Anda di halaman 1dari 18

PROSEDUR TARJAMAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Tarjamah II

Dosen Pengampu : Syahabuddin Nur, M.Pd.I

Makalah

Disusun Oleh :

KELOMPOK III

Ahmad Yasir
Muhammad Ramadhan

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN (STIQ) AMUNTAI

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


MUQADDIMAH

Pertama kami mengucapkan puji syukur kepada Allah . Yang Maha


Penolong, karena berkat pertolongan-Nya lah makalah ini kami buat dan
selesai. Makalah ini di susun agar kita dapat memperluas wawasan kita.

Makalah ini dibuat dalam rangka pembelajaran mata kuliah


Tarjamah II tentang Manusia dan hal-hal yang berkaitan dengannya sangat
diperlukan. Dengan suatu masalah dapat di selesaikan dan di hindari kelak,
sekaligus menambah wawasan bagi kita semua.

Kami Juga mengucapkan Terima kasih kepada Syahabuddin Nur,


M.Pd.I.Selaku Dosen. Mata Kuliah Tarjamah II di Sekolah Tinggi Ilmu
Al-Qur’an. Dalam Menyusun Makalah ini yang Berjudul

Prosedur Tarjamah

sebagai bahan pembelajaran bagi kami.

Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, karena kami


juga masih dalam tahap pembelajaran. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan pendengar.

Terima Kasih

Amuntai, 29 September 2021

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

HALAMAN

MUQADDIMAH............................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I..............................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. Tujuan Maslaah.....................................................................................1

BAB II............................................................................................................2

PEMBAHASAN.............................................................................................2

A. Kaidah-kaidah Tarjamah.......................................................................2

B. Definisi Prosuder Tarjamah..................................................................3

C. Jenis Prosedur Penerjemahan................................................................5

D. Tahapan-tahapan Tarjamah.................................................................10

BAB III.........................................................................................................14

PENUTUP....................................................................................................14

A. Kesimpulan.........................................................................................14

B. Saran....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penguasaan teori terjemah sangatlah penting dan dibutuhkan oleh para
mahasiswa yang berkutik di bidang bahasa, sastra dan penerjemahan.
Terjemah sendiri adalah proses pemindahan kata dari bahasa sumber ke
bahasa sasaran untuk mengetahui maknanya.
Peranan terjemahan menjadi begitu penting untuk memahami ungkapan
perasaan dan pikiran seseorang atau suatu bangsa. Dari terjemahan
seseorang atau bangsa lain membuat kita dapat memahami isi (informasi)
dalam ungkapan bahasa itu, juga mendapat informasi ragam bahasa yang
dipakai dalam ungkapan itu.

Dalam menterjemahkan suatu bahasa perlu juga untuk kita mengetahui


prosedur-prosedur tarjamah agar mempermudah kita dalam menterjemahkan
suatu bahasa baik itu lisan maupun tulisan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kaidah-kaidah Tarjamah ?
2. Apa definisi Prosuder tarjamah ?
3. Apa saja jenis Prosuder Tarjamah ?
4. Apa saja Tahapan Tarjamah ?

C. Tujuan Maslaah
1. Untuk mengetahuio apa saja kaidah-kaidah Tarjamah.
2. Untuk mengetahui Definisi Prosuder Tarjamah.
3. Untuk mengetahui apa saja jenis Prosuder Tarjamah.
4. Untuk mengetahui apa saja Tahapan Tarjamah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kaidah-kaidah Tarjamah
Untuk menjadi Penerjemah yang baik mestilah mengetahui
bagaimana kaidah Tarjamah maka disini kami mencantumkan kaidah-
kaidah Tarjamah karena kami rasa sangat berkaitan dengan Prosuder
Tarjamah.

1. Kuasai bahasa asal (yang ingin diterjemahkan) dengan baik.


2. Kuasai bahasa sasaran dengan lebih baik.
3. Kuasai disiplin ilmu terkait dengan baik.
4. Menerjemahkan berarti memindahkan makna dan jiwa suatu tulisan
dari bahasa asal ke bahasa sasaran, dan bukan sekedar mengalih
bahasakan.
5. Ubah dari MD ke DM. Bahasa Arab cenderung menggunakan pola
MD (menerangkan dan diterangkan). Dalam kata lain,
mendahulukan predikat atau keterangan sebelum subjeknya.
Sedangkan Bahasa Indonesia menggunakan pola sebaliknya (DM).
6. Ubah susunan kalimat menjadi S-P-O-K sebisa mungkin. Bahasa
Arab bersifat luwes dan tidak begitu memperhatikan posisi subjek,
predikat, objek, dan keterangan. Lain halnya dengan Bahasa
Indonesia yang sangat memperhatikan hal tersebut. Hal ini sangatlah
dibutuhkan untuk menyelaraskan bahasa penulis kedalam bentuk
terjemahan sehingga enak dibaca dan mudah dipahami.
7. Terjemahan harus sesuai maksud yang mengucapkan dan
konteksnya.
8. Pergunakan catatan kaki. Catatan kaki perlu digunakan, dalam artian
harus dengan jumlah dan cara yang proporsional. Catatan kaki
dibutuhkan untuk menjelaskan makna suatu kata yang tidak ada
padanan kata yang sesuai dalam bahasa sasaran, dan terlalu panjang

2
untuk dijelaskan pada inti kalimat. Catatan kaki adalah tempat baik
untuk menukil takhrij hadits dan syarahnya yang singkat. Catatan
kaki jangan lebih panjang dari nash induknya, karena akan
melelahkan pembaca dan mengacaukan konsentrasi terhadap pokok
bahasan.1

B. Definisi Prosuder Tarjamah


Prosuder Menurut Kamus Besar Indonesia yaitu beberapa makna
yaitu : Langkah-langkah, Proses, dan Tahap kegiatan yang mana
menyelesaikan suatu aktivitas ataupun masalah.

Prosedur berasal dari bahasa Inggris “procedure” yang bisa diartikan


sebagai cara atau tata cara. Akan tetapi kata procedure lazim digunakan
dalam kosakata Bahasa Indonesia yang dikenal dengan kata prosedur.
Dalam Kamus Manajemen, prosedur berarti tata cara melakukan pekerjaan
yang telah dirumuskan dan diwajibkan.

Penerapan metode,prosedur dan teknik penerjemahan Bukanlah


bersifat hitam putih, harus selalu ada dalam setiap proses penerjemahan.
Dalam praktiknya penerjemah tidak mesti menggunakan teknik tunggal.
Namun bisa saja menerapkan dua (kuplet), tiga (tpirlet), atau (kwartet)
teknik penerjemahan sekaligus dalam menangani masalah penerjemahan.
Jadi beberapa teknik atau prosedur amanat yang terdapat dalam teks sumber.
Tidak lain dan tidak bukan. Penggunaan beberapa teknik dalam
penerjemahan yang berkualitas.2

Umumnya, proses penerjemahan diawali dengan mengkaji seluruh


teks sebelum mulai menerjemahkannya. Setelah memperoleh gambaran
tentang isi pesan teks, penerjemah bisa memecahnya menjadi bagian bagian
teks-ukuran besar kecil clan jenis unitnya akan tergantung kepada sifat teks,

1
Ust. Sufyan F Baswedan, Lc., Panduan Menerjemahkan Arab-Indonesia
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010).hal 9
2
M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Aran Indonesia: Strategi, Metode,
Prosedur, Teknik (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011). Hlm 61

3
panjang-pencleknya, tingkat kesulitannya, clan juga termasuk bergantung
kepada temperamen clan kemampuan penerjemah itu sendiri. Proses
penerjemahan ini bisa dikatakan sebagai model, meminjam istilah yang
umum digunakan dalam proses membaca, topdown model, yakni dimulai
dari tingkat yang lebih tinggi, keseluruhan teks, menuju pada unsur atau unit
yang lebih renclah.

Tetapi tahapan penerjemahan bisa juga dilakukan dengan proses


yang sebaliknya dari top- down model, yakni dimulai dari fragmen menuju
keseluruhan mulai dari yang sederhana menuju kepada yang lebih sulit.
Proses ini bisa juga dinamakan bottom-up model. 3 Selain ini ada beberapa
proses penerjemahan yang dikemukakan salah satu pakar penerjemahan
sebagai berikut:

Proses Penetjemahan Model Hervey

Menurut Hervey, Higgoins, clan Loughridge proses penerjemahan


bisa dibagi menjadi dua kcgiatan: memahami teks sumber (Tsu) clan
merumuskan teks sasaran (Tsa). Dua kegiatan ini tentu saja tidak harus
berarti selalu dilakukan secara bergantian atau berurutan tetapi bisa
dilakukan secara bersamaan, yakni penetjemah memahami isi teks bahasa
sumber lalu pada saat yang sama pemahaman tersebut dirumuskan dalam
teks bahasa sasaran. Proses ini begitu sederhananya sehingga dikatakan
sebagai penetjemahan yang biasa clan mudah, bukan sebagai proses yang
luar biasa clan rumit. prosedur penerjemahan berlaku untuk kalimat dan
satuan - satuan bahasa yang lebih kecil seperti klausa, frase, dan kata.4199

3
Andi Syarifah Witraniyah Assaggaf, “Implementasi Thariqah Qawa’id Wa
Tarjamah Pada Pembelajaran Bahasa Arab Di Madrasah Aliyah Program Keagamaan
(MAN PK) MAN 3 Makassar,” Diwan: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab 5, no. 1 (t.t.): 78–
91.
4
Sandor Hervey, Ian Higgins, dan Micahel Loughridge, Thinking German
Translation: A Course in Translation Method : German to English (London: Routledge,
1995). hal 7-8

4
C. Jenis Prosedur Penerjemahan
Istilah prosedur dibedakan dari metode. Konsep yang pertama
merujuk pada proses penerjemahan kalimat dan unit-unit terjemah yang
lebih kecil, sedangkan konsep kedua, seperti telah dikemukakan diatas,
mengacu pada proses penerjemahan nas secara keseluruhan.

Perbedaan antara metode dan prosedur terletak pada objeknya.


Objek metode adalah nas secara keseluruhan, sedangkan objek prosedur
berupa kalimat sebagai unit penerjemahan terkecil, dan kalimat ini
merupakan bagian dari nas. Persamaan antara metode dan prosedur ialah
bahwa keduanya merupakan cara yang digunakan oleh penerjemah dalam
memecahkan masalah penerjemahan. Selanjutnya, secara konseptual metode
digunakan sebagai prinsip umum atau pendekatan dalam menangani sebuah
teks, sedangkan prosedur memperhatikan adanya tahapan penanganan
masalah.

Karena objek prosedur itu berupa kalimat dan kalimat itu sendiri
sangat banyak jenisnya dan sangat variatif, maka tidaklah mengherankan
jika jenis prosedur pun sangat banyak dan variatif. Al Farisi mengutip
pernyataan Newmark mengenai Prosedur dalam penerjemahan

1. Prosedur Literal

Prosedur ini tidak dapat dihindari pemakaianya selama dapat


menjamin ekuivalensi pragmatis dan referensial dengan bahasa sumber.
Maksudnya, prosedur ini digunakan jika makna bahasa sumber
berkorespondensi dengan makna bahasa penerima atau mendekatinya, dan
kata itu hanya mengacu pada benda yang sama, bahkan memiliki asosiasi
yang sama pula.5

Objek prosedur ini merentang mulai dari penerjemahan kata demi


kata, frase demi frase, kolokasi demi kolokasi, hingga kalimat demi kalimat.

5
Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Aran Indonesia: Strategi, Metode, Prosedur,
Teknik. Hlm 62

5
Namun, semakin panjang unit terjemahan, semakin sulit prosedur literal
diterapkan. Prosedur penerjemahan literal tampak pada contoh berikut ini.

‫وكام أن القرشة السفىل ظاىرة النفع ابالضافة إىل القرشة العليا فإهنا تصون اللب وحترسو عن الفساد عند‬
‫ فصلت أمكن أن ينتفع هبا حطبا لكهنا انزةل القدر إىل اللب وكذكل لررد الاعتقاد من غري كشف كثري النفع‬E‫الادخار وإ ذا‬
‫ابالضافة إىل لررد نطق اللسان انقص القدر ابالضافة إىل الكشف وادلشاىدة اليت حتصل ابنرشاح الصدر وانفساحو وإ رشاق‬
‫نور احلق فيو‬.

(‫)احياء علوم ادلين‬

“Sebagaimana kulit terbawah itu tampak manfaatnya dengan


dikaitkan kepada kulit yang teratas, maka ia menjaga isi dan memeliharanya
dari kerusakan ketika disimpan. Apabila dipisahkan, niscaya mungkin
dimanfaatkan untuk kayu api. Akan tetapi, turun kadarnya dengan dikaitkan
kepada isi. Begitu juga, semata-mata i‟tiqad, tanpa tersingkap banyaknya
manfaat, dengan dikaitkan kepada semata-mata penuturan lisan itu kurang
kadarnya, dengan dikaitkan kepada tersingkap dan penyaksian yang berhasil
dengan terbukanya dada dan kelapangannya, tersinarnya nur kebenaran
padanya”. ( Terjemah Kitab Ihya Ullumuddin).

Contoh di atas menunjukkan bahwa penerjemah mengalihkan nas


sumber ke nas penerima secara literal, yaitu huruf demi huruf, kata demi
kata, frase demi frase, klausa demi klausa, dan struktur demi struktur
dialihkan secara persis dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia tanpa
mempedulikan apakah urutan itu berterima atau tidak di dalam bahasa
penerima. Akibat dari pemakaian prosedur ini, timbullah kesulitan dalam
memahami kalimat terakhir, yaitu:

Begitu juga, semata-mata i.tiqad, tanpa tersingkap banyaknya


manfaat, dengan dikaitkan kepada semata-mata penuturan lisan itu kurang
kadarnya, dengan dikaitkan kepada tersingkap dan penyaksian yang berhasil
dengan terbukanya dada dan kelapangannya, tersinarnya nur kebenaran
padanya

6
Terjemahan di atas adalah benar. Artinya, makna nas sumber dapat
diungkapkan dalam nas penerima. Namun, terjemahan itu tidak jelas karena
adanya kelompok frase yang ganjil atau kurang dikenal di dalam bahasa
penerima, seperti semata-mata i.tiqad; semata-mata penuturan lisan; kepada
tersingkap dan penyaksian; dikaitkan kepada; dan tersinarnya nur
kebenaran. Ketidaklaziman ini pun ditambah dengan banyaknya keterangan
yang memisahkan subjek, yaitu semata-mata i.tiqad, dari predikat berupa
kurang kadarnya. Sesungguhnya keterangan subjek yang panjang tidak akan
mengaburkan kaitannya dengan predikat selama keterangan itu dihubungkan
dengan konektor yang tepat, disusun dalam frase subordinatif yang jelas,
dan digunakannya tanda baca yang akurat.

2. Prosedur Transkirpsi atau Transfer dan Naturalisasi

Transfer dipahami sebagai prosedur pengalihan suatu unit linguistik


dari bahasa sumber ke dalam nas bahasa penerima dengan menyalin huruf
atau melakukan transliterasi. Hal-hal yang biasa ditransfer ialah nama orang,
nama georafis dan tofografis, judul jurnal, buku, majalah, surah kabar, karya
sastra, drama, nama institusi pemerintah, swasta, masyarakat, dan nama
jalan serta alamat.

Dalam nas sastra dan iklan, kata-kata kebudayaan sering ditransfer


untuk memberi warna lokal, menarik perhatian pembaca, menimbulkan
keintiman antara nas dan pembaca, dan untuk mengapresiasi budaya bahasa
sumber.

Berikut ini adalah contoh penggunaan prosedur transfer dan


penyesuaian ungkapan yang ditransfer dengan karakteristik bahasa penerima
seperti tampak pada kata yang diberi garis bawah pada nas sumber dan yang
dicetak dengan huruf miring pada terjemahannya.

‫ بدأت دراسة اللغة العربية يف سن اخلامسة عرشة‬، ‫آان ماری مشيل من أشهر ادلسترشقني األدلان ادلعارصين‬
E‫وتتقن العديد من لغات ادلسلمني وىي الرتكية والفارسية والاردو‬

7
“Annemarie Schimmel salah seorang orientalis kontemporer Jerman
yang kondang mulai belajar bahasa Arab pada usia 15 tahun, lalu
mendalami beberapa bahasa umat Islam seperti Turki, Persia, dan Urdu”.

Pada contoh di atas tampaklah bahwa penerjemah menyesuaikan


kata yang ditransfer dengan sistem pelapalan dan morfologi bahasa
penerima, sehingga kata itu selaras dengan bahasa penerima. Masalah ini
akan dibahas lebih lanjut dalam bab tersendiri.

3. Prosedur Ekuivalensi Budaya

Dalam prosedur ini kata budaya bahasa sumber diterjemahkan


dengan kata budaya bahasa penerima yang ekuivalen. Prosedur ini
digunakan secara terbatas, karena tidak ada dua budaya yang persis sama,
misalnya dalam nas yang bersifat umum, publikasi atau propaganda, dan
dalam penjelasan singkat kepada pembaca yang kurang mengetahui budaya
bahasa sumber. Dalam praktiknya, prosedur ini kerap dilengkapi dengan
prosedur ekuivalensi fungsional dan deskriptif. Berikut ini adalah beberapa
contoh pemakaian prosedur ekuivalensi budaya.

Allah SWT berfirman:

ْ ‫َوقَا َل الْ َمكِل ُ اْئ ُت ْويِن ْ ِب ٖه ۚفَلَ َّما َج ۤا َء ُه َّالر ُس ْو ُل قَا َل ْارجِ ْع ِاىٰل َرب ّ َِك فَ ْسـَٔهْل ُ َما اَب ُل ال ِن ّ ْس َو ِة ا ٰل ّيِت ْ قَ َّط ْع َن َايْ ِدهَي ُ َّن ۗ ِا َّن َريِّب‬
ٌ ‫ِب َك ْي ِد ِه َّن عَ ِلمْي‬

"Dan raja berkata, “Bawalah dia kepadaku.” Ketika utusan itu datang
kepadanya, dia (Yusuf) berkata, “Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakan
kepadanya bagaimana halnya perempuan-perempuan yang telah melukai
tangannya. Sungguh, Tuhanku Maha Mengetahui tipu daya mereka.”" QS.
Yusuf[12]:50

Pada contoh diatas penerjemah berupaya mendeskripsikan ungkapan


kebudayaan ahzimah amniyyah dengan ikat pinggang pengaman. Namun,
prosedur ini menghilangkan nuansa budaya dari kata yang diterjemahkan,

8
karena deskripsi itu tidak lazim dalam bahasa penerima. Dalam tuturan
orang Indonesia dikenal ungkapan sabuk pengaman untuk menggambarkan
sesuatu yang berbentuk tali, jalur, atau benteng, yang berfungsi menjaga
keamanan. Dengan demikian, ahzimah amniyyah diterjemahkan dengan
sabuk pengaman. Meskipun ikat pinggang itu bersinonim dengan sabuk,
tetapi menyandingkan ikat pinggang dengan pengaman tidaklah alamiah dan
wajar. Yang wajar ialah memasangkan sabuk dengan pengaman.

4. Prosedur Modulasi

Prosedur ini dipahami sebagai pengubahan pandangan atau


perspektif yang berkaitan dengan kategori pemikiran atau pengubahan unsur
leksis suatu unit linguistik dengan unsur linguistik yang berbeda dalam
bahasa penerima. Misalnya, bentuk jamak diterjemahkan dengan bentuk
tunggal atau sebaliknya, kategori verba diterjemahkan menjadi nomina, dan
kalimat aktif diterjemahkan dengan kalimat pasif. Berikut adalah contoh
pemakaian prosedur modulasi.

‫فاصاهبم سيئات ما معلوا‬

“Maka mereka ditimpa oleh (akibat) kejahatan perbuatan mereka”.


(an -Nahl: 34)

Pada contoh diatas tampak gejala pengubahan konstruksi aktif


menjadi pasif, yaitu ashabahum yang aktif dimodulasikan menjadi pasif,
ditimpa. Di samping itu terlihat pula pengubahan bentuk jamak menjadi
tunggal seperti kata sayyi`at yang berbentuk jamak diterjemahkan dengan
kejahatan yang berbentuk tunggal.

5. Prosedur Transposisi

Prosedur ini berkaitan dengan pengubahan dan penyesuaian struktur


bahasa sumber dengan struktur bahasa sasaran. Prosedur ini ditempuh
tatkala penerjemah tidak menemukan struktur bahasa penerima yang sama

9
dengan struktur bahasa sumber. Penerjemah, misalnya, dapat mengubah
kalimat majemuk menjadi beberapa kalimat tunggal, bentuk tunggal
menjadi jamak atau sebaliknya, atau kategori verba menjadi nomina. Karena
prosedur ini sangat penting, maka pembahasannya yang memadai akan
disajikan pada bab tersendiri berikut teknik-tekniknya.Sebagai pengantar
awal, berikut ini disajikan contoh pemakaian prosedur transposisi.

Allah SWT berfirman:

‫ٰذ ِلمُك ُ اهّٰلل ُ َربُّمُك ْ ۚ ٓاَل ِاهٰل َ ِااَّل ه َُۚو خَا ِل ُق لُك ِّ يَش ْ ٍء فَا ْع ُبدُ ْو ُه َۚوه َُو عَىٰل لُك ِّ يَش ْ ٍء َّو ِك ْي ٌل‬

"Itulah Allah, Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia; pencipta
segala sesuatu, maka sembahlah Dia; Dialah pemelihara segala sesuatu."

QS. Al-An'am[6]:102

Pada contoh di atas tampak bahwa penerjemah menerapkan cara


penerjemahan yang diistilahkan dengan prosedur transposisi. Di antara

cara itu ialah mengubah nas sumber yang berkategori nomina


menjadi verba. Pada contoh diatas kata alim dan raqib diterjemahkan
menjadi mengetahui dan menjaga dan mengawasi.6

D. Tahapan-tahapan Tarjamah
1. Tunning

Tunning (penjajagan) merupakan tahap penjajagan atas teks sumber


yang akan diterjemahkan. Sebelum melakukan penerjemahan, terlebih
dahulu penerjemah melakukan penjajagan konteks bahasa sumber. Misalnya
tema dari bahasa sumber yang akan diterjemahkan. Jika teks dari bahasa
sumber termasuk dalam bidang khusus, maka langkah yang dilakukan oleh
penerjemah adalah memiliki pengetahuan tematis terhadap teks bahasa
sumber. Aspek lain yang perlu diperhatikan pada tahap tunning adalah

6
Syihabuddin, “Penerjemahan Arab-Indonesia Teori dan Praktik”, (Bandung:
Humaniora, 2005). Hlm 84-92

10
istilah-istilah khusus dalam bahasa sumber. Jadi, pada tahap ini, sebelum
kegiatan penerjemahan dilakukan, penerjemah menandai istilah-istilah
teknik, defenisi, lalu dicari padanan dalam bahasa sasaran.

2. Analysis

Analysis (analisis) merupakan tahap menganalisis isi pesan bahasa


sumber (BSu) secara gramatikal dan semantik (makna). Pada tahap ini,
penerjemah menganalisis atau memeriksa struktur kalimat yang rumit (jika
ditemukan) dan struktur kalimat bahasa sumber dipecah-pecah menjadi
satu-satuan gramatikal berstruktur kalimat dasar, kata-kata dan frase dengan
tujuan menangkap makna yang ada.

3. Understanding

Understanding (pemahaman) merupakan tahap pembacaan dan


pemahaman teks bahasa sumber. Dalam tahap ini, seorang penerjemah harus
menguraikan tiap-tiap kalimat dalam bahasa sumbernya ke dalam satuan-
satuan berupa kata-kata atau frase-frase. Kemudian menentukan hubungan
sintaksis antara berbagai unsur kalimat tersebut. Dalam tahap ini, metode
penerjemahan yang dapat digunakan, adalah:

a. Model Modulasi, model modulasi adalah penggunaan ungkapan-


ungkapan yang berbeda dalam bahasa sasaran, namun memiliki
pengertian yang sama dengan ungkapan-ungkapan dalam bahasa
sumber. Model ini timbul dari kebutuhan untuk mengatakan sesuatu
dengan cara yang berbeda-beda dalam bahasa yang berbeda-beda.
b. Model Generatif dalam penerjemahan adalah penggunaan pola yang
berbeda dalam struktur kalimat namun dengan kesamaan makna.
Model ini diperlukan karena banyaknya pola kalimat yang tidak
sama antara satu bahasa dengan bahasa lainnya.
c. Model Integral, model ini muncul dari kebutuhan akan strategi
penerjemahan yang menyeluruh untuk menjamin terjaganya
konsistensi dan keindahan dalam produk fase perakitan ini. Model

11
ini terutama diperlukan bila hendak menerjemahkan teks yang
canggih, seperti sajak-sajak atau puisi. Kesesuaian bentuk dan rima
dalam bahasa sumber harus terjaga konsistensinya dengan yang
terdapat dalam bahasa sasaran.
4. Terminology (Peristilahan)

Dalam tahap ini, penerjemah memikirkan pengungkapan terjemahan


ke dalam bahasa sasaran. Terutama berfokus pada menemukan istilah-
istilah, ungkapan-ungkapan yang tepat, cermat dan selaras dalam bahasa
sasaran. Kata yang penerjemah gunakan jangan sampai menyesatkan,
menertawakan atau menyinggung perasaan pengguna bahasa sasaran.
Penerjemahan dalam tahap ini dilakukan dengan model penerjemahan
nomenklatif. Model penerjemahan nomenklatif ini menekankan agar
seorang penerjemah menggunakan istilah-istilah teknis yang sesuai dengan
istilah-istilah yang digunakan dalam cabang ilmu tertentu.

5. Restructuring (Perakitan)

Dalam tahap ini, penerjemah menyusun kembali semua yang sudah


dirancangkan, disesuaikan, dan diselaraskan dengan bahasa sasaran.
Penerjemah diharapkan untuk mengikuti gaya bahasa pengarang. Checking
(Pengecekan)

Dalam tahap ini, penerjemah memeriksa kembali hasil terjemahan


pertama dalam draft pertama. Penerjemah menandai kesalahan-kesalahan
pada bagian-bagian terjemahan. Dalam mengecek terjemahan ada dua
model penerjemahan yang dianjurkan, yaitu model normatif dan model
pengecekan tiga tahap. Pengecekan, sesuai dengan tujuannya untuk menilai
baik tidaknya terjemahan, dilakukan sesuai dengan petunjuk-petunjuk
penerjemahan (normatif). Pengecekan tiga-tahap dilakukan dengan dengan
menilai apakah terjemahan lurus sudah menyampaikan makna yang
dimaksudkan.

12
6. Discussion (Pembicaraan)

Penerjemah mendiskusikan dengan orang lain mengenai hasil


terjemahan. Baik menyangkut isi maupun menyangkut bahasa
terjemahannya. Dalam hal ini, disarankan untuk tidak melibatkan
terlalu banyak orang. Cukup beberapa orang yang berkompeten saja,
untuk menghindari perusakan dengan terlalu banyak masukan yang
membuat bingung. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan model
interaktif. Dalam perbincangan interaktif, penerjemah dan pihak lain
yang disebut sebagai penasehat yang ahli di bidang yang
bersangkutan, saling bertukar informasi demi memperkecil
kemungkinan adanya penyelewengan arti dalam hasil
terjemahannya.7

7
Linguwiz, “Tahap Kegiatan
Penerjemahan,”http://www.linguwiz.com/2019/09/10/tahap-kegiatan-penerjemahan/,
(diakses 29 September 2021)

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prosuder Menurut Kamus Besar Indonesia yaitu beberapa
makna yaitu : Langkah-langkah, Proses, dan Tahap kegiatan yang
mana menyelesaikan suatu aktivitas ataupun masalah.

Prosedur berasal dari bahasa Inggris “procedure” yang bisa


diartikan sebagai cara atau tata cara. Akan tetapi kata procedure
lazim digunakan dalam kosakata Bahasa Indonesia yang dikenal
dengan kata prosedur. Dalam Kamus Manajemen, prosedur berarti
tata cara melakukan pekerjaan yang telah dirumuskan dan
diwajibkan.

Istilah prosedur dibedakan dari metode. Konsep yang pertama merujuk pada
proses penerjemahan kalimat dan unit-unit terjemah yang lebih kecil,
sedangkan konsep kedua, seperti telah dikemukakan diatas, mengacu pada
proses penerjemahan nas secara keseluruhan.

1. Prosedur Literal
2. Prosedur Transfer dan Naturalisasi
3. Prosedur Ekuivalensi Budaya
4. Prosedur Modulasi
5. Prosedur Transposisi

B. Saran
Makalah ini belum bisa disebut dengan karya ilmiah yang
bagus karena masih terdapat kekurangan dalam pembahasan yang
kami cari . dan dengan keterbatasan ilmu kami karena kami disini
masih belajar dan pembahasannya baru bagi kami.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al Farisi, M. Zaka. Pedoman Penerjemahan Aran Indonesia: Strategi,


Metode, Prosedur, Teknik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
Assaggaf, Andi Syarifah Witraniyah. “Implementasi Thariqah Qawa’id Wa
Tarjamah Pada Pembelajaran Bahasa Arab Di Madrasah Aliyah
Program Keagamaan (MAN PK) MAN 3 Makassar.” Diwan: Jurnal
Bahasa dan Sastra Arab 5, no. 1 (t.t.):
Linguwiz. “Tahap Kegiatan Penerjemahan.”
http://www.linguwiz.com/2019/09/10/tahap-kegiatan-
penerjemahan/,
Sandor Hervey, Ian Higgins, dan Micahel Loughridge. Thinking German
Translation: A Course in Translation Method : German to English.
London: Routledge, 1995.
Syihabuddin. “Penerjemahan Arab-Indonesia Teori dan Praktik”,.
Bandung: Humaniora, 2005.
Ust. Sufyan F Baswedan, Lc. Panduan Menerjemahkan Arab-Indonesia.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.

15

Anda mungkin juga menyukai