Anda di halaman 1dari 11

METODE EKLEKTIK (THARIQAH AL-INTIQA'IYYAH) DALAM

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Dosen Pengampu : Dr. Ekawati, MA

Disusun oleh :

Liya Shalihatul Amaliyah (19.03.00.005)

Aenah (19.03.00.002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALHIKMAH

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-MAHBUBIYAH

JAKARTA

2022
A. Pendahuluan
Dalam mempelajari bahasa asing, sering terdengar pentingnya metodologi
pembelajarannya, yang mana keberhasilan suatu program pembelajaran sering kali dinilai
dari segi metode yang digunakan, terutama dalam pembelajaran bahasa. Hal ini
dikarenakan, yang menentukan isi dan cara mengajarkan suatu bahasa adalah dari segi
metode apa yang digunakan. Dalam pembelajaran bahasa seringkali terjadi penerapan
sebuah metode berpindah ke metode lain, selanjutnya kembali lagi menggunakan metode
pertama.
Perpindahan penggunaan metode tersebut terjadi, dikarenakan di dalam pengajaran
bahasa terdapat banyak sekali metode-metode pengajaran yang dapat diterapkan. Dalam
pembelajaran, tidak ada suatu metode yang sempurna digunakan untuk berbagai tujuan
pembelajaran, dikarenakan metode-metode yang dapat digunakan itu masih memiliki
kelebihan maupun kekurangan. Akan tetapi, metode-metode itu bias digunakan dengan
benar sesuai dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran.
Tanpa adanya penggunaan metode yang sesuai, justru akan mempersulit dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu metode pengajaran dalam pembelajaran bahasa
Arab yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan metode eklektik yang disebut juga
dengan Thariqah Al-Intiqaiyyah. Metode ini merupakan suatu metode pembelajaran yang
terdiri dari keterampilan mendengar (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan
menulis (kitabah).1
Metode eklektik merupakan sebuah metode pembelajaran, khususnya pembelajaran
bahasa Arab untuk semua materi bahasa. Metode ini juga merupakan metode yang
sempurna serta sesuai bagi orang non-Arab yang belajar bahasa. Tujuan metode eklektik
adalah agar pelajar dapat memahami materi bahasa asing yang telah dipelajari, dapat
membaca bahasa asing, dan menulisnya dengan benar.
Akan tetapi, metode-metode itu bisa digunakan dengan baik dan benar sesuai dengan
kebutuhan dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Penggunaan metode dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan seorang
guru dalam penyampaian informasi/materi kepada murid-muridnya. Jadi, metode-metode
pembelajaran Bahasa Arab itu dipilih dan digunakan sesuai kebutuhan saja, dan metode-
metode itu tidak digunakan secara keseluruhan.

1
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2005), h. 15
2
B. Pengertian Metode Eklektik (Thariqah Al-Intiqa’iyyah)
Kata metode berasal dari bahasa yunani yaitu methodos yang terdiri dari dua kata
yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui, sedangkan hodos berarti jalan. Sehingga
metode diartikan sebagai jalan yang harus dilalui, atau cara melakukan sesuatu atau
prosedur.2 Metode adalah suatu cara atau siasat bahan pelajaran agar dapat mengetahui,
memahami, dan mempergunakanya. Dengan kata lain menguasai bahan pelajaran dan
menjadikan bahan pelajaran yang disampaikan dapat diterima oleh siswa. Penulis dapat
menyimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara yang termuat dalam setiap proses
pengajaran untuk menyampaikan sesuatu kepada pembelajar.
Adapun pengertian eklektik menurut KBBI, eklektik secara bahasa dapat diartikan
bersifat memilih yang terbaik dari berbagai sumber. Dalam kaitannya dengan penggunaan
sebuah metode, pada arti tersebut dapat dipahami bahwa dalam menggunakan suatu
metode tidak hanya terpaku pada satu metode saja tetapi mengkolaborasikan antara satu
metode dengan metode yang lain tanpa menghiraukan suatu kebutuhan atas dasar
pertimbangan tujuan pembelajaran.3 Sedangkan eklektik dapat diartikan dalam bahasa
Arab, metode ini disebut dengan beberapa nama, antara lain: al-thariqah alintiqa’iyah, at-
thariqah al-ikhtiyariyah, al-thariqah al- muzdawiyah.4
Metode ini disebut juga dengan thariqah intiqaiyyah merupakan salah satu metode
untuk mengajarkan bahasa asing, karena pentingnya untuk memahami dan menggunakan
bahasa dengan baik dan benar yang mencakup empat keterampilan bahasa yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Sehingga dalam metode ini membuat
kreativitas para pengajar Bahasa arab untuk mengefektifkan proses belajar mengajar
bahasa Arab. Metode ini juga sekaligus memberikan kebebasan kepada mereka untuk
menciptakan variasi metode.
Metode eklektik merupakan sebuah metode pembelajaran, khususnya pembelajaran
bahasa Arab untuk semua materi bahasa. Metode ini juga merupakan metode yang
sempurna serta sesuai bagi orang non-Arab yang belajar bahasa. Tujuan metode eklektik
adalah agar pelajar dapat memahami materimateri bahasa asing yang telah dipelajari, dapat
membaca bahasa asing, dan menulisnya dengan benar.

2
Sunhaji, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2009), h. 38
3
Fachrurrozi, et al., Pembelajaran Bahasa Asing: Metode Tradisional dan Kontemporer, (Jakarta:
Bania Publishing, 2010), h. 20
4
Ahmad Fuad Effendi, op. cit., h. 96
3
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan menggunakan metode
eklektik dalam pembelajaran bahasa Arab bagi siswa adalah siswa dapat menguasai empat
maharah yaitu: istima’, qira’ah, kalam dan kitabah dengan baik dan benar. Sedangkan
tujuan dari pihak guru adalah dapat memilih dan menggabungkan beberapa metode yang
dapat dan cocok digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran yang akan
disampaikan.5
Pada intinya, metode ini bertujuan untuk memadukan atau menggabungkan beberapa
metode yang dianggap efektif dan efisien, disesuiakan dengan kemampuan pengajar dan
adaptasi dengan kemampuan anak didik agar terhindar dari kebosanan belajar dan berfokus
pada hasil yang harus dicapai. Bisa jadi, sekali pembelajaran kelas menerapkan beberapa
metode pembelajaran Bahasa, sebab metode ini bersifat dinamis dan fleksibel.
Dalam istilah pendidikan modern, popular disebut dengn “Metode Elektik”. Metode
ini menuntut kreativitas, karena menggabungkan beberapa metode. Menggabungkan antara
metode gramatika wa tarjamah, metode langsung, metode membaca, metode audio
lingualistik baik digabungkan sebagian maupun secara keseluruhan.6
C. Konsep Dasar Metode Eklektik (Thariqah Al-Intiqa’iyyah)
Datangnya metode eklektik ini sebagai respon atas ketiga metode-metode sebelumnya.
Dan konsep dasar metode ini adalah:7
1. Setiap metode mempunyai kelebihan dalam pengajaran yang dimanfaatkan dalam
pengajaran bahasa asing.
2. Tidak ada metode yang sempurna atau tidak ada metode yang salah, tetapi semuanya
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari metode tersebut, Kelebihan
itu bisa dimanfaatkan untuk mengefektifkan pengajaran.
3. Setiap metode memiliki latar belakang, karakteristik, dasar fikiran dan peruntukan yang
berbeda, bahkan bisa menjadi suatu metode yang muncul karena menolak metode
sebelumnya. Jika metode-metode terebut digabungkan maka akan menjadi sebuah
kolaborasi yang saling menyempurnakan.
4. Tidak ada suatu metode yang sesuai dengan semua tujuan, semua murid, semua guru
dan semua program pengajaran bahasa asing.
5
Siti Milatul Mardiyah, Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Ilmiah, (Malang: Portal Jurnal Online
Kopertais, 2020), Vol. 5, No. 1, h 119 - 143
6
Nurul Hanani dan Limas Dodi, Pembelajaran Bahasa Arab Kontemporer: Konstruksi Metodologis
Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Komunnikatif-Sosiolinguistik, (Bandung: Cendekia Press, 2020), Cet. Ke-1,
h.71
7
Muhammad ‘Ali Al-Khouli, Asalibu Tadrisi Al-Lughotil ‘Arobiyyah, (Riyadh: Darul Ulum, 1989), h. 25-
26
4
5. Yang terpenting dalam pengajaran adalah memberi perhatian kepada para pelajar dan
kebutuhanya, bukan memenuhi suatu metode.
6. Setiap guru mempunyai kebebasan untuk menggunakan langkah-langkah atau teknik-
teknik dalam menggunakan metode pengajaran yang sesuai engan kebutuhan para
pelajarnya dan sesuai dengan kemampuanya
Metode eklektik biasa menjadi metode yang ideal apabila didukung oleh pengguasaan
guru secara memadai terhadap berbagai metode. Sehingga, ia dapat mengambil secara
tepat segi-segi kekuatan dari setiap metode, dan menyesuaikan dengan kebutuhan progam
pengajaran yang ditangganinya. Kemudian ia menerapkan secara proprosional.
Sebaliknya, metode eklektik bias menjadi metode seadanya atau metode “semau guru”
apabila pemilihannya hanya berdasarkan pada selera guru, atau atas dasar mana yang
paling enak atau yang paling mudah bagi guru. Bila demikian halnya, maka yang terjadi
adalah ketidakmenentuan pembelajaran. Akibatnya, hasil dari pembelajaran yang tidak
menentu ini tidak bisa diharapkan.8 Perlu ditegaskan bahwa penggabungan metode-metode
ini hanya bias dilakukan antar metode yang sehalauan. Dua metode yang tujuannya
bertolak belakang tentu tidak dapat untuk digabungkan. Penggabungan juga lebih tepat
dilakukan dengan tataran teknik atau operasional.
D. Langkah-Langkah Penerapan Metode Eklektik (Thariqah Al-Intiqa’iyyah)
Kebutuhan pembelajaran bahasa asing merupakan landasan pemenuhan asas yang
patut menjadi perhatian oleh semua pengajar. Oleh karena itu, dibutuhkan kepiawaian
seorang pengajar untuk bisa melaksanakan pembelajaran efektif dan efisien. Dalam hal ini,
seorang pengajar perlu mengenali terlebih dahulu metode eklektik memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:9
1. Pengajaran bahasa harus diterapkan dengan menggunakan bahasa target yang tepat.
2. Pengajaran bahasa harus mengandung makna dan nyata.
3. Lebih menekankan terhadap empat maharah dalam pengajaran bahasa.
4. Tidak harus menekankan pada hafalan, mimik dan mempraktekkan struktur gramatika
bahasa
Ciri-ciri tersebut harus dicermati bersama oleh pengajar sebelum menggunakan
metode eklektik, hal ini diperlukan untuk lebih mengutamakan ketuntasan belajar yang
sejatinya dapat diperoleh melalui penggabungan metode yang ada dengan system

8
Ulin Nuha, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), h.208
9
Henry Guntur Taringan, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1993),
h. 115
5
pelaksanaan yang terkombinasi dengan baik dan tepat sasaran. Metode eklektik, guru
dituntut lebih profesional, kreatif, dan aktif agar dapat menggunakan metode ini dengan
baik dan efisien, sehingga dapat mengevaluasi pembelajaran dari masing-masing peserta
didik dengan baik, dan tujuan pembelajaran juga dapat terlaksana dengan baik pula.
Karena metode ini penerapannya pada pembelajaran bahasa asing
mengisyaratkan pada pemanfaatan kelebihan suatu metode untuk mengatasi
kekurangan metode yang lain. Misalnya seorang guru bermaksud untuk menstimulasi
murid untuk membangun pengetahuannya dengan mufrodat dan menyelipkan pengetahuan
tentang gramatika didalamnya maka guru dapat mengkolaborasikan antara metode
Gramatika Terjemah (qowaid wa tarjamah) dengan metode langsung (thoriqoh
mubasyaroh).
Dengan demikian kegiatan belajar mengajar akan menjadi menarik karena terlihat
variatif dan tidak terfokus pada satu kegiatan. Maka penggabungan ini diharapkan
bisa membuat atau memacu motivasi para siswa didalam belajar bahasa Arab.
Sebagaimana halnya metode metode yang lain, langkah-langkah yang bisa diterapkan
dalam metode eklektik ini sangat fleksibel. Misalnya langkah-langkah yang ditempuh
oleh guru sebagai berikut:10
1. Pendahuluan (sebagaimana metode lain).
2. Memberikan materi mufrodat melalui metode qowaid wa tarjamah untuk mufrodat
yang bersifat abstrak dan metode mubasyaroh untuk mufrodat yang bersifat konkret
dan melalui teknik-teknik tertentu ‘tiqror’ misalnya (pengulangan).
3. Para siswa diarahkan untuk disiplin menyimak penjelasan guru lalu menirukan
mufrodat yang disajikan secara lancar.
4. Para siswa dibimbing menerapkan mufrodat yang telah diajarkan dengan teman-
temannya, baik itu melalui teknik permainan dan lain sebagainya.
5. Setelah lancar menerapkan mufrodat-mufrodat yang telah diajari, maka guru memberi
teks berupa kalimat yang tersusun dari mufrodat-mufrodat yang telah dipelajari tadi,
selanjutnya guru memberi contoh membaca yang baik dan benar serta diikuti siswa
secara berulang-ulang (pada tahapan ini, guru diharap meminimalisir didalam
menerjemahkan mufrodat yang ia tulis)

10
Ayatullah, Penerapan Metode Eklektik Pada Pembelajaran Bahasa Arab, (Belitung: Jurnal Palapa,
2016), h. 149-167
6
6. Jika terdapat kosa kata yang sulit, guru mengingatkan siswa mula-mula dengan isyarat
atau gerakan, atau gambar dan sebagainya. Jika tidak mungkin dengan ini semua
barulah guru menterjemahkan dengan bahasa yang populer
7. Secara tidak disadari di dalam proses pemberian teks kalimat oleh guru tadi, pastilah di
dalamnya terkandung unsur struktur (kaidah) bahasa seperti misalnya : ‫ هو‬، ‫طالبة هي‬
‫الب‬HH‫ ط‬pada kasus ini terdapat struktur mubtada’ khobar. Maka guru mengenalkan
beberapa struktur yang penting dalam teks kalimat, lalu membahas secukupnya.
8. Guru menyuruh para siswa menelaah kalimat lain yang guru tuliskan, lalu
mendiskusikan isinya. Misalnya ‫ انت تلميذ‬، ‫ذة‬HH‫ انت تلمي‬bisa melalui teknik tanya jawab,
guru menanyakan kepada siswa yang mana mubtada dan yang mana khobar pada
kalimat itu.
9. Sebagai penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir bisa berupa pertanyaan-pertanyaan
tentang isi teks kalimat yang telah dibahas. Pelaksanaan bisa saja individual atau
kelompok, sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Jika tidak memungkinkan lantaran
terbatasanya waktu pelajaran maka guru dapat menyajikannya berupa penugasan
kepada siswa.
Langkah pembelajaran bahasa Arab yang menimbang penggunaan metode eklektik,
dapat tersaji melalui identifikasi peserta didik yang tepat sehingga proses pembelajaran
dapat dipantau dan diberikan rekomendasi untuk keberlanjutan pencapaian tujuan yang
diharapkan.
E. Bentuk-Bentuk Penggabungan Metode Eklektik dalam Bahasa Arab
Adapun bentuk-bentuk metode eklektik dalam pembelajaran bahasa Arab diantaranya
sebagai berikut:11
1. Beberapa ahli pengajaran bahasa asing yakni Eropa dan Amerika menyarankan
beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan latihan-latihan manipulatif
dengan latihan-latihan komunikatif. Paulston mengenalkan tiga corak metode drill yaitu:
manipulatif – bermakna – komunikatif. Rivers menggunakan istilah lain yaitu:
manipulatif – semi komunikatif – komunikatif. Contoh:
a) Drill manipulatif :
‫محمد يذهب المدرسة ب‬
‫الدراجة‬
‫السيارة‬
11
Ahmad Rifa’i, Implementasi Thariqah Al Intiqaiyyah (Metode Eklektik) Pada Pembelajaran Bahasa
Arab Di MTsN Kediri 1, (Realita: Jurnal Penelitian dan Kebudayaan Islam, 2015), Vol. 13 No. 2, h. 167.
7
‫الجوالة‬
‫األوتوبيس‬

b) Drill Semi-Komunikatif :
‫يذهب الى المدرسة ب‬

c) Drill Komunikatif
‫ وأنج يا محمود؟‬،‫ أنا أرجع من المذرست بالسيارة‬: ‫المعلم‬
‫ وأنج يا حميذ؟‬،........‫ أنا أرجع من المذرست ب‬: ‫محمود‬
H‫ وأنج يا فوزي؟‬،.........‫ أنا أرجع من المذرست ب‬: ‫حميذ‬
‫ أنا أرجع من المذرست ب‬: H‫فوزي‬
2. Sadtono menyarankan agar jumlah manipulatif dan komunikatif dalam pengajaran
bahasa diatur secara gradual sesuai dengan tingkat/level pembelajaran yang diikuti
siswa.
3. Modifikasi dan pengembangan bahan ajar, misalnya saja dalam materi percakapan misal
berbentuk dialog untuk dihafalkan, kemudian ditambah atau dikembangkan dengan
materi yang lebih konseptual dan konkrit. Dalam materi tata bahasa induktif menjadi
deduktif, pengetahuan menjadi penerapan. Materi bacaan yang dalam audiolingual
ditekankan pada pelafalan dan penguasaan pola-pola kalimatnya, dikembangkan dengan
latihan-latihan analisis model metode membaca dan seterusnya. Dalam materi tata
bahasa induktif menjadi deduktif, pengetahuan menjadi penerapan.
4. Penyingkatan jarak waktu antara latihan manipulatif dan latihan komunikatif. Dalam
audio lingual murni, latihan-latihan manipulatif mekanistis bisa berjalan lebih dari 16
minggu, baru setelah jangka waktu tersebut bisa diberikan latihan komunikatif. Dalam
metode eklektik jarak waktu bias dipersingkat lagi.
Bentuk-bentuk penggabungan lain bisa berupa penambahan jumlah latihan qira’ah dan
kitabah, yang mana di dalam pendekatan komunikatif masih kurang diperhatikan. Hal ini
dikarenakan mayoritas warga Indonesia masih lebih mementingkan dan memerlukan
keterampilan membaca dibandingkan dari keterampilan berbicara.12

12
Ibid
8
F. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eklektik
Tidak ada yang berbeda antara metode eklektik dengan metode-metode lainnya.
Metode ini juga mempunyai sisi kelemahan maupun sisi kelebihan. Salah satu
kelebihannya yaitu apabila metode ini digunakan oleh seorang guru yang profesional
dalam mengajar, serta mengetahui dan benar-benar mengusai bagaimana cara penggunaan
metode dengan baik dan benar, maka sisi kelebihan dari metode ini akan semakin terasa
dan proses pembelajaran berjalan dengan baik sesuai rencana dan tujuan pembelajaran.
Namun apabila tidak didukung dengan profesionalisme seorang guru dalam proses
pembelajaran, maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, dan metode
yang digunakan hanya sia-sia saja. Di bawah ini adalah paparan secara terperinci mengenai
kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran eklektik, di antara lain sebagai berikut:13
1. Kelebihan Metode Pembelajaran Eklektik
a) Metode ini merupakan metode pelengkap dari metode-metode sebelumnya.
b) Pembelajaran lebih efektif, menarik dan bervariasi.
c) Metode ini mengembangkan keaktifan, keefektifan dan keterampilan pelajar dalam
belajar, dan membuatnya lebih mudah berinteraksi dengan yang lainnya dan tidak
cepat bosan.
d) Kemampuan para pelajar dalam menggunakan bahasa asing dipandang lebih merata
dan maksimal.
e) Guru lebih bersemangat dan energik dalam proses pembelajaran.
f) Penyampaian materi-materi yang diajarkan lebih efektif, dan suasana belajar
mengajar di kelas lebih aktif dan kondusif.
2. Kekurangan Metode Pembelajaran Eklektik
a) Terbatasnya waktu yang digunakan dalam penerapan metode ini. Dikarenakan
metode ini masih membutuhkan waktu yang relatif lama daripada metode-metode
lainnya, serta terkendala dengan waktu pembelajaran bahasa Arab yang relatif sangat
terbatas, terkecuali sekolahsekolah tertentu.

13
Radliyah Zaenuddin, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta:
Pustaka Rihlah Group, 2005), h. 44
9
b) Metode ini membutuhkan guru yang cerdas, terampil dan dinamis dalam berbagai
bentuk pengajaran. Tidak semua guru sanggup untuk melakukan serangkaian
kegiatan yang begitu banyak dan bervariasi.
c) Lebih menuntut adanya guru yang serba bisa dan energik.
Dikhawatirkan dalam menggunakan metode ini, terdapat kegiatan pembelajaran yang
begitu banyak yang akan membuat siswa kejenuhan dalam belajar. Kelebihan dan
kekurangan sebagaimana dijelaskan di atas memberikan informasi kepada pengajar untuk
mempertimbangkan pada materi atau bagian apa metode itu secara tepat dipergunakan dan
dalam keadaan apa perlu disiapkan untuk melakukannya.
G. Kesimpulan
Metode eklektik yang merupakan metode gabungan atau metode campuran pada
hakikatnya memiliki beberapa penamaan yaitu: thariqah Mukhtarah, thariqah Taulifiyah,
thoriqah Intiqa’iyyah, dan thariqah Mudzawijah. Metode ini muncul sebagai bentuk
penggabungan dari metode-metode yang sudah ada sebelumnya. Metode elektik
dikembangkan berdasarkan asumsi, bukan berdasarkan linguistik ataupun psikologi.
Metode ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan dari beberapa metode yang
dipilih dan digabungkan, sehingga keterampilan bahasa bisa terkumpul semua dalam
metode ini.
Kelebihan dan kekurangan dari suatu metode dapat diketahui setelah
mengimplementasikannya, karena kelebihan dan kekurangan suatu metode tidak bisa
diukur tanpa mengimplementasikannya. Begitu juga dengan metode eklektik masih
mempunyai kelemahan dan kelebihan pula. Dapat dikatakan menjadi sempurna jika
seorang guru menguasai penerapan dalam penggunaan metode yang digunakan. Dan jika
seorang guru menggunakan metode ini semaunya saja, maka proses pembelajaran tidak
berjalan dengan baik.

10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab, Malang: Misykat, 2005

Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2009

Fachrurrozi, et al., Pembelajaran Bahasa Asing: Metode Tradisional dan


Kontemporer, Jakarta: Bania Publishing, 2010

Siti Milatul Mardiyah, Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Ilmiah, Malang: Portal Jurnal
Online Kopertais, 2020, Vol. 5, No. 1

Nurul Hanani dan Limas Dodi, Pembelajaran Bahasa Arab Kontemporer: Konstruksi
Metodologis Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Komunnikatif-Sosiolinguistik,
Bandung: Cendekia Press, 2020, Cet. Ke-1

Muhammad ‘Ali Al-Khouli, Asalibu Tadrisi Al-Lughotil ‘Arobiyyah, Riyadh: Darul Ulum,
1989

Ulin Nuha, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Jogjakarta: Diva Press, 2012

Henry Guntur Taringan, Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa, Bandung:


Angkasa, 1993

Ayatullah, Penerapan Metode Eklektik Pada Pembelajaran Bahasa Arab, Belitung: Jurnal
Palapa, 2016

Ahmad Rifa’i, Implementasi Thariqah Al Intiqaiyyah (Metode Eklektik) Pada


Pembelajaran Bahasa Arab Di MTsN Kediri 1, Realita: Jurnal Penelitian dan
Kebudayaan Islam, 2015, Vol. 13 No. 2

Radliyah Zaenuddin, Metodologi dan Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab,


Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005

11

Anda mungkin juga menyukai