Anda di halaman 1dari 17

Melalui Permainan Bahasa untuk Menambah Minat Baca

Siswa Kelas 2 MI Manbaut Tholibin


Diajukan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia

Dosen pengampu:

Dr. Yasip, M.Pd.

Disusun oleh:

Nama : Mohamad Nor Khakhim


NIM : 12201193353
Kelas : I-F

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
DESEMBER 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang
berjudul “Melalui Permainan Bahasa untuk Meningkatkan Minat Baca Siswa
Kelas 2 MI Manbaut Tholibin”. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam makalah ini
maka kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah


memberikan dukungan dan mengizinkan kami memakai semua fasilitas
untuk menunjang kelancaran proses perkuliahan kami.
2. Dr. Yasip, M.Pd. selaku pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang
ikhlas dan tulus membimbing kami.
3. Civitas akademika IAIN Tulungagung yang selalu memberikan dukungan
selama perkuliahan.
4. Teman-teman angkatan 2019 yang telah membantu terselesainya makalah
ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan proposal penelitian ini masih


banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
kami butuhkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada sebuah pihak yang sudah
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
Allah SWT selalu meridhai semua usaha kami.

Tulungagung, 9 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................5
C. Tujuan Penelitian...........................................................................5
D. Manfaat Penelitian.........................................................................5
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Hakikat Membaca..........................................................................7
B. Membaca Permulaan......................................................................8
C. Kemampuan Membaca..................................................................9
D. Teknik Permainan Bahasa............................................................10
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Metode PTK.................................................................................12
KESIMPULAN...........................................................................................13
SARAN.........................................................................................................13
DAFTAR RUJUKAN.................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa


Madrasah Ibtidaiyah kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan
dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik.
Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik
sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang
menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan
permainan bahasa dalam pembelajaran membaca.
Pembelajaran membaca permulaan di kelas 1 MI dapat dibedakan kedalam
dua tahapan, yakni belajar membaca tanpa buku dan belajar membaca dengan
menggunakan buku (Djago tarigan 2005:53), selanjutnya menurut Djago Tarigan
membaca permulaan tanpa buku dengan cara (a) menunjukkan gambar (b)
menceritakan gambar (c) siswa bercerita dengan bahasa sendiri (d)
memperkenalkan bentuk tulisan melalui bantuan gambar (e) membaca tulisan
bergambar (f) membaca tulisan tanpa gambar. Menutur Djago Tarigan (2005:54)
langkah awal yang paling penting di dalam pembelajaran membaca permulaan
adalah bagaimana menarik minat dan perhatian siswa agar mereka merasa tertarik
dengan buku (bacaan) dan mau belajar dengan keinginannya sendiri, tanpa merasa
terpaksa untuk melakukannya. Sedangkan St. Y. Slamet (2009:98) mengatakan
bahwa membaca memerlukan keterampilan karena diperlukan latihan-latihan yang
berkelanjutan, terus menerus dan sungguh-sungguh. Selanjutnya menurut
Muchlisoh (1992:119) ada empat aspek ketrampilan berbahasa dalam dua
kelompok yaitu ketrampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi
ketrampilan membaca dan menyimak dan ketrampilan yang bersifat mengungkap
(produktif) yang meliputi menulis dan berbicara.1

1
Viktor Lambe’ Tanggulungan, Muh. Tahir, dan Ulfah. “Peningkatan Kemampuan
Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Kata Siswa Kelas I SD Inpres 1 Kamarora”, Jurnal
Kreatif Online, Vol. 7 No. 1 ISSN 2354-614X

1
Membaca merupakan jendela dunia. Ungkapan ini secara jelas
menggambarkan manfaat membaca, yakni membuka, memperluas wawasan dan
pengetahuan individu. Membaca membuat individu dapat meningkatkan
kecerdasan, mengakses informasi dan juga memperdalam pengetahuan dalam diri
seseorang. Semakin sering membaca buku, semakin luas pengetahuan yang
individu miliki. Sebaliknya, semakin jarang membaca buku, pengetahuan yang
individu miliki semakin terbatas. Menurut  Muchlisoh (1992:119), empat aspek
keterampilan berbahasa dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :

1. Keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi


keterampilan membaca dan menyimak.
2. Keterampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi
keterampilan menulis dan berbicara.

 Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan


kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan.
Kemampuan berkomunikasi yang baik dan benar adalah sesuai degan konteks
waktu, tujuan dan suasana saat komunikasi dilangsungkan. Standar kompetensi
Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan peserta didik yang
mengggambarkan penguasaan pengetahaun keterampilan berbahasa, dan sikap
positif terhadap Bahasa Indonesia. Standar kompetensi yang dimaksud yaitu,
peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan, dan minatnya serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil
karya kesastraan.2
Pembelajaran membaca di MI dilaksanakan sesuai dengan pembedaan atas
kelas-kelas awal dan kelas-kelas tinggi. Pelajaran membaca dan menulis di kelas-
kelas awal disebut pelajaran membaca dan menulis permulaan, sedangkan di
kelas-kelas tinggi disebut pelajaran membaca dan menulis lanjut. Pelaksanaan
membaca permulaan di kelas rendah Madrasah Ibtidaiyah dilakukan dalam dua

Ilham Nur Triatma, “Minat Baca pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Delegan 2
2

Prambanan Sleman Yogyakarta”, Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan, Vol. V Nomor 6 Tahun
2016

2
tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan
buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan
menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu
huruf, kartu kata dan kartu kalimat, sedangkan membaca dengan buku merupakan
kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran.
Metode dijadikan suatu kunci bagi terlaksananya peningkatan minat baca
disetiap jenjang pendidikan. Salah satu metode yang bisa ditempuh adalah dengan
menggunakan strategi mengajar yang diselipkan dengan bentuk media permainan.
Media permainan dijadikan sebagai konsepsi bagi stimulus, untuk memperbaiki
dan meningkatkan minat baca, terutama dalam pelajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar.3
“Tujuan membaca permulaan di kelas rendah adalah agar siswa dapat
membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat” (Depdikbud,
1994/1995: 4). Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar
membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang
mengajar di kelas rendah. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang
strategis dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa. Peranan strategis
tersebut menyangkut peran guru sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan
organisator dalam proses pembelajaran. Guru yang berkompetensi tinggi akan
sanggup menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan bangsa, mengembangkan
pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan membentuk ilmuwan dan tenaga ahli.
Menurut Badudu (1993: 131) “Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di MI
ialah guru terlalu banyak menyuapi, tetapi kurang menyuruh siswa aktif
membaca, menyimak, menulis dan berbicara”.
Kenyataan di lapangan, khususnya di kelas II MI Manbaut Tholibin masih
terdapat siswa yang kemampuan membacanya kurang. Hal ini terbukti dari hasil
belajar siswa dalam kemampuan membaca hanya mencapai 50, sedangkan KKM
pelajaran bahasa Indonesia di kelas II MI Manbaut Tholibin sebesar 65. Faktor
penyebab dari kemampuan membaca siswa masih kurang, diantaranya kefasihan
3
Acep Saepul Rahmat, “Games Book sebagai Media Peningkatan Minat Baca pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi”, Jurnal of Primary Education, Vol. 1 Nomor 1
Tahun 2017. Hal. 33

3
dalam membaca kurang lancar, pelafalan, dan intonasi dalam membaca belum
tepat. Selain itu faktor penyebab lain diantaranya minat baca siswa kurang,
bimbingan dari keluarga masih kurang, motivasi yang diberikan kepada siswa
baik dari guru maupun keluarga masih kurang, serta teknik pembelajaran yang
digunakan secara konvensional.  
Secara fisik, bermain memberikan peluang bagi anak untuk
mengembangkan kemampuan motoriknya. Permaian seperti dalam olahraga
mengembangkan kelenturan, kekuatan serta ketahanan otot pada anak. Permaian
dengan kata-kata (mengucapkan kata-kata) merupakan suatu kegiatan melatih otot
organ bicara sehingga kelak pengucapan kata-kata menjadi lebih baik. Diaz, A.
(1992:142) mengemukakan pula bahwa dalam bermain, anak juga belajar
berinteraksi secara sosial, berlatih untuk saling berbagi dengan orang lain,
menignkatkan tolerasi sosial, dan belajar berperan aktif untuk memberikan
kontribusi sosial bagi kelompoknya.4
Melalui bermain, anak juga berkesempatan untuk mengembangkan
kemampuan nalarnya, karena melalui permainan serta alat-alat permainan anak-
anak belajar mengerti dan memahami suatu gejala tertentu. Kegiatan ini sendiri
merupakan suatu proses dinamis di mana seorang anak memperoleh informasi dan
pengetahuan yang kelak dijadikan landasar dasar pengetahuannya dalam proses
belajar berikutnya di kemudian hari.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan judul: Melalui Teknik Permainan Bahasa untuk Memajukan
Minat Baca di Madrasah Ibtidaiyah (Penelitian Tindakan Kelas pada
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas II MI Manbaut Tholibin
Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar).

B. Rumusan Masalah

4
Asyhar, R. 2012. Kreatif mengembangkan media pembelajaran. Jakarta: CV Abadi Jaya

4
1. Bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran dalam memajukan
kemampuan minat baca siswa melalui teknik permainan bahasa di Kelas II
MI Manbaut Tholibin?
2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dalam memajukan
kemampuan minat baca siswa melalui teknik permainan bahasa di Kelas II
MI Manbaut Tholibin?
3. Bagaimana memajukan kemampuan minat baca siswa melalui teknik
permainan bahasa di Kelas II MI Manbaut Tholibin?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui rencana pelaksanaan pembelajaran dalam
meningkatkan kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan
bahasa melengkapi di Kelas II MI Manbaut Tholibin.
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan
kemampuan membaca siswa melalui teknik permainan bahasa di Kelas II
MI Manbaut Tholibin.
3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca siswa melalui
teknik permainan bahasa di Kelas II MI Manbaut Tholibin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan yang terkait digunakannya teknik permainan bahasa
untuk meningkatkan kemampuan  membaca siswa Madrasah Ibtitaiyah.
2. Manfaat Praktis
Secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah bermanfaat bagi siswa,

guru, dan peneliti lainnya.

a. Bagi Siswa

5
1) Memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam hal

pengembangan potensi minat dan bakat melalui pembelajaran yang

menyenangkan.

2) Sebagai wahana dan fasilitas untuk meningkatkan kemampuan

membaca siswa.

3) Memberikan motivasi untuk gemar belajar bahasa Indonesia,

sehingga proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang

sedang dipelajari.

b. Bagi Guru

1) Untuk memperoleh gambaran dan menjadikan suatu alternatif

teknik pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca

siswa.

2) Menjadikan dorongan untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan

dengan melaksanakan pembelajaran yang bermakna.

3) Memberikan pengalaman berupa mengatasi permasalahan

pembelajaran melalui pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

c. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat memotivasi peneliti lain untuk

melakukan penelitian sejenis sehingga dapat menghasilkan beragam

teknik pembelajaran baru dalam membaca khususnya dan dapat

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya.

BAB II

6
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Membaca
Menurut Vacca (1991:172), “Membaca adalah proses aktif dari pikiran

yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan”. Dalam kegiatan membaca,

pembaca memproses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna.

Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena

membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat

untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian, anak sejak

kelas awal MI perlu memperoleh latihan membaca dengan baik khususnya

membaca permulaan. Para ahli telah mendefiniskan tentang membaca dan tidak

ada kriteria tertentu untuk menentukan suatu definisi yang dianggap paling benar.

Menurut Harris dan Sipay (1980:10) “Membaca sebagai suatu kegiatan

yang memberikan respon makna secara tepat terhadap lambang verbal yang

tercetak atau tertulis”. Pemahaman atau makna dalam membaca lahir dari

interaksi antara persepsi terhadap simbol grafis dan keterampilan bahasa serta

pengetahuan pembaca. Dalam interaksi ini, pembaca berusaha menciptakan

kembali makna sebagaimana makna yang ingin disampikan oleh penulis dan

tulisannya. Dalam proses membaca itu pembaca mencoba mengkreasikan apa

yang dimaksud oleh penulis.5

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa membaca adalah proses

interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi

bacaan berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kompetensi kebahasaannya.

Dalam proses pemahaman bacaan tersebut, pembaca pada umumnya membuat


5
Nana, Sudjana. (1997). Media Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Hal 4

7
ramalan-ramalan berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks

situasi yang kemudian diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang

diperoleh.

B. Membaca Permulaan

Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan

dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian

membaca secara mekanikal. Menurut Anderson (1972:209), “Membaca

permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan

decoding”. Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis.

Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual.

Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar

bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding, pembaca mengasosiasikan

gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan

proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian

bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.

Menurut La Barge dan Samuels (dalam Downing and Leong, 1982: 206),

bahwa : Proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) Visual

Memory (VM), (b) Phonological Memory (PM), dan (c) Semantic Memory (SM).
6
Lambang-lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi

kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Membaca

permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses

keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang

6
Suyatno. (2004). Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC. Hal 8

8
fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang

fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.

C. Kemampuan Membaca

Membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang

mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih

kecil. Menurut Tarigan (1999:10-11), “Keterampilan membaca mencakup tiga

komponen, yaitu : (1) pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, (2)

korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang

formal, dan (3) hubungan lebih lanjut dari (1) dan (2) dengan makna atau

meaning.”7

Hubungan lebih lanjut dari (1) dan (2) dengan makna atau meaning pada

hakikatnya merupakan keterampilan intelektual; ini merupakan kemampuan atau

abilitas untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas melalui unsur-

unsur bahasa yang formal, yaitu kata-kata sebagai bunyi, dengan makna yang

dilambangkan oleh kata-kata tersebut.

Berdasarkan dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks karena terdiri atas beberapa

komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Komponen-komponen

tersebut membentuk satu kesatuan yang saling melengkapi. Komponen utama

yang tercakup dalam keterampilan membaca adalah (1) pengenalan terhadap

aksara, kata-kata, dan tanda baca yang biasanya dipelajari pada kelas permulaan,

7
Semiawan, Conny. R. (2002). Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta:
PT Ikrar Mandiri Abadi. Hal 3-4

9
dan (2) pemahaman terhadap kata, kelompok kata, dan kalimat untuk kemudian

menafsirkannya sebagai suatu makna.

D. Teknik Permainan Bahasa

Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari

yang tidak dikenali sampai pada yang diketahui, dan dari yang tidak dapat

diperbuatnya sampai mampu melakukannya. Menurut Semiawan, (2002:21),

bahwa: Bermain bagi anak memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan

perkembangan kehidupan sehari-hari. Pada permulaan setiap pengalaman bermain

memiliki resiko. Ada resiko bagi anak untuk belajar misalnya naik sepeda sendiri,

belajar meloncat. Unsur lain adalah pengulangan. Anak mengkonsolidasikan

keterampilannya yang harus diwujudkannya dalam berbagai permainan dengan

nuansa yang berbeda. Dengan cara ini anak memperoleh pengalaman tambahan

untuk melakukan aktivitas lain. Melalui permainan anak dapat menyatakan

kebutuhannya tanpa dihukum atau terkena teguran misalnya bermain boneka

diumpamakan sebagai adik yang sesungguhnya.8

Permainan bahasa merupakan perminan untuk memperoleh kesenangan

dan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan

menulis). Apabila suatu permainan menimbulkan kesenangan tetapi tidak

memperoleh keterampilan berbahasa tertentu, maka permainan tersebut bukan

permainan bahasa. Sebaliknya, apabila suatu kegiatan melatih keterampilan

bahasa tertentu, tetapi tidak ada unsur kesenangan maka bukan disebut permainan

8
Tim Pelatih Proyek PGSM. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Hal 2

10
bahasa. Dapat disebut permainan bahasa, apabila suatu aktivitas tersebut

mengandung kedua unsur kesenangan dan melatih keterampilan berbahasa

(menyimak, berbicara, membaca dan menulis).

Setiap permainan bahasa yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran

harus secara langsung dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Anak-

anak pada usia 6 – 8 tahun masih memerlukan dunia permainan untuk membantu

menumbuhkan pemahaman terhadap diri mereka. Pada usia tersebut, anak-anak

mudah merasa jenuh belajar di kelas apabila dijauhkan dari dunianya yaitu dunia

bermain. Permainan hampir tak terpisahkan dengan kehidupan manusia. Baik

bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa semua membutuhkan permainan. Tentunya

dengan jenis dan sifat permainan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis kelamin,

bakat dan minat masing-masing. Tujuan utama permainan bahasa bukan semata-

mata untuk memperoleh kesenangan, tetapi untuk belajar keterampilan berbahasa

tertentu misalnya menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Aktivitas

permainan digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan

cara yang menyenangkan. 9

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode PTK

Neni. (2008). Penggunaan Media Pembelajaran Melengkapi Cerita Untuk Meningkatkan


9

Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Kenanga Kabupaten Cirebon,
PGSD Kampus Sumedang. Hal 3-4

11
Metode yang akan digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian

tindakan kelas (PTK) model Kemmis dan Mc.Taggart. Pertimbangan yang

mendasari penelitian metode ini, karena langkah-langkah penelitian cukup

sederhana, sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh peneliti. Dengan kata

lain, model dan teknik PTK tidak bersifat kaku, sehingga sesuai dengan

kemampuan peneliti dan alokasi waktu yang tersedia.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar

untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan

benar. Diimplementasikan dengan baik dan benar disini berarti pihak yang terlibat

(guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi

dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan

bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki

situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur

tingkat keberhasilannya.

PTK model Kemmis dan Mc.Taggart pada hakikatnya terdiri dari empat

tahap dalam tiap siklus, yaitu perencanaan tindakan dalam bentuk pembelajaran

dan sekaligus observasi, analisis dan refleksi yang dapat diulang sebagai siklus.

Refleksi dalam rangka memecahkan masalah. Pada dasarnya dalam melaksanakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh guru harus diawali dulu

dengan suatu tahapan pra penelitian tindakan kelas yang meliputi : Identifikasi

masalah, analisis masalah dan rumusan hipotesis tindakan. Tahapan Penelitian

12
Tindakan Kelas ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana

tindakan selesai disusun. 

KESIMPULAN

Berdasarkan data-data yang dapat disimpulkan bahwa media melalui


permainan bahasa memberikan pengaruh terhadap minat siswa membaca, serta
memberikan pengaruh terhadap ketertarikan dalam membaca, respon siswa,
kerjasama siswa dan kinerja siswa. Sebelum adanya perlakuan rata- rata minat
baca siswa adalah berkisar 62,24% dan setelah adanya penerapan media Games
Book maka minat membaca siswa menjadi 90,81%.Hal ini membuktikan bahwa
pendapat para ahli yang menyatakan bahwa metode dan media pembelajaran
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, sudah terbukti, dengan hasil pembuktian
data kuantitatif dan kualitatif berdasarkan intrumen penelitian dan validasi
instrumen oleh guru senior, pakar pendidikan dan teman sejawat.
Minat baca siswa kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah masih rendah. Dilihat dari
tingkat kunjungan siswa ke perpustakaan yang jarang dilakukan. Para siswa lebih
memilih di kelas, bercerita dengan teman, dibandingkan dengan membaca buku
ke perpustakaan. Rendahnya minat baca siswa disebabkan siswa kurang memiliki
perasaan, perhatian terhadap buku dan manfaat membaca, serta motivasi dari diri
sendiri maupun dari orang lain (lingkungan).

SARAN
Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti
sebagai berikut. Guru kelas harus mendorong siswa agar minat bacanya lebih baik
lagi (1) dorongan anak bercerita tentang apa yang telah didengar atau dibacanya,
(2) membeli buku yang menarik minat baca, (3) nukar buku dengan teman, (4)
berikan buku sebagai hadiah, dan (5) Menyediakan waktu membaca. memberikan
tugas dirumah untuk membaca dan siswa kelas 2 maka rata-rata akan membaca.

DAFTAR RUJUKAN

Neni. (2008). Penggunaan Media Pembelajaran Melengkapi Cerita Untuk


Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa

13
Kelas V SD Negeri 2 Kenanga Kabupaten Cirebon, PGSD
Kampus Sumedang.
Rahmat, Acep Saepul. 2017. “Games Book sebagai Media Peningkatan Minat
Baca pada Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi”,
Jurnal of Primary Education, Vol. 1 Nomor 1
Triatma, Ilham Nur. 2016. “Minat Baca pada Siswa Sekolah Dasar Negeri
Delegan 2 Prambanan Sleman Yogyakarta”, Jurnal Prodi
Teknologi Pendidikan, Vol. V Nomor 6
Tim Pelatih Proyek PGSM. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Semiawan, Conny. R. (2002). Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini.
Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi.
Suyatno. (2004). Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.

14

Anda mungkin juga menyukai