Anda di halaman 1dari 11

METODE QAWAID TARJAMAH DAN METODE MUBASYAROH

A. PENDAHULUAN
Metode pembelajaran bahasa Arab di masa sekarang sangat beragam dan terus
dikaji oleh para ahli untuk memaksimalkan pembelajaran bahasa Arab. Kajian dan
penelitian terus dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan kesuksesan berbagai metode
pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa Arab, metode
merupakan unsur yang sangat penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran.
Kesuksesan belajar sangat berkaitan dengan berbagai faktor yang mendukungnya yaitu
faktor antara siswa dan guru. Ketika guru mengajar harus menggunakan metode yang
tepat yang dapat dipahami oleh siswanya dengan maksimal, oleh karena itu metode atau
cara yang digunakan dalam pembelajaran tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
mempermudah siswa memahami pembelajaran. Akan tetapi ada kalanya juga siswa
mendapatkan kesulitan jika dalam belajarnya tidak sesuai dengan karakteristik metodenya
atau tidak tepat sasaran. Oleh karena itu sangat dianjurkan dalam pembelajaran bahasa
Arab untuk melihat konsep dari metode belajar bahasa arab yang telah ada dan terbukti
memberikan hasil yang maksimal jika digunakan.1
Ada banyak faktor yang menyebabkan sukses dan tidaknya mempelajari bahasa
Arab ataupun bahasa asing pada umumnya. Faktor-faktor yang sering disebut para ahli
adalah faktor bakat, intelegensi, minat, motivasi, metode belajar, faktor guru, lingkungan,
dan sebagainya. Berkaitan dengan metode belajar, para ahli bahasa telah banyak
merumuskan metode dan teknik yang praktis untuk mempelajari bahasa asing. Ada 15
(lima belas) metode dalam pembelajaran bahasa menurut William Fancis M. 2
Beberapa metode pembelajaran bahasa Arab yang masih eksis yang mayoritas
masih sering menggunakan yang tidak tergerus zaman adalah metode qawaid tarjamah
(metode gramatika dan penerjemahan) dan metode mubasyarah (metode langsung).
Metode qawaid tarjamah masih digunakan di pesantren-pesantren salaf yang masih
menggunakan sistem pembelajaran klasik menggunakan kitab turast di era modern ini.
Pembelajaran klasik ini memiliki keistimewaan tersendiri serta fungsi-fungsi yang unik

1
Zulfiah Sam, metode pembelajaran bahasa arab, jurnal bidang kajian islam, 2016 – journal.stiba.ac.id,
h. 1
2
Sumardi Mulyanto, 1979, Pengajaran Bahasa Asing, Jakara: Bulan Bintang, h. 32
yang layak dipertahankan untuk menjaga keluhuran ilmu pengetahuan bahasa Arab
klasik.
Selanjutnya adalah metode mubasyarah yang muncul karena reaksi ketidak
puasan terhadap metode qawaid tarjamah yang memperlakukan bahasa sebagai bahasa
yang mati. metode ini memprioritaskan pada kemampuan kalam (berbicara) dan
memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang hidup. 3 Metode ini sering digunakan di
pondok -pondok pesantren modern yang memfungsikan bahasa asing (khususnya bahasa
Arab) sebagai bahasa keseharian yang menunjang kemampuan bahasa siswa untuk
keperluan mengkomunikasikan secara benar dan semirip mungkin dengan logat bahasa
yang dituju.
Titik terang dari metode terletak pada cara atau jalan yang dilalui dalam penyajian
pembelajaran atau pelajaran tertentu sehingga memudahkan peserta didik untuk
menerima dan menyerap pelajaran. Metode sebagai ilmu yang membicarakan bagaimana
cara menyajikan atau menyampaikan komponen pelajaran sehingga dapat dipahami dan
diterima dengan mudah oleh peserta didik. Mengerti tentang metode belum tentu seorang
guru akan berhasil dengan apik dalam melaksanakan tugasnya. Karena metode barulah
satu faktor dalam menunjang keberhasilan kegiatan belajar dan mengajar. Faktor
situasional murid, faktor tujuan, dan faktor kepribadian guru juga dapat mempengaruhi
sukses atau tidaknya pelajaran. mempelajari metode bagi seorang guru merupakan
kewajiban yang mutlak, di mana guru harus memiliki pengetahuan dan penguasaan secara
menyeluruh tentang materi atau teori yang benar-benar matang.4
Setiap metode dimunculkan dengan membawa keistimewaan masing-masing dan
tujuan masing-masing. Tidak ada metode yang salah, namun setiap metode memberikan
dampak yang bermacam-macam pada peserta didik tergantung kebutuhan dan tujuan
diterapkannya metode tersebut. Seperti halnya kedua metode tersebut yaitu metode
qawaid tarjamah dan metode langsung yang telah lama diterapkan dan masih eksis
sampai sekarang. Kemunculan keduanya saling berkaitan dan sering menjadi pembahasan

3
Muhammad Arif, 2019, Metode Langsung (Direct Method) dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Al-
Lisan, Jurnal bahasa dan pengajarannya, IAIN sultan amai Gorontalo, h. 2
4
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja
grafindo persada, 1995 – h. 2
para ahli terkait mana yang memberikan efektivitas kebermanfaatan pembelajaran bahasa
Arab pada kehidupan dalam kelas maupun pada kehidupan bersosial masyarakat.
Setidaknya dengan adanya metode pembelajaran yang digunakan dapat
mempermudah peserta didik belajar sesuatu yang berguna dan bermanfaat, bagaimana
memadukan antara isi dan nilai yang terkandung dalam pembelajaran yang diharapkan
dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan yang sesuai dengan
tujuan intruksional yang ingin dicapai.5 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menarik
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Urgensi Metode Pembelajaran Bahasa Arab?
2. Bagaimanakah Sejarah, Tujuan, dan Proses Pembelajaran Metode Qawaid
Tarjamah?
3. Bagaimanakah Sejarah, dan Proses Pembelajaran Tujuan Metode
Mubasyaroh?

B. PEMBAHASAN
1. Urgensi Metode Pembelajaran Bahasa Arab
Sebagai salah satu komponen pembelajaran, metode mempunyai peran yang
signifikan dalam mendukung suksesnya pembelajaran. Dapat dikatakan semua kegiatan
belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran. Karena metode merupakan alat
untuk menyajikan bahan atau materi pelajaran dalam rangka untuk membantu mencapai
tujuan pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. 6 Zakiyah
menambahkan metode adalah suatu cara kerja yang sistematis dan umum seperti cara
kerja pengetahuan.7
Dalam bahasa Arab pendekatan disebut dengan Al-Madkhal yaitu seperangkat asumsi
mengenai hakikat belajar mengajar bahasa yang sifatnya aksiomatik atau filosofis.
Metode adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi bahasa
secara teratur tidak ada satu bagian yang bertentangan dengan yang lain dan semua
berdasarkan pendekatan (approach) yang telah dipilih yang sifatnya procedural.

5
Zulfiah Sam, Metode Pembelajaran Bahasa Arab, jurnal bidang kajian islam, 2016 – journal.stiba.ac.id,
h. 2
6
Abdul Hamid, dkk., Pembelajaran Bahasa Arab, UIN Malang press, 2008 – h.3
7
Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi askara, 1995 – h.1
Sedangkan uslub (teknik) yaitu apa yang sesungguhnya terjadi di dalam kelas dan
merupakan pelaksanaan dari metode yang bersifat implementatif.8
Metode merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran untuk mencapai kegiatan
belajar dan mengajar sesukses mungkin dan terus menuju perbaikan. Upaya perbaikan
pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut: (1) bahwa dalam perbaikan
kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan (termasuk metode) pembelajaran
yang diwujudkan dengan desain pembelajaran sehingga dalam proses mengajar telah
terancang dengan baik. (2) Untuk merancang suatu pembelajaran perlu pendekatan
sistem, karena dengan pendekatan sistem, akan memberikan peluang yang lebih besar
dalam mengintegrasikan sebuah variabel yang mempengaruhi pelajaran. (3) perencanaan
desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar. Terdapat 3 teori yang
dikembangkan mengenai belajar di antaranya: teori behavioristik, teori pengolahan
informasi, teori psikologi kognitif. (4) untuk merencanakan suatu desain pembelajaran
mengacu pada siswa secara perseorangan sehingga perilaku belajar itu akan tetap berjalan
sesuai dengan karakteristik siswa. (5) Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada
ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran
dan tujuan pengiring pembelajaran. (6) Sasaran akhir dari perencanaan desain
pembelajaran adalah mudahnya akses siswa untuk belajar, dengan kondisi yang
direncanakan dengan baik dan tertata dengan rapi sehingga tujuan pembelajaran akan
tercapai dengan baik. (7) perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel
pembelajaran yaitu variabel kondisi, metode, dan variabel hasil pembelajaran. (8) inti dari
desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang efektif
untuk mencapai tujuan pembelajaran.9
Metode pembelajaran memiliki 3 prinsip yaitu: (1) tidak ada suatu metode
pembelajaran yang unggul untuk semua metode pembelajaran, (2) metode pembelajaran
yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda, (3) kondisi pembelajaran bisa
memberikan pengaruh yang konsisten pada hasil pembelajaran. 10 Adapun beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam perencanaan program pengajaran antara lain:
8
Azhar Arsyad, Bahasa Arab Dan Metode Pembelajarannya Beberapa Pokok Pikiran, Fakultas Tarbiyah,
IAIN Alauddin Makasar, Ujung Padang, 1997 – h.19
9
Uno B. hamzah, Perencanaan Pembelajaran, Rosda: Bandung, 2006 - h.3
10
Kamila Ardiana, Urgensi Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Pendidikan Di Sekolah,
jurnal konferensi nasional bahasa Arab, Universitas Negeri Malang, 2015 - h.193
 Kurikulum, dalam perencanaan atau penyusunan suatu program pengajaran, hal yang
perlu diperhatikan adalah kurikulum GBPP, sebab dalam GBPP telah tercantum
tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pokok bahasan beserta jam pelajaran untuk
mengajarkan pokok bahasan tersebut.
 Kondisi sekolah, yang perlu diperhatikan adalah kelengkapan sarana sebagai alat
bantu pelajaran yang membantu mendukung aktivitas belajar mengajar.
 Kemampuan dan perkembangan siswa, dalam hal ini guru perlu menggunakan
metode atau perencanaan kegiatan mengajar yang beragam untuk menyesuaikan
dengan perkembangan siswa yang beragam
 Keadaan guru, guru dituntut memiliki kemampuan dalam segala hal yang berkenaan
dengan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.11
Dari beberapa uraian di atas, menyebutkan bahwasanya metode merupakan elemen
penting dalam proses belajar pembelajaran. Kesuksesan dalam mencapai tujuan
pembelajaran banyak ditentukan oleh bagaimana metode pembelajaran itu dipilih untuk
menyesuaikan keadaan murid, keadaan kelas, bahkan keadaan guru itu sendiri. Sebuah
perencanaan pembelajaran yang guru lakukan berdasarkan observasi yang telah dilakukan
dari kurikulum, kondisi sekolah, perkembangan siswa, dan keadaan guru. Pada akhirnya
perencanaan tersebut bermuara pada metode apa yang harus diterapkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu berdasarkan keadaan-keadaan yang telah disebutkan.
Dalam hal mencapai tujuan pembelajaran tertentu, tentunya dibutuhkan metode
pembelajaran tertentu pula sesuai kebutuhan yang ada. Kebudayaan pondok pesantren
salaf yang ada sudah zaman penjajahan tak semudah itu diubah dengan model
pembelajaran lain meskipun bermaksud mengikuti perkembangan zaman, karena
pembelajaran klasikal salaf memiliki target dan tujuan tersendiri untuk dicapai. Pondok
pesantren salaf yang statusnya non-formal hanya mempelajari kitab-kitab klasik yaitu:
Tauhid, tafsir, hadis, ushul fiqh, tasawuf, bahasa arab (Nahwu, sharaf, balaghah dan
tajwid), mantik, akhlak. Pelaksanaan kurikulum salaf ini berdasarkan kemudahan dan
kompleksitas atau masalah yang dibahas dalam kitab. 12 Dalam memahami kitab-kitab
tersebut yang notabene berbahasa Arab yang kompleks dalam kaidah dan kosa kata
11
R. Ibrahim dan Nana Syaodih, Perencanaan Pembelajaran, Rineka cipta: Jakarta, 2010 – h. 63
12
Ridwan Abawihda, Kurikulum Pendidikan Pesantren dan Tantangan Perubahan Global, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005 – h.89
bahasa Arab yang asing maka dibutuhkan kemampuan yang mumpuni dalam memahami
kaidah dan kekayaan perbendaharaan kosa kata bahasa Arab. Begitulah sekiranya
mengapa pondok pesantren dalam pembelajarannya masih menggunakan metode klasik
yakni metode qawaid tarjamah yang dinilai cocok dengan keadaan dan tujuan
pembelajaran di pondok pesantren.
Adapun pondok pesantren modern yang menerapkan sistem billingual yang mana
pondok tersebut mengedepankan bahasa asing sebagai bahasa keseharian di pondok.
Selain itu, kurikulum pondok pesantren modern adalah kombinasi dari kurikulum salaf
dan kurikulum umum atau formal dengan menggunakan satuan pendidikan semacam SD,
SMP, dan SMA atau MI, MTS, dan MA/SMK bahkan sampai perguruan tinggi. 13 Oleh
karena demikian, jika pembelajaran bahasa yang ada di pondok pesantren modern
mengedepankan hasil belajar santri melalui kemampuan bicara seperti halnya diadakan
lingkungan bahasa atau bi’ah lughowiyah yang mana wajib berbicara menggunakan
bahasa asing di wilayah tertentu, maka harus diadakan metode pembelajaran bahasa yang
mengedepankan kemampuan berbicara santri, supaya penggunaan bahasa bisa lancar dan
semirip mungkin dengan pembicara bahasa asli atau native speaker. Dari kasus tersebut,
jika dalam pembekajaran bahasa Arab, metode yang cocok yang harus diterapkan adalah
metode langsung (metode mubasyarah) yang menekankan pada kemampuan kalam
(berbicara) peserta didik.
Di antara kedua metode tersebut yaitu metode qawaid tarjamah dan Metode langsung
sering terjadi polemik yang menyatakan mana yang lebih baik di antara keduanya.
Padahal sebagai wujud metode atau cara atau dalam bahasa Arab disebut thariq yang
berarti jalan, jika tujuan kita berbeda, maka jalan kita ambil pasti tidaklah sama. Yang
perlu dimengerti sebelum memilih metode yang akan digunakan, seharusnya dipahami
terlebih dahulu tujuan pembelajaran ataupun out put yang harus peserta didik miliki
setelah proses pembelajaran.
2. Sejarah, Tujuan, dan Proses Pembelajaran Metode Qawaid Tarjamah
Metode ini sulit ditentukan secara pasti sejarah lahirnya ini. Hal ini disebabkan metode
ini ada di sebagian besar negara-negara di dunia ini. Akan tetapi juga sulit
menghubungkan metode ini dengan salah satu ilmuwan, akan tetapi dikenal bahwa

13
Ibid
metode ini berhubungan dengan pengajaran bahasa Latin dan Yunani, kedua bahasa
tersebut telah tersebar di beberapa bidang pengajaran sepanjang abad pertengahan di
Eropa. Seorang ilmuwan bernama Plotz mengadopsi beberapa tekniknya uslubnya pada
akhir abad ke-19. Dia melakukan hal itu sampai uslūb teknik-tekniknya itu berpindah
kepada dua negara lain di dunia. Barangkali metode ini merupakan metode terbanyak
yang tersebar di negara Indonesia dan lebih khusus di pondok-pondok pesantren.
Para pakar dan praktisi pembelajaran bahasa asing sering juga menyebut metode ini
dengan metode tradisional. Penyebutan tersebut berkaitan dengan sebuah cerminan
terhadap cara-cara dalam jaman Yunani Kuno dan Latin dalam mengajarkan bahasa.
Asumsi dasar metode ini adalah adanya ‘logika semesta’ (universal logic) yang
merupakan dasar semua bahasa di dunia, sedangkan tata bahasa adalah cabang logika.
Metode ini ditujukan kepada peserta didik agar, (1) lebih mampu membaca naskah
berbahasa Arab atau karya sastra Arab, dan (2) memiliki nilai displin dan perkembangan
intelektual. Pembelajaran dalam metode ini didominasi dengan kegiatan membaca dan
menulis. Adapun kosakata yang dipelajari adalah kosakata dari tes bacaan, di mana
kalimat diasumsikan sebagai unit yang terkecil dalam bahasa, ketepatan terjemahan
diutamakan, dan bahasa Ibu digunakan dalam proses pembelajaran.
Metode tata bahasa dan terjemah ini mengarah pada:
 Menghasilkan siswa yang terdidik, terlatih akan pengetahuan kebudayaan sastra
yang tinggi, dan mempunyai daya apresiasi sastra;
 Menghasilkan siswa yang hapal akan materi-materi naḥwuḥ dan teks-teks sastra;
 Menghasilkan siswa yang berkompeten untuk menerjemahkan secara bebas dari
bahasa induk kepada bahasa sasaran.
Untuk merealisasikan tujuan ini, metode tata bahasa dan terjemah menggunakan
teknik sebagai berikut :
 Otak siswa dipenuhi dengan kaidah-kaidah naḥwuḥ dan daftar tasrīfḥ serta
wazan-wazannya;
 Menjadikan siswa hafal akan daftar-daftar vocabulary dan sinonimnya di luar
kepala;
 Mengajari siswa membaca secara detail/terinci dan analisis;
 Mengajari siswa menulis topik-topik karangan dengan mengambil cuplikan
kalimat-kalimat, alinea-alinea dari sastrawan dan penyair;
 Melatih siswa menerjemahkan teks sastra yang tinggi.
Prosesnya di dalam kelas yaitu :
 Guru menerjemahkan kosa kata yang baru, kemudian menugaskan siswa untuk
menghapal vocabulary itu dan meminta untuk diperdengarkan kembali pada hari
berikutnya;
 Guru meminta sebagian siswa untuk membaca teks dan mengoreksinya.
Kemudian guru membaca teks tersebut kalimat per kalimat, kemudian meminta salah
seorang siswa yang pandai untuk menerjemahkan kalimat itu atau guru itu sendiri yang
menerjemahkannya;
 Guru mengeluarkan kaidah-kaidah naḥwuḥ dari teks tersebut kemudian
menjelaskannya dengan penjelasan yang terperinci, begitu juga terkadang bisa meminta
siswa untuk menyusun kalimat yang sesuai dengan kaidah tersebut, dan selanjutnya siswa
memulai untuk menjawab latihan soalsoal;
 Guru memberi tugas kepada siswa untuk menghapalkan tata bahasa di luar kepala
dan memperdengarkannya pada kesempatan/jam pelajaran yang akan datang;
 Terkadang siswa menerjemahkan teks dengan terjemahan bebas
Evaluasi dari metode ini :
a) Sesungguhnya sasaran metode ini terbatas dan sulit ditangani/ diperoleh;
b) Metode ini memusatkan perhatian pada keterampilan membaca dan menulis,
mengabaikan keterampilan menyimak dan berbicara;
c) Metode ini tidak dapat merealisasikan tujuannya dalam membiasakan siswa untuk
menulis dengan benar;
d) Metode ini hanya sesuai bagi siswa yang cerdas saja;
e) Metode ini mengharuskan siswa berpikir dengan bahasa ibu, kemudian pemikiran
itu diterjemahkan ke dalam otaknya yakni kepada bahasa sasaran;
f) Metode ini terjadi secara tidak sadar, hal itu menghambat cepatnya pengajaran
bahasa;
g) Metode ini menjadikan/membuat guru jadi malas;
h) Peran guru di dalam metode ini gampang, jika dia menguasai bahasa asing.
3. Sejarah, Tujuan, dan Proses Pembelajaran Metode Mubasyaroh (Langsung)
Karena adanya ketidakpuasan dengan metode qawā’id dan tarjamaḥ, maka terjadi
suatu gerakan penolakan terhadap metode tersebut menjelang pertengahan abad ke 19.
Banyak orang Eropa yang merasa bahwa buku-buku pembelajaran bahasa asing yang
beredar tidaklah praktis, karena tidak mengajarkan bagaimana berbahasa namun lebih
memperhatikan pembicaraan tentang bahasa. Karena itu, banyak kemudian bergulir ide-
ide untuk memperbaharui metode tersebut.
Berdasarkan asumsi yang ada dalam proses berbahasa antara Ibu dan anak, maka
F.Gouin (1980-1992) mengembangkan suatu metode yang diberi nama dengan metode
langsung (tarīqaḥ mubāsyaraḥḥ ), sebuah metode yang sebenarnya juga pernah
digunakan dalam dunia pembelajaran bahasa asing sejak jaman Romawi ( abad XV).
Metode ini memiliki tujuan yang terfokus pada peserta didik agar dapat memiliki
kompetensi berbicara yang baik. Karena itu, kegiatan belajar mengajar bahasa Arab
dilaksanakan dalam bahasa Arab langsung baik melalui peragaan dan gerakan.
Penerjemahan secara langsung dengan bahasa peserta didik dihindari.
Metode ini disebut metode langsung karena selama pelajaran guru berlangsung
menggunakan bahasa asing yang diajarkan, sedang bahasa murid tidak digunakan. Jadi
dengan metode ini, guru dalam mengajar langsung menggunakan bahasa asing melalui
percakapan, diskusi dan membaca bahan yang dipelajari. Sedangkan untuk menjelaskan
suatu arti kata atau kalimat digunakan alat peraga.
Sasarannya metode ini mengarah pada :
a) Menjadikan siswa mampu berpikir dengan bahasa sasaran dalam percakapan,
membaca dan menulis;
b) Menggunakan bahasa baru secara langsung tanpa terjemahan dengan tujuan
sebagai komunikasi dan interaksi;
Prosedurnya, Guru menggunakan pengantar secara lisan tanpa guru harus membaca
dan menulis. Program pengajaran bahasa ini dimulai dengan mengajarkan kata-kata
ungkapan-ungkapan yang menunjukkan pada sesuatu dan perbuatan-perbuatan yang
dapat diindra atau dapat diperagakan dan selanjutnya belajar beralih pada situasi-situasi
bahasa yang berproses pada dialog dan yang diucapkannya itu adalah ucapan sehari-hari,
memanfaatkan gambar-gambar tanpa tergantung pada terjemahan. Dalam membaca, guru
memulai terlebih dahulu membaca teks, kemudian setelah itu menyuruh siswa untuk
membaca. Adapun menulis, maka merupakan penyempurnaan belajar dengan cara
mengisi yang kosong (titik-titik) dan menyusun kalimat-kalimat yang sederhana.
Keistimewaan metode ini adalah efektif dalam hasilnya, di samping itu mudah dan
elastis/fleksibel, dan mempunyai sentuhan manusiawi. Metode ini berpusat pada
kemampuan komunikasi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi.
Akan tetapi kekurangannya adalah sebagai berikut :
 Metode ini tidak cocok untuk tingkatan lanjutan yang sudah maju
 Metode ini melalaikan kemampuan menulis.

C. KESIMPULAN
Dari penjelasan yang penulis paparkan di atas, dapat simpulkan bahwa metode
pembelajaran merupakan cara yang sistematis dalam menyampaikan materi kepada siswa
guna mencapai tujuan yang diinginkan, Memberi jalan untuk mencapai suatu tujuan
pengajaran yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam belajar bahasa arab.
Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam metode pengajaran adalah
sebagai berikut :
a. Tujuan yang hendak dicapai
b. Kemampuan guru
c. Anak didik
d. Situasi dan kondisi pengajaran
e. Fasilitas yang tersedia
f. Waktu yang tersedia
g. Kebaikan dan kekurangan suatu metode

Semua metode yang digunakan apabila cocok dengan keadaan guru dan murid serta
faktor yang lain maka akan membawa efek yang baik yaitu semakin tercapainya tujuan
pembelajaran. Sebaliknya jika metode yang tertata rapi namun kurang cocok dengan
keadaan murid dan faktor lainnya maka tak akan menyentuh tujuan pembelajaran sedikit
pun.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiana, Kamila. Urgensi Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab Dalam Pendidikan
Di Sekolah. Jurnal konferensi nasional bahasa Arab. Universitas Negeri Malang.
2015
Arif, Muhammad. 2019. Metode Langsung (Direct Method) dalam Pembelajaran Bahasa
Arab. Al-Lisan. Jurnal bahasa dan pengajarannya. IAIN Sultan Amai Gorontalo
Arsyad, Azhar. Bahasa Arab Dan Metode Pembelajarannya Beberapa Pokok Pikiran.
Fakultas Tarbiyah, IAIN Alauddin Makasar. Ujung Padang. 1997
Darajat, Zakiyah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi askara. 1995
Hamid, Abdul. dkk. Pembelajaran Bahasa Arab. UIN Malang press. 2008
Hamzah, Uno B.. Perencanaan Pembelajaran. Rosda: Bandung. 2006
Ibrahim, R. dan Syaodih, Nana. Perencanaan Pembelajaran. Rineka cipta: Jakarta. 2010
Abawihda, Ridwan. Kurikulum Pendidikan Pesantren dan Tantangan Perubahan
Global. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005
Mulyanto, Sumardi. Pengajaran Bahasa Asing. Jakara: Bulan Bintang. 1979
Sam, Zulfiah. Metode Pembelajaran Bahasa Arab. Jurnal bidang kajian Islam.
Journal.stiba.ac.id. 2016
Yusuf, Tayar dan Anwar, Syaiful. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995

Anda mungkin juga menyukai