Anda di halaman 1dari 14

TEKNIK PENGAJARAN MENYIMAK (MAHARAH AL-ISTIMA’)

MAKALAH
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Pembelajaran Bahasa
Arab
Dosen Pengampu: Ikhlas, Mpd.

Oleh:
AHMAD KHOIRUL FAHMI
2088204003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
TANGERANG
2022/2023
Kata Pengantar

Segala puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayat, dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan makalah
yang berjudul “Teknik Pengajaran Menyimak (Maharah Al-Istima’)” dengan tepat waktu.
Terimakasih saya ucapkan kepada bapak Ikhlas, Mpd. yang telah membimbing dan
mendidik dengan penuh kesabaran.
Karena manusia tak luput dari kesalahan, maka penulis sadar akan kekurangan-
kekurangan yang dimilikinya, dan berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran
terhadap makalah ini.
Tangerang, 5 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................................ 2
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
A. Makna dan Urgensi Pengajaran Maharah Al-Istima’ ..................................................... 5
B. Prinsip-Prinsip dalam Pengajaran Maharah Al-Istima’ .................................................. 8
C. Prosedur dan Tahapan dalam Pengajaran Maharah Al-Istima’ ...................................... 9
BAB III .................................................................................................................................... 14
PENUTUP................................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang yang lain-
nya diperlukan adanya suatu komunikasi. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang
utama dalam menyampaikan informasi, gagasan, ide, persasaan, dan sebagainya.
Dilihat dari karakteristik keakttifan seseorang dalam berbahasa, keterampilan
berbahasa dapat dibagi menjadi dua, yaitu: keterampilan aktif-reseptif dan keterampilan
aktif-produktif. Yang dimana keterampilan aktif reseptif ini merupakan kemampuan
untuk secara aktif memahami makna pembicaraan atau tulisan orang lain. Sedangkan
kemampuan Bahasa arab aktif produktif adalah kemampuan untuk menggunakan
Bahasa sebagai media penyampaian ide, gagasan, perasaan, dan sebagainya. Baik
secara lisan maupun tulisan.
Kegiatan menyimak (Maharah Al-Istima’) merupakan kemampuan Bahasa
yang bersifat reseptif, yang pada hakikatnya merupakan kemampuan atau proses
decoding (Fakk al-rumuz), yaitu kemampuan atau proses untuk memahami lambing
Bahasa yang dipakai oleh pihak lain. Pemahaman terhadap Bahasa yang dipakai oleh
pihak lain tersebut dapat memalui dua sarana, yaitu bunyi dan tulisan.
Memahami Teknik pengajaran menyimak merupakan suatu hal yang penting
bagi seorang pendidik. Dikarenakan seorang pendidik harus mampu menemukan
metode dan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran bahasa Arab. untuk
membantu mencapai kesuksesan dalam proses pembelajaran, dan didalam makalah ini
akan dijelaskan mengenai teori- teori dan juga Teknik dalam pengajaran maharah al-
istima.

B. Rumusan Masalah
Berikut adalah beberapa rumusan masalah dalam pembahasan Teknik
pengajaran menyimak (Maharah al-istima).

1. Apa Makna dan Urgensi Pengajaran Maharah Al-Istima’?


2. Apa Prinsip-prinsip dalam pengajaran Maharah Al-Istima’?
3. Apa saja Prosedur dan Tahapan dalam Pengajaran Maharah Al-Istima’?’

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna dan Urgensi Pengajaran Maharah Al-Istima’

Istima' adalah bentuk mashdar dari kata istama'a-yastami'u-istima'an.


Istima'a sendiri adalah bentuk perubahan dari kata sami'a-yasma'u-sam'an yang
mendapat tambahan huruf alif, sin dan ta. Sami'a berarti menangkap atau
mengetahui dengan indera telinga. (Ma'luf, 1973: 351) Kata sami'a bisa
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata mendengar atau
mendengarkan (to hear), sedangkan kata istama'a lebih tepat diterjemahkan dengan
kata menyimak (to listen).
Secara bahasa terdapat perbedaan pengertian antara mendengar,
mendengarkan dan menyimak. Dalam kegiatan mendengar dimungkinkan adanya
unsur ketidaksengajaan dan kebetulan, sementara dalam kegiatan mendengarkan
sudah ada unsur kesengajaan tetapi belum diikuti unsur pemahaman secara total.
Sedangkan menyimak, mencakup kegiatan men dengarkan yang disertai usaha
memahami secara total dan disertai juga dengan perhatian dan minat. Oleh karena
itu, istilah yang digunakan untuk maharah al-istimâ' dalam tulisan ini adalah
keterampilan menyimak.
Menurut istilah, al-istimâ' (menyimak) adalah kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna yang disampaikan melalui ujaran atau bahasa lisan.
Jadi, maharah al-istimâ' (keterampilan menyimak) merupakan ke mampuan
atau kecakapan seseorang untuk mengidentifikasi lambang-lambang lisan dengan
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan serta untuk memahami makna yang telah
disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Dalam pelajaran menyimak seseorang pendengar dilatih agar wasp ada
terhadap makna yang terkandung di dalam pesan. Hal ini mendorong penyimak
untuk menyimak dengan selektif dan memilih pesan yang sesuai. Keterampilan
menyimak tidak bermakna hanya mampu menangkap bunyi setiap kata, tetapi juga

5
menyusun kembali pesan dari makna yang ditangkap sehingga tujuan komunikasi
terpenuhi.
Proses menyimak tidak hanya terbatas pada kepentingan untuk
mengidentifikasi lambang-lambang lisan, kemampuan itu hanyalah satu bagian
kecil dari kemahiran menyimak. Yang lebih jauh dari itu adalah bisa menangkap isi
atau pesan serta makna yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan.
Dalam proses menangkap makna atau pesan dari pembicara atau dari ba han
simakan tersebut, penyimak akan memperhatikan komponen-komponen berikut:
1. Komponen auditif/bunyi, yakni penerimaan tanda melalui suara, mengi
dentifikasi tiap-tiap fonem, morfem, kata atau kalimat yang meliputi
stressing (nabr), intonasi (tangim), dan ritme (al-iqâ').
2. Komponen sintaksis, yaitu bagaimana keterkaitan dan hubungan setiap
bagian kalimat dengan yang lainnya.
3. Komponen pragmatik yang dapat menentukan fungsi kalimat dalam
konteks komunikasi, pengenalan ini dapat dipengaruhi oleh situasi dan
intensi/maksud.
4. Komponen kognitif, yang meliputi perbedaan jenis bahan simakan yang
lebih spesifik.
Dari komponen-komponen tersebut terlihat bahwa banyak faktor yang
terlibat dalam proses pemerolehan makna atau pesan yang tepat dari suatu bahan
simakan. Jadi, keterampilan menyimak merupakan sebuah proses yang rumit dan
kompleks. Lebih lanjut dapat dijabarkan bahwa keterampilan menyimak
dipengaruhi juga oleh pengetahuan seseorang tentang aspek kebahasan
(lughawiyyah/linguistic) dan aspek di luar kebahasaan (ghair lughawwiyyah/non-
linguistic).
Yang termasuk ke dalam kemampuan kebahasaan antara lain kemampuan
untuk mengidentifikasi dan membedakan bunyi-bunyi ujaran yang terdengar,
kemampuan untuk memahami unsur bunyi yang terdengar yang biasanya mengalir
tidak terputus-putus, kemampuan memahami makna kesatuan bunyi-bunyi yang
terdengar sebagai satu kesatuan, bukan makna kata perkata, kemampuan untuk
mengenali susunan kalimat dan wacana untuk mengadakan interpretasi terhadap
makna bahan simakan secara keseluruhan. Kemampuan kebahasaan terkait dengan

6
bahan simakan itu sendiri. Yakni berkaitan dengan unsur bahasa formal yang harus
dimengerti seperti pelafalan, kosa kata, struktur, tempo bicara, intonasi serta jenis
bahan simakan yang sesuai dengan pengalaman, pengetahuan dan minat pendengar.
Sedangkan aspek non-kebahasan bisa terkait dengan a) penyimak, b) situasi,
dan c) sifat informasi yang didengar. Faktor penyimak bisa me nyangkut taraf
perkembangan kemampuan menangkap apa yang didengar, kemampuan mengingat
kembali, daya konsentrasi pada waktu mendengar, pengetahuan tentang tema yang
didengar serta tentang kebudayaan yang menjadi latar belakang bahan simakan
(atau teks) dan melahirkan makna yang khusus. Seorang penyimak dapat
dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikologis. Faktor fisik contohnya kesukaran
dalam mendengar, konsentrasi yang kurang, dan daya ingat yang lemah. Sedangkan
faktor psikologis
contohnya minat, sikap, dan perhatiannya terhadap bahan simakan. Faktor
situasi dan kondisi yang melingkupi proses menyimak bisa berupa petunjuk-
petunjuk gerak-gerik pembicara, mimik, gerak tangan, tekanan suara, dan apakah
pendengar merupakan lawan yang diajak bicara atau siswa yang mendengarkan teks
di kelas. Adapun sifat informasi, meliputi apakah yang didengar itu teks pelajaran
atau warta berita atau jenis lainnya.
Aspek kebahasaan dan non-kebahasaan tersebut terus menerus saling
berkaitan dan saling mempengaruhi dalam pembentukan kemahiran menyimak.
Artinya, jika salah satu aspek tersebut tidak memenuhi persyaratan yang semestinya
maka proses menyimak tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Kedua jenis
pengetahuan tersebut akan saling terkait, dan jalinan yang baik antar keduanya
membantu penyimak untuk memahami suatu bahan simakan lisan secara
keseluruhan.
Menyimak untuk memahami makna atau pesan dari suatu bahasa asing tidak
berarti harus mengetahui arti setiap kata, yang dibutuhkan pada tataran dasar adalah
kemampuan untuk membedakan (al-qudrah 'ala al-tamyîz) bunyi-bunyi Arab,
antara harakat panjang dan pendek, bunyi madd dan syaddah, membedakan bunyi-
bunyi yang berdekatan, kemampuan meng hubungkan antara bunyi-bunyi dengan
lambang-lambang grafisnya, penge nalan terhadap nada dan intonasi kalimat. Lalu
selanjutnya yang lebih penting adalah kemampuan untuk memahami makna atau
pesan inti dari apa yang didengarkan, menangkap ide-ide pokok yang ingin

7
disampaikan pembicara, memaharni pertanyaan, serta memahami ekspresi yang
tampak dalam suatu percakapan.

B. Prinsip-Prinsip dalam Pengajaran Maharah Al-Istima’

Proses menyimak tidak hanya terbatas pada kepentingan untuk


mengidentifikasi lambang-lambang bunyi lisan, kemampuan itu hanyalah satu
bagian kecil dari kemahiran menyimak. Lebih jauh dari itu adalah bisa menangkap
isi atau pesan serta makna yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan. Guru memerlukan citra yang menyeluruh tentang apa yang
dilakukannya untuk membantu para pembelajarnya meningkatkan kemampuan
menyimak.
Di bawah ini ada beberapa panduan untuk guru dalam membantu para
pembelajar meningkatkan kemampuan menyimak mereka.
1. Kemampuan menyimak akan meningkat melalui interaksi dalam bahasa Arab,
karenanya jadikanlah bahasa Arab sebagai bahasa kelas. Beri kesempatan para
pembelajar untuk saling bertukar pikiran atau ide dengan menggunakan bahasa
Arab.
2. Kenalkan kepada para siswa para penutur bahasa Arab secara pribadi atau
melalui video dan kaset rekaman. Perlihatkan kepada mereka perbedaan tipe-
tipe pembicara dan situasi pembicaraan. Dorong mereka untuk memahami
segala sesuatu penting bagi mereka pada saat menyimak.
3. Dorong para pembelajar untuk mandiri, mencari kesempatan menyimak diluar
kelas atas inisiatif sendiri.
4. Kemampuan menyimak akan meningkat melalui pemusatan perhatian pada
makna dan upaya mempelajari bahan yang penting dan baru
dalam bahasa sasaran.
5. Kemampuan akan menyimak meningkat melalui kegiatan pemahaman. Dengan
memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan khusus menyimak, para pembelajar
memiliki kesempatan untuk menilai dan merevisi apa yang telah
6. Kemampuan menyimak meningkat melalui perhatian terhadap kecermatan dan
analisis bentuk. Dengan belajar memahami bunyi-bunyi dan kata-kata secara
cermat pada saat melakukan aktivitas yang berorientasi pada makna, para
pembelajar dapat memperoleh kemajuan. Dengan belajar mendengarkan bunyi-

8
bunyi dan kata-kata secara cermat, mereka memperoleh keyakinan dalam
memahami bahan simakan.
7. Rancang aktivitas menyimak yang melibatkan para pembelajar secara pribadi.
Rancang tujuan untuk setiap aktivitas. Beri mereka umpan balik yang jelas.
Siapkan review yang sistematis terhadap rekaman dan aktivitas untuk
membantu mengkonsolidasi hasil ingatan dan pembelajaran mereka.
8. Lebih fokuslah pada pengajaran daripada pada evaluasi. Selama kegiatan
menyimak berlangsung, lebih baik memberikan pujian kepada para pembelajar
yang mencoba mengajukan ide yang masuk akal daripada kepada yang hanya
mampu menjawab dengan benar'. Catatlah terus apa yang telah mereka raih
selama belajar menyimak. i. Carilah cara yang efektif untuk memanfaatkan
rekaman audio atau video yang sejalan dengan buku teks yang Anda gunakan.

C. Prosedur dan Tahapan dalam Pengajaran Maharah Al-Istima’


Adapun Prosedur setra tahapan yang dapat dilakukan dalam latihan istima'
adalah sebagai berikut:
1. Latihan pengenalan (identifikasi)
Kemahiran menyimak (istima") pada tahap pertama bertujuan agar
siswa dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa Arab secara tepat. Latihan
pengenalan ini sangat penting karena sistem tata bunyi bahasa Arab banyak
berbeda dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang dikenal oleh siswa.
Satu keuntungan bagi guru bahasa Arab bahwa umumnya anak-anak Indonesia
khususnya yang muslim telah mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab sejak masa
kanak-kanak, dengan adanya pelajaran membaca Al-Quran dan shalat. Namun
ini tidak mengurangi pentingnya latihan tersebut, karena ternyata pengenalan
mereka itu belum tuntas.
Ada bunyi bahasa Arab yang sama dengan bunyi bahasa pelajar, ada
yang mirip dan ada yang sama sekali tidak dikenal (asing). Berdasarkan
kenyataan ini, guru harus memberikan perhatian khusus kepada bunyi-bunyi
yang mirip dan yang asing sama sekali bagi pelajar.
Penyajian pelajaran menyimak bisa langsung oleh guru secara lisan,
akan tetapi lebih baik kalau guru bisa memakai pita rekaman dengan tape
recorder atau di laboratorium bahasa. Rekaman ini penting karena siswa akan

9
mendengarkan model model ucapan yang benar-benar akurat, langsung dari
penutur asli bahasa Arab. Dengan pemakaian pita rekaman ini, guru akan
terhindar dari kelelahan dan juga dari kemungkinan kesalahan atau
kekurangtepatan dalam ucapan, hal mana kalau sampai terjadi akan
mengakibatkan kesalahan turun menurun.
Latihan mengenal (identifikasi) ini bisa berupa latihan dengar untuk
membedakan (discrimination exercises) pengan teknik mengontraskan
pasangan pasangan ucapan yang hampir sama.
Misalnya: Guru mengucapkan atau memutarkan rekaman, pelajar diminta
menebak, apakah yang didengarnya itu bunyi A atau B
Contoh:
‫ اليم‬: A
‫ عليم‬: B
Memperdengarkan satu set yang terdiri dari 4-5 kata atau frasa, sebagian
mengandung bunyi bahasa yang ingin dilatihkan. Murid diminta
mengidentifikasi dengan menyebut nomor kata-kata yang mengandung bunyi
tersebut. Misalnya, untuk mengidentifikasi bunyi (3) guru memperdengarkan:
1 ‫مقعد‬
2.‫مقبول‬
3 ‫مكتب‬
Murid merespons dengan menyebutkan angka: satu, dua tiga.
Variasi lain ialah, murid diminta mengidentifikasi apakah pasangan kata
yang diperdengarkan oleh guru, fonem pertamanya sama atau berbeda.
Misalnya: Guru / Rekaman Murid
‫جميل‬-‫جبين‬
‫جميل‬-‫زميل‬
‫صيام‬-‫شيمة‬
‫مسرح‬-‫مسجد‬
‫مصباح‬-‫مشكاة‬
Respons siswa bisa dinyatakan dengan berbagai cara :
a) bisa secara Lisan, segera setelah model selesai diperdengarkan, baik
individualmaupun klasikal;

10
b) bisa dengan isyarat jari, misalnya untuk menyatakan angka sati dua atau
tiga danseterusnya,
c) bisa secara tertulis: untuk kemudian diperiksa oleh guru.

2. Latihan Mendengarkan dan Menirukan


Walaupun latihan-latihan menyimak bertujuan melatih pendengaran,
tapi dalam praktek selalu diikuti dengan latihan pengucapan dan pemahaman,
bahkan yang disebut terakhir inilah yang manjadi tujuan akhir dari latihan
menyimak. Jadi setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa Arab melalui
ujaran-ujaran yang didengarnya. ia kemudian dilatih untuk mengucapkan dan
mamahami makna yang dikandung oleh ujaran tersebut. Dengan demikian
pelajaran istima' sekaligus melatih kemampuan reseptif dan produktif.
Dalam tahap permulaan, siswa dilatih untuk mendengarkan dan
menirukan. Kegiatan ini dilakukan oleh guru, ketika memperkenajkan kata-kata
atau pola kalimat yang baru, atau dalam waktu yang sengaja dikhususkan untuk
latihan menyimak. Latihan menirukan ini difokuskan pada bunyi-bunyi
bahasa yang asing bagi siswa, juga pada pengucapan vokal panjang dan pendek,
bertasydid dan tidak bertasydid, yang tidak dikenal dalam bahasa Indonesia.
Beberapa contoh:
Latihan pengucapan bunyi (‫)ق‬
Guru mengucapkan murid menirukan
‫ قلم‬- ‫قلم‬
‫ قمر‬- ‫قم‬
Latihan pengucapan vokal bertasydid.
Guru-Siswa
‫ کسر‬-‫کسر‬
‫ گسر‬- ‫کسر‬
Latihan-latihan mendengarkan dan menirukan (listen and repeat) ini
akan lebih efisien dan efektif kalau dilakukan di laboratorium bahasa, sebab
berbagai teknik bisa dipraktekkan. Disamping itu latihan bisa dilakukan secara
individual dalam waktu bersamaan, dan siswa dapat membandingkan
ucapannya sendiri dengan model ucapan yang ditirunya. Pembetulan ucapan
bisa dilakukan oleh siswa secara self correction.

11
3. Latihan Mendengarkan dan Memahami
Tahap selanjutnya, setelah siswa mengenal bunyi-bunyi bahasa dan
dapat mengucapkannya, latihan menyimak bertujuan agar siswa mampu
memahami bentuk dan makna dari apa yang didengarnya itu. Latihan
mendengar untuk. pemahaman ini dapat dilakukan dengan berbagai macam
teknik, antara lain:
a) Latihan melihat dan mendengar (‫)انظر و اسمع‬
Guru memperdengarkan materi yang sudah direkam, dan pada waktu
yang sama memperlihatkan rangkaian gambar yang mencerminkan arti dan
isi materi yang didengar oleh siswa tadi. Gambar-gambar tersebut bisa
berupa film-strip. slide, gambar dinding dan sebagainya.
b) Latihan membaca dan mendengar (‫)اقرأ و اسمع‬
Guru memperdengarkan materi bacaan yang sudah direkam dan
siswa membaca teks (dalam hati) mengikuti materi yang diperdengarkan.
Pada tingkat permulaan, perbendaharaan kata-kata yang dimiliki siswa
masih terbatas. Oleh karena itu, harus dipilihkan bahan yang pendek-
pendek, mungkin berupa percakapan sehari-hari atau ungkapan-ungkapan
sederhana yang tidak terlalu kompleks.
c) Latihan mendengarkan dan memeragakan (‫)اقرأ و مثل‬
Dalam latihan ini, siswa diminta melakukan gerakan atau tindakan
non verbal sebagai jawaban terhadap stimulus yang diperdengarkan oleh
guru. Kegiatan ini tidak terbatas pada ungkapan sehari-hari digunakan oleh
guru dalam kelas seperti:

‫ افتح الشباك‬- ‫ امسح السبورة‬- ‫ اجلس – اكتبوا‬- ‫اقرأ ـ اقفل الكتاب‬


Ketiga jenis latihan yang bam saja disebutkan, adalah latihan
permulaan bagi jenis latihan berikutnya, yakni latihan pemahaman ( ‫فهم‬
‫ )المسموع‬yang lebih luas.
d) Latihan mendengarkan dan mamahami
Pada akhirnya, mendengarkan sesuatu adalah untuk memperoleh
informasi. Informasi itu mungkin tersurat/ekplisit, dinyatakan secara jelas.
Tetapi mungkin juga tersirat/implisit, yang memerlukan pengamatan dan
penilaian lebih jauh.

12
Untuk mendapatkan informasi yang akurat, dalam arti tepat dan
bermanfaat, seorang penyimak harus pandai-pandai memilih dan mengingat
yang penting dan mengabaikan apa yang tidak penting, kemudian
mengambil kesimpulan.
Ini berarti bahwa menyimak adalah ketrampilan yang dapat dicapai
hanya dehgan latihan-latihan. Tujuan latihan menyimak pada tahap ini ialah
agar siswa memiliki keterampilan memahami isi suatu teks lisan dan mampu
secara kritis menangkap isi yang dikandungnya, baik yang tersurat maupun
yang tersirat.
Pada tahap ini, kepada siswa diperdengarkan teks lisan (dibacakan
langsung oleh guru atau melalui pita rekaman).
Mereka diminta menyimak, memahami dan kemudian menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk menguji
pemahaman mereka.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Istima’ (Menyimak) adalah kegaiatn mendengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna yang disampaikan melalui
ujaran atau bahasa lisan. Sedangkan yang dimaksud Maharah Al-Istima’ adalah
kemampuan atau kecakapan seseorang untuk mengidentifikasi lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna yang telah disampaikan
pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Keterampilan menyimak dipengaruhi oleh tiga unsur utama, yaitu: Bahan
simakan, pendengar, dan situasi. Dan dipengaruhi juga oleh aspek kebahasaan
(linguistic) dan aspek non kebahasaan (non linguistic).
Terdapat tiga tahapan atau fase dalam proses pengajaran Maharah Al-Istima’,
yaitu: fase identifikasi, fase mendengarkan dan menirukan, serta fase mendengarkan
dan memahami.

14

Anda mungkin juga menyukai