Disusun oleh :
Naufal Farras H
Kelas : PAI 1B
Fakultas: Tarbiyah
Puji syukur tercurah kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kita
sehingg kita dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam kita curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
terlibat dan membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, khususnya kami yang membuat. Dan untuk ke depannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
D. Batasan Makalah
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Mad Badal
B. Mad Tamkin
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mempelajari ilmu tajwid hukumnya adalah fardhu kifayah. Jika dalam suatu tempat
ada seseorang yang menguasai ilmu ini, maka bagi yang lainnya tidak menanggung dosa, dan
sebaliknya jika tidak seorangpun yang menguasai ilmu ini, maka seluruh penduduk daerah
tersebut menanggung dosa. Adapun membaca Al-Qur’an dengan tajwid hukumnya fardhu
‘ain. Jika seseorang tidak menggunakan tajwid dalam membaca Al-Qur’an, maka ia berdosa.
Ilmu tajwid sangat penting sekali untuk dipelajari sebelum belajar membaca Al-Qur’an,
karena dengan ilmu tajwid kita dituntun bagaimana cara melafalkan huruf hijaiyah,
bagaimana cara memanjangkan atau memendekkan bacaan atau yang disebut dengan Hukum
Mad, dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
D. Batasan Makalah
Makalah ini tidak mencakup semua materi tentang ilmu tajwid, melainkan dibatasi
hanya mencakup materi tentang mad badal dan mad tamkin.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Mad Badal
Secara bahasa, Mad artinya panjang dan Badal artinya pengganti. Menurut istilah yang
diambil dari kitab Hidayatul Mustafid, Mad Badal yaitu:
هةمو أملن يملجتمكممع اللممدد مممع اللهملممزكة كفيِ مكلكممةة لمككدن تمتمقمددةم اللهملممزةة معملىَ اللممدد
“Berkumpulnya huruf Mad dengan Hamzah dalam kalimat, tetapi posisi Hamzah lebih
dahulu dari huruf Mad.”
“Dan apabila Hamzah terletak lebih dahulu dari (huruf) Mad, maka dinamakan Mad Badal,
seperti dalam lafadz Aamanuu dan Iimaanaa.”
Dengan kata lain, Mad Badal terjadi karena huruf Mad didahului oleh Hamzah. Jika huruf
yang mendahului huruf Mad tersebut bukanlah Hamzah, maka hukumnya tetap Mad
Ashli/Mad Thabi’i.
Cara membaca Mad Badal yaitu dipanjangkan dua harakat atau satu alif. Berikut contoh
bacaan Mad Badal:
Lafadz ini asalnya أملأممنةلواselanjutnya Hamzah kedua diganti dengan huruf Mad yaitu
alif yang menjadi penggantinya (badal) sehingga menjadi مااممنةلوا/مءاممنةلوا/أاممنةلوا
Lafadz ini asalnya ِ اةلاتكميselanjutnya Hamzah kedua diganti dengan huruf Mad yaitu
wau yang menjadi penggantinya (badal) sehingga menjadi ِأةلوتكمي
Lafadz ini asalnya ً اكلأمماًنناselanjutnya Hamzah kedua diganti dengan huruf Mad yaitu ya
yang menjadi penggantinya (badal) sehingga menjadi ًإكليمماًننا
Ada pengecualian untuk lafadz ِ أةلوكحميitu tidak termasuk Mad Badal dikarenakan asal
katanya ialah “auhaa”, wau pada lafadz tersebut adalah wau asli bukan wau pengganti/badal.
B. Mad Tamkin
Tamkin secara bahasa artinya tetap (penetapan). Sedangkan menurut Istilah yaitu:
“Bertemunya dua huruf Ya dalam satu kata, ya yang pertama berharakat kasrah dan
bertasydid, sedangkan ya yang kedua berharakat sukun atau mati.”
Jadi, mad tamkin terjadi jika dua huruf ya saling bertemu dalam sata kata. Huruf ya
pertama berharakat kasrah dan bertasydid, dan ya kedua berharakat sukun.
Bila ditelaah lebih jauh, mad tamkin ini sebenarnya hanya mempunyai perbedaan sedikit
dengan mad ashli. Yaitu adanya tasydid pada huruf ya yang pertama dalam mad tamkin.
Seandainya tasydid tersebut tidak ada, maka kembali ke hukum mad ashli.
Cara membaca Mad Tamkin yaitu dengan menetapkan (memantapkan) bunyi tasydid
pada huruf ya yang pertama. Selanjutnya bacaan dipanjangkan saat menghadapi huruf Mad-
nya (huruf ya kedua yang berharakat sukun).
Panjang bacaannya ialah dua harakat atau satu alif. Namun, apabila setelah huruf ya
terdapat satu huruf hidup dan bacaan di waqafkan pada huruf hidup tersebut, maka
membacanya boleh dua, empat, atau enam harakat, karena hukum bacaan pada akhir kata
tersebut menjadi Mad Aridl Lissukun.
Contoh:
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan yaitu, Mad adalah ilmu mengenai
ukuran panjang suatu huruf dalam membaca Al-Qur’an. Mad terbagi menjadi 2 bagian yaitu
- Mad Far’i (butuh sebab). dimana Mad Far’i ini terbagi lagi menjadi beberapa
golongan
B. Saran
Dalam makalah ini kami membahas tentang Mad dan pembagiannya. Kami berharap
pembaca tidak puas dengan makalah yang kami sajikan ini dan berusaha mencari sumber lain
yang berkaitan dengan materi ini demi kesempurnaan pengetahuan dalam memahami ilmu
tajwid.
DAFTAR PUSTAKA