menentukan proses pemerolehan bahasa, yaitu kecenderungan, kemampuan
berbahasa, dan jalan masuk pemerolehan. Ditinjau dari segi urutan terdapat dua
urutan pemerolehan bahasa yaitu pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua.
Bahasa yang diperoleh individu dari lahir dikenal sebagai bahasa ibu atau bahasa
pertama (B1) yang mereka dapat dan mereka gunakan dalam kehidupannya.
Dilanjutkan dengan bahasa kedua (B2), bahasa kedua adalah bahasa lain yang
diperoleh dan dipelajari oleh seorang individu tersebut entah satu bahasa, dua
bahasa, ataupun lebih dari itu.

3
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Language Acquisiton?
2. Faktor apa saja yang memengaruhi pemerolehan bahasa?
3. Bagaimana fase pemerolehan bahasa pada anak?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Tujuan penelitian :

1. Untuk mengetahui pengertian Language Acquisition.


2. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi pemerolehan bahasa.
3. Untuk mengetahui fase pemerolehan bahasa pada anak.

Manfaat penelitian :

1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
pemerolehan bahasa pertama pada anak usia 5 tahun, serta juga diharapkan
sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis dipelajari di
bangku perkuliahan.

2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis penelitian ini diharapkan menjadi sarana yang bermanfaat dalam
mengimplementasikan pengetahuan penulis tentang pemerolehan bahasa pertama
atau language acquisition.
b. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pemerolehan bahasa, bagi yang ingin melanjutkan penelitian ini. 

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Language Acquisition / Pemerolehan bahasa


Secara umum bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Hubungan individu
yang satu dan individu yang lain tidak dapat dipisahkan dari bahasa sebagai alat
komunikasi. Atas dasar itulah bahasa hidup dan berkembang dengan segala
fungsinya (Sudaryanto, 1990:5). Meilan, A (2014) menjelaskan bahwa
pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu
anak mempelajari bahasa kedua, setelah ia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi,
pemerolehan bahasa berkenaan dengan Bahasa yang pertama, sedangkan
pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua.
Frase pemerolehan bahasa terbentuk dari kata "pemerolehan" dan kata "bahasa".
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pemerolehan bermakna proses,
cara, perbuatan memperoleh. Kata memperoleh tersebut di dalam KBBI bermakna
mencapat (mencapai dst) sesuatu dengan usaha. Dengan demikian maka
pemerolehan bermakna proses, cara, perbuatan mendapat sesuatu dengan usaha.
Pemerolehan bahasa (bahasa Inggris: language) adalah suatu proses yang
digunakan oleh anak-anak untuk menguasai, mengerti dan memproduksi bahasa yang
mereka dengar di sekeliling mereka tanpa disengaja ataupun tanpa perintah. Kapasitas
ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang
luas. Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau
manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada
pemerolehan  bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa
ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan
bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa.
Jadi, pemerolehan bahasa merupakan proses anak mendapat kemampuan
untuk menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman
komunikasi berkenaan dengan bahasa pertama. Tidak ada makhluk lain yang
mempunyai sesuatu seperti kemampuan-kemampuan komunikatif sebagai insan
manusia. Deskripsi ini ditunjang oleh kenyataan bahwa anak-anak

5
memperlihatkan suatu keseragaman dalam perkembangan linguistik mereka, yang
melalui sejumlah tahap pada usia-usia yang dapat diramalkan.
B. Faktor yang memengaruhi pemerolehan Bahasa
1. lingkungan rumah. Anak dalam kesehariannya menghabiskan setengah
harinya untuk melakukan aktivitas di rumah dan setengah harinya lagi
melakukan aktivitas di lingkungan, baik itu lingkungan bermain maupun
lingkungan sekolahnya. Selama anak beraktivitas di rumah, anak tersebut
berada di dalam lingkungan rumah dan menjadi tugas utama orang tua
untuk berperan aktif dalam setiap aktivitas yang anak lakukan. Otto (2015)
menyebutkan bahwa interaksi orang tua dengan anak-anak dan konteks
pembelajaran yang dibuat di rumah dapat meningkatkan kemampuan
pemerolehan bahasa pada anak.
2. lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah menjadi lingkungan tempat
pemerolehan pengetahuan sekaligus pendidikan bagi anak. Di lingkungan
sekolah anak diajak untuk mengenal berbagai macam pengetahuan yang
ada di dunia, baik melalui lisan maupun tulisan. Anak akan lebih dapat
berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekolah, baik antara anak dan
guru, anak dan teman-temannya, anak dan orang tua, maupun anak dan
orang tua teman-temannya. Proses interaksi ini dianggap penting bagi
pemerolehan bahasa pada anak. Otto (2015) menyebutkan bahwa interaksi
anak terhadap lingkungan sosialnya dapat meningkatkan kemampuan awal
membaca dan menulis. Dalam hal ini, Otto menganalogikannya dengan
proses ketika guru membacakan sebuah cerita kepada anak. Saat bercerita,
guru menggunakan bahasa sebagai media untuk menggambarkan benda
atau peristiwa yang ada di dalam cerita. Hal ini dapat merangsang anak
untuk meningkatkan kemampuan bahasa reseptifnya.
3. lingkungan bermain. Lingkungan bermain adalah lingkungan yang
digunakan anak untuk menghabiskan sebagian harinya pada satu
kelompok bersama dengan anak-anak seusianya. Situasi dan kondisi
lingkungan bermain beragam dan yang paling terlihat adalah jenis
interaksi yang terjadi. Di lingkungan ini anak-anak didorong, baik secara
langsung maupun tidak langsung, untuk terlibat dalam percakapan dengan

6
orang lain. Hal ini dapat mempercepat perkembangan bahasa pada anak.
Lingkungan bermain menjadi salah satu lingkungan yang dapat
meningkatkan kemampuan pemerolehan bahasa dengan sangat signifikan.
Hal ini terjadi karena di lingkungan bermain anak akan dihadapkan pada
suatu permasalahan yang menuntut anak untuk memecahkan masalahnya
sendiri (problem solving). Otto (2015) mengungkapkan bahwa
kemampuan anak dalam bercakap akan makin meningkat di lingkungan
bermain yang menyediakan kesempatan untuk percakapan spontan
antaranak. Makin sering anak bercakap maka makin banyak pula kosakata
yang akan anak dapat dari percakapan tersebut.

C. Fase pemerolehan Bahasa pada anak


M. Schaerleakens (1977) membagi fase-fase perkembangan bahasa anak
dalam empat periode. Perbedaan fase-fase ini berdasrkana pada cirri-ciri tertentu
yang khas pada setiap periode. Adapun periode-periode tersebut sebagai berikut:
 Periode Prelingual (usia 0 - 1 tahun)
Disebut demikian karena anak belum dapat mengucapkan ‘bahasa ucapan’
seperti yang diucapkan orang dewasa, dalam arti belum mengikuti aturan-
aturan bahasa yang berlaku. Pada periode ini anak mempunyai bahasa
sendiri, misalnya mengoceh sebagai ganti komunikasi dengan orang lain.
Contohnya baba,mama, tata, ayng mungkin merupakan reaksi terhadap
situasi tertentu atau orang tertentu sebagai awal suatu simbolisasi karena
kematangan proses mental pada usia 9-10 bulan.
Pada periode ini, perkembangan yang menyolok adalah perkembangan
comprehension, artinya penggunaan bahasa secara pasif. Misalnya anak
mulai bereaksi terhadap pembicaraan orang dengan melihat kepada
pembicara dan memberikan reaksi yang berbeda terhadap suara yang
ramah, yang lembut, dan yang kasar.
 Periode Lingual Dini (1 - 2,5 tahun)
Pada periode ini anak mulai mengucapkan perkataannya yang pertama,
meskipun belum lengkap. Misalnya: atia (sakit), agi (lagi), itut (ikut), atoh
(jatuh). Pada masa ini beberapa kombinasi huruf masih sukar diucapkan,

7
juga beberapa huruf masih sukar untuk diucapkan seperti r, s, k, j, dan t.
pertambahan kemahiran berbahasa pada periode ini sangat cepat dan dapat
dibagi dalam tiga periode, yaitu:
1. Periode kalimat satu kata ( holophrare)
Menurut aturan tata bahasa, kalimat satu kata bukanlah suatu
kalimat, karena hanya terdiri dari satu kata, tetapi para ahli peneliti
perkembangan bahasa anak beranggapan bahwa kata-kata pertama
yang diucapkan oleh anak itu mempunyai arti lebih dari hanya
sekedar suatu ‘kata’ karena kata itu merupakan ekspresi dari ide-
ide yang kompleks, yang pada orang deawasa akan dinyatakan
dalam kalimat yang lengkap.
Contohnya: ucapan “ibu” dapat berarti: ibu kesini! Ibu kemana?
Ibu tolong saya!
Pada umunya, kata pertama ini dipergunakan untuk member
komentar terhadap obyek atau kejadian di dalam lingkungannya.
Dapa berupa perintah, pemberitahuan, penolakan, pertanyaan, dll.
Bagaimana menginterpretasikan kata pertama ini tergantung pada
konteks waktubkata tersebut di ucapkan, sehingga untuk dapat
mengerti apa maksud si anak dengan kata tersebut kita harus
melohat atau mengobservasi apa yang sedang dikerjakan anak pada
waktu itu. Intonasi juga sangat membantu untuk mempermudah
menginterpretasikan apakah si anak bertana, member tahu, atau
memerintah.
2. Periode kalimat dua kata
Dengan bertambahnya perbendaharaan kata yang diperolah dari
lingkungan dan juga karena perkembangan kognitif serta fungsi-
fungsi lain pada anak, maka terbentuklah pada periode ini kalimat
yang terdiri dari dua kata.
Pada umunya, kalimat kedua muncul pertama kali tatkala seorang
anak mulai mengerti suatu tema dan mencoba untuk
mengekspresikannya. Hal ini terjadi pada sekitar usia 18 bulan,
dimana anak menentukan bahwa kombinasi dua kata tersebut

8
mempunyai hubungan tertentu yang mempunya makna berbeda-
beda, misalnya makna kepunyaan (baju ibu), makna sifat (hidung
pesek), dan lain sebagainya.
3. Kalimat lebih dari dua kata
Kalau ada lebih dari dua kata di bidang morfologi belum terlihat
perkembangan yang nyata, maka pada periode kalimat lebih dari
dua kata sudah terlihat kemampuan anak di bidang morfologi.
Keterampilan membentuk kalimat bertambah, terlihat dari
panjangnay kalimat, kalimat tiga kata, kalaimat empat kata, dan
seterusnya. Pada periode ini penggunaan nahasa tidak bersifat
egosentris lagi, melainkan anak sudah mempergunakan untuk
komunikasi dengan orang lain, sehingga mulailah terjadi suatu
hubungan yang sesungguhnya antara anak dengan orang dewasa.
 Periode Diferensiasi (usia 2,5 - 5 tahun)
Yang menyolok pada periode ini adalah keterampilan anak dalam
mengadakan diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan kalimat-
kalimat. Secara garis besar ciri umum perkembangan bahasa pada
periode ini adalah sebagai berikut:
-       Pada akhir periode secara garis besar anak telah menguasai
bahasa ibunya, artinya hukum-hukum tatabahasa yang pokok dari
orang dewasa telah dikuasai.
-       Perkembangan fonologi boleh dikatakan telah berakhir.
Mungkin masih ada kesukaran pengucapan konsonan yang
majemuk dan sedikit kompleks.
-       Perbendaharaan kata sedikit demi sedikit mulai
berkembang.Kata benda dan karta kerja mulai lebih terdiferensiasi
dalam pemakaiannya, hal ini ditandai dengan penggunaan kata
depan, kata gati dank at kerja bantu.
-       Fungsi bahasa untuk komunikasi benar-benar mulai berfungsi.
Persepsi anak dan pengalamannya tentang dunia luar mulai ingin
dibaginya dengan orang lain, dengan cara memberikan kritik,
bertanya, menyuruh, membri tahu dan lain-lain.

9
-       Mulai terjadi perkembangan di bidang morfologi, ditandai
dengan munculnya kata jamak, perubahan akhiran, perubahan kata
karja, dan lain-lain.

 Perkembangan bahas sesudah usia 5 tahun


Dalam periode ini ada anak dianggap telah menguasai struktur
sintaksis dalam bahasa pertamanya, sehingga ia dapat membuat
kalimat lengkap. Jadi sudah tidak terlalu banyak masalah. Menurut
Piaget, pada periode ini perkembangan anak di bidang kognisi
masih berkembang terus sampai usia 14 tahun, sedangkan peranan
kognisi sangat besar dalam penggunaan bahasa. Dengan masih
terus berkembangnya kognisi, dengan sendirinya perkembangan
bahasa juga masih berkembang.

10
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Jenis penelitian
Menurut (Sugiyono:2012) Pengertian metode penelitian adalah sebagai
berikut:
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat
dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan dan ditemukan
pengetahuan, teori, untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia (Sugiyono:
2012).

Penelitian in menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode


deskriptif. Alasan menggunakan metode ini karena peneliti ingin meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan
untuk membuat deskripsi, gambaran tau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena
yang diselidiki. (Moh. Nazir:2009)
Peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif karena
sesuai dengan kebutuhan penelitian ini, dimana penelitian in menuturkan
dan mendeskripsikan data tentang proses yang telah berlangsung.

B. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah responden sendiri yang beralamat
di Jalan Sompi RT/RW 19/04 Kel. Cigadung Kec. Subang.

C. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu satu hari tepatnya pada hari
Kamis 15 Juni 2023, penelitian ini dilakukan pada jam 17.00-21.00

11
D. Teknik pengumpulan data
Secara umum, pengumpulan data adalah langkah yang strategis
dalam penelitian yang disebabkan karena tujuan utama dari penelitian
adalah untuk mendapatkan data untuk memenuhi standar yang sudah
ditetapkan dalam menjawab rumusan permasalahan yang diungkapkan di
dalam penelitian. 
Menurut (Sugiyono,2015) Teknik pengumpulan data merupakan
Langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui tehnik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapat data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat
dilakukan dalan berbagai setting, sumber dan cara.
Adapun metode pemgumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Metode observasi
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian (Sutrisno Hadi. 2004). Metode ini
digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
perolehan Bahasa pada anak usia 5 tahun.
2. Metode wawancara
Metode interview (wawancara) adalah bentuk komunikasi
antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin
memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan
tertentu (Dedy Mulyana:2001). Dalam penelitian ini
digunakan juga metode wawancara untuk mengetahui
apakah responden sudah dapat menjawab pertanyaan
dengan baik atau belum.

12
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Gambaran umum lokasi penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di rumah responden langsung yang
bertempat di,

Alamat : Jalan sompi


Kelurahan : Cigadung
Kecamatan : Subang
Kabupaten : Subang
Provinsi : Jawa Barat

a. Deskripsi Temuan
Pengaruh lingkungan sekitar dapat menjadi faktor utama anak
dalam menghasilkan Bahasa ibu mereka. Seperti yang terjadi pada
responden yang menggunakan Bahasa sunda sebagai Bahasa sehari hari.
Berdasarkan hasil wawancara dam observasi di lapangan ditemukan
beberapa faktor yang mempengaruhi dan mendorong responden
menggunakan Bahasa sunda, yang pertama faktor dari lingkungan
keluarga. Responden tinggal Bersama kedua orang tuanya yang dimana
ayah dan ibunya berasal dari suku sunda dan menggunakan Bahasa sunda
sebagai Bahasa sehari hari. Selain itu responden pun sering berkunjung ke
rumah saudara nya yang sama halnya menggunakan Bahasa sunda sebagai
Bahasa sehari hari. Faktor yang kedua adalah lingkungan sekolah
responden, tetapi setelah diwawancarai mayoritas teman sekolah
responden menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Hanya
sebagian yang menggunakan Bahasa Sunda.
Dari data yang didapatkan faktor pendorong yang paling utama
adalah keluarga yang menggunakan Bahasa Sunda sehingga responden
pun menggunakan Bahasa Sunda. Dari penjelasan mengenai faktor
keluarga sebagai pendorong utama akan ditampilkan data dalam tabel di
bawah ini.

13
Tabel 1.1 Data asal keluarga responden
Status dalam Asal Bahasa pertama
keluarga
Ayah Subang Sunda
Ibu Subang Sunda
Nenek Subang Sunda
Kakek Garut Sunda

Sumber : Hasil olah data peneliti

Adapun perkembangan Bahasa Sunda responden terbilang sudah


cukup menguasai dan responden pun sudah mampu memahami apabila
seseorang mengajak untuk berkomunikasi. Responden pun sudah mengerti
cara penggunaan “punten” (permisi), Selain itu responden sudah dapat
mengajukan pertanyaan seperti,

“teh, mamih kamana?” (kak, mamih kemana?),


“eta saha teh anu nelpon?” (itu siapa kak yang menelpon?)
“teh, itu naon?” (kak, ini apa?)
“ieu kumaha cara Makena?” (bagaimana ini cara pakenya?)
Adapun peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada
responden, seperti :
“de, namina saha?” (de, Namanya siapa)
“Sakhia” (Sakhia)
“ai dede umurna sabaraha taun? (dede umurnya berapa tahun?)
“5 taun” (5 tahun)
Dari percakapan di atas dapat disimpulkan bahwa responden sudah
menguasai Bahasa sunda dan mempraktekannya dengan baik karena
komunikasi berlangsung dengan baik tanpa adanya kendala.

b. Pembahasan hasil penelitian


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahasa pertama dapat
diperoleh berdasarkan lingkungan sekitar, lingkungan rumah merupakan
pelopor utama dalam menghasilkan bahasa pertama atau bahasa ibu pada
anak, semakin sering orang tua mengajak anak berkomunikasi, semakin
meningkat juga kosa kata pada anak. Hal ini dijelaskan oleh Teori

14
behaviorisme yang dipelopori oleh B.F.Skinner (1957). Pandangan ini
menekankan bahwa proses penguasaan bahasa (pertama) dikendalikan dari
luar, yaitu oleh stimulus melalui lingkungan (Chaer, 2009:223).
Menurut aliran behaviorisme, pemerolehan bahasa itu bersifat nurture,
yakni pemerolehan ditentukan oleh alam lingkungan. 
Dalam penelitian ini hipotesis menyatakan bahwa pemerolehan
bahasa pada anak usia 5 tahun sudah mampu menguasai banyak kosa kata.
Untuk menguji hipotesis ini dilakukan wawancara yang kemudian
diperoleh hasil bahwa perkembangan bahasa pada responden cukup baik.
Responden memiliki kosa kata yang luas. Dia mengenali dan
menggunakan berbagai jenis kata. Dia pun mampu mengidentifikasi dan
menyebutkan nama objek, hewan, warna, dan angka. Selain itu, responden
memiliki keterampilan bercerita yang baik. Dia mampu menggambarkan
pengalaman pribadinya dengan detail. Misalnya, dia dapat menceritakan
perjalanan bermainnya Bersama teman teman dengan menjelaskan
kegiatan, tempat yang dikunjungi, dan hal-hal yang dia sukai.
Menurut Arifuddin tahap pemerolehan bahasa dibagi menjadi
empat tahap, yaitu praujaran, meraban, tahap satu kata, dan tahap
penggabungan kata, Adapun tahan penggabungan kata berlangsung ketika
anak berusia 3-5 tahun atau bahkan sampai mulai bersekolah. Pada usia 3-
4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tata bahasanya lebih teratur.
Dia tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga kata atau lebih.
Pada umur 5-6 tahun, bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa.

15
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Bahasa merupakan alat komunikasi yang diperoleh manusia sejak lahir.


Penguasaan sebuah bahasa oleh seorang anak dimulai dengan perolehan bahasa
pertama yang sering kali disebut bahasa ibu. Pemerolehan bahasa merupakan sebuah
proses yang sangat panjang sejak anak belum mengenal sebuah bahasa sampai fasih
berbahasa. Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di
dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Adapun Akuisi bahasa anak umur 5 tahun secara umum berkembang sesuai
dengan tahap perkembangan normalnya. Perlu dicatat bahwa setiap anak
berkembang dengan kecepatan yang berbeda, dan ada variasi individu dalam
proses akuisisi bahasa. Selain itu lingkungan sekitar perlu diperhatikan agar
proses pemerolehan bahasa pada anak dapat perkembang dengan baik.

Saran

Libatkan anak dalam kegiatan kreatif seperti melukis, membuat kerajinan


tangan, atau menyanyi. Aktivitas ini dapat merangsang imajinasi mereka,
mengembangkan kosakata, dan memperbaiki kemampuan bicara.

16
Daftar Pustaka

Putri Atika Azlin. (2012). Studi Tentang Kemampuan Berbicara Anak Usia 4-5
Tahun di TK Pertiwi Dwp Setda Provinsi Riau. Diakses dari 1169-
Research Results-2119-1-10-20180502.pdf

Aucintia Agnes Romora Br. Manik, dkk. PEMORELAHAN BAHASA PADA


ANAK USIA 5 TAHUN: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK. Diakses dari
21070-47231-1-SM.pdf

Maisarah, Agus Syahrani, Mellisa Jupitasari. PEMEROLEHAN BAHASA


INDONESIA ANAK USIA 5—6 TAHUN STUDI KASUS
MUHAMMAD RAGIL SATRIA PUTRA AGUNG DALAM KAJIAN
PSIKOLINGUISTIK. Diakses dari 52933-75676656438-1-SM.pdf

Umi Khomsiyatun Dan Mukhamad Hamid Samiaji. (2022, November 22).


Membaca Proses Pemerolehan Bahasa Anak. Diakses dari
https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/artikel-detail/3692/membaca-proses-
pemerolehan-bahasa-anak#:~:text=Pemerolehan%20bahasa%20pada
%20anak%20dapat%20dipengaruhi%20oleh%20beberapa%20faktor%2C
%20baik,memberikan%20dampak%20tersendiri%20bagi%20anak

Muh. Rijalul Akbar (2019, Juni 14). Teori pemerolehan bahasa anak
(pengertian dan jenisnya)/ Diakses dari
https://www.rijalakbar.id/2019/06/teori-pemerolehan-bahasa-
anak.html#:~:text=Teori%20pemerolehan%20bahasa%20pada
%20anak,nativisme%2C%20kognitivisme%2C%20dan
%20interaksionisme.&text=Teori%20behaviorisme%20menyoroti
%20aspek%20perilaku,)%20dan%20reaksi%20(response)

Lampiran

17
Biodata responden

Nama :
Sakhia Nur Afifah

Tempat, tanggal lahir : Subang, 30 April 2018

18

Anda mungkin juga menyukai