Lecturer:
Written by
Fikka Aqillah Aprilia
21182100123
English Department
Faculty of Teacher Training and Education
Universitas Mandiri Subang
2023
Daftar isi
Daftar isi..................................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar belakang...............................................................................................2
B. Rumusan masalah.........................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat penelitian.....................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................4
A. Pengertian Language Acquisition / Pemerolehan bahasa.............................4
B. Faktor yang memengaruhi pemerolehan Bahasa..........................................5
C. Fase pemerolehan Bahasa pada anak...............................................................6
BAB III..................................................................................................................10
METODE PELAKSANAAN..............................................................................10
A. Jenis penelitian............................................................................................10
B. Lokasi penelitian.........................................................................................10
C. Waktu penelitian.........................................................................................11
D. Teknik pengumpulan data...........................................................................11
BAB IV..................................................................................................................12
HASIL PENELITIAN.........................................................................................12
Gambaran umum lokasi penelitian.....................................................................12
a. Deskripsi Temuan....................................................................................12
b. Pembahasan hasil penelitian....................................................................14
BAB V....................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
Kesimpulan.........................................................................................................15
1
Abstrak
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahasa merupakan salah satu budaya manusia yang sangat tinggi nilainya
karena dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan
masyarakat sekitar. Dengan bahasa pula manusia memungkinkan dapat
berkembang dan mengabstrasikan berbagai gejala yang muncul di sekitarnya.
Bahasa merupakan bagian sentral dalam kehidupan manusia. Manusia
menggunakan bahasa untuk berbagai segi dalam kehidupannya. Ketika dilahirkan
ke dunia, manusia sudah dilengkapi dengan alat pemerolehan bahasa yang disebut
LAD (Language Acquisition Device (LAD). Dengan LAD, manusia mampu
untuk mengembangkan bahasa yang akan mereka gunakan seumur hidupnya.
Penggunaan bahasa ini tidak terlepas dari proses pemerolehan bahasa.
Pemerolehan bahasa dapat diartikan sebagai periode seseorang memperoleh
bahasa atau kosakata baru. Periode pemerolehan bahasa tersebut terjadi dimulai
dari a dilahirkan hingga dewasa yang banyak ditentukan oleh interaksi rumit
antara aspek-aspek kematangan biologis, kognitif, dan sosial.
Menurut Klein (Mulyani&Haryanti:2019) terdapat tiga komponen yang
menentukan proses pemerolehan bahasa, yaitu kecenderungan, kemampuan
berbahasa, dan jalan masuk pemerolehan. Ditinjau dari segi urutan terdapat dua
urutan pemerolehan bahasa yaitu pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua.
Bahasa yang diperoleh individu dari lahir dikenal sebagai bahasa ibu atau bahasa
pertama (B1) yang mereka dapat dan mereka gunakan dalam kehidupannya.
Dilanjutkan dengan bahasa kedua (B2), bahasa kedua adalah bahasa lain yang
diperoleh dan dipelajari oleh seorang individu tersebut entah satu bahasa, dua
bahasa, ataupun lebih dari itu.
3
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Language Acquisiton?
2. Faktor apa saja yang memengaruhi pemerolehan bahasa?
3. Bagaimana fase pemerolehan bahasa pada anak?
Tujuan penelitian :
Manfaat penelitian :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
pemerolehan bahasa pertama pada anak usia 5 tahun, serta juga diharapkan
sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis dipelajari di
bangku perkuliahan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi penulis penelitian ini diharapkan menjadi sarana yang bermanfaat dalam
mengimplementasikan pengetahuan penulis tentang pemerolehan bahasa pertama
atau language acquisition.
b. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pemerolehan bahasa, bagi yang ingin melanjutkan penelitian ini.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
5
memperlihatkan suatu keseragaman dalam perkembangan linguistik mereka, yang
melalui sejumlah tahap pada usia-usia yang dapat diramalkan.
B. Faktor yang memengaruhi pemerolehan Bahasa
1. lingkungan rumah. Anak dalam kesehariannya menghabiskan setengah
harinya untuk melakukan aktivitas di rumah dan setengah harinya lagi
melakukan aktivitas di lingkungan, baik itu lingkungan bermain maupun
lingkungan sekolahnya. Selama anak beraktivitas di rumah, anak tersebut
berada di dalam lingkungan rumah dan menjadi tugas utama orang tua
untuk berperan aktif dalam setiap aktivitas yang anak lakukan. Otto (2015)
menyebutkan bahwa interaksi orang tua dengan anak-anak dan konteks
pembelajaran yang dibuat di rumah dapat meningkatkan kemampuan
pemerolehan bahasa pada anak.
2. lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah menjadi lingkungan tempat
pemerolehan pengetahuan sekaligus pendidikan bagi anak. Di lingkungan
sekolah anak diajak untuk mengenal berbagai macam pengetahuan yang
ada di dunia, baik melalui lisan maupun tulisan. Anak akan lebih dapat
berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sekolah, baik antara anak dan
guru, anak dan teman-temannya, anak dan orang tua, maupun anak dan
orang tua teman-temannya. Proses interaksi ini dianggap penting bagi
pemerolehan bahasa pada anak. Otto (2015) menyebutkan bahwa interaksi
anak terhadap lingkungan sosialnya dapat meningkatkan kemampuan awal
membaca dan menulis. Dalam hal ini, Otto menganalogikannya dengan
proses ketika guru membacakan sebuah cerita kepada anak. Saat bercerita,
guru menggunakan bahasa sebagai media untuk menggambarkan benda
atau peristiwa yang ada di dalam cerita. Hal ini dapat merangsang anak
untuk meningkatkan kemampuan bahasa reseptifnya.
3. lingkungan bermain. Lingkungan bermain adalah lingkungan yang
digunakan anak untuk menghabiskan sebagian harinya pada satu
kelompok bersama dengan anak-anak seusianya. Situasi dan kondisi
lingkungan bermain beragam dan yang paling terlihat adalah jenis
interaksi yang terjadi. Di lingkungan ini anak-anak didorong, baik secara
langsung maupun tidak langsung, untuk terlibat dalam percakapan dengan
6
orang lain. Hal ini dapat mempercepat perkembangan bahasa pada anak.
Lingkungan bermain menjadi salah satu lingkungan yang dapat
meningkatkan kemampuan pemerolehan bahasa dengan sangat signifikan.
Hal ini terjadi karena di lingkungan bermain anak akan dihadapkan pada
suatu permasalahan yang menuntut anak untuk memecahkan masalahnya
sendiri (problem solving). Otto (2015) mengungkapkan bahwa
kemampuan anak dalam bercakap akan makin meningkat di lingkungan
bermain yang menyediakan kesempatan untuk percakapan spontan
antaranak. Makin sering anak bercakap maka makin banyak pula kosakata
yang akan anak dapat dari percakapan tersebut.
7
juga beberapa huruf masih sukar untuk diucapkan seperti r, s, k, j, dan t.
pertambahan kemahiran berbahasa pada periode ini sangat cepat dan dapat
dibagi dalam tiga periode, yaitu:
1. Periode kalimat satu kata ( holophrare)
Menurut aturan tata bahasa, kalimat satu kata bukanlah suatu
kalimat, karena hanya terdiri dari satu kata, tetapi para ahli peneliti
perkembangan bahasa anak beranggapan bahwa kata-kata pertama
yang diucapkan oleh anak itu mempunyai arti lebih dari hanya
sekedar suatu ‘kata’ karena kata itu merupakan ekspresi dari ide-
ide yang kompleks, yang pada orang deawasa akan dinyatakan
dalam kalimat yang lengkap.
Contohnya: ucapan “ibu” dapat berarti: ibu kesini! Ibu kemana?
Ibu tolong saya!
Pada umunya, kata pertama ini dipergunakan untuk member
komentar terhadap obyek atau kejadian di dalam lingkungannya.
Dapa berupa perintah, pemberitahuan, penolakan, pertanyaan, dll.
Bagaimana menginterpretasikan kata pertama ini tergantung pada
konteks waktubkata tersebut di ucapkan, sehingga untuk dapat
mengerti apa maksud si anak dengan kata tersebut kita harus
melohat atau mengobservasi apa yang sedang dikerjakan anak pada
waktu itu. Intonasi juga sangat membantu untuk mempermudah
menginterpretasikan apakah si anak bertana, member tahu, atau
memerintah.
2. Periode kalimat dua kata
Dengan bertambahnya perbendaharaan kata yang diperolah dari
lingkungan dan juga karena perkembangan kognitif serta fungsi-
fungsi lain pada anak, maka terbentuklah pada periode ini kalimat
yang terdiri dari dua kata.
Pada umunya, kalimat kedua muncul pertama kali tatkala seorang
anak mulai mengerti suatu tema dan mencoba untuk
mengekspresikannya. Hal ini terjadi pada sekitar usia 18 bulan,
dimana anak menentukan bahwa kombinasi dua kata tersebut
8
mempunyai hubungan tertentu yang mempunya makna berbeda-
beda, misalnya makna kepunyaan (baju ibu), makna sifat (hidung
pesek), dan lain sebagainya.
3. Kalimat lebih dari dua kata
Kalau ada lebih dari dua kata di bidang morfologi belum terlihat
perkembangan yang nyata, maka pada periode kalimat lebih dari
dua kata sudah terlihat kemampuan anak di bidang morfologi.
Keterampilan membentuk kalimat bertambah, terlihat dari
panjangnay kalimat, kalimat tiga kata, kalaimat empat kata, dan
seterusnya. Pada periode ini penggunaan nahasa tidak bersifat
egosentris lagi, melainkan anak sudah mempergunakan untuk
komunikasi dengan orang lain, sehingga mulailah terjadi suatu
hubungan yang sesungguhnya antara anak dengan orang dewasa.
Periode Diferensiasi (usia 2,5 - 5 tahun)
Yang menyolok pada periode ini adalah keterampilan anak dalam
mengadakan diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan kalimat-
kalimat. Secara garis besar ciri umum perkembangan bahasa pada
periode ini adalah sebagai berikut:
- Pada akhir periode secara garis besar anak telah menguasai
bahasa ibunya, artinya hukum-hukum tatabahasa yang pokok dari
orang dewasa telah dikuasai.
- Perkembangan fonologi boleh dikatakan telah berakhir.
Mungkin masih ada kesukaran pengucapan konsonan yang
majemuk dan sedikit kompleks.
- Perbendaharaan kata sedikit demi sedikit mulai
berkembang.Kata benda dan karta kerja mulai lebih terdiferensiasi
dalam pemakaiannya, hal ini ditandai dengan penggunaan kata
depan, kata gati dank at kerja bantu.
- Fungsi bahasa untuk komunikasi benar-benar mulai berfungsi.
Persepsi anak dan pengalamannya tentang dunia luar mulai ingin
dibaginya dengan orang lain, dengan cara memberikan kritik,
bertanya, menyuruh, membri tahu dan lain-lain.
9
- Mulai terjadi perkembangan di bidang morfologi, ditandai
dengan munculnya kata jamak, perubahan akhiran, perubahan kata
karja, dan lain-lain.
10
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Jenis penelitian
Menurut (Sugiyono:2012) Pengertian metode penelitian adalah sebagai
berikut:
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dapat
dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan dan ditemukan
pengetahuan, teori, untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia (Sugiyono:
2012).
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di rumah responden sendiri yang beralamat
di Jalan Sompi RT/RW 19/04 Kel. Cigadung Kec. Subang.
C. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu satu hari tepatnya pada hari
Kamis 15 Juni 2023, penelitian ini dilakukan pada jam 17.00-21.00
11
D. Teknik pengumpulan data
Secara umum, pengumpulan data adalah langkah yang strategis
dalam penelitian yang disebabkan karena tujuan utama dari penelitian
adalah untuk mendapatkan data untuk memenuhi standar yang sudah
ditetapkan dalam menjawab rumusan permasalahan yang diungkapkan di
dalam penelitian.
Menurut (Sugiyono,2015) Teknik pengumpulan data merupakan
Langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui tehnik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapat data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat
dilakukan dalan berbagai setting, sumber dan cara.
Adapun metode pemgumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Metode observasi
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian (Sutrisno Hadi. 2004). Metode ini
digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
perolehan Bahasa pada anak usia 5 tahun.
2. Metode wawancara
Metode interview (wawancara) adalah bentuk komunikasi
antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin
memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan
tertentu (Dedy Mulyana:2001). Dalam penelitian ini
digunakan juga metode wawancara untuk mengetahui
apakah responden sudah dapat menjawab pertanyaan
dengan baik atau belum.
12
BAB IV
HASIL PENELITIAN
a. Deskripsi Temuan
Pengaruh lingkungan sekitar dapat menjadi faktor utama anak
dalam menghasilkan Bahasa ibu mereka. Seperti yang terjadi pada
responden yang menggunakan Bahasa sunda sebagai Bahasa sehari hari.
Berdasarkan hasil wawancara dam observasi di lapangan ditemukan
beberapa faktor yang mempengaruhi dan mendorong responden
menggunakan Bahasa sunda, yang pertama faktor dari lingkungan
keluarga. Responden tinggal Bersama kedua orang tuanya yang dimana
ayah dan ibunya berasal dari suku sunda dan menggunakan Bahasa sunda
sebagai Bahasa sehari hari. Selain itu responden pun sering berkunjung ke
rumah saudara nya yang sama halnya menggunakan Bahasa sunda sebagai
Bahasa sehari hari. Faktor yang kedua adalah lingkungan sekolah
responden, tetapi setelah diwawancarai mayoritas teman sekolah
responden menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Hanya
sebagian yang menggunakan Bahasa Sunda.
Dari data yang didapatkan faktor pendorong yang paling utama
adalah keluarga yang menggunakan Bahasa Sunda sehingga responden
pun menggunakan Bahasa Sunda. Dari penjelasan mengenai faktor
keluarga sebagai pendorong utama akan ditampilkan data dalam tabel di
bawah ini.
13
Tabel 1.1 Data asal keluarga responden
Status dalam Asal Bahasa pertama
keluarga
Ayah Subang Sunda
Ibu Subang Sunda
Nenek Subang Sunda
Kakek Garut Sunda
14
behaviorisme yang dipelopori oleh B.F.Skinner (1957). Pandangan ini
menekankan bahwa proses penguasaan bahasa (pertama) dikendalikan dari
luar, yaitu oleh stimulus melalui lingkungan (Chaer, 2009:223).
Menurut aliran behaviorisme, pemerolehan bahasa itu bersifat nurture,
yakni pemerolehan ditentukan oleh alam lingkungan.
Dalam penelitian ini hipotesis menyatakan bahwa pemerolehan
bahasa pada anak usia 5 tahun sudah mampu menguasai banyak kosa kata.
Untuk menguji hipotesis ini dilakukan wawancara yang kemudian
diperoleh hasil bahwa perkembangan bahasa pada responden cukup baik.
Responden memiliki kosa kata yang luas. Dia mengenali dan
menggunakan berbagai jenis kata. Dia pun mampu mengidentifikasi dan
menyebutkan nama objek, hewan, warna, dan angka. Selain itu, responden
memiliki keterampilan bercerita yang baik. Dia mampu menggambarkan
pengalaman pribadinya dengan detail. Misalnya, dia dapat menceritakan
perjalanan bermainnya Bersama teman teman dengan menjelaskan
kegiatan, tempat yang dikunjungi, dan hal-hal yang dia sukai.
Menurut Arifuddin tahap pemerolehan bahasa dibagi menjadi
empat tahap, yaitu praujaran, meraban, tahap satu kata, dan tahap
penggabungan kata, Adapun tahan penggabungan kata berlangsung ketika
anak berusia 3-5 tahun atau bahkan sampai mulai bersekolah. Pada usia 3-
4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tata bahasanya lebih teratur.
Dia tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga kata atau lebih.
Pada umur 5-6 tahun, bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa.
15
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
16
Daftar Pustaka
Putri Atika Azlin. (2012). Studi Tentang Kemampuan Berbicara Anak Usia 4-5
Tahun di TK Pertiwi Dwp Setda Provinsi Riau. Diakses dari 1169-
Research Results-2119-1-10-20180502.pdf
Muh. Rijalul Akbar (2019, Juni 14). Teori pemerolehan bahasa anak
(pengertian dan jenisnya)/ Diakses dari
https://www.rijalakbar.id/2019/06/teori-pemerolehan-bahasa-
anak.html#:~:text=Teori%20pemerolehan%20bahasa%20pada
%20anak,nativisme%2C%20kognitivisme%2C%20dan
%20interaksionisme.&text=Teori%20behaviorisme%20menyoroti
%20aspek%20perilaku,)%20dan%20reaksi%20(response)
Lampiran
17
Biodata responden
Nama :
Sakhia Nur Afifah
18