Anda di halaman 1dari 24

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas perkuliahan Bahasa Indonesia yang dibina oleh
Wisman, M.Pd.

DISUSUN OLEH:

Salwa Fasha Wijaya A1A020089


Ledyo Khasanah A A1A020090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


JURUSAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIK
UNVERSITAS BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami sampaikan kepada Allah Swt., yang mana telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita, tak lupa pula shalawat beserta salam
kami limpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini kami selaku penulis mencoba untuk membuat makalah
tentang ―PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA‖. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah ―Interaksi Pembelajaran Bahasa‖.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Wisman, M.Pd. sebagai
dosen pengampu Matakuliah ―Interaksi Pembelajaran Bahasa‖ yang telah membimbing
untuk membuat makalah ini. Apabila dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangannya kami mohon maaf. Kami sangat menantikan saran dan kritik oleh
pembaca yang sifatnya membangun. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Bengkulu, 27 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
BAB I................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
A.LATAR BELAKANG .............................................................................................. 4
B.RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 5
C.TUJUAN ................................................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN............................................................................................................... 6
A.PENGERTIAN PENDEKATAN .............................................................................. 6
B.JENIS – JENIS PENDEKATAN .............................................................................. 7
1.Pendekatan Komunikatif ........................................................................................ 7
2.Pendekatan Kontekstual ......................................................................................... 9
3.Pendekatan Tes ..................................................................................................... 11
4.Pendekatan Saintifik ............................................................................................. 11
5.Pendekatan Integratif............................................................................................ 14
6.Pendekatan Whole Language ............................................................................... 16
BAB III ........................................................................................................................... 22
PENUTUP ...................................................................................................................... 22
A.KESIMPULAN ....................................................................................................... 22
B.SARAN ................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 23
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ada dua pendapat yang bertentangan di tengah pengajaran bahasa
Indonesia. Di satu sisi, banyak keluhan yang dilontarkan oleh masyarakat
terhadap penguasaan bahasa Indonesia si anak didik. Keluhan itu
terutama karena si anak didik dianggap kurang mampu menggunakan
bahasa Indonesia baik secara lisan maupun secara tertulis. Di sisi lain, di
sebagian siswa / mahasiswa mengatakan pembelajaran bahasa Indonesia
sangat membosankan karena mereka sudah merasa bisa dan
penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak
langsung siswa/ mahasiswa menjadi lemah dalam penangkapan materi
(Haris, 2008).

Salah satu keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh


pendekatan yang digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
tersebut. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dan
guru harus cermat dalam memilih pendekatan mana yang cocok
digunakan untuk lingkungannya.

Anthony (dalam Ramelan, 1982) mengatakan bahwa pendekatan


mengacu pada seperangkat asumsi yang saling berkaitan dengan sifat
bahasa, serta pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan dasar teoritis
untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara
lain asumsi menganggap bahasa sebagai kebiasaan, ada pula yang
menganggap bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada
dasarnya dilisankan , dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai
seperangkat kaidah.

Pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dipandang sesuai


dengan seperangkat asumsi yang saling berkaitan, yakni pendekatan
kontekstual, pendekatan komunikatif, pendekatan terpadu, dan
pendekatan proses. Menurut Aminuddin (1996) pendekatan merupakan
seperangkat wawasan yang secara sistematis digunakan sebagai landasan
berpikir dalam menentukan metode, strategi, dan prosedur dalam
mencapai target hasil tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari pendekatan pembelajaran ?
2. Ada berapa jenis pendekatan pembelajaran ?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dari permasalahan ini sebagai berikut :
1. Mengetahui lebih dalam mengenai konsep pendekatan
pembelajaran bahasa Indonesia
2. Mengetetahui bentuk ataupun jenis pembelajaran bahasa
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDEKATAN
Pendekatan menurut Edwar M.Anthoni, 1963 adalah seperangkat asumsi
korelatif yang menangani hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan pembelajaran
bahasa. Pendekatan bersifat aksiomatik. Metode merupakan rencana keseluruhan
penyajian bahasa secara rapi, tertib, yang tidak ada bagian-bagiannya yang
berkontradiksi dan kesemuanya itu didasarkan pada pendekatan terpilih. Metode
bersifat prosedural. Di dalam satu pendekatan mungkin terdapat banyak metode.
Teknik merupakan suatu muslihat, tipu daya dalam menyajikan bahan. Teknik
harus sejalan dengan metode dan serasi dengan pendekatan. Teknik bersifat
implementasi.

Richards & Rodgers,1986 menyempurnakan pendapat Anthoni. Mereka


menambahkan peran guru, siswa bahan, tujuan silabus dan tipe kegiatan dan
pengajaran pada segi metode, sehingga muncul istilah desain atau rancang-
bangun.istilah teknik diganti dengan istilah prosedur.

Pendekatan menurut Kosadi, dkk (1979) adalah seperangakat asumsi


mengenai hakikat bahasa, pengajaran dan proses belajar-mengajar bahasa.
Menurut Tarigan (1989) Pendekatan adalah seperangkat korelatif yang
menangani teori bahasa dan teori pemerolehan bahasa. Sedangkan menurut
Djunaidi (1989) Pendekatan merupakan serangkaian asumsi yang bersifat
hakikat bahasa, pengajaran bahasa dan belajar bahasa.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut


pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).

B. JENIS – JENIS PENDEKATAN


Berikut merupakan macam- macam pendekatan pengajaran bahasa, di
antaranya adalah:

1. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang
bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan
pembelajaran bahasa, juga mengembangkan prosedur-prosedur
bagi pembelajaran empat keterampilan berbahasa (menyimak,
membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan menghargai
saling ketergantungan bahasa.

Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang


berlandaskan pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan
bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus
dicapai dalam pembelajaran bahasa. Jadi pembelajaran yang
komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang memungkinkan
peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk
mengembangkan kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan
berbahasa baik kegiatan produktif maupun reseptif sesuai dengan
situasi nyata, bukan situasi buatan yang terlepas dari konteks.

Ciri-ciri utama pendekatan pembelajaran komunikatif ada


dua kegiatan yang saling berkaitan yakni adanya kegiatan-
kegiatan:
1) Komunikasi Fungsional
Terdiri atas empat yakni: mengolah informasi, berbagi
dan mengolah informasi, berbagi informasi dengan kerja
sama terbatas, dan berbagi informasi dengan kerja sama tak
terbatas.
2) Kegiatan yang sifatnya interaksi sosial
Terdiri dari 6 hal yakni: improvisasi, lakon-lakon pendek
yang lucu, aneka simulasi (bermain peran), dialog dan
bermain peran, siding-sidang konversasi dan diskusi, serta
berdebat.

Pendekatan komunikatif berorientasi pada proses belajar-


mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi.
Prinsip dasar pendekatan komunikatif ialah: a) materi harus
terdiri dari bahasa sebagai alat komunikasi, b) desain materi harus
menekankan proses belajar-mengajar dan bukan pokok bahasan,
dan c) materi harus memberi dorongan kepada pelajar untuk
berkomunikasi secara wajar ( Siahaan dalam Pateda, 1991:86).

Dalam pendekatan komunikatif, yang menjadi acuan


adalah kebutuhan si terdidik dan fungsi bahasa. Pendekatan
komunikatif berusaha membuat si terdidik memiliki kecakapan
berbahasa. Dengan sendirinya, acuan pokok setiap unit pelajaran
ialah fungsi bahasa dan bukan tata bahasa. Dengan kata lain, tata
bahasa disajikan bukan sebagai tujuan akhir, tetapi sarana untuk
melaksanakan maksud komunikasi.

Strategi belajar-mengajar dalam pendekatan komunikatif


didasarkan pada cara belajar siswa/mahasiswa aktif, yang
sekarang dikenal dengan istilah Student Centered Learning
(SCL). Cara belajar aktif merupakan perkembangan dari teori
Dewey Learning by Doing (1854—1952) (lihat Pannen,
dkk.2001:42). Dewey sangat tidak setuju dengan rote learning
‗belajar dengan menghafal‘. Dewey menerapkan prinsip-prinsip
learning by doing, yaitu siswa perlu terlibat dalam proses belajar
secara spontan / siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar-
mengajar. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia
berdasarkan Pendekatan Komunikatif.
2. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstektual merupakan suatu konsep belajar
dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan
mendorong siswa membuat membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk
memecahkan persoalan, berpikir kritis dan melaksanakan
observasi serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka
panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana
mencapainya.

Kontekstual merupakan strategi pembelajaran. Seperti halnya


strategi pembelajaran yang lain, konstektual dikebangkan dengan
tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.
Pendekatan konstektual dapat dijalankan tanpa harus mengubah
kurikulum dan tatanan yang ada. Dalam pendekatan ini dilibatkan
tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu:
konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, dan asesmen autentik.

Definisi yang mendasar tentang pembelajaran kontekstual


(Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit,
dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk
memcahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota
masyarakat.
Johnson (dalam Nurhadi, 2004:13-14) mengungkapakan bahwa
karakteristik pendekatan kontekstual memiliki delapan komponen
utama yaitu:

1) Memiliki hubungan yang bermakna


2) Melakukan kegiatan yang signifikan
3) Belajar yang diatur sendiri
4) Bekerja sama
5) Berfikir kritis dan kreatif
6) Mengasuh dan memelihara pribadi peserta didik
7) Mencapai standar yang tinggi
8) Menggunakan penilaian autentik.

Adapun langkah – langkah Penerapan Pendekatan


Kontekstual di Kelas yaitu sebagai berikut:

1) Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar


lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan bertanya (komponen konstruktivisme)
2) Melaksanakan kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai
kompetensi yang diinginkan (komponen inkuiri)
3) Mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan
bertanya (komponen bertanya)
4) Menciptakan masyarakat belajar, kerja kelompok (komponen
masyarakat belajar)
5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran
(komponen pemodelan)
6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik
merasa bahwa hari ini mereka belajar sesuatu (komponen
refleksi)
7) Melakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan
cara (komponen asesmen autentik)
3. Pendekatan Tes
Pendekatan tes merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang
menganggap bahasa sebagai kaidah. Atas dasar anggapan
tersebut timbul pemikiran bahwa pembelajaran bahasa harus
mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata
bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititikberatkan
pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam
fonologi,morfologi,dan sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan
tentang pola-pola kalimat, pola kata,dan suku kata menjadi sangat
penting. Dengan struktural, siswa akan menjadi cermat dalam
menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.

4. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengkonstruk konsep, hukum dan prinsip melalui tahapan –
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisa data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang ―ditemukan‖( Hosnan,2014:
34).

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan


pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah :

1) untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya


kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
2) untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana peserta didik merasa
bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi
5) untuk melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide-
ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah
6) untuk mengembangkan karakter peserta didik (Hosnan,
2014).

Beberapa pendekatan saintifik dalam kegiatan


pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Pembelajaran berpusat pada siswa,


2) Pembelajaran membentuk student self concept,
3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme,
4) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan
prinsip,
5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berfikir siswa,
6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan
motivasi mengajar guru,
7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kemampuan dalam komunikasi,
8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip
yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
(Hosnan,2014:37)

Langkah – langkah umum pembelajaran dengan


pendekatan saintifik:

1) Mengamati (observasi)
Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan
proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini
memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media
obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang,
dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat
bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.
Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan
yang tinggi.
2) Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk
bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak,
dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik
untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang
yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada
yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur,
atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang
bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat
hipotetik.
3) Mengumpulkan Informasi
Kegiatan ―mengumpulkan informasi‖ merupakan
tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan
menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik
dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan
fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan
melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul
sejumlah informasi.
4) Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar
Kegiatan ―mengasosiasi/ mengolah informasi/
menalar‖ dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah memproses informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai
kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi
dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan.
5) Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan
pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan
mengolah data atau informasi. Setelah menemukan
keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola
dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama
dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual
membuat kesimpulan.
6) Mengomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk
mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan
mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan
pola.

5. Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif dapat diartikan sebagai penyatuan
berbagai aspek ke dalam satu keutuhan yang padu. Salah satu
pendekatan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan
belajar-mengajar bahasa Indonesia dalam Kurikulum Bahasa
Indonesia adalah pendekatan integratif (Imam Syafi‘ie, Mam‘ur
Saadie, Roekhan. 2001: 2.19).

Pendekatan Integratif dapat dimaknakan sebagai


pendekatan yang menyatukan beberapa aspek ke dalam satu
proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan
antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam
satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan
diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis
diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi
kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Integratif
antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari
beberapa bidang studi. Misalnya, bahasa Indonesia dengan
matematika atau dengan bidang studi lainnya.

Ciri-ciri pendekatan integrative dalam (Zuchdi, 1997) itu


antara lain:
1) Berpusat pada siswa,
2) Memberikan pengalaman langsung pada anak,
3) Pemisahan antarbidang studi tidak begitu jelas,
4) Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu
proses pembelajaran,
5) Bersifat luwes, dan
6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat
dan kebutuhan anak.

Pendekatan integratif memiliki hubungan yang banyak


dengan pembelajaran bahasa, Pembelajaran integratif dalam hal
ini adalah upaya pemaduan aspek-aspek pengajaran bahasa.
Beberapa asumsi ada menegaskan bahwa pencipta sastra yang
menguasai Bahasa dengan baik akan lebih sukses dibanding yang
penguasaan Bahasanya setengah-setengah. Demikian pula orang
yang belajar Bahasa, apabila menguasai sastra, bahasa mereka
akan semakin halus dan enak didengar, oleh karena dalam setiap
aktivitas berbahasa, secara tak sadar manusia telah memerankan
sastra dalam komunikasi. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
integratif interbidang studi lebih banyak digunakan. Saat
mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan
materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau
yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru
yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat
menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.

Pendekatan integratif memiliki hubungan dengan


pembelajaran bahasa, pendekatan integratif ini bertujuan
memadukan materi-materi yang ada atau kehidupan sehari-hari
yang ada dalam ruang lingkup kehidupan kita diterapkan dalam
proses pembelajaran, melalui pendekatan ini, pelajaran bahasa
dapat dipadukan dengan pelajaran yang lain namun tidak
menghilangkan materi yang akan dibahas. Pembelajaran terpadu
atau integratif menghubungkan berbagai bidang studi yang
mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang
kemampuan dan perkembangan anak.

6. Pendekatan Whole Language


Whole language adalah satu pendekatan pengajaran bahasa
yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-
pisah (Edelsky, 1991; Froese,1990; Goodman,1986;
Weaver,1992). Whole language adalah cara untuk menyatukan
pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang
orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian dari whole language


adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh
paham constructivism.Whole language dimulai dengan
menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh
dan keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis) diajarkan secara terpadu.

Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan


komponen whole language:
1) Reading Aloud
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang
dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat
menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau
buku cerita lainnya dan membacakannya dengan suara
keras dan intonasi yang benar sehingga setiap siswa dapat
mendengarkan dan menikmati ceritanya. Manfaat yang
didapat dari reading aloud antara lain meningkatkan
keterampilan menyimak,memperkaya kosakata,
membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan yang
tidak kalah penting adalah menumbuhkan minat baca
pada siswa.
2) Jurnal Writing
Salah satu cara yang dipandang cukup efektif untuk
meningkatkan keterampilan siswa menulis adalah dengan
mengimplementasikan pembelajaran menulis jurnal atau
menulis informal. Melalui menulis jurnal, siswa dilatih
untuk lancar mencurahkan gagasan dan menceritakan
kejadian di sekitarnya, menggunakan bahasa dalam
bentuk tulisan. Banyak manfaat yang diperoleh dari
menulis jurnal antara lain:
a) Meningkatkan kemampuan menulis
b) Meningkatkan kemampuan membaca
c) Menumbuhkan keberanian menghadap risiko
d) Memberi kesempatan untuk membuat refleksi
e) Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi
f) Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk
menulis
g) Meningkatkan kemampuan berpikir
h) Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis
i) Menjadi alat evaluasi
j) Menjadi dokumen tertulis
3) Sustained Silent Reading
Sustained Silent Reading adalah kegiatan membaca
dalam hati yang dilakukan siswa. Siswa dibiarkan untuk
memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya
sendiri sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca
bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin
menyediakan bahan bacaan yang menarik dari berbagai
buku atau sumber sehingga memungkinkan siswa
memilih materi bacaan. Pesan yang ingin disampaikan
kepada siswa melalui kegiatan ini adalah:
a) Membaca adalah kegiatan penting yang
menyenangkan
b) Membaca dapat dilakukan oleh siapapun
c) Membaca berarti kita berkomunikasi dengan
pengarang buku tersebut
d) Siswa dapat membaca serta dapat berkonsentrasi pada
bacaannya dalam waktu yang cukup lama
e) Guru percaya bahwa siswa memahami apa yang
mereka baca
f) Siswa dapat berbagi pengetahuan yang menarik dari
materi yang dibacanya setelah kegiatan SSR berakhir
4) Shared Reading
Kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa,
dimana setiap orang mempunyai buku yang sedang
dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas
rendah maupun di kelas tinggi. Disini guru lebih berperan
sebagai model dalam membaca.

Ada beberapa cara melakukan kegiatan ini :


a) Guru membaca dan siswa mengikutinya (untuk kelas
rendah)
b) Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat
bacaan yang tertera pada buku
c) Siswa membaca bergiliran

Maksud kegiatan ini adalah:


a) Sambil melihat tulisan, siswa berkesempatan untuk
memperhatikan guru membaca sebagai model
b) Memberikan kesempatan untuk memperlihatkan
keterampilan membacanya
c) Siswa yang masih kurang terampil dalam membaca
mendapat contoh membaca yang benar
5) Guided Reading
Guided reading disebut juga membaca terbimbing,
guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam membaca
terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca
itu sendiri, tetapi lebih pada membaca pemahaman.
Dalam guided reading semua siswa membaca dan
mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan
pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan kritis,
bukan sekedar pertanyaan pemahaman
6) Guided Writing
Guided Writing atau menulis terbimbing, peran guru
adalah sebagai fasilitator, membantu siswa menemukan
apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya
dengan jelas, sistematis, dan menarik. Guru bertindak
sebagai pendorong bukan pengatur, sebagai pemberi saran
bukan pemberi petunjuk. Contoh kegiatan ini seperti
memilih topik, membuat draf, memperbaiki, dan mengedit
yang dilakukan sendiri oleh siswa.
7) Independent Reading
Independent Reading atau membaca bebas adalah
kegiatan membaca, dimana siswa berkesempatan untuk
menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya.
Membaca bebasmerupakan bagian integral dari whole
language. Dalam independent reading, siswa bertanggung
jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran
guru pun berubah dari seorang pemrakarsa, model, dan
pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator,
dam pemberi respon.
8) Independent Writing
Independent Writing atau menulis bebas bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan
kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan
berpikir kritis. Siswa mempunyai kesempatan untuk
menulis tanpa ada intervensi dari guru. Siswa
bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses menulis.
Jenis menulis yang termasuk independent writing antara
lain menulis jurnal dan menulis respons.

Ciri-ciri kelas whole language Ada tujuh ciri yang


menandakan kelas whole language:
a) Kelas yang menerapkan whole language penuh
dengan barang cetakan (dinding, pintu, dan furniture).
b) Siswa belajar melalui model atau contoh. Disini guru
berperan sebagai model, guru menjadi contoh
perwujudan bentuk aktivitas berbahasa yang ideal.
c) Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat
kemampuannya.
d) Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran.
e) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran bermakna.
f) Siswa berani mengambil risiko dan bebas
bereksperimen
g) Siswa mendapat balikan (feedback) positif baik dari
guru maupun temannya.

Penilaian dalam kelas whole language Di dalam


kelas whole language, guru senantiasa memperhatikan
kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal selama
pembelajaran berlangsung guru memperhatikan siswa
menulis, mendengarkan, berdiskusi baik dalam kelompok
ataupun diskusi kelas. Penilaian juga berlangsung ketika
siswa dan guru mengadakan konferensi, alat penilaiannya
seperti observasi dan catatan anecdote. Selain penilaian
informal, penilaian dilakukan dengan portofolio.
Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa selama
kegiatan pembelajaran. Dengan portofolio perkembangan
siswa dapat terlihat secara otentik.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

B. SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan leteratur
pengetahuan yang berguna, tidak lupa saran dan kritik penulis
mengharapkan itu semua kepada pembaca untuk dijadikan bahan
masukan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Rendah. Yogyakarta: PAS.2001

http://ikrimahmaifandi.wordpress.com/2012/05/27/pendekatan-pembelajaran-bahasa/

http://gunxgexgruppheyelven.wordpress.com/2013/10/24/pendekatan-pembelajaran-
bahasa-indonesia-di-sekolah-dasar/

http://digilib.upi.edu/administrator/.../t_pk_019573_nandi_warnandi_chapter5

http://pgsdametro.blogspot.com/2016/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

https://www.rijal09.com/2016/12/pengertian-pendekatan-saintifik.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai