PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ATH-THARIQAH AL-INTIQAIYYAH
Metode Ath-thariqah Al-intiqaiyyah dapat diartikan metode campuran atau
metode eklektik atau kombinasi dari beberapa metode pengajaran. Misalnya
metode langsung (ath-thariqah al-mubasyirah atau direct method) dan metode
kaidah dan terjemah ( ath-thariqah al-qowaid wa tarjamah atau grammar-
translation) bahkan dengan metode membaca (ath-thariqah qiro’ah atau reading)
sekaligus dipakai atau diterapkan dalam suatu kondisi mengajar.
Metode eklektik adalah metode pilihan dan gabungan dari dua metode atau
lebih. Eklektik adalah istilah yang kadang-kadang digunakan bagi praktik
pemakaian ciri-ciri beberapa metode yang berbeda dalam pengajaran bahasa.
Metode eklektik mengandung arti pemilihan dan penggabungan. Di dalam bahasa
Arab, metode ini disebut dengan beberapa nama, antara lain, Ath-thariqah Al-
intiqaiyyah ()الطريق(((ة اإلنتقائية , Muktharah ()الطريق(((ة المخت(((ارة , Taufiqiyyah(الطريق(((ة
)التوفيقية , Mazdujah ()الطريقة المزدوجة.
Munculnya metode eklektik ini merupakan kreativitas para pengajar
bahasa asing untuk mengefektifkan proses belajar-mengajar bahasa asing. Metode
ini juga memberikan kebebasan kepada mereka untuk menciptakan variasi
metode.
Rusdy Thu’aimah mengatakan, “Tidak ada metode pembelajaran bahasa
yang paling cocok untuk segala kondisi.” Hal yang mendasari adanya pernyataan
semacam pendapat Rusdy Thu’aimah adalah adanya kesadaran dari para pengajar
bahwa setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangan serta fokus pada
keterampilan tertuntu saja. Maka, dengan adanya Ath-thariqah Al-intiqaiyyah atau
metode eklektik, harapannya dapat memberikan keleluasaan kepada pengajar
untuk menyampaikan materi bahasa Arab sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi. Sebab tidak dipungkiri bahwa setiap pengajar pasti memiliki situasi dan
kondisi yang berbeda terkait pelajar yang diajarnya.
Pengajaran bahasa asing (khususnya bahasa Arab) pasti menghadapi
kondisi obyektif yang berbeda-beda antara satu negeri dan negeri lain, antara satu
lembaga dengan lembaga lain, antara satu kurun waktu dengan kurun waktu yang
lain. Sehingga dibutuhkan metode yang dapat membantu para pelajar di luar
bangsa Arab dapat memahami bahasa Arab secara mudah dan efisien.
Adapun pertimbangan lain yang menjadikan metode eklektik menjadi
metode solutif yaitu kondisi (latar belakang) pelajar yang meliputi kemampuan
kognitif atau nalar, tempat belajar, tingkatan pelajar, bahasa ibu atau bahasa awal
para pelajar, sarana prasarana dan lain sebagainya. Dengan adanya pertimbangan-
pertimbangan tersebut, maka pengajar akan lebih leluasa jika menerapkan metode
eklektik sebagai upaya penyampaian materi. Sehingga penangkapan atau
pemahaman para pelajar tentang bahasa Arab dapat lebih maksimal.
Metode eklektik yang merupakan gabungan dari beberapa metode
pengajaran dapat disebut sebagai metode komplit. Sekurang-kurangnya, metode
eklektik (Ath-Thariqah Al-Intiqaiyyah) yang mengandung arti pemilihan dan
penggabungan, mengkompilasi beberapa metode antara lain Metode Gramatika
Terjemah (Thariqah al-Qawa: ‘id wa al-Tarjamah), Metode Langsung (Al-
Thariqah al- Mubasyirah), Metode Membaca (Thariqah alQira’ah), Metode
Audio-Lingual (al-Thariqah al-Sam’iyyah al-Syafahiyyah) baik sebagian maupun
secara keseluruhan. Pemilihan metode eklektik sangat bergantung kepada
kemampuan pengajar untuk memilih aspek-aspek dari metode-metode dengan
menyesuaikan kondisi pembelajaran. Maka dapat disimpulkan bahwa metode
yang paling cocok bagi pemula adalah yang mampu mengantarkan kepada tujuan
pembelajaran bahasa Arab pada kondisi pembelajaran tertentu dengan
memperhatikan beberapa hal yang telah disebutkan sebelumnya.
Mahmud Kamil Al-Naqoh (1985 : 107) mengemukakan, paling tidak ada
dua model metode eklektik, yaitu intensif-oral-scientific method dan metode
fungsional.
C. KARAKTERISTIK ATH-THARIQAH AL-INTIQAIYYAH
Karakteristik Metode Eklektik (ath-Thariqah al-Intiqa’iyyah) sebagai berikut:
1. Kecakapan pelajar dalam berbahasa akan dilatih dengan urutan sebagai
berikut: mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
2. Proses belajar mengajar di kelas terdiri dari beberapa macam aktivitas
yang beragam. Aktivitas tersebut tidak memiliki aturan sistematis, sebab
aktivitas yang akan dilakukan akan disesuaikan dengan kondisi pengajar
dan pelajar. Adapun contoh kegiatannya yaitu latihan berbicara (oral
practice), membaca keras (reading aloud) dan tanya jawab.
3. Kegiatan penyampaian materi oleh pengajar dapat dipadukan dengan
latihan menerjemahkan gramatika (thariqah al-Qawa: ‘id wa al-
Tarjamah).
4. Dalam pelaksanaannya, pengajar dapat menggunakan media seperti audio,
visual atau audio-visual sekaligus. 1
Sebagai suatu metode yang mengkombinasikan berbagai metode
pengajaran, tentunya diharapkan agar kelemahan dari masing-masing metode
secara terpisah dapat terhindari dan sebaliknya guru dapat memaksimalkan
keuntungan masing-masing metode tersebut, tentunya berdasarkan asumsi
guru yang bersangkutan serta mempunyai pengetahuan tentang berbagai
metode yang digunakan secara baik.
E. IMPLEMENTASI ATH-THARIQAH AL-INTIQAIYYAH
Implementasi Metode Eklektik (Thariqah Intiqaiyah) dapat dilakukan
dengan cara menyajikan bahan pelajaran Bahasa Arab di depan kelas dengan
melalui bermacam-macam kombinasi beberapa metode, misalnya metode
langsung (althoriqoh al-mubasyarah atau direct method) dan metode kaidah
dan terjemah (thoriqoh al-qowaid dan tarjamah atau grammar translation)
bahkan dengan metode membaca (qiro’ah atau reading) sekaligus dipakai
atau diterapkan dalam suatu kondisi mengajar. Oleh karenanya metode ini
merupakan campuran dari unsur-unsur yang terdapat dalam metode langsung
dan metode kaidah tarjamah, proses pengajaran lebih banyak ditekankan pada
kemahiran bercakap-cakap, menulis membaca dan memahami pengertian-
pengertian tertentu.
Melalui metode eklektik, pelajar dapat diberi latihan misalnya: latihan
bercakap-cakap dalam bahasa asing yang dapat dilakukan dengan individu
atau perkelompok antara pelajar atau pengajar dengan pelajar. Tema
percakapan tersebut tidak ditentukan secara ketat, pelajar bebas bercakap-
cakap dalam bahasa asing, sesuai dengan perbendaharaan kata-kata yang
mereka kuasai. Dalam prakteknya metode eklektik ini dapat diterapkan dalam
situasi pengajaran di depan kelas, dengan persiapan yang baik dan dan
kesungguhan dalam memperaktikkan metode ini.
Acep Hermawan mengatakan bahwa kegiatan belajar mengajar akan
menjadi sangat variatif dan tidak terfokus pada satu kegiatan dalam metode ini
diharapkan akan membuat kegiatan ini memacu motivasi para pelajar dalam
belajar bahasa arab.3
Adapun menurut Mahmud Kamil Al-Naqoh (1985: 112) implementasi
metode eklektik ditinjau dari fungsinya, maka langkah-langkah pembelajaran
yang dapat ditempuh antara lain:
1. Pengajar menyampaikan kosa kata baru dalam kalimat sempurna yang
disampaikan secara lisan, dengan menggunakan media visual atau audio,
atau audio-visual sekaligus, atau peragaan dan lain sebagainya. Pada tahap
ini, pelajar mulai fokus mendengarkan kalimat yang asing bagi mereka
dengan menggunakan indra pendengaran.
2. Pengajar mengulangi penyampaian kalimat tadi dengan pelafalan yang
benar (sebagai model untuk ditirukan). Pada tahap ini guru harus berupaya
agar para pelajar benar-benar memahami konteks kalimat yang
diajarkannya (melalui bantuan media), lalu melatih pengucapannya baik
secara bersama-sama maupun secara individu.
3. Pengajar menuliskan kalimat yang diucapkan tadi di papan tulis,
agar pelajar dapat melihat bentuk tulisannya dan membacanya dalam hati
melalui penglihatannya.
4 Ulin Nuha, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Jogjakarta, Diva Press, 2012), hal. 198-
199.
menyusun kalimat-kalimat Arab sederhana dengan benar. Dengan tujuan
tersebut, materi pelajaran dapat berkisar pada pola kalimat dan mufradat yang
telah diajarkan pada hiwar, qawa’id dan qira’ah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode Eklektik ini bisa disebut juga dengan metode gabungan dan
metode fungsional dalam bahasa Indonesia. Sedangkan dalam bahasa Arab
metode ini dinamakan thariqah intiqaiyyah, thariqah mukhtarah, thariqah
mudzawijah dan thariqah taulifiyah. Metode ini lahir sebagai sebuah bentuk usaha
penggabungan dari metode yang sudah lahir terdahulu, kemudian metode ini tidak
dikembangkan berdasarkan teori linguistik dan psikologi tertentu melainkan
berdasarkan asumsi. Metode ini memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu tujuan
dari beberapa metode yang dipilih dan digabungkannya, sehingga keterampilan
bahasa bisa tergabung semua pada metode ini.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode ini sebenarnya kita dapat
mengetahui kekurangan dan kelebihan dari suatu metode itu setelah
diimplementasikan, karena tidak ada tolak ukur yang mutlak untuk mengatakan
bahwa metode ini mempunyai sisi kelebihan dan kekurangan. Maka kami
menemukan bentuk penilaian lain tentang metode eklektik ini. Metode ini
dapat menjadi metode yang seadanya jika pengajar itu menggunakan metode
ini dengan sistem “semau pengajar” dan bisa dikatakan menjadi metode
yang ideal jika pengajar tersebut menguasai semua metode dan dapat mengambil
secara tepat segi-segi kekuatan dari setiap metode dan menyesuaikan dengan
kebutuhan program pengajaran yang ditanganinya.
B. SARAN
Ath-Thariqah Al-Intiqaiyyah adalah metode yang tepat digunakan untuk
para pemula dalam pembelajaran bahasa arab, metode inipun akan lebih efektif
jika dalam penerapannya, pengajar benar-benar memahami dalam
mempraktekkannya, sehingga saat metode ini di implementasikan pada peserta
didik, mereka akan mampu memahami. Metode ini harus dibuat menjadi metode
yang menyenagkan dalam pembelajaran bahasa arab dengan cara menambahkan
variasi-variasi dalam setiap implementasinya,baik di perbanyak gambar-gambar,
dibuat sebuah permainan dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA