Anda di halaman 1dari 8

PENGUATAN BUDAYA LITERASI MANUSIA DI ERA REVOLUSI INDUSTRI

4.0 DENGAN MENELADANI KETERAMPILAN RASULULLAH MUHAMMAD

Rizka Permatasari
permatasaririzka@gmail.com
SMA Islam Terpadu Raudhatul Ulum

ABSTRAK: Generasi muda harus disiapkan agar mampu menghadapi tantangan era
industri 4.0. salah satu instrumen yang disiapkan untuk menjawab tantangan Revolusi
Industri 4.0 adalah Literasi Baru yang berfokus kepada Literasi Manusia. Literasi
manusia terkait dengan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, kreatif, dan
inovatif merupakan keterampilan yang harus dimiliki untuk menjawab tantangan
Revolusi Industri 4.0. World Economic Forum merilis 10 keterampilan (skill) yang
harus dibutuhkan agar mampu menghadapi perubahan di Era Industri 4.0 ini .
Keterampilan yang harus dimiliki, antara lain: kemampuan menyelesaikan persoalan
yang rumit, berpikir kritis, kreatif, cerdas emosional, berkoordinasi dan bekerjasama
dengan orang lain (team work), kemampuan mengambil keputusan dengan benar, jiwa
pelayanan, kemampuan bernegosiasi, dan fleksibilitas atau adaptif. Disamping itu,
Rasulullah SAW. Merupakan protitipe manusia terbaik yang patut diteladani dalam
seluruh aspek kehidupan. Jauh sebelum Revolusi industri 4.0 terjadi, Rasulullah telah
mencotohkan 10 keterampilan tersebut. Oleh karena itu penelitian ini berusaha
membuktikan bahwa Rasulullah SAW dapat dijadikan Sumber Literasi Manusia yang
dapat dijadikan teladan dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.

PENDAHULUAN
Kemajuan zaman dalam bidang teknologi harus diterima sebagai hal yang penting
dalam kehidupan Era Revolusi Industri 4.0 menghadirkan kecanggihan teknologi juga
kecepatan informasi yang dapat dinikmati oleh siapapun. Oleh karena itu, manusia
terutama generasi muda harus memiliki kemampuan beradaptasi di era ini.
Menyiapakan hal-hal yang tidak bisa digantikan dengan teknologi manapun seharusnya
menjadi perhatian penuh para generasi muda jika tidak ingin tergilas zaman.
Era Revolusi Industri 4.0 ibarat dua mata pisau. Satu sisi ia memberi ancaman, di
sisi lain ia juga mengahadirkan peluang. Ancaman utamanya adalah kehadiran robot-
robot yang mulai mengantikan pekerjaan manusia. Merujuk hasil kajian Forum
Ekonomi dunia tahun 2019 tentang “The Future of Jobs Employment, Skills and
Workforce Strategy for the Fourth Industrial Revolution”, bahwa diperkirakan tahun
2024 lima juta pekerjaan yang ada di dunia saat ini bisa hilang akibat perkembangan
teknologi. Otomatisasi yang dicanangkan pada tahun 2030 mendatang juga mengancam
85 juta lapangan kerja akan hilang. Namun sebanding dengan hal tersebut, lapangan
pekerjan baru juga akan terbuka.
Generasi muda harus disiapkan agar mampu menghadapi tantangan era industri
4.0. salah satu instrumen yang disiapkan untuk menjawab tantangan Revolusi Industri
4.0 adalah Literasi Baru. Dalam agenda The Education World Forum yang
dilaksanakan di London pada 25 Januari 2018, Kementrian Riset, teknologi, dan
pendidikan tinggi (Kemristek Dikti) mencanangkan dan menyiapkan oritentasi dan
literasi baru dalam bidang pendidikan. terutama yang sangat terkait erat dengan
persiapan sumber daya manusia (SDM) dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Menurut Rozak (2018), literasi baru mencakup, literasi data, literasi teknologi,
dan literasi manusia. Literasi data terkait dengan kemampuan membaca, menganalisis,
dan membuat konklusi berpikir berdasarkan data dan informasi (big data) yang
diperoleh. Literasi teknologi terkait dengan kemampuan memahami cara kerja mesin.
Aplikasi teknologi dan bekerja berbasis produk teknologi untuk mendapatkan hasil
maksimal. Literasi manusia terkait dengan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir
kritis, kreatif, dan inovatif. Ketiga kemampuan ini melengkapi kemampuan yang ada
pada literasi lama, yakni membaca, menulis dan berhitung.
Fokus utama dalam agenda literasi baru di era industri 4,0 adalah literasi
manusia. Literasi manusia terkait dengan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir
kritis, kreatif, dan inovatif sangat diperlukan di Era Revolusi Industri 4.0. Sebab
teknologi memang mampu menggantikan kinerja manusia, namun kreativitas dan
inovasi yang dimiliki manusia tidak akan dapat digantikan oleh apapun. Literasi
manusia menjadi sangat penting, karena kemampuan manusia dalam berpikir,
berkomunikasi dan bertindak akan menggenapkan kecanggihan teknologi yang sudah
ada seperti saat ini.
World Economic Forum merilis 10 keterampilan (skill) yang harus dibutuhkan
agar mampu menghadapi perubahan di Era Industri 4.0 ini . Keterampilan yang harus
dimiliki, antara lain: kemampuan menyelesaikan persoalan yang rumit, berpikir kritis,
kreatif, cerdas emosional, berkoordinasi dan bekerjasama dengan orang lain (team
work), kemampuan mengambil keputusan dengan benar, jiwa pelayanan, kemampuan
bernegosiasi, dan fleksibilitas atau adaptif. Kemampuan tersebut merupakan soft skill.
Sehingga, soft skill menjadi sangat penting dimiliki oleh generasi muda. Dengan
demikian, generasi muda perlu mengasah soft skill-nya agar mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan yang akan terjadi di era revolusi industri 4.0.
Bagi masyarakat muslim, Nabi Muhammad SAW. Merupakan refrensi utama
dalam menjalani kehidupan. Dalam diri Rasulullah SAW. terpatri 10 keterampilan yang
relevan diteladani sebagai persiapan menghadapi revolusi industry 4.0. Oleh karena itu,
dalam artikel ini akan dibahas secara umum mengenai literasi Manusia yakni
keterampilan yang diperlukan di era revolusi Industri 4.0 dengan meneladani
keterampilan yang dimiliki oleh Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wasalam.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah mengunakan metode studi
literatur dengan cara menyampaikan beberapa teoriteori yang dibutuhkan disertai
dengan permasalahan yang diteliti sebagai sumber rujukan untuk membahas hasil
penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil bacaan yang bersumber
dari jurnal, buku, dan sumber terbuka (internet).

PEMBAHASAN
Rasulullah SAW. Merupakan protitipe manusia terbaik yang patut diteladani
dalam seluruh aspek kehidupan. Bahkan jauh sebelum kenabian, Rasulullah sudah
bergelar Al-amin, yakni orang yang dapat dipercaya. Gelar ini bagian dari refleksi
secara keseluruhan atas pribadi Rasulullah yang maksum. Maksum artinya terlepas dari
dosa-dosa. Keistimewaan Rasulullah ini diberi oleh Allah ketika Rasulullah SAW
berumur 5 tahun. Allah SWT. memerintahkan Malaikat jibril membelah dada
Muhammad kecil untuk membersihkan hatinya dari pernyakit hati yang umum dimiliki
manusia. Hal ini bertujuan untuk menjaga Rasulullah dari kecenderungan terhadap dosa.
Dalam QS. Al-Ahzab: 21 Allah berfirman yang artinya sesungguhnya telah ada
pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu. Rasulullah Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallama dalah sosok pribadi yang paripurna sehingga menjadi teladan utama
terbaik bagi umat manusia. Sudah seharusnya sebagai umat islam kita melihat
perjalanan hidup Rasulullah SAW secara lengkap dan holistik baik dari dimensi sosial,
politik, militer, edukasi, dan legal yang kemudian mengaplikasikan nilai, karakter dan
keterampilan yang ada dalam diri Rasulullah tersebut kedalam suatu model yang dapat
diteladani dengan mudah. Selain itu, jiwa prejudice, sinis dan apologetik setiap kali
uswah hasanah Rasulullah SAW dibawa keluar dari masjid. Seolah-olah tidak ada
kaitan antara sunnah Rasulullah SAW dan kehidupan bisnis, politik dan hukum. Padahal
dalam kurun waktu tak kurang dari 63 tahun beliau meninggalkan jejak-jejak
kesuksesan yang menginspirasi dalam segala lini kehidupan.

Kemampuan Menyelesaikan Persoalan yang Rumit


Kemampuan menyelesaikan masalah atau persoalan yang rumit merupakan
tindakan penyelesaian masalah dengan melakukan beberapa tahapan mulai dari
menentukan penyebaban masalah, mengidentifikasi, memilih, dan menerapkan solusi.
Sederhananya, problem solving adalah kemampuann untuk mengahasilkan sebuah
solusi terbaik dari suatu masalah dengan mengidentifkasi penyebabnya.
Keterampilan ini dimiliki oleh rasulullah terbukti dari beberapa peristiwa
berikut. Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin menghadapi kenyataan dan
tantangan baru ketika hijrah ke Madinah, yakni kenyataan untuk hidup berdampingan
bersama masyarakat suku bangsa Arab yang belum masuk Islam dan kaum Yahudi yang
sudah menjadi penduduk Madinah. Mereka ini, lebih-lebih kaum Yahudi, tentunya tidak
merasa senang dengan terbentuknya masyarakat baru kaum muslimin. Dengan potensi
disintegratif demikian, ancaman kaum Quraisy Makkah yang sewaktu-waktu dapat
datang menyerbu, merupakan kenyataan lainnya yang tidak dapat diabaikan.
Menghadapi perbedaan identitas sosial kaum Muhajirin dan Anshar, Muhammad
Rasulullah SAW memberikan solusi moderatisme yang tepat dan jitu. Muhammad
Rasulullah SAW berusaha menyatukan potensi dan kekuatan yang ada dengan semangat
menyusun suatu masyarakat baru sebagai kesatuan sosial dan politik yang terus
berkembang untuk menghadapi segenap tantangan dan rintangan yang berasal dari
dalam dan luar.
Jalan moderatisme Muhammad SAW jelas tidak pernah mudah. Kaum Anshar
dan kaum Muhajirin disatukan dari latar yang berbeda secara geografis, keimanan, dan
adat istiadat. Sebelum bersatu membentuk masyarakat Islam baru di Madinah, kaum
muhajirin adalah suku bangsa yang terbiasa dan kerap berselisih. Hijrah ke Madinah,
mereka berhadapan dengan masyarakat Madinah lainnya yang belum memeluk agama
Islam dan bangsa Yahudi yang merupakan masyarakat lebih awal menetap. Bukan tidak
mungkin, orang-orang Yahudi tersebut berusaha untuk merintangi, bahkan
menghancurkan pembentukan masyarakat baru kaum muslimin.
Begitu pula dengan kaum lainnya, yaitu kaum musyrikin Makkah yang
merupakan ancaman yang harus selalu dihadapi dengan kewaspadaan penuh. Sangat
mungkin jika kaum musyrikin Makkah bekerja sama dengan kaum musyrikin Madinah,
atau dengan orang-orang Yahudi, bahkan dengan kabilah-kabilah lain di sekitar
Madinah, dalam usaha menghancurkan umat Islam yang baru dibentuk itu.
Atas segala kerumitan relasi dan potensi perpecahan sosial tersebut, Nabi
Muhammad SAW menulis sebuah perjanjian untuk membangun dan mengikat
perpaduan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Kaum Yahudi Madinah (dari suku Aus
dan Khazraj) juga turut menandatanganinya. Nabi Muhammad SAW menyetujui untuk
menghormati agama dan harta mereka menurut persyaratan yang disepakati bersama.
Selain itu, dokumen tersebut berisi kesepakatan untuk menghormati prinsip-prinsip nilai
kebebasan, ketertiban, dan keadilan dalam kehidupan. Kelak, perjanjian ini seterusnya
lebih masyhur dikatakan sebagai Piagam Madinah. Dengan cara ini, Yatsrib dan
sekitarnya dinyatakan sebagai zona perdamaian serta merupakan tempat suci.
Dari peristiwa di atas, kita mengetahui bagaimana Rasulullah SAW peka
menganalisa peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan permasalhan yang
kaum muslim hadapi. Rasulullah juga mampu memberi Win-Win Solution bagi kedua
belah pihak sehingga Madinah dinyatakan sebagai zona perdamian yang bebas dari
peperangan.

Kemampuan Berpikir Kritis

Ide-ide yang inovatif tidak akan dapat diwujudkan tanpa pemikiran yang kritis.
Kemaampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang esensial untuk kehidupan.
Menurut Ennis berpikir kritis merupakan pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang
berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Secara umum
berpikir kritis dapat diartikan sebagai aktivitas mental untuk menganalisis atau
mengevaluasi informasi. Terutama di era Revolusi Industri 4.0 yang menyajikan
kecepatan informasi dari berbagaai sumber, kemampuan berpikir kritis sangat
dibutuhkan agar tidak termakan berita bohong (hoax). Kemampuan berpikir kritis
sangat berpengaruh dengan keputusan yang akan diambil, yang akan menentukan benar
atau salah suatu keputusan.
Kemampuan berpikir Kritis dicontohkan Rasulullah dalam suatu peristiwa
ketika Rasululah SAW mengutus Al-Walid bin Uqbah untuk mengambil zakat yang
telah dikumpulkan oleh Al-Harits. Namun ketika berangkat, diperjalanan Al-Walid
merasa khawatir akan keselamatannya karena antara ia dan bani Musthaliq pernah
terjadi sejarah kelam pada masa jahiliah. Sehingga Al-Walid pun pulang sbeelum
sampai ke tempat tujuan. Al-Walid memberi laporan palsu kepada rasulullah bahwa
AL-Harits tidak mau mneyerahkan zakat bahkan mengancam akan membunuhnya.
Mendengar laporan Al-Walid, Rasulullah hendak marah, namun beliau tak
lantas percaya begitu saja atas informsi tersebut. Rasulullah kemudian mengutus
seorang sahabat untuk mencari kebenarannya. Utusan Rasulullah tersebut kemudian
berhasil menemui Al-harits dan menanyakan kebenaran laporan Al-Walid. Namun
informasi itu dibantah keras oleh Al-Harits. Berdasarkan kisah ini, Allah kemudia
menurunkan ayat yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila datang
seorang fasik dengan membawa informasi maka periksalah dengan teliti agar kalian
tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum karena suatu hal kebodohan sehingga
kalian mneyesali perbuatan yang telah kalian lakukan.” (QS Al-Hujurat: 6).
Berdasarkan kisah Rasulullah SAW yang dikuatkan dengan firman Allah ini
mengajarkan kepada kita untuk selalu waspada dan berpikir kritis ketika menerima
suatu informsi. Ketidakmampuan dalam berpikir kritis akan menyebabkan kepada
kebodohan dan bisa jadi menimbulkan masalah baru bagi diri sendiri dan orang lain.

Kemampuan Kreativitas

Syaikh Muhammad Ghazali mengatakan bahwa seorang muslim harus bisa


berinisiatif mneyampaikan ide-ide kreatif sebelum dipaksa untuk mengikuti ide orang
lain. Dalam hidup manusia diberi dua pilihan, mewarnai atau diwrnai. Namun
bagaimana jadinya jika orang yang memberi ide diluar nilai-nilai tauhid. Oleh karena
itu, seorang muslim harus bisa kreatif agar bisa mewarnai kehidupan orang lain.
Kemampuan berpikir kreatif merupakan keterampilan untuk melihat masalah
dari berbagai perspektif baru dengan sudut pandang yang berbeda. Dengan berpikir
kreatif, manusia akan menemukan cara baru dalam melakukan pekerjaan sehari-hari
termasuk dalam menghadapi tantangan memecahkan masalah. Dengan kemapuan
kreatif seorang manusia akan lebih produktif.
Kemampuan berpikir kreatif ini pernah dicontohkan Rasulullah ketika peristiwa
peletakan Hajar Aswad setelah perenovasian Ka’bah. Kala itu, masyarakat Mekkah
merenovasi Ka’bah setelah banjir. Konflik terjadi ketika akan meletakkan Hajar Aswad
ke tempatnya semula. Meletakkan Hajar Aswad merupakan kemulian bagi bangsa Arab
Quraisy dan membawa kemuliaan pula kepada suku yang meletakkannya. Mereka mulai
berselisih pendapat tentang orang yang akan mendapatkan kehormatan meletekkan
Hajar Aswad sehingga konflik tersebut hamper menyebabkan perang saudara di antara
mereka.
Hingga akhirnya Rasulullah SAW. mengusulkan bahwa siapapun yang esok
datang lebih awal ke tempat ini, ialah yang berhak meletakkan HajarAswad. Keesokan
harinya, ternyata Rasulullah adalah orang pertama yang datang sehingga Beliaulah
orang yang berhak meletakkan Hajar Aswad. Namun, Rasulullah dnegan Kreativitasnya
memilih membentangkan surban yang dikenakannya, lalu menaruh Hajar Aswad di
atasnya. Dengan begitu, Rasulullah meminta beberapa tokoh di Mekkah untuk
meletakkan batu itu bersama-sama.
Kreativitas lainnya juga terjadi saat peristiwa perang Khandak. Kala itu
Rasulullah bersama para sahabat menggali parit sepanjang 5.544 meter, lebar 4.62
meter, dan kedalaman 3,2 meter. Belum pernah sebelumnya strategi perang ini
digunakan. Sehingga musuh kualahan mengahadapi peperangan karena gagal
melakukan penyerangan.
Cara yang dilakukan oleh Rasulullah ini merupakan kreatifitas dalam
memecahkan masalah. tidak terpikir dan terduga oleh masyrakat Mekkah bahwa
Rasulullah akan melakukan hal seperti itu. Kreativitas tersebut akhirnya membawa
kemenangan bagi pasukan muslim.

KESIMPULAN
Ahmad Anwar,’Tipe Kepemimpinan Profetik Konsep dan Implementasinya dalam
Kepemimpinan di Perpustakaan’ ,Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga: Pustakaloka, 9.1
(2017)

Ibda, H. (2019). Pembelajaran Bahasa Indonesia Berwawasan Literasi Baru di


Perguruan Tinggi dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0.
JALABAHASA, 15(1), 48–64.

Ibda, H. 2018. Penguatan Literasi Baru pada Guru Madrasah Ibtidaiyah dalam
Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0. JRTIE: Journal of Research and
Thought of Islamic Education, I, 1– 21.

Rozak, A. 2018. Perlunya Literasi Baru Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0.‖
Uinjkt.Ac.Id. Retrieved from https: //www.uinjkt.ac.id/id/perlunyaliterasi- baru-
menghadapi-erarevolusi-industri- 4-0/

Anda mungkin juga menyukai