Abstrak
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap bela negara pada siswa.
Dengan melaksanakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa memahami tentang semangat kebangsaan, sikap
mencintai tanah air, arti penting kesadaran berbangsa dan bernegara, konsep bela negara, serta upaya-upaya bela negara.
Sikap bela negara yang diharapkan, belum sepenuhnya terpatri dalam diri siswa, hal ini dikarenakan oleh rendahnya rasa
cinta siswa terhadap tanah air. Faktor lain menunjukkan bela negara belum sepenuhnya dilaksanakan oleh siswa dalam
praktik dikehidupan sehari-hari. Secara keseluruhan siswa sudah melaksanakan upaya bela negara, baik di sekolah maupun
di rumah. Upaya guru dalam menanamkan sikap bela negara di sekolah telah dilaksanakan secara optimal, hanya masih
perlu aktualisasi secara mendalam dan berkelanjutan.
Kata Kunci: Peran, Pembelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan, Bela Negara.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan merupakan suatu
kunci pokok untuk mencapai cita-cita bangsa. Hal ini terbukti dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 1 jelas tertulis bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Berdasarkan isi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting
dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang mampu menjadi penerus dalam pelaksana pengembangan di
segala bidang. Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman
manusia secara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu kegairahan, kesungguhan dan ketekunan, maupun akspek
normatifnya yaitu etika, kesusilaan, dan toleransi. Jadi, pendidikan tidak hanya dalam ranah kognitif saja namun juga
mencakup aspek afektif dan psikomotorik. Dewasa ini pendidikan merupakan salah satu aspek yang paling diutamakan dan
menjadi prioritas pemerintah guna meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan, dengan keyakinan bahwa pendidikan
yang bermutu dapat menunjang pembangunan di segala bidang. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional,
pemerintah telah melakukan berbagai upaya diantaranya perkembangan sarana dan prasarana, perubahan sistem
kurikulum ke arah yang lebih baik. Peningkatan mutu pendidikan juga dilakukan melalui peningkatan dan pengembangan
kualitas guru sebagai tenaga pendidik misalnya melalui pelaksanaan program sertifikasi guru.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu pelajaran yang diterapkan pada peserta didik mulai dari
tingkat Sekolah Dasar hingga ke Perguruan Tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan mengandung materi (bahan ajar) yang
berhubungan erat dengan pembentukan sikap dan kepribadian diri seseorang, sebagai seorang siswa yang memiliki budi-
pekerti, etika dan moral yang baik serta cinta terhadap tanah air.
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas dalam Aryani (2010: 18) adalah: untuk
mengembangkan kompetensi: berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan;
berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa,
dan bernegara serta anti korupsi; berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; berinteraksi dengan bangsa-
bangsa dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa Pendidikan Kewarganegraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
sangat penting dan memiliki andil besar, khususnya dalam pembentukan karakter generasi muda atau kepribadian manusia
Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sarana
pembentukan karakter warga negara yang baik. Demikian pula dalam mencapai tujuan, khususnya dalam menumbuhkan
sikap bela negara kepada siswa agar dapat berperan aktif memajukan negara dan mencintai tanah air.
Semakin maju suatu negara maka semakin banyak tantangan yang harus dihadapi oleh negara tersebut. Diarus
globalisasi dan modernisasi dunia suatu negara akan semakin mudah untuk digoyahkan, bukan hanya di negara
berkembang tetapi negara maju juga mendapatkan ancaman tersebut, baik ancaman dari luar maupun ancaman dari dalam
negara itu sendiri. Maka dari itu suatu bangsa harus memiliki rasa nasionalisme yang kuat untuk melindungi dan membela
negaranya dari negara lain yang lebih berwawasan intelektual luas.
Penanaman sikap bela negara ini harus dilakukan dari tingkat pendidikan dasar melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, hal ini dilakukan agar siswa memahami akan pentingnya sikap bela negara dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Bela negara yang dapat dilakukan tidak hanya dengan memikul senjata namun untuk para siswa bela
negara dapat dilakukan dengan cara belajar tekun, menjagakan keamanan di lingkungan masyarakat ataupun lingkungan
sekolah dari ancaman yang dapat membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak membuang sampah
sembarangan, menghormati bendera merah putih dan lagu kebangsaan, serta menolak campur tangan pihak asing
terhadap kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejalan dengan hal di atas kewajiban membela negara telah diatur dalam UUD 1945 dan Undang-undang nomor 3
tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Dalam UUD 1945 pasal 30 ayat (1) ditegaskan bahwa “tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”. Sedangkan konsep bela negara diatur dalam
UUD 1945 pasal 27 ayat (3) bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
Dari isi pasal tersebut dapat dipahami bahwa keikutsertaan warga negara dalam pertahanan dan keamanan negara
merupakan suatu hak dan kewajiban, yang berdasarkan atas kesadaran dan kesediaan berbakti pada negara dan
kesediaan berkorban membela negara. Keikutsertaan warga negara dalam usaha bela negara dapat diselenggarakan salah
satunya melalui Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah.
Akan tetapi, dalam pelaksanaan penanaman sikap bela negara melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan mengalami banyak hambatan atau kendala. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang tidak dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air Indonesia, masih banyak siswa yang lalai akan kewajibannya sebagai pelajar sekaligus sebagai
warga negara, sikap yang diharapkan belum sepenuhnya terpatri dalam diri para siswa. Tentu saja hal ini sudah menjadi
tanggung jawab para pengajar untuk menanamkan sikap bela negara dan sikap luhur pancasila.
Fakta yang terjadi, masih banyak siswa yang belum memahami konsep bela negara, banyak siswa yang
beranggapan bahwa bela negara hanya menjadi tugas Tentara Nasional Indonesia. Padahal di dalam UUD telah dijelaskan
bahwa bela negara menjadi hak dan kewajiban setiap warga negara. Selain itu sikap para siswa belum sepenuhnya
mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, karena masih ada siswa yang tidak tertib dalam melaksanakan
upacara bendera, sebagian siswa juga ada yang tidak hafal lagu nasional negara Indonesia, masih ada siswa yang
terlambat setiapharinya serta tidak mengenakan atribut sekolah seperti yang sudah ditentukan.
PEMBAHASAN
Pengertian Peran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000: 667) menyatakan bahwa “peranan berasal dari kata peran yang
berarti sebagai perangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang berkedudukan di masyarakat, kemudian peranan
adalah tugas utama yang harus dilaksanakan”. Peran adalah suatu kebutuhan manusia sebab tanpa ada peran berarti
manusia tidak melaksanakan aktivitas hidup atau suatu konsep perilaku seseorang atau sekelompok untuk merangkai
peraturan-peraturan yang dilakukkan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Sejalan dengan hal itu
Soekanto (2009: 212) menyatakan bahwa “peran merupakan aspek dinamis dari suatu kedudukan. Apabila seseorang telah
melaksankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang tersebut telah menjalankan perannya”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dimaknai bahwa peran merupakan hak dan kewajiban yang telah dilakukan
oleh suatu anggota masyarakat sesuai dengan kedudukan dan statusnya dalam masyarakat. Tentu saja dalam
melaksanakan peran ini juga dilandaskan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Menurut Ahmadi (2003: 115) “peran adalah suatu komplek manusia terhadap cara individu harus berbuat apa dan
bersikap dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya”. Dari pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa
peran merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengendalikan sesuatu dalam kehidupannya untuk dapat
hidup secara layak demi kehidupan yang dijalankanya.
Jhonson (2002: 22) juga menyatakan bahwa “peran merupakan kemampuan seseorang dalam mengorganisir
perilaku dalam suatu sistem keseluruhan yang merupakan unsur yang sangat penting dimiliki seseorang untuk dapat
hidup secara layak dalam kehidupan pribadi maupun kelompok/masyarakat”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa peran adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk mengendalikan sesuatu dalam kehidupan bermasyarakat serta melakukan hak dan kewajiban sebagai
warga negara sesuai dengan kedudukannya.
Pengertian Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan suatu
kegiatan atau upaya perubahan perilaku individu dari kapasitas perilaku yang lama untuk berperilaku sesuai dengan tingkat
kemampuan atau potensi yang baru. Belajar juga merupakan proses menciptakan nilai tambahan kognitif, afektif, dan
psikomotorik bagi siswa.
Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru secara terprogram dalam disain intruksional yang
menciptakan proses interaksi antara sesama peserta didik, guru dengan peserta didik dan dengan sumber belajar.
Pembelajaran bertujuan untuk menciptakan perubahan secara terus-menerus dalam perilaku dan pemikiran siswa pada
suatu lingkungan belajar.
Menurut Dewi Salma (2008: 19) “pembelajaran diartikan sebagai kegiatan Belajar Mengajar konvensional dimana
guru dan peserta didik langsung berinteraksi”. Dari pendapat ini dapat dimaknai bahwa pembelajaran hanya kegiatan
mentransfer ilmu secara langsung dengan tatap muka dan adanya interaksi antara pengajar dan peserta didik.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 menyatakan
bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar”.
Menurut Dimyanti dan Mudjiono (2011: 62) “pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
intruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.
Pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dari keberadaan suatu lembaga pendidikan atau sekolah,
dimana proses ini menjadi media transfer dari berbagai misi sekolah yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
pendidikan yang diberikan kepada peserta didik.
Sejalan dengan hal itu Nazarudin (2007: 162) “pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat acara peristiwa
eksternal yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang bersifat internal. Pembelajaran adalah suatu peristiwa yang
sengaja dirancang dalam rangka membantu proses belajar”.
Dari pendapat di atas dapat dimaknai bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sengaja dirancang
untuk mempermudah suatu proses belajar dengan harapan setelah melakukan pembelajaran dapat membangun krestifitas
siswa sesuai dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang di
dalamnya terjadi interaksi antara pengajar, siswa dan bahan ajar yang terjadi di lingkungan belajar, yang mengakibatkan
adanya perubahan tingkah laku yang memberikan suatu pengalaman pada siswa baik yang bersifat kognitif, afektif ataupun
psikomotorik.
Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara,
sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara serta ketahanan
nasional dari para calon-calon penerus bangsa yang sedang mengkaji dan akan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi serta seni.
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas dalam Aryani (2010: 18) adalah : Untuk
mengembangkan kompetensi: berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan;
berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa,
dan bernegara serta anti korupsi; berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; berinteraksi dengan bangsa-
bangsa dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa Pendidikan Kewarganegraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
sangat penting dan memiliki andil besar, khususnya dalam pembentukan karakter generasi muda atau kepribadian manusia
Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sarana
pembentukan karakter warga negara yang baik. Demikian pula dalam mencapai tujuan, khususnya dalam menumbuhkan
sikap bela negara kepada siswa agar dapat berperan aktif memajukan negara dan mencintai tanah air.
Sejalan dengan hal itu Kaelan (2013: 3) juga menyatakan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut:
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran benegara, serta membentuk
sikap yang cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan filsafat bangsa pancasila. Sebagai suatu perbandingan,
diberbagai negara juga dikembangkan materi pendidikan umum sebagai pembekalan nilai-nilai yang mendasari sikap dan
perilaku warga negaranya.
Berdasarkan tujuan tersebut, diharapkan siswa tidak hanya mampu memahami pengetahuan tentang etika dan
moral berkala, tetapi yang terpenting adalah agar siswa dapat dan mampu melakukan dalam pergaulan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kata lain Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan memberikan pengertian tentang hak dan kewajiban
warga negara yang mampu memposisikan dirinya di era globalisasi ini.
membahayakan kedaulatan dan kemerdekaan negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurudiksi
nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Dari pendapat di atas dapat dimaknai bahwa pembelaan terhadap negara berarti suatu kepaduan tekad, sikap dan
perilaku yang didasari kesadaran dan kecintaan terhadap tanah air Indonesia, warga negara merupakan faktor pendukung
dalam keamanan dan pertahanan negara yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan amanat dalam UUD
untuk ikut berpartisipasi dalam usaha pembelaan terhadap negara.
SIMPULAN
Peran pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam menumbuhkan sikap bela negara pada siswa maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berperan dalam menumbuhkan sikap bela negara pada
siswa. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap bela negara pada siswa.
Dengan melaksanakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa memahami tentang semangat kebangsaan,
sikap mencintai tanah air, dan arti penting kesadaran berbangsa dan bernegara, konsep bela negara serta upaya-upaya
bela negara. Faktor lain menunjukkan bela Negara belum sepenuhnya dilaksanakan oleh siswa dalam praktik di kehidupan
sehari-hari. secara keseluruhan, siswa sudah melaksanakan upaya bela negara, baik di sekolah maupun di rumah. Dalam
hal ini upaya guru dalam menanamkan sikap bela negara di sekolah telah dilaksanakan secara optimal, hanya masih perlu
aktualisasi secara mendalam dan berkelanjutan.
REFERENSI
Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Aryani, I. K., & Susatim, M. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai. Bogor: Ghalia Indah.
Azra, Azyumardi. (2003). Demokrasi, HAM, Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media.
Borg, Walter R. & Gall, Meredith D. 1983. Educational Research. New York: Longman
Damanik, F.H.S. (2014). Hakikat Pancasila dalam Membentuk Karakter Kebangsaan melalui Organisasi Siswa Intra
Sekolah. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 49-60.
Damanik, M Ridha S dan Deny S. (2016), Pengembangan Penilaian Autentik Berbasis Karakter pada Ranah Keterampilan
di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 88-94
Dharma, S. dan Rosnah Siregar (2014). Internalisasi Karakter melalui Model Project Citizen pada Pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 6 (2) (2014): 132-137
Emzul, Fajri. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Sinar Abadi.
Jhonson. (2002). Ilmu Politik Suatu Pengantar. Jakarta: Djambatan.
Kaelan. (2013). Negara Kebangsaan Pancasila; Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis dan Aktualisasinya. Yogyakarta:
Paradigma.
Lickona, T. 1997. Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility, New York: Simon &
Schuster, Inc
Maftuh, B dan Sapriya. (2005). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Pemetaan Konsep. Jurnal Civicus 1,
(5), 319-321.
Muclas Samani dan Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remajarosda Karya
Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan karakter. Jakarta: Bumi Aksara
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution, A.R., (2016), Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia melalui
Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8 (2) (2016): 201-212
Nazarudin. (2007). Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta : Teras.
Rumapea, M.E.M. (2015). Urgensi Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 7 (1)
(2015): 49-59.
Setiawan, D. (2014). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Karakter melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 6 (2): 61-72.
Setiawan, Deny. 2014. Pendidikan Karakter Dalam Persfektif Kewarganegaraan. Medan Larispa Indonesia
Soekanto, S., 2009:212-213, Peranan Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru,Rajawali Pers, Jakarta.
Subagyo, Agus. (2015). Bela Negara (Peluang dan Tantangan di Era Globalisasi). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Subagyo, Agus. Bela Negara atau Negara Dibela: Mengapa Negara Perlu Dibela?. Jurnal Jipolis FISIP UNJANI. Vol. V, No.
14, Tahun 2006.
Suharyanto, A., (2013). Peranan Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membina Sikap Toleransi Antar Siswa, Jurnal Ilmu
Pemerintahan dan Sosial Politik, 2 (1): 192-203
Sutarman. Persepsi dan pengertian pembelaan Negara berdasarkan UUD 1945 (amandemen). Jurnal Magistra No.75
Th.IXIXIII.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional