Anda di halaman 1dari 3

2.

Naskh ayat namun hukum yang ada pada ayat tetap berlaku
Contohnya : ayat tentang rajam.
Dari Umar bin Al-Khaththaab beliau berkata :

‫ قرأناها ووعيناها‬،‫ فك ان مما أن زل عليه آية ال رجم‬،‫ وأن زل عليه الكت اب‬،‫إن اهلل قد بعث حمم دا ب احلق‬

‫ ما جند الرجم‬:‫ فأخشى إن طال بالناس زمان أن يقول قائل‬،‫ فرجم رسول اهلل ورمجنا بعده‬،‫وعقلناها‬

‫ وإن ال رجم يف كت اب اهلل حق على من زنی إذا أخصن‬،‫ فيظل وا ي تزيل فريضة أنزهلا اهلل‬،‫يف كت اب اهلل‬

(‫ أو االغراف)متفق عليه‬،‫ أو كان احلبل‬،‫ إذا قامت البينة‬،‫من الرجال والنساء‬


“Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam  dengan kebenaran
dan menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadanya. Dan di antara ayat yang diturunkan kepadanya
adalah ayat rajam. Kami membacanya dan kami memahaminya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam  telah menegakkan hukum rajam, dan kami pun menegakkan setelahnya. Aku khawatir dengan
berlalunya waktu akan ada seseorang yang berkata : ‘Kami tidak mendapatkan hukum rajam dalam
Kitabullah’. Oleh karena itu, mereka tersesat dan meninggalkan kewajiban yang telah diturunkan
Allah. Sesungguhnya hukum rajam dalam Kitabullah (Al-Qur’an) itu adalah benar bagi siapa saja yang
berzina sedangkan ia dalam keadaan muhshan(telah menikah). Berlaku baik untuk laki-laki maupun
wanita, jika telah tegak bukti (bayyinah), adanya kehamilan, atau pengakuan” [muttafaqun alaih].
Dan begitu pula Sa’id bin al-Musayyab meriwayatkan hadits dengan makna yang senada dari Umar,
lalu dia membacakan ayat yang dinaskh tersebut :

‫الشيخ والشيخة فارمجومها البتة‬


“ Orang tua laki-laki dan orang tua wanita apabila berzina, maka rajamlah mereka berdua dengan
sungguh-sungguh”. (HR. Malik dalam kitab al-Muwattho’)

3. Naskh ayat beserta hukum yang ada pada ayat


Contohnya dari hadits 'Aisyah radhiyallaahu 'anhu, dia berkata:

‫ مث نس خن خبمس معلوم ات )أخرجه‬،‫ عشر رض عات معلوم ات حيرمن‬:‫ك ان فيما أن زل من الق رآن‬

(‫مسلم‬
“Yang diharamkan al-Qur'an ialah sepuluh penyusuan yang dikenal, kemudian di hapus dengan lima
penyusuan tertentu dan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam wafat ketika keadaan masih tetap
sebagaimana ayat al-Qur'an yang dibaca.” (HR. Muslim)

 Cara Mengetahui Terjadinya Suatu Naskh


Naskh diketahui dalam dua cara:

1- Indikasi eksplisit dari lafaz, yaitu dalam lafaz/ kata-kata Rasulullah, seperti sabda beliau
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam :

‫ وهنيتكم عن حلوم األض احي ف وق ثالث فأمس كوا ما ب دا‬،‫هنيتكم عن زي ارة القب ور فزوروه ا‬

)‫ وال تش ربوا مس كرا‬،‫ فاش ربوا يف األس قية كله ا‬،‫ وهنيتكم عن النبيذ إال يف س قاء‬،‫لكم‬

(‫أخرجه مسلم من حديث بريدة بن احلصيب‬


"Dulu aku melarangmu mengunjungi makam, tapi sekarang kamu boleh mengunjunginya, dan
aku melarangmu makan daging kurban yang berumur lebih dari tiga hari, tapi sekarang kamu
bisa menyimpannya selama yang kamu inginkan. Saya melarangmu menggunakan nabidh,
namun sekarang kamu boleh meminumnya asal tidak memabukkan." (HR Muslim, dari
Buraidah bin al-Hushaib).
Atau dapat diketahui dari atsar sahabat yang meriwayatkan hadits, seperti hadits ‘Ali
radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :

‫ مث جلس بعد ذلك وأمرنا باجللوس) حديث صحيح‬،‫كان رسول اهلل أمرنا بالقيام يف اجلنازة‬

(‫ ومعناه عند مسلم‬،‫أخرجه أمحد وغريه‬


“Dahulu Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk berdiri ketika ada
jenazah. Kemudian beliau duduk setelah itu dan memerintahkan kami untuk duduk." (Hadits
shahih diriwayatkan. Ahmad dan selainnya, makna hadits diriwayatkan Muslim )
Dan hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma ia berkata :

‫كان آخر األم رين من رسول اهلل ترك الوضوء مما مست النار ) حديث صحيح أخرجه أبو‬

(‫داود والنسائي‬
“Dua perkara yang terakhir dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam  adalah meninggalkan
wudlu’ dari segala hal yang disentuh oleh api” [hadits shahih diriwayatkan oleh Abu Daawud
dan An-Nasai].

2- Qarinah (petunjuk/indikator) yang terdapat dalam konteks nash itu, seperti sabda beliau dalam
hadits yang telah disebutkan sebelumnya,

‫ قد جعل اهلل هلن سبيال‬،‫ خذوا عين‬،‫خذوا عين‬


"Ambillah (hukum) dariku. Ambillah (hukum) dariku. Allah telah membuat jalan untuk mereka
(para pezina).” Hadits ini menunjukkan adanya suatu yang dinaskh yakni firman Allah ta’ala :

‫ فإن شهدوا فأسكوهن‬،‫والاليت يأتني الفاحشة من نسائكم فاستشهدوا عليهن أربعة منكم‬

[۱۰ :‫يف البيوت حىت يتوفاهن املوت أو جيعل اهلل هلن سبيال ]النساء‬
Dan contoh lainnya sabda nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam  ketika menaskh ayat tentang
wasiat :

‫ فال وصية لوارث‬،‫إن اهلل قد أعطى كل ذي حق حقه‬


“Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada setiap orang yang memiliki hak akan
hartanya. Maka tidak ada wasiat untuk ahli waris.” Di dalam hadits ini terdapat qarinah yang
jelas yang menujukan kepada ayat-ayat warisan yang muhkam.

3- Dengan mengetahui sejarah yang lebih awal dan yang kemudian, maka yang terakhir
(kemudian) adalah naskh dari orang yang lebih awal, seperti halnya naskh kiblat dari Baitul
Maqdis ke Ka'bah, dan sudah dijelaskan sebelumnya. Di antara yang termasuk kedalam hal ini
adalah hukum-hukum yang terjadi ketika haji wada’ atau setelahnya yang bertentangan
dengan hukum-hukum yang waktunya tidak diketahui. Jadi apa yang diwurudkan/terjadi ketika
haji wada’ atau sesudahnya adalah naskh untuk hukum-hukum (yang waktunya tidak
diketahui) itu, karena pada haji wada’ itu telah sempurna agama, dan semua hukum yang
diambil darinya adalah muhkam. Dan apa yang terjadi setelah haji wada’ itu yang bertentangan
dengan hukum yang ada sebelumnya juga qarinah (argumen) dalam membatalkan hukum
yang sebelumnya, dan itulah dia naskh.

Anda mungkin juga menyukai