Anda di halaman 1dari 1

A. Pengertian Pendekatan Tes Bahasa 3.

Tes diskrit morfologi


Pendekatan tes bahasa terdiri atas dari katan pendekatan, tes, bahasa. Dalam membahasa pengertian pendekatan tes bahasa Tes morfologi ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengenali, mengidentifikasi, atau
maka perlu utuk mengetahui makna ketika kata tersebut. Pendekatan secara bahasa dalam kamus Besar Bahasa Indonesia untuk muembedakan bentuk-bentuk kata bahasa Arab.
adalah proses, cara, perbuatan mendekati, metode untuk mencapai pengertian.1 Pendekatan merupakan asumsi atau pandangan Contohnya : isim fail dari kata ‫ كتب‬adalah
terhadap suatu hal. Pandangan teori diskrit yang memecah-mecah unsur kebahasaan dan menghadirkannya dalam bentuk terisolasi
Sedangkan tes adalah satu jenis alat memperoleh data numerik atau alat untuk melakukan pengukuran yang hasilnya dipandang sebagai kelemahan yang mencolok, karena pada kenyataannya bahasa merupakan kesatuan yang padu
dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam melakukan evaluasi.2 Tes adalah sejumlah pertanyaan yang dari berbagai unsurnya dan tidak dapat dilepaskan dari konteks pemakaianya.
diberikan untuk dijawab.3 Tes diberikan untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, kecerdasan, bakat dan minat seseorang C. Pendekatan Integratif
seseorang. Adapun bahasa adalah sistem lambing bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk Keterbatasan jangkauan penerapan tes diskret dalam penyelenggaraan pembelajaran bahasa memberikan
menyampaikan pikiran, tujuan atau perasaan kepada sesama. Maka dari hal ini disapatkan bahwa tes bahasa adalah alat peluang kepada penerapan pendekatan integratif yang dalam banyak hal lebih sesuai dengan kebutuhan dan
melkukan pengukuran dan peniaan terhadap kemampuan bahasa seseorang setelah melakukan pembelajaran bahasa praktek penyelenggaraan tes bahasa. Meskipun pada dasarnya dilandasi oleh pandangan tehadap hakikat bahasa
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan tes bahasa adalah asumsi atau pandangan yang sama yaitu teori linguistik struktural, pendekatan integratif ini lebih sesuai dengan kebutuhan nyata dimana
seorang guru terhadap tes bahasa setelah melakukan pembelajaran bahasa yang di dasari oleh pandangannya terhadapa terdapat penggabungan dari bagian-bagian terkecil pada setiap butir tes. Dapat dikatakan, bahwa tes integratif ini
pembelajaran bahasa. sebagai koreksi terhadap kelemahan yang terdapat pada tes diskrit.6
B. Pendekatan Diskrit Jika tes diskrit pada suatu waktu hanya mengukur satu aspek kemampuan kebahasaan, maka tes integratif
Tes diskrit adalah tes yang hanya menekankan atau menyangkut satu aspek kebahasaan pada satu waktu (Oller, 1979: mengukur kemampuan peserta didik dalam menggunakan bebagai aspek kebahasaan maupun keterampilan (
37).4 Tiap satu butir soal hanya dimaksudkan untuk mengukur satu aspek kebahasaan, misalnya fonologi, morfologi, sintaksis, Ollar,1997). Dalam tes integratif aspek-aspek kebahasaan tidak dipisahkan satu dengan yang lain untuk diteskan
atau kosa kata. Tes diskrit tidak hanya menyangkut aspek kebahasaan saja, melainkan juga berbagai macam keterampilan secara sendiri, melainkan dalam wujud bahasa yang merupakan kesatuan yang padu.
bahasa, misalnya menyimak, membaca, berbicara, atau menulis, tanpa mengkaitkanya dengan keterampilan yang lain, tes Butir bahasa yang semula diskrit berubah menjadi integratif karena digunakan dalam kaitan dengan unsur-
keterampilan tersebut termasuk tes diskrit. unsur bahasa yang lain, pada tes integratif ini, peserta didik dalam menjawab suatu butir soal dituntut
Istilah yang lain yang semakna dengan tes diskrit menurut Marrow, 1979 adalah tes atomistik, tes atomistik mengukur mengearahkan kemampuan bahasa secara stimulan. Menurut Nurgiyantoro, yang termasuk tes integratif
butir-butir spesifik, misalnya tatabahasa, bunyi, dan kosakata yang pada dasarnya tidak ada hubunganya dengan pengunaan menyangkut aspek kebahasaan dan keterampilan kebahasaan berupa menyusun kalimat, menafsirkan wacana
bahasa nyata.5 singkat yang dibaca atau didengar, memahami bacaan yang dibaca atau didengar dan menyusun alinea berdasarkan
Dasar pemikiran teori diskrit, baik dalam pengajaran maupun penilaian, berasal dari teori strukturalisme dalam linguistik kalimat-kalimat yang disediakan. 7
dan behaviorisme dalam psikologi, baik teori strukturalisme maupun behaviorisme mengakui bahwa suatu bentuk kesuluruhan Tes integratif bukan hanya mengukur satu aspek kemampuan, melainkan mengukur lebih dari satu
dapat dipecah menjadi bagian-bagian tertentu. Tiap potongan aspek keterampilan bahasa diajarkan dan diteskan sendiri kemampuan secara integratif, seorang siswa tidak akan mampu menjawab butir soal yng disediakan secara
terlepas dari konteks dan pemakaian kebahasaan yang konkret. Tes yang terhadap aspek-aspek secara diskrit dianggap integratif jika dia hanya bermodalkan kos kata, melainkan ia juga harus memiliki kemampuan struktur, memahami
mewakili keseluruan jika pengambilan sampel bahan yang diteskan sudah bersifat mewakili aspek kebahasaan tertentu yang teks secara cermat, menghubungkan antara informasi yang satu dengan yang lainya dalam suatu wacana.
diteskan. D. Pendekatan Pragmatik
Berikut dicontohkan tes diskrit yang menyangkut komponen pengenalan bahasa arab (fonologi), kosa kata, dan bentukan 1. Sejarah Pendekatan Tes Pragmatik
kata. Pendekatan pragmatic sama seperti pendekatan integrated kemunculannya. Pendekatan ini muncul sebagai
1. Tes diskrit yang menyangkut aspek fonologi (‫)األصوات‬ alternative dari kekurangan-kekurangan yang ada di pendekatan diskrit. Pendekatan diskrit cenderung pada asumsi
Tes fonologis yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan menyimak dengan meminta siswa mengenali perbedaan bahwa pemahaman bahasa terdapat bada pemahaman unsur linguistic, sehingga tes bahasa berdasarkan
bunyi pada kata-kata yang mirip. pendekaatan ini hanya berfokus pada ketelitian tata bahasa saja.
Contoh : ( tes menyimak yang mengukur perbedaan bunyi yang mirip. Salah satu tokoh yang mengkritik tes diskrit ialah Oller (Language Test at School, A Pragmatic Approach:
Kosa kata berikut ini yang bunyi awalnya berupa huruf ‫ ص‬adalah: ( guru memperdengarkan kosa kata berikut ini). 1979). Sebagai gantinya ia menawarkan teori tes pragmatik yang menurutnya, lebih mudah disiapkan daripada tes
‫ضمري‬ -‫‌أ‬ diskrit dan dapat memberikan hasil yang bermakna (meaning ful) serta mudah ditafsirkan.8 Maksudnya adalah
‫صبري‬ -‫ب‬
‌ bahwa tes ini memandang luas aspek pengujian kemampuan bahasa terhadap seseorang. Aspek yang diperhatikan
dalam tes ini tidak dicukupkan oleh kemahiran tata bahasa atau strukturnya saja, namun juga memperhatikan aspek
‫ظاهر‬ -‫ت‬
‌ pemahaman bahasa sesuai konteks yang dimaksud. Sehingga hasil yang di dapat lebih nyata dan bermakna.
‫طاهر‬ -‫‌ه‬ 2. Pengertian Pendekatan Tes Pragmatik
2. Tes diskrit kosa kata ( ‫) املفردات‬ Tes pragmatik diartikan sebagai suatu prosedur atau tugas yang menuntut siswa untuk menghasilkan urut-
urutan unsur bahasa sesuai dengan pemakaian bahasa secara nyata dan sekaligus menuntut siswa untuk
Tes kosa kata ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam pembendahaan kosa kata.
menghubungkan unsur-unsur bahasa tersebut dengan konteks ekstralinguistik. 9
Contohnya : Arti dari kata ‫ اجلامعة‬adalah Dari pengertian ini didapatkan bahwa asumsi pendekatan tes pragmatik sangat kompleks dan luas karena
a. Masjid memperhatikan unsur ekstralinguistik dalam memahami suatu bahasa yang secara linguistik. Memahami bahasa
b. Kantin dengan unsur esktralinguitik yaitu berarti mengaitkan bahasa yang ingin diterima atau yang ingin disampaikan
c. Rumah Makan kepada aspek kehidupan nyata berketerikatan dengan tempat, suasana, maksud, dan bahkan budaya. Semua hal ini
d. Perguruan Tinggi dipandang memengaruhi konsep pemahaman terhadap suatu bahasa (wacana aatau pembicaraan), dan ia disebut

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama, 2008), h. 306
2 6
M. Ainin, dkk., Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 20060, h. 3 Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa - Dalam Pegangan Bagi Pengajar Bahasa, (Jakarta: Indeks, 2008), h. 25
3 7
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008). 189 Burhan Nurgianto, Op. Cit., h. 74
4 8
Burhan Nurgiantono, Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Sastra , (Yogyakarta: BPFE, 2001), h.20 Burhan Nurgiantono, Op. Cit., h. 177
5 9
M. Ainin, dkk., Op. Cit., h.70 Burhan Nurgiantono, Op. Cit., h. 178
1

Anda mungkin juga menyukai