Anda di halaman 1dari 21

KONSEP DASAR PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN

BAHASA ARAB; MINI LITERATUR RISET DALAM MEDIA


PEMBELAJARAN
1
Nur Aliza
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2
Muh Nurrahman R
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang, yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan aspek- aspek yang ada pada individu yang belajar 1. Adapun proses belajar
tidak pernah terlepas dari konsep pengajaran dan pembelajaran. Pengajaran dapat
diartikan sebagai proses interaksi antara yang di didik dan yang mendidik. Seorang
pendidik melakukan pembelajaran yaitu suatu upaya untuk membantu siswa atau
peserta didik, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya oleh
karena itu, guru sebagai pendidik melakukan kegiatan yang disebut dengan
pengajaran berupa penyampaian pengetahuan kepada siswa. Dalam proses pengajaran
dan pembelajaran salah satu kebutuhan utama siswa adalah penguasaan bahasa asing
untuk meningkatkan keterampilan dan kecakapannya.

Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu kemampuan yang sangat


dibutuhkan dengan melihat perkembangan zaman yang semakin menuntut untuk bisa
beradabtasi dengan kondisi global saat ini. Sehingga, tidak cukup hanya dengan
mengandalkan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris saja. Salah satu bahasa asing

1
Harbeng Masni, ‘Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa’, Dikdaya, 5.1 (2015),
34–45.

1
yang perlu untuk diajarkan adalah bahasa Arab. Bahasa Arab adalah bahasa kelima
yang paling banyak digunakan di dunia, dengan penguasaan bahasa Arab dapat
membuka kesempatan untuk terhubung dengan ratusan juta pengguna bahasa Arab di
seluruh dunia2. Namun jika dibandingkan dengan bahasa asing lain, jumlah peminat
untuk belajar bahasa Arab masih tergolong sedikit. Sedangkan kebutuhan untuk
kemampuan bahasa Arab semakin banyak.

Bahasa Arab merupakan bahasa yang sudah tidak asing lagi bagi umat Islam
terutama di Indonesia3. Pembelajaran bahasa Arab penting untuk diajarkan karena
bahasa Arab adalah ilmu dasar dalam mempelajari dan memahami al-Qur’an, hadis
serta kitab-kitab yang semuanya menggunakan bahasa Arab. Walaupun bahasa Arab
sendiri tergolong sebagai bahasa yang cukup sulit untuk dipelajari. Sehingga muncul
berbagai persoalan, baik yang terkait dengan proses pembelajaran di kelas maupun di
luar kelas. Adapun persoalan yang muncul, sebagai seorang pengajar atau pelajar
yang terlibat dalam proses pembelajaran harus berusaha memahami dan mencari
solusinya, sehingga proses belajar bahasa Arab akan tetap berjalan dengan baik,
efektif, dan efisien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah dengan mengetahui konsep dasar pengajaran dan pembelajaran
bahasa arab. Secara umum dalam konsep dasar pengajaran dan pembelajaran bahasa
arab tidak terlepas dari metode, materi, media, dan evaluasi.

Beberapa penelitian sebelumnya menjelaskan betapa pentingnya hal tersebut


diantaranya; Zulfiah dalam studinya menyatakan bahwa metode pembelajaran
merupakan cara yang sistematis dalam menyampaikan materi kepada siswa guna
mencapai tujuan yang di inginkan dimana dalam pembelajaran bahasa Arab terdapat
beberapa faktor yang perlu diperhatikan4. Selain itu As'ari dalam penelitiannya

2
‘Daftar Program Lister _ PT Lister Teknologi Edukasi’.
3
Ahmad Muradi, ‘Tujuan Pembelajaran Bahasa Asing (Arab) Di Indonesia’, Al-Maqoyis, 1.1
(2013), 128–37 <http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/maqoyis/article/viewFile/182/123>.
4
Zulfiah Sam, ‘Z. Sam’, Metode Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 2.No 1 (2016), Hlm. 5.

2
mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
menerapkan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kemudian Hanifah dalam studinya menyatakan
bahwa Materi atau bahan pembelajaran yang dipelajari siswa merupakan bagian yang
sangat penting untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran5. Sementara itu
Mahmudah dalam studinya menyimpulkan bahwa Media pembelajaran bahasa Arab
memiliki fungsi, kegunaan dan peran yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar dan dalam pencapaian hasil belajar6. Dari beberapa penelitian yang
dikemukakan ditemukan bahwa konsep dasar pengajaran dan pembelajaran sangat
penting untuk diperhatikan. Oleh karena peneliti tertarik untuk mengambil salah satu
konsep dasar tersebut.

Penelitian ini akan mengkaji konsep dasar dalam pengajaran dan


pembelajaran dalam lingkup media pembelajaran bahasa Arab dimana aspek yang
akan dibahas berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran dalam belajar bahasa
Arab dan konsep yang menjadi landasan dalam penggunaan media dalam belajar
bahasa Arab.

Rumusan Masalah

a. Apa saja media pembelajaran yang digunakan dalam menunjang pengajaran


dan pembelajaran bahasa arab?
b. Bagaimana landasan dasar pengajaran dan pembelajaran bahasa arab dalam
lingkup media pembelajaran?

Tujuan Pembahasan

5
Jurnal Ilmu Tarbiyah, ‘At-Tajdid’, 3.1 (2014).
6
Siti Mahmuda, ‘1131-85-3097-1-10-20180625’, Media Pembelajaran Bahasa Arab, 20.01
(2018), 130–38.

3
a. Mendeskripsikan apa saja media pembelajaran yang digunakan dalam
menunjang pengajaran dan pembelajaran bahasa arab
b. Memaparkan konsep dasar pengajaran dan pembelajaran bahasa arab dalam
lingkup media pembelajaran
Batasan Masalah

Adapun dalam studi ini konsep dasar pengajaran dan pembelajaran yang akan
dikaji hanya akan berfokus dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab dalam
lingkup media pembelajaran. Dimana peneliti akan berfokus mencari tahu media-
media yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab. Jadi studi ini tidak akan
membahas materi pengajaran dan pembelajaran, metode pengajaran dan pembelajaran
dan evaluasi pengajaran dan pembelajaran. Namun akan berfokus pada konsep
pembelajaran dan pengajaran bahasa Arab dalam lingkup media-media dalam belajar
bahasa Arab.

II. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sesuai dengan obyek kajian ini,
maka jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library
research). Mendeskripsikan dan menganalisis yaitu, pertama dengan mencari tahu dan
mencatat temuan mengenai media pengajaran dan pembelajaran dalam bahasa Arab,
pembahasan penelitian yang didapatkan dalam literatur-literatur dan sumber-sumber
dan penemuan yang terdapat dalam literatur-literatur.

Penelitian kepustakaan memiliki beberapa ciri khusus, antara lain; pertama


penelitian ini berhadapan langsung dengan teks atau data angka, bukan dengan
lapangan atau saksi mata (eyewitness), berupa kejadian, orang atau benda-benda lain.
Kedua, data bersifat siap pakai (readymade), artinya peneliti tidak pergi kemana-
mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan sumber yang sudah ada di

4
perpustakaan. Ketiga, data diperpustakaan umumnya adalah sumber data sekunder,
dalam arti bahwa peneliti memperoleh data dari tangan kedua bukan sumber pertama.

Adapun dalam penelitian ini peneliti akan akan mengambil tiga studi sebagai
literatur yang akan dijadikan sebagai acuan. Tiga literatur yang dipilih merupakan
artikel yang tentang media pembelajaran yang digunakan dalam proses pengajaran
dan pembelajaran.

III. PENELITIAN TERDAHULU

Dibagian ini membahas konsep pengajaran dan pembelajaran bahasa arab dalam
berbagai aspek dimana ditemukan berbagai penelitian yang korelasi dengan penelitian
ini diantaranya; Abdul Wahab dan Mamlu’atul Ni’mah mengemukakan bahwa
konsep dasar pembelajaran bahasa Arab adalah memahami sejarah bahasa Arab dan
karakteristiknya, memahami beberapa aliran teori tentang bahasa, seperti: Struktural,
Generatif Transformasi dan teori pembelajaran seperti: Behaviourism,
Construcitivism. Dengan memahami hal-hal tersebut, tentunya akan dapat dengan
mudah menentukan pendekatan, media, dan strategi apa yang akan digunakan dalam
proses belajar mengajar bahasa Arab. Tidak cukup berhenti disitu, memahami
prinsip-prinsip pembelajaran juga perlu kita lakukan untuk mementukan konsep
pengajaran bahasa Arab

Dan pada jurnal yang ditulis oleh Siti Mahmuda mengemukakan bahwa pada
dasarnya proses belajar mengajar bahasa Arab memiliki masalah yang kompleks.
Banyak faktor yang mempengaruhinya, baik secara interen maupun eksteren. Faktor
interen berasal dari pelajar seperti, kurang termotivasi dalam belajar bahasa Arab dan
bahkan banyak pelajar yang tidak menyukai pelajaran bahasa Arab. Sedangkan faktor
eksteren berasal dari beberapa hal, pengajar menjadi salah satu faktor penting sebagai
pemeran utama dalam proses pembelajaran. Selain itu sumber belajar dan media
pembelajaran juga berperan dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

5
Kemudian pada jurnal yang di tulis oleh Ubaid Ridho mengemukakan tentang
pentingnya evaluasi sebagai salah satu komponen pembelajaran, utamanya dalam
kegiatan belajar mengajar bahasa Arab. Dalam proses pembelajaran dua kegiatan
utama, yaitu belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan mengajar yang dilakukan
oleh guru, dua kegiatan tersebut adalah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam rencana pembelajaran.

IV. PENDEKATAN TEORITIS

Adapun kajian teoritis akan membahas sudut pandang teori teori bahasa dan
dasar teori pembelajaran bahasa Arab. Bahasa memainkan peranan penting dalam
teori tindakan, perspektif ini menyatakan bahasa adalah wahana yang memberikan
kita kemampuan untuk mengkomunikasikan makna-makna kita kepada orang lain dan
karenanya membangun keteraturan sosial. Ada dua dasar teori besar dalam bahasa
yaitu teori Struktural dan Generatif Transformasi

Teori Struktural

Teori struktural dipelopori oleh linguis dari Swiss Ferdinand de Saussure 7.


Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Leonard Bloomfield. 8. Dalam teori
struktural dikemukakan bahwa; Bahasa dan kemampuan menggunakannya
mencerminkan ciri pembeda dalam kehidupan manusia; bahasa mendemonstrasikan
kesadaran dan kemampuan kita untuk menginterpretasi, dan melekatkan makna
dunia di sekitar kita. Bahasa mendefinisikan realitas sosial. Bahasa tidak
merefleksikan realitas tapi sebaliknya, realitas justru dikonstruksi lewat struktur-
7
Mukhotob Hamzah, ‘Perbandingan Konsep Linguistik Ferdinand De Saussure Dan Abdul
Qāhir Al-Jurjānī: Kajian Konseptual’, Jurnal Bahasa Dan Sastra, 9.2 (2021), 139
<https://doi.org/10.24036/jbs.v9i2.111960>.
8
Irnando Arkadiantika and others, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab,
Journal of Chemical Information and Modeling, 2019,III
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jtp/article/view/

6
struktur yang dikendalikan bahasa. Karena bahasa menciptakan dunia sebagaimana
yang dipahami oleh para aktor.

Ferdinand de Saussure (1857-1913), yang pertama kali merumuskan secara


sistematis cara menganalisa bahasa, yang juga dapat dipergunakan untuk menganalisa
sistem tanda atau simbol dalam kehidupan masyarakat, dengan menggunakan analisis
struktural. Ferdinand de Saussure mengatakan bahwa bahasa adalah sistem tanda
yang mengungkapkan gagasan, dengan demikian dapat dibandingkan dengan tulisan,
abjad orang-orang bisu, tuli, upacara simbolik, bentuk sopan santun, tanda-tanda
kemiliteran dan lain sebagainya. Teori struktural menganalisa proses berfikir manusia
dari mulai konsep hingga munculnya simbol-simbol atau tanda-tanda (termasuk
didalmnya upacara-upacara, tanda-tanda kemiliteran dan sebagainya) sehingga
membentuk sistem bahasa.

Gagasan terpenting yana dimunculkan Ferdinand de Saussure adalah langue


dan parole (bahasa dan tuturan)9. Menurutnya, langue adalah pengetahuan dan
kemampuan bahasa yang bersifat kolektif, yang dihayati bersama oleh semua warga
masyarakat sedangkan parole adalah perwujudan langue pada individu. Eksistensi
langue memungkinkan adanya parole, seperti yang kita ketahui bahwa parole adalah
wicara aktual, cara pembicara menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dirinya.

Melalui individu direalisasi tuturan yang mengikuti kaidah-kaidah yang


berlaku secara kolektif, karena jika tidak komunikasi tidak akan berlangsung secara
lancar. Permasalahan yang selalu kembali dalam mengkaji masyarakat dan
kebudayaan adalah hubungan antara individu dan masyarakat.

Teori Generatif-Transformasi

9
Yasraf Amir Piliang, ‘Semiotika Teks : Sebuah Pendekatan Analisis Teks’, MediaTor, 5
No.189.https://www.researchgate.net/publication/265040699_Semiotika_Teks_Sebuah_Pendekatan_A
nalisis_Teks>

7
Noam Chomsky dikenal sebagai tokoh utama teori kebahasaan Generatif
Transformasi10. Adapun secara garis besar teori Generatif-Transformasi dikemukakan
sebagai berikut;

Teori Generatif-Transformasi yang diletakkan oleh Chomsky adalah teori


modern paling menonjol yang mencerminkan kemampuan akal, membicarakan
masalah kebahasaan dan pemerolehannya, serta hubungannya dengan akal dan
pengetahuan manusia. Menurut teori ini, kapasitas genetik manusia sejak lahir juga
memengaruhi kemampuannya untuk memahami bahasa di sekitar sehingga hasilnya
adalah sebuah kontruksi sistem bahasa yang tertanam dalam diri setiap manusia
memiliki kaidah-kaidah universal ini secara natural yang menjadi dasar perilaku
bahasa manusia, dan kaidah-kaidah itu cukup kaya dan patut dipertimbangkan dalam
kecepatan proses pembelajaran bahasa.

Teori Generatif Transformasi merupakan suatu aliran linguistik yang menjadi


reaksi dari aliran struktural, teori ini beramsusi bahwa pembelajaran bahasa adalah
sebuah proses pembentukan kaidah, bukan sebagai pembentukan pembiasaan
sebagaimana pendapat pada aliran struktural yang didukung oleh behaviorisme

Dua istilah dari teori Generative-Transformasi ini berasal dari Chomsky, akan
tetapi dalam perkembangan lebih lanjut, ia lebih suka mempergunakan istilah
generatif. Pengertian generatif mengandung dua makna, makna pertama, makna
generatif menuju pada dua pengertian produktivitas dan kreatifitas bahasa.
Seperangkat kaidah atau pernyataan manapun yang memberikan kemungkinan untuk
menganalisis bahasa atau struktur dari sejumlah besar kalimat yang tak terbatas dapat
disebutkan generatif. Makna kedua, generatif mengandung pengertian keformalan
dan eksplisit. Dari sudut pandang ini dapatlah dikatakan bahwa secara tepat
kombinasi-kombinasi unsur-unsur dasar (fonem, morfem, kata dan sebagainnya) yang

10
Bagus Andrian Permata, ‘04 Teori Generatif-Transformatif Noam Chomsky’, 2009, 179–
87.

8
di izinkan dan tepat (well-formed). Tata bahasa itu dikatakan membangkitkan atau
menghasilkan semua kalimat bahasa tertentu itu dan tidak mungkin untuk membentuk
kalimat-kalimat yang tidak cocok (nonsentences, illformed). Akan tetapi, janganlah
ditanggapi bahwa tata bahasa generatif hanya menghasilkan kalimat-kalimat yang
gramatikal saja. Pengertian transformasi digunakan lebih umum daripada generatif,
itu pula sebabnya orang lebih banyak mempergunakan 2 kata tersebut sekaligus yaitu
Generatif-Transformasi.

Teori Pembelajaran Bahasa

Dalam proses belajar mengajar para ahli psikologi sepakat terdapat unsur-
unsur internal dan eksternal. Unsur internal terdiri dari bakat, minat, kemauan dan
pengalaman terdahulu dalam diri pembelajar. Sedangkan unsur eksternal yaitu
lingkungan, guru, buku teks, dan sebagainya. Dari dua unsur tersebut menghasilkan
dua pandangan atau aliran yang berbeda, yaitu aliran behaviorism (al-sulukiyah)
yang memfokuskan perhatiannya pada faktor-faktor eksternal, dan aliran
Cognitivism (al-ma’rifiyah) yang memberikan perhatian lebih pada faktor internal.
Selain kedua aliran tersebut di atas terdapat satu aliran lagi yang sering disebut
sebagai dasar pembelajaran yaitu Constructivism.

Aliran Behaviourism (al-sulukiyah)

Menurut aliran behaviorisme bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah


laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Terjadinya perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru adalah hasil interaksi antara stimulus dan respon. Meskipun semua
penganut aliran ini setuju dengan premis dasar ini, namun mereka berbeda pendapat
dalam beberapa hal penting. Menurut teori ini pelajar sangat dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian di dalam lingkungannya, yang akan memberikan pengalaman
tertentu kepadanya. Belajar atau learning terjadi bila ada perubahan tingkah laku yang

9
terjadi berdasarkan paradigma S-R (Stimulus-Respon), yaitu proses yang memberikan
respon tertentu terhadap kejadian yang datang dari luar.

Aliran Cognitivism

Aliran Cognitivism (al-ma’rifiyah) Bertolak belakang dengan aliran


behaviorism yang menekankan pentingnya stimulus eksternal dalam pembelajaran,
Cognitivism menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu terlihat sebagai tingkah laku11. Teori ini lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Pembelajarlah yang
mengatur dan menentukan proses pembelajaran. Lingkungan bukanlah penentu awal
dan akhir positif dan negatifnya hasil pembelajaran. Menurut teori ini, ilmu
pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi
yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah,
terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung
menyeluruh.

Aliran Constructivism

Menurut para tokoh Constructivism, belajar merupakan pemakna


pengetahuan. Sedangkan pengetahuan bersifat temporer (selalu berubah). Karena
segala sesuatu bersifat temporer maka manusia yang harus memberi makna terhadap
realitas. Dalam hal ini belajar adalah proses pemaknaan informasi baru. Pada
kenyataannya kita tidak pernah memperoleh pengetahuan yang telah jadi atau dalam
paket-paket, yang dapat dipersepsi secara langsung. Semua pengetahuan metode
untuk mengetahui dan berbagai disiplin ilmu yang ada dalam masyarakat dibangun
(constructed) oleh pikiran manusia. Constructivism adalah salah satu filsafat yang
percaya bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi kita sendiri.
Pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada, tetapi merupakan

11
Mamluatun Ni’mah, ‘Memahami Konsep Dasar Teori Bahasa Dan Pembelajaran Bahasa’,
At-Ta’lim, 2.2 (2016), 63–78.

10
akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Proses
pembentukan pengetahuan ini berjalan terus menerus dan setiap kali ada reorganisasi
karena terjadi suatu pemahaman baru. Para tokoh teori konstruktif percaya bahwa
pengetahuan itu tidak dapat begitu saja dipindahkan dari otak seorang (guru) ke
kepada yang diajar (siswa). Siswa sendiri yang harus mengartikan atau memberi
makna apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-
pengalaman.

Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin, dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar pesan
dari pengirim ke penerima pesan. Dalam definisi lain dijelaskan bahwa media
merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari
komunikator menuju komunikan12.

Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk


memperoleh pelajaran. Namun dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu
kemudian berkembang dengan adanya buku. Pada masa itu seorang tokoh bernama
Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku
bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku tersebut berjudul Orbis
Sensualium Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1657.
Penulisan buku itu dilandasi oleh suatu konsep dasar bahwa tidak ada sesuatu dalam
akal pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu melalui penginderaan. Dari sinilah para
pendidik mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat memberikan
rangsangan dan pengalaman belajar secara menyeluruh bagi siswa melalui semua
indera, terutama indera penglihatan dan pendengaran. Pada mulanya media hanya
dianggap sebagai alat bantu mengajar (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah
alat bantu visual, misalnya model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan

12
Ayu Fitria and A Pendahuluan, ‘Penggunaan Media Audio Visual Dalam’, 57–62.

11
pengalaman kongkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap atau retensi
belajar. Namun karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual kurang
memperhatikan aspek desain, pengembangan pembelajaran (instruction) produksi dan
evaluasinya. Jadi dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-
20, alat visual untuk mengkongkritkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio
sehingga kita kenal dengan audio visual atau audio visual aids (AVA). Agar interaksi
belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien perlu digunakan media yang tepat.
Ketepatan yang dimaksud tergantung pada tujuan pembelajaran, pesan isi
pembelajaran dan karakteristik siswa yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

V. DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data

Bagian ini memuat hasil data penelitian yang diperoleh dari tiga literatur.
Secara umum dalam peneltian ini ditemukan bahwa dalam konsep pengajaran dan
pembelajaran terdapat jenis-jenis media pembelajaran, dan landasan dalam
penggunaan media pembelajaran

1. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Berdasarkan literatur-literatur yang membahas tentang media pembelajaran


diperoleh bahwa secara umum media pembelajaran terbagi atas tiga yang mencakup;

a. Media pembelajaran visual

Dalam literatur pertama ditemukan bahwa salah satu jenis media pembelajaran
yang bisa digunakan yaitu media gambar dalam hal ini media yang melibatkan indera
penglihatan dan pendengaran. Artikel pertama menjelaskan pentingnya media gambar
dimana media gambar mampu berkontribusi dalam pembelajaran bahasa Arab.
Adapun media yang digunakan berupa foto dimana pemilihan penggunaan media foto

12
tidak terlepas dari mudahnya penggunaan media ini. Media foto dapat ditemukan
dimana-mana.

b. Media pembelajaran Audio

Literatur kedua mengemukakan penggunaan media audio. Ditemukan bahwa


siswa kesulitan belajar bahasa oleh karena itu di penelitian yang kedua ini peneliti
menggunakan media berupa lagu yang merupakan bagian dari media audio. Dalam
artikel dinyatakan bahwa media audio mampu memberikan peningkatan terhadap
hasil belajar siswa.

c. Media pembelajaran Audio Visual


Pada literatur ketiga ini ditemukan informasi tentang bagaimana peneliti
menggunakan media dengan kombinasi audio dan visual dimana kedua bentuk
media ini di sinergikan dalam proses belajar mengajar. Hasil kombinasi kedua
media ternyata memberikan kemudahan terhadap siswa dalam belajar
bahasaArab.
2. Landasan media pembelajaran

Dalam literatur ke empat yang menjadi sumber data ditemukan media Audio
visual menjadi media pembelajaran. Namun tidak hanya itu dalam literatur ini
ditemukan bahwa dalam penggunaan media pembelajaran terdapat beberapa landasan
yang jadi acuan dasar dalam pengajaran dan pembelajaran, landasan itu mencakup;

a. Landasan filosofis yang menyatakan bahwa dengan adanya berbagai media


pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan

media yang lebih sesuai dengan karakteristik.

b. Landasan psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal
yang konkrit ketimbang yang abstrak.

13
c. Landasan teknologi merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan
orang, prosedur, ide, dan peralatan,
d. Landasan empiris yaitu pemilihan media pembelajaran hendaknya atas dasar
kesukaan guru, tetapi harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik
pelajar, karakteristik materi pelajaran, dan katakteristik media itu sendiri.

B. Pembahasan

Media Pembelajaran Berbasis Visual

Beberapa karya hasil penelitian yang membahas tentang penggunaan media


visual atau gambar dalam pembelajaran bahasa Arab13; Muhtadir, pada tahun 2001
melakukan penelitian tentang, “Peranan media gambar dalam pengajaran Mufradat di
TK Raudhatul Athfal IAIN Sunan Kalijaga.” Kesimpulan dari penelitian ini adalah
media gambar berperan sekali dalam mempermudah penguasaan kosakata (mufradat)
di TK Raudhatul Athfal IAIN Sunan Kalijaga, terbukti dengan semakin
meningkatnya kemampuan anak didik dalam menguasai kosakata (mufradat) yang
diajarkan melalui bantuan media gambar tersebut. Selanjutnya, Marcithah pada tahun
2010 telah melakukan penelitian tentang penggunaan media gambar dalam
pembelajaran mufradat dengan judul, “Efektifitas metode langsung (Mubasyarah)
dengan menggunakan media gambar dalam pengajaran mufradat (penelitian Tindakan
pada Pesantren Darul Ihsan). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana penerapan metode mubasyarah dengan menggunakan media gambar
dalam pengajaran mufradat, mengetahui kendala yang dihadapi oleh peserta didik
serta menemukan solusi yang dapat ditawarkan mengatasi persoalan yang terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan 3 kali siklus penelitian
tindakan (perencanaan, pengamatan, evaluasi dan refleksi), maka nilai siswa
meningkat dengans signifikan yakni setelah melakukan perbaikan tahap-tahap
pembelajaran dengan menggunakan media gambar, meskipun peneliti menemukan
13
Hilmi Hilmi, ‘Efektivitas Penggunaan Media Gambar Dalam Pembelajaran Bahasa Arab’,
Lantanida Journal, 4.2 (2017), 128 <https://doi.org/10.22373/lj.v4i2.1885>.

14
kendala yang dihadapi murid. Namun kendala ini semua dapat diatasi dengan
melakukan perbaikan penggunaan media pada siklus berikutnya. Dari kedua
penelitian yang telah dikemukakan di atas terlihat bahwa keduanya menunjukkan
keefektifan penggunaan media gambar dalam pencapaian prestasi peserta didik dalam
materi yang diajarkan. Muhtadir menekankan pada pengaruh penggunaan media
gambar dalam meningkatkan kemampuan dan prestasi siswa dalam menguasai
mufradat pada tingkatan sekolah. Sedangkan, Marcithah menekankan pada efektivitas
penggunaan gambar dalam pembelajaran mufradat untuk jenjang pendidikan sekolah
atau pesantren terpadu.

Media Pembelajaran Berbasis Audio

Beberapa karya hasil penelitian yang membahas tentang penggunaan media


audio atau suara diantaranya; Mahyudin dimana ditemukan bahwa proses
pembelajaran kosakata bahasa Arab dengan menggunakan media lagu berjalan lebih
baik daripada menggunakan model pembelajaran konvensional14. Selain itu Siswa
sangat termotivasi, senang, tenang, dan tidak merasa bosan dalam proses
pembelajaran bahasa Arab. Jadi, kemampuan penguasaan kosakata yang dicapai
dengan menggunakan media lagu dalam pembelajaran bahasa Arab lebih baik bila
dibandingkan dengan tanpa menggunakan media lagu dalam pembelajaran bahasa
Arab. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan media lagu dapat
meningkatkan penguasaan kosakata siswa dalam pembelajaran bahasa Arab.

Media Pembelajaran Berbasis Audio- Visual

Audio visual adalah gabungan dari audio dan visual, audio adalah suara yang
dapat didengar sedangkan visual adalah yang dapat dilihat. Dalam Salah satu

14
Erta Mahyudin, ‘PENGAJARAN KOSAKATA BAHASA ARAB BAGI ANAK-ANAK
DENGAN MEDIA LAGU’, Jurnal Pendidikan Islam Dan Bahasa Arab, 65–84.

15
penelitian ditemukan bahwa Media audio visual adalah alat perantara yang digunakan
untuk menyampaikan konsep pembelajaran yang dapat ditangkap oleh indra
pendengaran dan pandangan, sehingga memudahkan siswa dalam mempelajari bahasa
Arab untuk meningkatkan perbendaharaan kosakata, percakapan dan maharah
istima’. Setelah melakukan test soal kepada siswa, didapati hasil perhitungan
menggunakan SPSS Uji Wilcoxon yang menunjukkan “Test Statistics”, diketahui
Asymp.Sig. (2-tailed) bernilai 0.000. Karena nilai 0.000 lebih kecil dari < 0.05, maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Artinya ada pengaruh media audio
visual terhadap maharah istima’ bahasa Arab pada kelas VIII MTs Persis 79
Rajapolah. Selama pembelajaran terdapat kendala-kendala yang dihadapi. Untuk
penggunaannya harus tersedia elektronik yang cukup mahal, di antaranya kendala
yang dihadapi siswa adalah kemampuan menggunakan elektronik yang belum cukup.
Kendala bagi pengajar adalah alat elektronik yang mahal, seperti proyektor, laptop
dan listrik yang selalu menyala agar belajar mengajar berlangsung dengan baik.

Landasan Media Pembelajaran

Landasan Filosofis

Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil
teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang
manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi
dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai media
pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media
yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai
harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara
maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan
teknologi tidak berarti dehumanisasi. Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak
perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses
pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki

16
kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda
dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak,
proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan
pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar.
Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan
keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses
pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

Landasan Psikologis

Belajar adalah proses yang kompleks dan unik; artinya, seseorang yang
belajar melibatkan segala aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental.
Keterlibatan dari semua aspek kepribadian ini akan nampak dari perilaku belajar
orang itu. Perilaku belajar yang nampak adalah unik, artinya perilaku itu hanya terjadi
pada orang itu dan tidak pada orang lain. Setiap orang memunculkan perilaku belajar
yang berbeda. Keunikan perilaku belajar ini disebabkan oleh adanya perbedaan
karakteristik yang menentukan perilaku belajar, seperti: gaya belajar (visual vs
auditif), gaya kognitif (field independent vs field dependent), bakat, minat, tingkat
kecerdasan, kematangan intelektual, dan lainnya yang bisa diacukan pada
karakteristik individual siswa. Perilaku belajar siswa yang kompleks dan unik ini
menuntut layanan dan perlakuan pembelajaran yang kompleks dan unik pula untuk
setiap siswa. Komponen pembelajaran yang bertanggung jawab untuk menangani
masalah ini adalah strategi penyampaian pembelajaran, lebih khusus lagi media
pembelajaran. Strategi (media) pembelajaran haruslah dipilih sesuai dengan
karakteristik individual siswa. Ia sedapat mungkin harus memberikan layanan pada
setiap siswa sesuai dengan karakteristik belajarnya. Sebagai contoh, siswa yang
memiliki gaya belajar visual harus mendapatkan rangsangan belajar visual, seperti

17
halnya siswa yang memiliki gaya auditif harus mendapatkan rangsangan belajar
auditif. Landasan psikologis sangat penting diperhatikan dalam penggunaan media
pembelajaran, karena persepsi siswa juga sangat mempengaruhi dalam menentukan
hasil belajar. Oleh sebab itu, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejelasan
materi pembelajaran, hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran
dapat berjalan secara efektif. Landasan psikologis perlu diperhatikan karena dengan
pemilihan media yang tepat dapat menarik perhatian siswa dan memberikan kejelasan
objek yang diamatinya selain itu media pembelajaran yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman siswa.

Landasan Teknologi

Sasaran akhir dari teknologi pembelajaran adalah memudahkan belajar bagi


siswa. Untuk mencapai sasaran akhir ini, para ahli teknologi di bidang pembelajaran
menggembangkan berbagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa
sesuai dengan karakteristiknya. Dalam upaya itu para ahli teknologi bekerja mulai
dari pengembangan dan pengujian teori- teori tentang berbagai media pembelajaran
melalui penelitian ilmiah dilanjutkan dengan pengembangan desain, produksi,
evaluasi dan memilih media yang diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan
layanan penggunaannya, mengembangkan prosedur penggunaanya, dan akhirnya
menggunakan baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas
(diseminasi). Semua kegiatan ini dilakukan dengan berpijak pada prinsip bahwa suatu
media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh siswa yang
memiliki karakteristik sesuai dengan rangsangan yang ditimbulkan oleh media
pembelajaran itu. Dengan demikian, proses belajar setiap siswa akan amat
dimudahkan dengan hadirnya media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
belajarnya.

18
Landasan Empiris

Landasan Empiris temuan-temuan peneitian menunjukan bahwa terdapat


interaksi antara penemuan media pembelajaran dan karakteristik belajar peserta didik
akan mendapat keuntungan yang signifikan bila dia belajar menggunakan media yang
sesuai dengan karekteristik tipe atau gaya belajarnya. Peserta didik yang memiliki
tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan bila pembelajaran
menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara
peserta didik yang mempunyai tipe belajar auditif, akan lebih suka dengan media
belajar audio seperti radio, rekaman suara, atau penjelasan guru. Akan lebih tepat atau
menguntungkan peserta didik dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan
media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemiihan
media pembelajaran hendaknya bukan dasar atas kasukaan guru, tetapi harus
mempertimbangkan kesesuaian karakteristik pelajar, karakteristik materi pelajaran,
dan karakteristik media itu sendiri.

VI. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil riset pada beberapa literatur yang berkaitan dengan konsep
dasar pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab dalam lingkup media pembelajaran
ditemukan bahwa

1. Media pembelajaran sangat penting dalam pengarjaran dan pembelajaran


dimana dalam penggunaanya terdiri atas tiga jenis yaitu, media visual, media
audio dan media audio visual
2. Dalam penggunaan media pembelajaran terdapat landasan yang menjadi
acuan sebagai penunjang proses pengajaran dan pembelajaran bahasa arab
seperti landasan filosofis, landasan psikologis, landasan teknologi dan
landasan empiris.

19
Saran

Peneliti sadar bahwa dalam penelitian ini masih terdapat banyak ruang yang
perlu diperbaiki. Peneliti berharap adanya masukan terhadap penelitian ini dapat
memperbaiki dan menambah khasanah dalam ilmu pengetahuan.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Arkadiantika, Irnando, Wanda Ramansyah, Muhamad Afif Effindi, Prita Dellia, Deby
Putri Perwita, Popi Sri Kandika, and others, Memahami Konsep Dasar
Pembelajaran Bahasa Arab, Journal of Chemical Information and Modeling,
2019, III

Bagus Andrian Permata, ‘04 Teori Generatif-Transformatif Noam Chomsky’, 2009,


179–87 Daftar Program Lister _ PT Lister Teknologi Edukasi’

Fitria, Ayu, and A Pendahuluan, ‘Penggunaan Media Audio Visual Dalam’, 57–62

Hamzah, Mukhotob, ‘Perbandingan Konsep Linguistik Ferdinand De Saussure Dan


Abdul Qāhir Al-Jurjānī: Kajian Konseptual’, Jurnal Bahasa Dan Sastra, 9.2
(2021), 139 <https://doi.org/10.24036/jbs.v9i2.111960>

Hilmi, Hilmi, ‘Efektivitas Penggunaan Media Gambar Dalam Pembelajaran Bahasa


Arab’, Lantanida Journal, 4.2 (2017), 128 https://doi.org/10.22373/lj.v4i2.1885

Mahmuda, Siti, ‘1131-85-3097-1-10-20180625’, Media Pembelajaran Bahasa Arab,


20.01 (2018), 130–38

Mahyudin, Erta, ‘PENGAJARAN KOSAKATA BAHASA ARAB BAGI ANAK-


ANAK DENGAN MEDIA LAGU’, Jurnal Pendidikan Islam Dan Bahasa Arab,
65–84

Masni, Harbeng, ‘Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa’, Dikdaya, 5.1

20
(2015), 34–45

Muradi, Ahmad, ‘Tujuan Pembelajaran Bahasa Asing (Arab) Di Indonesia’, Al-


Maqoyis, 1.1 (2013), 128–37 http://jurnal.uinantasari.ac.id/index.php/maqoyis/

Ni’mah, Mamluatun, ‘Memahami Konsep Dasar Teori Bahasa Dan Pembelajaran


Bahasa’, At-Ta’lim, 2.2 (2016), 63–78

Piliang, Yasraf Amir, ‘Semiotika Teks : Sebuah Pendekatan Analisis Teks’,Media ,5


No.2.No.2(2004),189–98 https://www.researchgate.net/publication/265040699_

Sam, Zulfiah, ‘Z. Sam’, Metode Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 2.No 1 (2016),
Hlm. 5

Tarbiyah, Jurnal Ilmu, ‘At-Tajdid’, 3.1 (2014)

21

Anda mungkin juga menyukai