Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Telaah dan Pengembangan Kurikulum
Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Raihan (1811203041)
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Arab memiliki keistimewaan dibanding bahasa lain. Bahasa ini
banyak digunakan di negara-negara Timur Tengah, bahkan di Indonesia dipelajari
sebagai bahasa asing. Untuk mempelajari bahasa Arab, diperlukan pemahaman
secara teoritis yang hirarkis terhadap empat kemampuan berbahasa, yaitu: istima’
(mendengar), kalam (berbicara), qira’ah (membaca) dan kitabah (menulis).
Keempat skill tersebut merupakan dasar untuk dapat memahami dan
mempraktikkan bahasa Arab.1
Mengajarkan bahasa Arab pada dasarnya sama dengan mengajarkan
bahasa-bahasa lainnya dimana seorang pengajar harus menguasai metodologi yang
meliputi pendekatan, metode dan teknik pengajaran bahasa yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dalam menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Selain
metodologi, terdapat juga strategi dan model pengajaran yang bisa digunakan oleh
pengajar sebagai acuan dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dan hubungan antara pendekatan, model, strategi, metode dan teknik
dalam konteks pembelajaran bahasa Arab?
2. Apa saja pendekatan, metode dan teknik dalam pembelajaran bahasa Arab?
3. Bagaimana strategi dan model pembelajaran bahasa Arab?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dan hubungan antara pendekatan, model, strategi, metode
dan teknik dalam konteks pembelajaran bahasa Arab.
2. Mengetahui macam-macam pendekatan, metode dan teknik dalam pembelajaran
bahasa Arab.
3. Mengetahui strategi dan model pembelajaran bahasa Arab.
1
As’aril Muhajir, Psikologi Belajar Bahasa Arab, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), h. 15
i
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sri Anitah W, Modul Strategi Pembelajaran Ekonomi dan Koprasi, PKOP4301/MODUL
1. h. 2
bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran.
4. Metode Pembelajaran
Menurut Winarno Surakhmad, metode adalah cara yang di dalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi
guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik
metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan. 3 Metode lebih
menekankan kepada teknik pelaksanaannya dan bersifat prosedural atau proses
yang teratur. Tujuan metode pembelajaran bahasa arab adalah agar dapat
menyajikan bahan-bahan pelajaran bahasa arab yang mudah diterima, diserap,
dan dikuasai oleh peserta didik dengan baik dan menyenangkan.
5. Teknik Pembelajaran
Teknik pengajaran merupakan operasionalisasi metode. Dapat diartikan
juga sebagai cara mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Oleh
karena itu, teknik pengajaran berupa rencana, aturan-aturan, langkah-langkah
haruslah terkait erat dengan bingkai umumnya yaitu metode. Hanya saja teknik
berbeda dengan metode. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih
bersifat implementatif.
3
Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Dasar dan Teknik
Metodologi Pengajaran. (Bandung: Tarsito, 1986).
4
J.S. Badudu, Pintar Berbahasa Indonesia 1: Petunjuk Guru Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 17
strategi pembelajaran yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5
Muhbib Abdul Wahab, Teknik dan Model Penyajian Materi Bahasa Arab, (Jakarta:
Pustaka Rihlah Groub, 2005), h. 34.
menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru)
telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada
proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas,
maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan
mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi
nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul
model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin
memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.6
6
Senjaya Wina, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 7.
7
Muhbib Abdul Wahab, Teknik…, h. 86-89.
sebagaimana kebutuhan lainnya. Dengan demikian, saat kebutuhan psikologis
terpenuhi, maka selanjutnya minat dan motivasi akan mudah dikembangkan.
2. Pendekatan Teknik Berbasis Media (al-Madkhal al-Taqanni)
Pendekatan teknik adalah pendekatan yang berdasar pada pemanfaatan
media pembelajaran dan teknik-teknik pendidikan. Pendekatan ini berpendapat
bahwa media dan teknik pembelajaran sangat berperan dalam menyampaikan
pengalaman belajar serta bisa merubah pengalaman belajar menjadi pengalaman
yang nyata. Media berperan besar dalam penyampaian materi, dengan adanya
media mengubah dari keahlian yang bersifat abstrak ke yang bersifat konkret.
Pendekatan ini bertujuan untuk membantu dan melengkapi konteks dalam
menjelaskan makna kata-kata, istilah-istilah baru dan struktur melalui gambar,
foto, contoh model yang hidup dan segala sesuatu yang dapat menjelaskan
makna kata yang asing pada peserta didik.8 Media yang bisa digunakan seperti
komputer, laptop, LCD, slide, kaset, video, dan laboratorium.
Tujuan dari penggunaan media yakni agar penyampaian materi lebih
hidup dan menarik minat peserta didik sehingga dapat menyampaikan contoh
dan informasi kebahasaan yang akurat dan efektif.
3. Pendekatan Analisis Dan Non Analisis (Al-Madkhal Al-Tahlili Wa Ghairu Al-
Tahlili)
Pendekatan Analisis dikenal dengan sebutan Formal Approach.
Pendekatan ini didasarkan pada seperangkat ungkapan-ungkapan dan asumsi-
asumsi kebahasaan dan sosiolinguistics. Sedang pendekatan non Analisis
didasarkan pada konsep psycholinguistics dan konsep pendidikan bukan pada
konsep kebahasaan.
4. Pendekatan Mendengar-Mengucapkan (Aural Oral Approach)
Pendekatan ini mengungkapkan bahwa bahasa adalah apa yang didengar
dan diucapkan. Pembelajaran bahasa harus dimulai dengan mendengarkan
bunyi-bunyi bahasa yang berbentuk kata dan kalimat. Dalam bentuk klasikalnya
kemudian meminta peserta didik menirukannya untuk dihafal, sebelum
8
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab , (Bandung: Humaniora, 2004), h.
81.
membaca dan menulis diajarkan. 9 Dari pendekatan ini bahwa bahasa adalah
kebiasaan. Suatu prilaku akan menjadi kebiasaan apabila diulang berkali-kali.
Pendekatan ini menuntut adanya kegiatan pembelajaran bahasa yang dilakukan
dengan teknik pengulangan.
5. Pendekatan Komunikatif (al-Madkhal al-Ittishali)
Dengan pendekatan komunikasi, penyajian bahasa hendaknya lebih
menekankan kepada kegiatan komunikasi aktif dan praktis. Seseorang dapat
dikatakan memiliki kompetensi komunikatif apabila ia dapat menggunakan
bahasa dengan ragam yang tepat menurut situasi dalam hubungannya antara
pembicara dan pendengar. Kemampuan berbahasa yang sebenarnya haruslah
mencakup penguasaan kaidah-kaidah gramatika sekaligus penguasaan norma-
norma sosial yang terkait dengan penggunaan bahasa.10
9
Ahmad Izzan, Metodologi…, h. 84.
10
Muhammad Ali Al-Khuliy, Model Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Royyan
Press, 2016), h. 62.
11
Zulfiah Sam, “Metode Pembelajaran Bahasa Arab” dalam Nukhbatul ‘Ulum: Jurnal
Bidang Kajian Islam, 206-220, Vol. 2, no. 1. 2016.
bahasa asing secara langsung, tanpa menggunakan bahasa murid. Sedangkan
untuk menjelaskan suatu arti kata atau kalimat digunakan alat peraga.
3. Metode Membaca (at-Thariqah al-Qiraah)
Metode ini memberi perhatian pada kemahiran membaca. Metode ini
berasumsi bahwa, agar lebih realistis dengan tujuan pembelajaran bahasa asing,
skill membaca hendaknya didahulukan tanpa mengabaikan pembelajaran
menulis dan berbicara. Metode ini sangat berguna dalam rangka menjawab
tuntutan kemajuan kontemporer manusia yang selalu dijejali dengan kebutuhan
bacaan tiap harinya.
4. Metode Audiolingual (At-Thariqah As-Sami`iyah As-Syafahiyah)
Menurut metode ini, bahasa adalah apa yang didengar dan yang
diucapkan. Berkembangnya komunikasi antara satu individu dengan individu
lainnya serta kebutuhan akan bahasa sebagai sarana berkomunikasi lisan yang
merupakan motivasi lahirnya metode ini.
5. Metode Eklektik (at-Thariqah al-Intiqaiyah)
Metode ini merupakan metode gabungan yang mengambil aspek-aspek
positif baik dari keterampilan maupun pengetahuan bahasa, sehingga mencapai
tujuaan dan hasil pembelajaran yang maksimal.
6. Suggestopedia
Metode Sugestopedia atau disebut juga dengan Akseleratif Sugestifdi
dasarkan atas asumsi bahwa teknik relaksasi dan konsentrasi akan
12
Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), h. 18.
membangkitkan siswa membangkitkan sumber-sumber bawah sadar dan
menyimpan sejumlah struktur dan kosakata yang lebih besar.
7. Counselling Learning (at-Thariqah al-Ta’allum al-Irsyady)
Metode belajar konseling ini di perkenalkan oleh Carles A, Curran pada
tahun 1975, seorang ahli psikologi yang mengambil sepelialisasi penyeluruhan
atau counseling. Dari hasil pengalamannnya di bidang penyuluhan, Curran
menciptakan sebuah metode yang diberi nama metode Counseling Learning,
karena Curran menyebut istilah pelajar sebagai “client” dan guru “counselor”.
8. The Silent Way (at-Thariqah as-Shamitah)
Metode diam didasarkan atas asumsi bahwa bekerja bersumber dari
kecapan dirinya (emosi, pengetahuan dunia) dan tidak dari yang lain, sebagai
mana mereka bertanggung jawab untuk apa mereka belajar. Karakteristik utama
dari metode ini adalah bahwa pengajaran menjadi bagian (subordinat) dari
belajar dan bahwa belajar bukanlah imitasi atau drill melainkan bekerja sendiri,
eksperimentasi, trial and error, perbaikan dan penyimpulan.13
Dalam mengaplikasikan suatu metode pembelajaran secara spesifik,
diperlukan teknik-teknik yang membantu proses pembelajaran secara maksimal,
sebagai berikut:
1. Maharah al-Istima’
Teknik ini merupakan kemampuan seseorang dalam mencerna/
memahami kata dan kalimat yang diujarkan penutur asli14
2. Maharah al-Kalam
13
Kamil Ramma Oensyar, dkk, Pengantar Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,
(Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2015), h. 24-25
14
Qomi Akid Jauhari, “Pembelajaran Maharah Istima’ Jurusan PBA UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang”, dalam Jurnal Tarbiyatuna edisi no. 1, Vol. III, 2018.
Teknik ini merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi
atau mengucapkan kata-kata untuk mengepresikan, menyatakan, menyampaikan
pikiran atau gagasan dan perasaan.15
3. Maharah al-Qira’ah
Teknik ini merupakan kemampuan berbahasa dalam melihat dan
memahami makna yang terkandung dalam sebuah tulisan dengan terampil, tepat
dan fasih.16
4. Maharah al-Kitabah
Teknik ini merupakan kemampuan dalam mendeskripsikan/
mengungkapkan isi pikiran, mulai dari aspek sederhana seperti menulis kata-
kata sampai pada aspek kompleks seperti mengarang.17
5. Maharah al-Qawaid
Teknik ini menggunakan aturan/ kaidah yang terdapat dalam menyusun
kalimat bahasa Arab, dimana cabang ilmu Qawaid ini banyak menggunakan
ilmu Nahwu dan Sharaf.18
6. Maharah al-Mufradat
Kosakata dalam bahasa Arab/ sering disebut mufradat yakni himpunan
kata-kata atau khazanah kata yang diketahui oleh seseorang atau etinitas lain
yang merupakan bagian dari bagian bahasa tertentu. Mufradat juga diartikan
sebagai himpunan kata-kata yang akan digunakan untuk menyusun kalimat
baru19
15
Darwati Nalole, “Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Maharah al-Kalam) Melalui
Metode Muhadatsah dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, dalam Jurnal Pendidikan Islam no. 1, Vol.
I, 2018.
16
Anwar Abd. Rahman, “Keterampilan Membaca dan Teknik Pengembangannya dalam
Pembelajaran Bahasa Arab”, dalam Jurnal Diwan edisi no. 2, Vol. III, 2017.
17
Fajriah, “Strategi Pembelajaran Maharah al-Kitabah pada Tingkat Ibtidaiyah”, dalam
Jurnal Pendidikan no. 2, Vol. VI, 2017.
18
Cahya Edi Setyawan, “Pembelajaran Qawaid Bahasa Arab Menggunakan Metode
Induktif Berbasis Istilah-Istilah Linguistik”, dalam Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam edisi
no. 2 Vol. IV, 2015.
19
Ahmad Qomaruddin, “Implementasi Metode Bernyanyi dalam Pembelajaran Mufradat”,
dalam Jurnal Kependidikan edisi no. 1, Vol. V, 2017.
Strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Upaya
mengimplementasikan rencara pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan
suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran menggunakan beberapa
metode.
Contohnya untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode
ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan
sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh
sebab itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjukkan pada sebuah
perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat
digunakan untuk melaksanakan strategi.
Sedangkan model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan
berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis,
analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung.20 Berikut model dan strategi
pembelajaran:
1. Pembelajaran Quantum
Model pembelajaran ini berupaya menawarkan proses belajar-mengajar
agar pembelajar dapat belajar dengan perasaan aman, nyaman, dan
menyenangkan. Untuk menciptakan suasana tersebut, pengajar harus memahami
keadaan pembelajar termasuk kebiasaan belajarnya, dan faktor-faktor
penghambat proses pembelajaran. Setelah itu baru dirancang dan diciptakan
suatu lingkungan belajar yang mendukung terciptanya suasana belajar tersebut.
Upaya tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip pembelajaran berdasarkan teori
konstruktivitas.
2. Pembelajaran Kooperatif
20
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 132.
Cooperative Learning merupakan suatu macam strategi pembelajaran
secara berkelompok, siswa belajar bersama dan saling membantu dalam
membuat tugas dengan penekanan pada saling support di antara anggota.
Menurut teori motivasi, tujuan belajar kooperatif adalah untuk menciptakan
suatu situasi dimana keberhasilan dapat tercapai bila siswa lain juga mencapai
tujuan tersebut. Maka pembelajaran bersifat kooperatif, bukan kompetitif, dan
keberhasilan belajar adalah keberhasilan kelompok bukan keberhasilan individu.
3. Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan (PAIKEM)
PAIKEM adalah model pembelajaran yang digunakan bersama metode
tertentu disertai pengkondisikan lingkungan sedenikian rupa agar proses
pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efetktif, dan menyenangkan.
Sehingga para siswa mudah menyerap pengetahuan dan keterampilan yang
diajarkan.
4. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
PBM menggunakan pendekatan pembelajaran yang mengarahkan siswa
menjadi pembelajar yang mandiri yang terlibat langsung secara aktif dalam
pemecahan masalah secara berkelompok. Model pembelajaran ini membantu
siswa mengembangkan keterampilan mereka dalam berpikir ketika mereka
mencari data atau informasi agar mendapatkan solusi untuk suatu masalah yang
otentik.
5. Computer Assist Language Learning (CALL)
Di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini terdapat
berbagai istilah, antara lain e-learning yang salah satunya adalah CALL atau
pembelajaran bahasa berbantuan komputer.21
21
Meilinda Cahyaningrum, “Metode, Strategi, dan Model Pembelajaran Bahasa Arab”,
http://meilindacahya02.blogspot.com/2018/01/metode-strategi-dan-model-
pembelajaran.html?m=1, diakses pada 3 Maret 2021.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Buku
Press, 2016.
Pelajar. 2004.
2004.
Muhajir, As’aril. Psikologi Belajar Bahasa Arab. Jakarta: Bina Ilmu. 2004.
Wahab, Muhbib Abdul. Teknik dan Model Penyajian Materi Bahasa ArabI. Jakarta:
Jauhari, Qomi Akid. “Pembelajaran Maharah Istima’ Jurusan PBA UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang”. dalam Jurnal Tarbiyatuna edisi no. 1. Vol. III.
2018.
dalam Pembelajaran Bahasa Arab”, dalam Jurnal Diwan edisi no. 2. Vol.
II. 2017.
PKOP4301/MODUL 1.
Arab”, http://meilindacahya02.blogspot.com/2018/01/metode-strategi-dan-
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Telaah dan
Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab
Oleh:
Kelompok 5
SAMPUL DEPAN
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
A. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
B. PEMBAHASAN................................................................................................ 4
1. Dasar-Dasar Pengembangan Pendekatan, Model, Strategi, Metode, dan
Teknik Pembelajaran Bahasa Arab ............................................................. 4
2. Pengembangan Pendekatan, Model, Strategi, Metode, dan Teknik
Pembelajaran Bahasa Arab........................................................................ 12
3. Pandangan Pengajar Bahasa Arab dalam Implementasi Pendekatan,
Model, Strategi, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa Arab .............
C. PENUTUP ....................................................................................................... 32
D. DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
22
Jabal Nur, Pendekatan, Landasan, dan Model Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 6, No. 2,
(STAIN Kendari, November 2013), h. 204.
1
matematika, dan statistika.23 Target yang akan dibahas lebih lanjut di dalam
makalah ini yaitu mengarah kepada sarana ilmiah bahasa.
Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang digunakan oleh
manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. 24 Bahasa juga
merupakan bagian dari kebudayaan yang terlahir dengan segala
perkembangannya. Bahasa Arab sebagai bahasa internasional telah diakui
oleh dunia. Tentu hal ini akan mempunyai peran yang signifikan dalam
improvisasi dan kompetisi pada tingkat dunia internasional.25 Bahasa Arab
merupakan bahasa kedua yang telah diminati dan dikembangkan oleh rakyat
Indonesia. 26 Bahasa Arab dikembangkan bertujuan agar peserta didik
berpengetahuan luas, kreatif dalam mengaplikasikan Bahasa Arab sehingga
mampu membaca, mendengar, dan menulis teks berbahasa Arab, juga
karena mayoritas rakyat Indonesia memeluk agama Islam. Dari berbagai
pernyataan yang telah dipaparkan oleh penulis maka sudah jelas bahwa
peran setiap pendidik mata kuliah bahasa terutama Bahasa Arab memiliki
otoritas penuh dalam memaksimalkan proses pencapaian prestasi-prestasi
siswanya.
Prestasi yang akan diukir para siswa bukan hal yang mudah tercipta
tanpa adanya strategi khusus dari sang pendidik. Jadi, tiap pendidik mata
kuliah berbahasa terutama Bahasa Arab, harus melewati berbagai tahap
tertentu untuk dapat menguasai kelas mulai dari penguasaan terhadap
23
Yayat Hidayat, “Teori Perolehan dan Perkembangan Bahasa untuk Jurusan Pendidikan
Bahasa Arab”, dalam Jurnal Maharat (DOI: 10.18196/mht.113), Volume 1 No. 1, (Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta: Oktober 2018), h. 24
24
…, “Teori Perolehan dan Perkembangan Bahasa untuk Jurusan Pendidikan Bahasa
Arab”, dalam Jurnal Maharat (DOI: 10.18196/mht.113), Volume 1 No. 1, (Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta: Oktober 2018), h. 25.
25
M Asy’ari, “Metode, Sistem dan Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab yang Inovatif”, dalam
An-Nabighoh, Vol. 20, No. 02, (IAIN Palu: 20181), h. 291.
26
…, …, dalam Jurnal Maharat (DOI: 10.18196/mht.113), Volume 1 No. 1, (Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta: Oktober 2018), h. 25.
2
pendekatan, model, strategi, metode, sampai kepada teknik pembelajaran
Bahasa Arab dengan segala perkembangannya setiap tahunnya. Latar
belakang inilah yang menguatkan penulis untuk menyusun makalah ini
dengan judul “Pengembangan Pendekatan, Model, Strategi, Metode, Teknik
Pembelajaran Bahasa Arab”.
3
B. PEMBAHASAN
4
masyarakat modern. 27 Sedangkan, menurut istilah pengembangan artinya
penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan dalam suatu
kegiatan.
Pengertian pengembangan menurut para ahli:
a. Seels dan Richey
Keduanya mendefinisikan pengembangan terkhusus yang ada
kaitannya dengan pengembangan bahan ajar. Pengembangan secara khusus
berarti proses menghasilkan bahan-bahan pembelajaran. Dalam hal ini
pengembangan dapat diartikan sebagai proses menerjemahkan atau
menjabatkan spesifikasi rancangan ke dalam bentuk fitur fisik.
b. R.Wayne Mondy and Robert M Noe
R.Wayne Mondy and Robert M Noe mendefinisikan bahwa
“Development is learning that goes beyond today’s job and has a more long-
term focus”, yang kurang lebih artinya adalah pengembangan
pembelajaran yang melampaui tugas saat ini dan memiliki fokus jangka
panjang yang lebih.
c. H.Malayu. S.P Hasibuan
H.Malayu. S.P Hasibuan mendefinisikan pengembangan sebagai
suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual,
dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan
melalui pendidikan dan pelatihan. 28
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002
Pengembangan merupakan kegiatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memiliki tujuan untuk memanfaatkan kaidah dan teori ilmu
pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi,
manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau
menghasilkan teknologi baru.
27
https://kbbi.web.id/kembang (Diakses Senin, 21 Februari 2022, Pukul 22.40 WITA).
28
https://www.indonesiastudents.com/pengertian-pengembangan/, (Diakses Selasa, 22
Februari 2022, Pukul 20.20 WITA)
5
e. Cambridge Dictionary
Pengembangan adalah proses di mana seseorang atau sesuatu tumbuh
atau berubah dan menjadi lebih maju.
Dari pemaparan pengertian mengenai pengembangan yang telah
dikatakan para ahli dan sumber terpercaya diatas, penulis menggaris bawahi
arti dari pengembangan yaitu proses penyempurnaan yang dilakukan oleh
suatu lembaga sebagai upaya meningkatkan kemampuan teknis, mutu
bahasa agar dapat dipakai untuk berbagai keperluan pembelajaran, berkaitan
dengan bahan ajar, memiliki fokus jangka panjang, dan bertujuan untuk
dapat memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan agar pembelajaran
tersebut menjadi lebih maju.
Dasar-dasar pengembangan dalam suatu pembelajaran yaitu adanya
suatu proses memajukan segala aspek yang ada di dalam pembelajaran
tersebut, dengan memanfaatkan teknisi pembelajaran, mutu bahasa yang
selalu ditingkatkan kualitasnya, juga ilmu pengetahuan yang bertambah
pesat agar keperluan peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran bahasa
asing, khususnya Bahasa Arab dapat lebih mudah diterima, dipahami, dan
mencapai target yang ditentukan untuk pengembangannya tersebut.
Kedua, pendekatan. Sebelum penulis memaparkan arti dari pendekatan,
ada beberapa sebab mengapa pendekatan dilakukan dalam pembelajaran di
setiap lembaga. Karena, ada tiga kompetensi yang hendak dicapai dalam
pembelajaran bahasa Arab: pertama, kompetensi kebahasaan maksudnya
adalah pembelajar menguasai baik secara membedakannya dan
pengucapannya, mengenal struktur bahasa, gramatika dasar aspek teori dan
fungsi mengetahui kosa kata dan penggunaaannya. Kedua, kompetensi
komunikasi maksudnya adalah pembelajar mampu menggunakan bahasa
Arab secara otomatis mengungkap ide-ide dan pengalaman dengan lancar,
dan mampu menyerap yang telah dikuasai dari bahasa secara mudah.
Ketiga, kompetensi budaya, maksudnya adalah memahami apa yang
6
terkandung dalam bahasa Arab dari aspek budaya mampu mengungkapkan
tentang pemikiran penuturnya, nilai-nilai, adat istiadat, etika dan seni.29
Pengertian pendekatan itu sendiri secara bahasa adalah tempat masuk.30
Pendekatan secara istilah adalah seperangkat asumsi berkenaan dengan
hakekat bahasa, dan belajar-mengajar bahasa. Sifatnya aksiomatik
(filosofis). 31 Beberapa para ahli juga mendefinisikan pendekatan sebagai
berikut:
a. Menut Gulo
Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita dalam
memandang seluruh masalah yang ada dalam program belajar-mengajar.
Sudut pandang tertentu tersebut menggambarkan berfikir dan sikap seorang
guru dalam menyelsaikan persoalan yang ia hadapi.
b. Sanjana
Pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran.
c. Burden
Ia menyatakan bahwa pendekatan adalah tata cara melibatkan guru dan
peserta didik untuk membangun dan mencapai tujuan dengan informasi
mereka telah didapat secara efektif, melalui kegiatan dan keikut sertaannya.
d. Pendekatan pembelajaran adalah suatu jalan yang ditempuh oleh guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran ditinjau dari sudut bagaimana materi itu
disusun dan disajikan.
e. Pendekatan adalah tatacara pembelajaran yang melibatkan para guru dan
peserta didik mereka untuk membangun mencapai tujuan dengan informasi
29
Abdurrahman al-Fauzan, et.al., Durus al-Daurat al-Tadribiyah li al-Mu’allim al-Lughah
al- ‘Arabiyah li Ghairi Nathiqin Biha, (t.t.: Mu’assasah al-Waqf al-Islami, 1425 H.), hlm. 27
30
Louis al-Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa A’lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986, cet, ke-
30), h.208.
31
Abdurochman, “Manajemen Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab”, Vol. 1, No. 1,
(Institut Agama Islam An-Nur Lampung: 2021), hal. 23.
7
mereka yang telah didapat secara aktif, melalui kegiatan dan keikut
sertaannya.32
Dari beberapa pengertian ini penulis menyimpulkan arti dari
pendekatan yaitu asumsi mengenai hakikat belajar mengajar bahasa yang
menjadi sudut pandang kita dalam melihat masalah selama proses
pembelajaran berlangsung dengan peninjauan materi yang telah disusun dan
berisikan berbagai informasi efektif yang melibatkan pendidik dan peserta
didik berperan dan ikutserta secara aktif.
Dasar-dasar pendekatan yaitu lahirnya asumsi hakikat belajar mengajar
bahasa, sudut pandang terhadap suatu masalah, juga adanya tujuan
tersendiri yang akan dicapai melalui suatu kegiatan yang akan diterapkan
oleh pendidik.
Ketiga, model. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia33, model adalah
pola dari sesuatu yang akan dimuat atau dihasilkan.34
Beberapa ahli yang berpendapat mengenai model yakni sebagai berikut:
a. Arends dalam Suprijono mengemukakan bahwa model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-
tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas.35
b. Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
32
…, “Manajemen Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab”, Vol. 1, No. 1, (Institut Agama
Islam An-Nur Lampung: 2021), hal. 23.
33
https://kbbi.web.id/model (Diakses Jumat, 25 Februari 2022, Pukul 16.36 WITA).
34
Sahkholid Nasution, Zulheddi, “Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab
Berbasis Teori Kontruktivisme di Perguruan Tinggi”, dalam Jurnal IMLA, Vol. 3 No. 2, (UIN
Medan), hal. 4.
35
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pusaka
Pelajar, 2013), hlm. 46.
8
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.36
Model pembelajaran bukan menjadi perbincangan yang tabu lagi,
Bahasa Arab masih di pandang sebagai mata pelajaran yang menakutkan
dan membosankan dikalangan generasi penerus umat Islam. Hal tersebut
terjadi dikarenakan oleh faktor sistem yang mendominasi pembelajaran
bahasa tersebut saat ini lebih mementingkan nuansa transfer pengetahuan
yang monoton.37
Dari pengertian yang telah dipaparkan oleh para ahli, penulis
menyimpulkan definisi dari model yaitu pola pendekatan yang bertujuan
agar kelas dapat dikelola dengan baik dan menarik dengan menghasilkan
sesuatu yang positif melalui berbagai bahan ajar dan kurikulum yang
mendukung.
Dasar-dasar model yaitu pola pendekatan, ketertarikan, menghasilkan
sesuatu yang positif, dan adanya kurikulum dan bahan ajar lainnya yang
dapat mendukung model pengajaran dan pembelajaran yang akan
diterapkan oleh pendidik tersebut.
Keempat, strategi. Salah satu dominasi strategi pembelajaran bahasa
Arab adalah kesenjangan optimalisasi penggunaan otak kanan dan otak kiri.
Ketidakseimbangan inilah menimbulkan masalah yang cukup serius dalam
mengembangkan potensi fitrah pembelajaran bahasa Arab38 . Berdasarkan
kecenderungan penggunaan salah satu otak manusia, maka dibutuhkan
optimalisasi keseluruhan peran otak kanan dan otak kiri untuk membantu
36
Rusman, “Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru”,
(Jakarta: 2012), hal. 133.
37
Abd. Muhith, “Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab: Penerapan Quantum Learning”,
(Yogyakarta: 2013), hal. 5.
38
Harwintha Yuhria Anjarningsih, Otak Dan Kemampuan Berbahasa, (Yogyakarta: Pustaka
Rihama, 2010), hal. 26-27.
9
memahami implikasi pembelajaran bahasa Arab dengan cara mengungkap
gudang memori dalam bahasa.39
Memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek kebahasaan dan strategi
menunjukkan guru harus memiliki kemampuan kebahasaan atau kifayat al-
lughawiyah dan kompetensi kemampuan dalam membelajarkan bahasa
Arab atau kifayat thuruq alta'lim.40
Dasar-dasar adanya strategi di lingkungan pembelajaran Bahasa Arab
disebabkan oleh perbedaan kemampuan dan potensi yang dimiliki peserta
didik dalam menerima materi. Hal ini berkaitan erat dengan peran otak
selama mengimplikasikan Bahasa Arab.
Kelima, metode. Beberapa definisi dari para ahli yakni sebagai berikut:
a. M. Arifin
Metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Jika demikian halnya, maka metode itu harus ada pada setiap proses belajar-
mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau tenaga pendidik.
b. Edward Anthony
Ia mengatakan bahwa metode merupakan rencana menyeluruh
penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang
ditentukan. Metode dianggap sebagai seni dalam mentransfer ilmu
pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik dan dianggap lebih
signifikan dari aspek materi sendiri.41
39
Muhammad Ilfan Fauzi, “Pemanfaatan Neurosain dalam Desain Pengembangan
Kurikulum Bahasa Arab”, di dalam Arabiyatuna Jurnal Bahasa Arab, Vol. 4, No. 1, P-ISSN: 2580-
5045, E-ISSN: 2580-5053 DOI: 10.29240/jba.v4i1.1095, (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Mei
2020), hal. 3.
40
Muspika Hendri, “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Melalui
Pendekatan Komunikatif”, dalam Potensia: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 3, No. 2, (Riau: Juli –
Desember 2017), hal. 198.
41
Sapri, “Metode Pembelajaran Bahasa Arab: antara Tradisional dan Modern”, di dalam
Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, Vol. 13, No. 3, 441-452, (P3M STAIN Purwokerto: Sep-
Des 2008), hal. 2.
10
Dalam sebuah ungkapan : الطريقة أهم من المادةartinya Metode lebih
penting dari subtansi; Pada hakekatnya metode lebih penting daripada
materi (subtansi).42
Secara etimologi istilah metode berasal dari bahasa yunani, yakni dari
kata Metodos yang berarti cara atau jalan, dan logos artinya ilmu.
Sedangkan secara semantik, metode berarti pengetahuan yang mempelajari
tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan
dengan hasil yang efektif dan efisien.43
Jadi, pengertian metode yang dapat penulis simpulkan dari pernyataan
diatas yaitu ilmu yang membahas cara-cara untuk menempuh pencapaian
dan tujuan tertentu agar hasilnya efektif. Metode harus ada ketika
pembelajaran berlangsung dan penyajian bahasanya bergantung pada
pendekatan yang telah diterapkan pendidik selama mengajar.
Dari pemaparan diatas, dasar-dasar adanya metode yakni agar cara-cara
yang ditempuh para pendidik lebih maksimal selama pengajaran dan
pembelajaran berlangsung dengan diterapkannya berbagai ilmu yang telah
ditelaah dan dipelajari dan metode juga sangat berkaitan erat dengan
pendekatan.
Yang terakhir adalah teknik. Pembelajaran Bahasa Arab yang canggih
artinya sebelum melaksanakan tugas mengajarnya guru harus menguasai
aspek-aspek bahasa dan pengalaman yang memadai, berarti guru harus
menguasai bagaimana teknik dan strategi mengajar yang baik, mengetahui
betul latar belakang dan kebutuhan siswanya.44
Beberapa pengertian teknik menurut para ahli yakni sebagai berikut:
a. Gerlach dan Ely (1980) yang dikutip Hamzah B. Uno
42
Zulfiah Sam, “Metode Pembelajaran Bahasa Arab”, hal. 2.
43
Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Metodologi Pembelajaran Bahasa
Arab, (Bandung, humaniora,cet.III, 2009 ), hal. 72
44
Abdul Kahar Muzakkir S, “Pengaruh Tehnik Pembelajaran Terhadap Keterampilan
Bahasa Arab”, (Jakarta: 2019), hal. 2.
11
Ia menjelaskan bahwa teknik pembelajaran merupakan cara-cara yang
dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan
pembelajaran tertentu.45
b. Teknik pembelajaran diartikan dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara
teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode
diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya
tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif.46
Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa teknik
pembelajaran Bahasa Arab adalah cara seseorang untuk menerapkan suatu
metode pembelajaran yang telah ia kaji secara spesifik, agar sesuai dengan
lingkungan tempat ia mengajar.
Dasar-dasar adanya teknik yaitu implementasi atau penerapan suatu
metode yang telah ditelaah oleh sang pendidik ketika mengajar peserta
didiknya, dengan diikuti beberapa teknisi agar pendidik dapat membedakan
antara peserta didik yang aktif dan pasif, supaya pendidik lebih mampu
menyesuaikan cara ia mengajar kepada seluruh peserta didiknya.
45
Dr. Ahmadi, S.Ag., M.S.I dan Aulia Mustika Ilmiani, S.Pd.I., M.Pd, “Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab Konvensional Hingga Digital”, (Yogyakarta: 2020), hal. 24.
46
Ismail Bugis, “Pengertian Strategi, Pendekatan, Model, Teknik, dan Metode
Pembelajaran”, http://ismailbugis.wordpress.com, 2011, pengertian-strategi-pendekatan- model-
teknik-dan metode pembelajaran, (Diakses Sabtu, 26 Februari 2022, Pukul 01.43 WITA)
12
menjadi sorotan dan tolak ukur atas berhasilnya pengajaran dan
pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh pendidik dan peserta didik mulai
dari sisi pendekatan, model, strategi, metode, dan tekniknya.
Pengembangan pendekatan pembelajaran Bahasa Arab sampai saat ini
sudah mencakup 7 pendekatan, yakni sebagai berikut:
a. Pendekatan Kemanusiaan (Humanistic Approach)
Pendekatan kemanusiaan yang dalam bahasa Arab disebut dengan al
madkhal al insani. Peserta didik dipandang sebagai manusia yang harus
diperlakukan secara manusiawi, bukan alat atau benda mati yang menerima
rangsangan-rangsangan dan meresponnya. Pendekatan ini sangat
memfokuskan pada peserta didik. Perskpektif ini menurut sebagian ahli
pengajaran bahasa asing merupakan orientasi baru. Karena pendidik
biasanya menganggap peserta didik sebagai obyek yang dapat dibentuk
sesuai dengan apa yang ia ingingkan tanpa melihat minat, dan bakat peserta
didiknya.
b. Pendekatan Berbasis Media (Media Based Approach)
Media berasal dari kata Latin “medius” yang artinya “tengah”. Secara
umum, media adalah semua bentuk perantara untuk menyebar, membawa
atau menyampaikan sesuatu pesan (message) dan gagasan kepada penerima.
Adapun istilah media yang gunakan dalam bahasa Arab kurang lebih adalah
sebagai والمعينات السمعية والبصرية، الوسائل التوضيحية، وسائل اإليضاح:berikut
Pendekatan berbasis media yang dalam bahasa Arab disebut al-madkhol al-
tiqoni, adalah pendekatan yang mengandalkan kepada teknik penggunaan
media pengajaran.
Sebagaimana diketahui bahwa sarana atau alat peraga (alat bantu) besar
peranannya dalam menyampaiakan keahlian dan mengubahnya dari
keahlian abstrak kepada keahlian yang kongkrit. Semisal jika pendidik
menggunakan alat bantu yang menarik dan disukai oleh peserta didik, maka
akan banyak peserta didik yang memperhatikan gurunya ketika sedang
mengajar, sehingga pemahaman yang disampaikan tidak lagi menjadi
permasalahan yang harus dicari solusinya.
13
c. Pendekatan Aural-Oral (Aural-Oral Approach)
Pendekatan Aural-Oral yang dalam bahasa Arab disebut al madkhol al-
sama’i al syafahi. Pendekatan ini memiliki asumsi bahwa bahasa adalah
yang didengar dan ucapan yang diucapkan, sedangkan tulisan hanyalah
representasi dari ujaran.
Pendekatan ini condong kepada kemahiran berbicara daripada
kemahiran menulis, dan kemahiran lainnya. Seusai dengan namanya yaitu
“oral”, maka berbicara menjadi aspek penting yang harus dilatih dalam
pendekatan ini.
d. Pendekatan Analisis dan Non Analisis (Analytical and Non Analytical
Approach).
Pendekatan Analisis dan Non Analisis yang dalam bahasa Arab disebut
al-madkhol al-tahlili wa hair al-tahlili, adalah pendekatan yang digagas oleh
Stern dalam Kongres tahun 70-an, dan konsep pendekatan ini lebih
dipertajam pada kongres terakhir yang diselenggarakan pada bulan
Nopember 1980. Pendekatan ini sering disebut dengan pendekatan formal,
karena ia memantulkan orientasi lahiranya sastra tentang analisa bentuk-
bentuk percakapan, pidato, dan teorikominikasi lisan.
Perbedaan antara analisis dan non analisis dalam perspektif ini adalah
sebagai berikut:
(1) Pendekatan analisis
Adalah pendekatan yang menjadikan sosio-linguistik sebagai dasar
pertimbangan analisis. Diskursus ini memfokuskan diri pada
pembahasan semantic, aktifitas bicara, analisis sistem dan pengertian-
pengertian fikiran serta menuntut penganalisaan kebutuhan sosio-
linguistik, program bahasa baru dan program professional yang
didasarkan pada silabus, sedangkan
(2) Pendekatan non analisis
Adalah pendekatan yang menjadikan pembahasan psyco-linguistik
dan ilmu pendidikan sebagai asas pertimbangan analisis yang bersifat
global, integral, dan alami.
14
e. Pendekatan Komunikatif (Coomunicative Approach)
Pendekatan Komunikatif yang dalam bahasa Arab disebut al-madkhol
al-ittishaali, adalah pendekatan yang memfokuskan kepada kemampuan
komunikasi aktif dan praktis. Menurut para pemerhati bahasa, pendekatan
ini telah melakukan terobosan baru yang strategis dibidang pembelajaran
bahasa kedua, dan dianggap sebagai pendekatan yang integral dan memiliki
ciri-ciri yang pasti.
Hal ini Karena pendekatan tersebut merupakan perpaduan strategi-
strategi yang bertumpu pada satu tujuan tertentu yang pasti. Yaitu melatih
siswa enggunakan bahasa secara langsung (spontanitas) dan kreatif;
disamping penguasaan tata bahasa.
f. Pendekatan alamiyah atau Natural Approach
Dalam Pengajaran bahasa diperkenalkan dan dikembangkan oleh Tarrel
berdasarkan teori Krashen mengenai pembelajaran bahasa kedua. Premis
utama yang diajukan Tarrel adalah: bagi siswa mungkin untuk
berkomunikasi dalam bahasa kedua baik didalam kelas maupun luar kelas.47
g. Pendekatan Pembelajaran Aktual
Dari perubahan proses pembelajaran yang berpusat pada guru menuju
pembelajaran yang berpusat pada siswa melahirkan berbagai pendekatan
pembelajaran yang bertujuan untuk membelajarkan siswa. Diantaranya
adalah; pendekatan konstruktivisme, Pendekatan kontekstual, Quantum
Pembelajaran dan pengajaran, pembelajaran kooperatif, dan PAKEM
(pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan) atau PAIKEM
(pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan).48
Pembahasan kedua yaitu pengembangan model pembelajaran Bahasa
Arab. Pesatnya pendidikan Bahasa Arab di Indonesia melahirkan beberapa
model pembelajaran yang terdiri dari Dalam pembelajaran bahasa ada
47
…, “Manajemen Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab”, Vol. 1, No. 1, (Institut Agama
Islam An-Nur Lampung: 2021), hal. 24-29.
48
Aziz Fakhrurrozy, Teaching English as a Foreign Languange For Teaches in Indonesia,
(English Departement-Faculty Of Letters The State University Of Malang. 2010), h. 44-51.
15
beberapa model pertama: Model Spolsky, yaitu pengajaran bahasa
bersumber pada deskripsi bahasa, teori belajar bahasa, dan teori pemakai
bahasa.49 Bagan dari model spolsky yakni sebagai berikut:
49
Shafruddin Tajuddin, “Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab Tingkat Sekolah
Dasar Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Arab Siswa”, dalam Jurnal Parameter Vol. 29, No.
2, (Jakarta: 2016), hal. 202.
16
Gambar 2 : Model Imigram
17
Model keempat yaitu Model Streven. Model ini sangat berkaitan
dengan kebijakan, administrasi, metodologi, pedagogi, disiplin
professional, dan unsur-unsur lainnya.
50
Ihdatul Hidayah, Novi Kusumaningrum, “Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis
Internet”, dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, Vol. II, No. 1, (Jogjakarta: 2021), hal.
67.
18
prosesnya. Bahkan, perusahaan besar seperti Microsoft juga kini selalu
membuat keputusan berdasarkan prinsip ini.51
Pembahasan yang ketiga yaitu strategi pembelajaran Bahasa Arab.
Sebelum membahas apa saja strategi yang harus diterapkan oleh setiap
pendidik, alangkah baiknya untuk dapat memahami hakikat dari strategi itu
sendiri.
Strategi pembelajaran mempunyai makna sebagai cara yang tepat yang
dapat dipilih untuk menyampaikan pelajaran. Strategi pembelajaran
memiliki komponen-komponen yang dijadikan patokan dalam merancang
pembelajaran agar lebih terarah dan teratur. komponen strategi
pembelajaran ada lima yaitu 1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, 2)
penyampaian informasi, 3) partisipasi peserta didik, 4) tes, dan 5) kegiatan
lanjutan. Berikut penjabarannya:
1) Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dilakukan untuk menarik perhatian dan
meningkatkan motivasi peserta didik atas materi yang akan disampaikan.
Kegiatan pendahuluan dapat dilakukan dengan teknik a) menjelaskan tujuan
pembelajaran khusus yang akan dicapai oleh peserta didik, dan b) apersepsi
untuk membangunkan pengetahuan lama peserta didik dan dikaitkan dengan
pengetahuan baru yang akan dipelajari. Kegiatan pembelajaran pendahuluan
adalah cara dan upaya guru yang dipilih dalam menjelaskan tujuan
pembelajaran dan melakukan apersepsi. Misalnya pembelajaran bahasa
Arab di Madrasah Aliyah dengan tema al-mihnah (profesi).
2) Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi merupakan salah satu komponen strategi
pembelajaran yang penting dan dilakukan setelah kegiatan pendahuluan.
Kegiatan pendahuluan berkaitan erat dengan penyampaian informasi karena
kegiatan pendahuluan yang menarik maka kegiatan penyampaian informasi
51
https://glints.com/id/lowongan/user-centered-design-adalah/#.YhpHGOhBxPY,
Diakses Secara Online Pada Sabtu, 26 Februari 2022, Pukul 23.36 WITA
19
akan bermanfaat. Hal yang harus diperhatikan saat melakukan kegiatan ini
adalah:
a. Urutan penyampaian materi harus berurutan
Misalnya dari teori ke praktik atau sebaliknya, dimulai dari yang mudah
ke yang lebih sulit serta dari hal yang bersifat konkret ke hal yang bersifat
abstrak, dan b) ruang lingkup materi tergantung pada karakteristik peserta
didik dan jenis materinya yang telah tergambar pada saat penentuan tujuan
pembelajaran, dan c) materi yang disampaikan mencakup materi dalam
bentuk pengetahuan (berupa fakta dan informasi yang terperinci),
keterampilan (berupa langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat
tertentu), dan sikap(berupa pendapat, ide, saran, tanggapan).
3) Partisipasi Peserta Didik
Pembelajaran harus berpusat pada peserta didik agar mereka lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran student centered dilakukan
dengan cara a) melakukan latihan dan praktik setelah peserta didik diberi
pengetahuan,sikap, atau keterampilan, dan b) umpan balik dilakukan setelah
peserta didik menunjukkan perilaku sebagai hasil belajarnya.
Umpan balik bertujuan agar peserta didik mengetahui kegiatan yang
mereka lakukan tepat atau tidak tepat atau ada yang harus diperbaiki. Untuk
menjadikan peserta didik partisipasi dalam pembelajaran, guru harus
memilih cara dan merancang kegiatan-kegiatan yang dapat menjadikan
peserta didik aktif.
4) Tes (evaluasi)
Tes bertujuan untuk mengetahui tujuan pembelajaran yang telah
tercapai atau belum tercapai, dan pengetahuan serta keterampilan yang telah
dikuasai atau belum dikuasai oleh peserta didik.
Pemberian tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran. Guru
berupaya menyusun tes yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan
dan merencanakan kegiatan-kegiatan yang cocok untuk melakukan tes. Tes
dilakukan dengan memberikan pertanyaan lisan atau soal latihan yang
berkaitan dengan materi lalu
20
5) Kegiatan lanjutan atau follow up
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan
yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru.
Dalam kenyataannya, setiap kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat
peserta didik yang berhasil dengan bagus dan ada yang belum berhasil.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, peserta didik seharusnya menerima
tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari hasil belajar yang
bervariasi tersebut. Guru harus merencanakan kegiatan-kegiatan untuk
menindak lanjuti hasil belajar peserta didik.52
Strategi yang perlu dirumuskan guru dalam rangka membelajarkan
peserta didik yaitu:
1) Hadirkan suasana hati, strategi menyiapkan psikis dan fisik siswa dalam
memulai pembelajaran
2) Sampaikan bahwa materi pelajaran itu penting dan semenantang mungkin.
Menurut Mager (dalam Sunhaji, 2008:6) ada kriteria yang harus
diperhatikan dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu:
3) Berorientasi pada tujuan pembelajaran. Tipe perilaku apa yang diharapkan
dapat dicapai oleh peserta didik, misalnya menyusun bagan analisis
pembelajaran. Hal ini berarti metode yang paling dekat dan sesuai yang
dikehendaki oleh Tujuan Pengajaran Khusus adalah latihan atau praktik
langsung.
4) Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan
dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja).
Misalnya setelah bekerja, peserta didik dituntu untuk pandai memprogram
data komputer (programmer). Hal ini berarti metode yang paling mungkin
digunakan adalah praktikum dan analisis kasus/pemecahan masalah
(problem solving).
52
Diah Rahmawati As’ari, “Strategi dan Metode Pembelajaran Bahasa Arab”, (Malang:
2017), hal. 116.
21
5) Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan
rangsangan pada indra peserta didik.
Pembahasan keempat yaitu metode. Bahasa Arab yang akan
disampaikan oleh pendidik harus sesuai dengan kurikulum maupun sifat dan
kemampuan peserta didik yang ia didik. Maka dari itu, metode sangat
diperlukan. Pengembangan metode pembelajaran Bahasa Arab sudah sangat
pesat dengan berbagai pengembangannya sampai detik ini.
Metode pengajaran bahasa asing pada pokoknya ada empat : 1) Metode
Qawa’id-Tarjamah, 2) Metode langsung, 3) Metode Sam‟iyyah-
Syafawiyyah (dengar-ucap), 4) Metode eklektik, 53 5) Metode Silent Way
(diam)54, 6) dan Metode membaca.55
Beberapa metode yang cukup pesat sesuai perkembangan zaman, dan
sangat berpengaruh dalam dunia pengajaran bahasa Arab tersebut akan
dijelaskan pada pembahasan berikut:
1) Metode qowaid wa tarjamah atau gramatikal terjemah.
Tujuan metode qowaid wa tarjamah yaitu mampu membaca karya
sastra dalam bahasa target dan lebih menekankan pada perkembangan
kemahiran membaca, menulis dan terjemah menggunakan bahasa asing.
Bahasa ibu menjadi media dalam mempelajari bahasa kedua. Metode ini
lebih memperhatikan kaidah nahwu dan penggunaannya hanya untuk
menganalisis gramatikal kalimat bahasa target. Penyajian kaidah atau
gramatikal bahasa Arab dilakukan secara deduktif.
2) Metode mubasyarah/langsung
53
Dr. Yayan Nurbayan, M.Ag, “Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab”,(Bandung: 2008),
hal. 18.
54
…, “Metode Pembelajaran Bahasa Arab”, Diakses Secara Online
(file:///C:/Users/ASUS/Downloads/16-Article%20Text-44-1-10-20190327.pdf), (Hari Sabtu, 26
Februari 2022, Pukul 18.10 WITA), hal. 15.
55
…, “Strategi dan Metode Pembelajaran Bahasa Arab”, (Malang: 2017), hal. 116.
22
Metode langsung dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses
belajar bahasa kedua sama dengan belajar bahasa ibu. Pengajaran bahasa
harus dihubungkan langsung dengan benda, sampel, gambar, peragaan,
permainan peran, dan sebagainya. Untuk itu, metode ini menghindari
penggunaan bahasa ibu dalam pembelajaran. Penyajian kaidah diajarkan
secara induktif. Selain kemampuan membaca dan menulis, metode ini juga
menekankan pada perkembangan kemampuan berbicara dan menyimak
3) Metode Sam’iyyah Syafawiyyah (dengar-ucap; Audio Lingual)
Metode ini berasumsi bahwa bahasa adalah kebiasaan. Suatu perilaku
akan menjadi kebiasaan apabila dilakukan berulang-ulang. Oleh karena itu,
pengajaran bahasa harus diajarkan dengan berulang-ulang.
Tujuan pengajaran dengan metode ini adalah pengusaan emat
kemahiran berbahasa secara seimbang dengan urutan penyajian kemahiran
menyimak dan berbicara terlebih dahulu lalu kemahiran membaca dan
menulis. Dalam metode ini penguasaan ola kalimat dilakukan dengan
latihan-latihan pola dengan mengikuti urutan stimulus, respon, dan
penguatan.
4) Metode Elektik
Metode eklektik adalah metode pilihan dan gabungan dari dua metode
atau lebih. Metode eklektik akan menjadi metode yang ideal apabila
didukung oleh penguasaan guru terhadap berbagai metode, sehingga dapat
memilih metode yang sesuai dengan kebutuhan program pengajaran lalu
menerapkan secara proposional.
Ada hal yang harus diperhatikan bahwa pengganbungan metode-
metode hanya bisa dilakukan antarmetode yang sehaluan. Dua metode yang
asumsi dan tujuannya berbeda tidak dapat digabungkan. Penggabungan
lebih tepat dilakukan dalam tataran teknik dan operasional.
5) Metode Silent Way (diam)
Dalam penggunaan metode silent way, guru lebih banyak diam, ia
menggunakan gerakan, gambar dan rancangan untuk memancing dan
membentuk reaksi. Guru menciptakan situasi dan lingungan yang
23
mendorong peserta didik “mencoba-coba” dan menfasilitasi pembelajaran.
Seolah hanya sebagai pengamat, guru memberikan model yang sangat
minimal dan membiarkan peserta didik berkembang bebas, mandiri dan
bertanggung jawab.
Adapun penjelasan, koreksi dan pemberian model sangat minim, lalu
peserta didik membuat generalisasi, simpulan dan aturan yang diperlukan
sendiri. Hanya saja, di dalamnya masih digunakan pendekatan struktural
dan leksikal dalam pembelajaran.
Ide dasar lahirnya metode ini adalah bahwa belajar sangat bergantung
pada diri (self) seseorang. Diri tersebut mulai berfungsi pada waktu manusia
diciptakan dalam kandungan, dimana sumber awal tenaganya dalah DNA
(deoxyribonu acid). Diri menerima masukan-masukan dari luar dan
mengolahnya sehingga menjadi bagian dari diri itu sendiri56
6) Metode Membaca
Menurut metode ini, kemampuan membaca adalah tujuan yang sesuai
dengan kebutuhan pembelajar bahasa asing dan kemudahan dalam
pemerolehannya. Kemahiran membaca merupakan bekal bagi pembelajar
untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri.
Pembahasan terakhir yaitu pengembangan teknik pembelajaran. Ada 7
teknik pembelajaran Bahasa Arab yang akan dipaparkan, yaitu sebagai
berikut:
1) Almuhadatsah (Bercakap-cakap)
Pelajaran Al-Muhadatsah merupakan pelajaran Bahasa Arab yang
paling utama, tujuannya adalah agar siswa mampu bercakap-cakap atau
berbicara dengan bahasa arab dalam kehidupah nyata. Maksud dari
berbahasa disini adalah berbahasa lisan.
Teknik pembelajaran Al-Muhadatsah yaitu:
56
Zulfiah Sam, “Metode Pembelajaran Bahasa Arab”, Diakses Secara Online
(file:///C:/Users/ASUS/Downloads/16-Article%20Text-44-1-10-20190327.pdf), (Hari Sabtu, 26
Februari 2022, Pukul 18.10 WITA), hal. 15
24
a) Guru mampu menumbuhkan rasa cinta siswa terhadap Bahasa Arab,
sehingga timbul keinginan pada siswa untuk belajar dan mendalaminya
b) Guru meminta siswa terampil berbicara dalam Bahasa Arab mengenai
kejadian apa saja dalam masyarakat dan dunia internasional
c) Bercakap cakap dengan Bahasa Arab yang tujuannya untuk melatih lidah
siswa agar terbiasa berbicara dengan Bahasa Arab
d) Siswa dituntut untuk mampu menerjemahkan percakapan, baik dari media
telepon, radio atau televisi.
2) Al Mutholaah (Membaca)
Disebut juga dengan Al-Qiraah atau pelajaran membaca. Tujuannya
agar siswa mampu membaca dengan benar dan memahami apa yang dibaca,
baik itu dengan suara atau dalam hati. Pada intinya, siswa dapat
mengucapkan lafadz dalam Bahasa Arab dengan fasih, lancer, dan benar.
Ketika membaca, siswa harus memperhatikan makhraj dan panjang
pendeknya suatu bacaan, karena jika terjadi kesalahan dalam pengucapan,
maka arti dari kata yang dimaksud menjadi suatu kesalahan.
Teknik pembelajaran Al-Muthola’ah adalah:
a) Apresepsi dan Pre test, yaitu guru hendaknya mampu menghubungkan
antara pelajaran yang ia ajarkan dengan pelajaran yang akan disajikan
sehingga pelajaran menjadi kontekstual dan relevan. Pre-test bertujuan agar
mengetahui seberapa besar penguasaan siswa terhadap materi yang telah
guru berikan
b) Siswa mempelajari terlebih dahulu pelajaran yang akan diajarkan sebelum
guru mengajarkan, dan siswa hendaknya menyimak guru dengan baik dan
tertib saat pelajaran berlangsung, kemudian guru hendaknya melakukan
tanya jawab kepada siswa.
c) Guru meminta salah satu siswa yang pandai untuk mengulangi apa yang
dibaca oleh guru supaya disimak dan ditirukan oleh siswa lain, namun siswa
tingkat atas cukup dengan mengikuti dalam hati. Akan tetapi yang lebih
utama adalah bersuara.
25
d) Setelah selesai membaca, guru membagi siswanya dalam beberapa
kelompok untuk mendiskusikan atas materi yang sudah dibaca dan
mengadakan tanya jawab diantara sesama kelompok.
e) Dalam memberikan penjelasan, hendaknya guru menyertakan contoh-
contoh dan mengartikan mufradat yang sulit, agar siswa mencatatnya. Bila
bacaan terlalu panjang, sebaiknya bacaan tersebut diperpendek agar
sederhana dan mudah dimengerti.
3) Al-Imla’ (Dikte)
Al-Imla disebut dikte atau menulis. Cara pembelajaran Al-Imla adalah,
guru menuliskan materi pelajaran di papan tulis kemudian memperlihatkan
kepada siswa, setelah itu guru menghapus tulisan tersebut dan menyuruh
siswa untuk menulisnya kembali, atau dengan cara guru membaca suatu
bacaan, kemudian menyuruh siswa untuk menulis apa yang telah dibaca
oleh guru.
Tujuan dari Al-Imla adalah:
a) Agar siswa mampu menulis kata-kata dan kalimat dalam Bahasa Arab.
b) Melatih panca indra siswa menjadi aktif, baik itu perhatian, pendengaran,
penglihatan maupun pengucapan dalam Bahasa Arab.
c) Agar siswa mampu menulis Bahasa Arab dengan indah dan rapi.
d) Menguji pengetahuan siswa tentang penulisan kata-kata yang telah
dipelajari.
e) Memudahkan siswa mengarang tulisan berbahasa Arab dengan gaya
bahasanya sendiri.
4) Al-Insya’ (Mengarang)
Al-Insya’ atau ta’bir mengarang dalam Bahasa Arab itu untuk
mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman yang dimiliki siswa.
Melalui pelajaran ini diharapkan siswa dapat mengembangkan daya
imajinasi secara kreatif dan produktif, sehingga pikirannya menjadi
berkembang.
Dalam mengajarkan Al-Insya’ dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut:
26
a) Materi pelejaran hendaknya disesuaikan dengan kemampuan siswa,
perkembangan berpikir dan usia mereka.
b) Pada kelas dasar pelajaran Al-Insya’ dapat diberikan mengenai
pembentukan kata-kata atau kalimat-kalimat yang telah diketahui siswa
menjadi kalimat yang sederhana.
c) Pada kelas atas, peningkatan pada pengajaran Al-Insya’ dapat ditingkatkan
pada pembentukan kalimat yang sempurna, yang mengandung suatu
pengertian yang utuh.
d) Pada kelas tingkat tinggi, materi insya’ sudah tidak terikat lagi dengan
ketentuan-ketentuan yang mungkin sudah bersifat terikat. Akan tetapi guru
hanya menentukan topik atau tema karangan.
5) Al-Mahfudzat (Hafalan kata-kata mutiara)
Al-Mahfudzat dapat didapat dengan menggunakan cara-cara :
a) Guru membacakan teks Al-Mahfudzat, setelah lebih dahulu dituliskan di
papan tulis, kemudian di ikuti oleh semua siswa hingga hafal di luar kepala.
Kemudian guru menguji masing-masing siswa di depan kelas, setelah semua
mendpatkan giliran, baru murid diperintah untuk menyalin di buku tulis.
b) Membacakan Al-Mahfudzat sekaligus secara keseluruhan tanpa dibagi-bagi
dalam potongan yang kecil, kemudian dibaca berkali-kali sampai hafal betul.
c) Dengan cara membagi dalam bagian yang kecil, materi Al-Mahfudzat dan
dihafal, setelah hafal betul bagian pertama, kemudian berpindah kebagian
yang lain, dan seterusnya.
6) Al-Qowaid (Tata Bahasa)
Dalam Bahasa Indonesia, Qawaid/ Nahwu Sharaf itu searti dengan
“Tata Bahasa”, dan “gramer” dalam Bahasa Inggris.
Cara mengajarkan Nahwu Sharaf atau Qawaid :
a) Guru hendaknya banyak memberikan contoh-contoh dari materi yang
dibahas, agar pengajaran tidak membosankan, dan dapat memudahkan
pengertian siswa.
b) Pada contoh-contoh yang diberikan, hendaklah ditulis dipapan tulis, dan
menjelaskan maksud dan pengertiannya.
27
c) Pada saat guru menjelaskan maksud dan pengertian materi pelajaran nahwu
sharaf, perhatian siswa penuh terpusat kepada materi.
7) Al-Balaghah (Gaya Bahasa)
Al-Balaghah merupakan suatu cabang ilmu Bahasa Arab yang
mempelajari kaidah-kaidah mengenai gaya bahasa untuk dipergunakan dalam
pembicaraan atau tulisan. Adapun tujuan mempelajari Al-Balaghah antara
lain :
a) Merasakan dan memahami karya sastra secara mendalam.
b) Mengungkapkan segi-segi keindahan dalam sastra.
c) Merangsang kemampuan menyusun kalimat yang baik dan indah menurut
pola-pola Al-Balaghah.
d) Merasakan dan memahami Ijazul Qur’an dari segi gaya bahasa dan uslub.57
57 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar Cet V (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 1992), h. 44.
28
satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).58
Karena guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Berdasarkan hasil pencarian beberapa sumber oleh penulis, salah satu
pengajar yang dapat ditelaah yaitu guru-guru bahasa Arab di Kota Parepare.
bahwa pengembangan bahan ajar yang dilakukan secara komprehensif belum
dilakukan yaitu pengembangan yang menghasilkan suatu bahan ajar lain yang
disusun secara lengkap oleh guru. Begitu juga penyusunan bahan ajar secara
lengkap sesuai dengan pedoman yang disusun oleh diknas belum ada.59
Yang lebih banyak digunakan pada Madrasah Aliyah di Kota Parepare.
Guru-guru bahasa Arab di Madrasah Aliyah Kota Parepare melakukan
pengembangan bahan ajar hanya berkaitan dengan pengurangan materi yang
masih dianggap pangjang dan sulit. Adapun pegembangan dalam bentuk
mengadaptasi bahan ajar menjadi materi yang lebih sederhana dan sesuai
dengan tingkat kemmpuan siswa, alokasi waktu, minat dan kebutuhan siswa
belum dilakukan.
Tidak dilakukannya pengembangan bahan ajar secara maksimal
disebabkan oleh bebearapa faktor baik yang berkaitan dengan kepala sekolah,
guru, siswa, sarana prasarana dan biaya. Maka, untuk menjadikan guru bahasa
Arab dapat meningkatkan produktifitasnya khusnya dalam pengembangan
bahan ajar dibutuhkan kerjasama sepua pihak yang telah dijelaskan
sebelumnya. Fakta yang terjadi di madrasahmadrasah di Kota Parepare belum
58
Penyusunan RPP dalam Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran dalam Kontek
Kurikulum 2013 (Januari, PT Refika Aditama, 2014), 287-323
59
Lihat dalam Depdiknas, Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar (2006), dalam
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran dalam Kontek Kurikulum 2013 (Januari, PT Refika
Aditama, 2014), h. 263
29
terbangun kerjasama secara sinergi, selarah, dan dibarengi komitmen
bersama.
Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru bahasa Arab pada Madrasah
Aliyah di Kota Parepare memiliki masalah yang sama dengan sekolah-
sekolah pada umumnya baik negeri maupun swasta, sekolah umum maupun
sekolah kejuruan dan sekolah agama, yaitu meliputi seluruh komponen
standar pendidikan. Namun, dalam penelitian ini ditemukan beberapa kendala
menurut persepsi guru yaitu yang berkaitan dengan motivasi dan kemampuan
bahasa Arab yang rendah dan bervariasi, biaya yang minim, dan sarana
prasarana yang terbatas.60
1. Kemampuan Berbahasa Arab Siswa Yang Rendah
2. Kemampuan Berbahasa Arab Yang Bervariasi
3. Biaya yang terbatas
4. Sarana Prasarana Yang Kurang
Dengan banyaknya permasalahan yang tercantum sebelumnya, maka
solusi yang dilakukan oleh setiap pengajar yakni sebagai berikut:
Pertama, guru diikursertakan dalam pelatihan yang brkaitan dengan
peningkatan pembelajaran dan bahan ajar meskipun pelatihan tersebut masih
terbatas diikuti oleh guru bahasa Arab. Karena pelatihan tersebut tidak
dikhususkan untuk mata pelajaran bahasa Arab tetapi dikuti oleh berbagai
guru mata pelajaran.
Kedua, guru memotivasi siswa untuk selalu berinteraksi dengan bahasa
Arab dengan cara mempelajari, membaca, dan menggunakan bahasa Arab
lebih maksimal. Kesulitan dalam mempelajarinya dikarenakan frekuensi
interaksi peserta didik dengan bahasa Arab sangat kurang.
Ketiga, guru menyesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga siswa
tetap bisa mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab. Kegiatan yang sering
60
Saepudin, “Kinerja Guru Bahasa Arab dalam Pengembangan Bahan Ajar Pada Madrasah
Aliyah di Parepare”, (Parepare: 2015), hal. 187.
30
dilakukan adalah pengurangan-pengurangan materi pada setiap BAB baik
materi bahasanya maupun latihan-latihannya.
Keempat, guru menyampaikan bahan ajar dengan teknik yang
bervariasi yaitu;
a. Guru membaca kalimat dan siswa mengikutinya. Kegiatan ini dilakukan dua
sampai tiga kali;
b. Guru meminta siswa untuk menerjemahkan kalimat atau teks bacaan dengan
meminta siswa untuk melihat daftar kosa kata yang dijeaskan pada bagian
berikutnya. Jika tidak ada, guru menita siswa untuk melihat di kamus.
c. Guru menyuruh siswa untuk mengerjakan latihan-latihan kebahasaan, seperti
mengisi yang kosong dengan kata, menyusun kata yang diacak susunannya
menjadi susunan yang baik dan benar, menjawab benar dan salah,
menerjemahkan, menjawab beberapa pertanyaan, dan menulis. Kegiatan
pembelajaran yang lebih ditekankan adalah pembelajaran keterampilan
membaca (membaca imitasi dan jahriyah) dan menulis (imitasi dan
termimbing).
31
C. PENUTUP
32
strategi pembelajaran tersebut ada lima yaitu: 1) Kegiatan pembelajaran
pendahuluan, 2) Penyampaian informasi, 3) Partisipasi peserta didik, 4) Tes,
dan 5) Kegiatan lanjutan.
Pengembangan metode pembelajaran Bahasa Arab atau pengajaran
bahasa asing sampai saat ini pada pokoknya ada empat : 1) Metode
Qawa’id-Tarjamah, 2) Metode langsung, 3) Metode Sam‟iyyah-
Syafawiyyah (dengar-ucap), 4) Metode eklektik, 61 5) Metode Silent Way
(diam), 6) Metode membaca.
Pengembangan teknik pembelajaran Bahasa Arab saat ini masih
tergolong dalam beberapa teknik berbentuk mata pelajaran, yaitu: 1)
Almuhadatsah (bercakap-cakap), 2) Almutholaah (membaca), 3) Al-Imla’
(dikte), 4) Insya’ (mengarang), 5) Mahfudzat (hafalan kata-kata mutiara), 6)
Qowaid (tata bahasa), 7) Balaghah (gaya bahasa).
Pandangan guru Bahasa Arab mengenai pemgembangan pendekatan,
model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran Bahasa Arab salah satu
referensi yang ditemukan penulis yaitu guru-guru bahasa Arab di Kota
Parepare. bahwa pengembangan bahan ajar dan segala komponen ajarnya
seperti metode, dan lain-lain yang dilakukan secara komprehensif, belum
dilakukan. Yaitu pengembangan yang menghasilkan suatu bahan ajar lain
yang disusun secara lengkap oleh guru. Begitu juga penyusunan bahan ajar
secara lengkap sesuai dengan pedoman yang disusun oleh diknas belum ada.
Sebaiknya seluruh calon pendidik Bahasa Arab sering melakukan
research mengenai apa-apa yang dibutuhkan oleh dirinya masing-masing
dalam menguasai pengajaran dan pembelajarannya. Karena seperti yang
kita ketahui, Bahasa Arab masih termasuk bahasa asing yang harus sering
diterapkan di lingkungan sekolah untuk bisa memajukannya, dan agar
pembelajaran Bahasa Arab memiliki peningkatan yang semakin hari
semakin pesat pembaharuannya dan pengembangannya.
61
Dr. Yayan Nurbayan, M.Ag, “Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab”, (Bandung: 2008),
hal. 18.
D. DAFTAR PUSTAKA
Jabal Nur. “Pendekatan, Landasan, dan Model Pembelajaran Bahasa Arab”. Vol. 6,
No. 2. (November 2013): 204.
Yayat Hidayat, “Teori Perolehan dan Perkembangan Bahasa untuk Jurusan
Pendidikan Bahasa Arab”, dalam Jurnal Maharat (DOI: 10.18196/mht.113),
Volume 1 No. 1. (Oktober 2018): 24.
M Asy’ari. “Metode, Sistem dan Prinsip Pembelajaran Bahasa Arab yang Inovatif”.
dalam An-Nabighoh, Vol. 20, No. 02. (IAIN Palu: 20181): 291.
https://kbbi.web.id/kembang. (Diakses Senin, 21 Februari 2022, Pukul 22.40 WITA).
https://www.indonesiastudents.com/pengertian-pengembangan/. (Diakses Selasa, 22
Februari 2022, Pukul 20.20 WITA).
Abdurrahman al-Fauzan, et.al. Durus al-Daurat al-Tadribiyah li al-Mu’allim al-
Lughah al- ‘Arabiyah li Ghairi Nathiqin Biha. (t.t.: Mu’assasah al-Waqf al-
Islami, 1425 H.): 27.
Louis al-Ma’luf. Al-Munjid fi al-Lughah wa A’lam, cet, ke-30. (1986): 208.
Abdurochman. “Manajemen Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab”, Vol. 1, No. 1.
(2021): 23.
https://kbbi.web.id/model. (Diakses Jumat, 25 Februari 2022, Pukul 16.36 WITA).
Sahkholid Nasution, Zulheddi. “Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab
Berbasis Teori Kontruktivisme di Perguruan Tinggi”, dalam Jurnal IMLA, Vol.
3 No. 2. (UIN Medan), hal. 4.
Suprijono, Agus. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pusaka Pelajar, 2013.
Rusman. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Raja Grafindo, 2012.
Muhith, Abd. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Penerapan Quantum Learning.
Yogyakarta: Interpana, 2013.
Harwintha Yuhria Anjarningsih. Otak Dan Kemampuan Berbahasa. Yogyakarta:
Pustaka Rihama, 2010.
Muhammad Ilfan Fauzi. “Pemanfaatan Neurosain dalam Desain Pengembangan
Kurikulum Bahasa Arab”, di dalam Arabiyatuna Jurnal Bahasa Arab, Vol. 4, No.
1, P-ISSN: 2580-5045, E-ISSN: 2580-5053 DOI: 10.29240/jba.v4i1.1095. (Mei
2020): 3.
Muspika Hendri, “Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Melalui
Pendekatan Komunikatif”, dalam Potensia: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 3,
No. 2, (Riau: Juli – Desember 2017), hal. 198.
Sapri, “Metode Pembelajaran Bahasa Arab: antara Tradisional dan Modern”, di
dalam Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, Vol. 13, No. 3, 441-452, (P3M
STAIN Purwokerto: Sep-Des 2008), hal. 2.
Zulfiah Sam. “Metode Pembelajaran Bahasa Arab”. (Makassar: STIBA Makassar,
2016): 2.
Ahmad Izzan. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. (Bandung, humaniora, cet. III,
2009): 72
Abdul Kahar Muzakkir S. “Pengaruh Tehnik Pembelajaran Terhadap Keterampilan
Bahasa Arab”. (Jakarta 2019): 2.
Dr. Ahmadi, S.Ag., M.S.I dan Aulia Mustika Ilmiani, S.Pd.I., M.Pd. “Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab Konvensional Hingga Digital”. (2020): 24.
Ismail Bugis. “Pengertian Strategi, Pendekatan, Model, Teknik, dan Metode
Pembelajaran”, http://ismailbugis.wordpress.com, 2011, pengertian-strategi-
pendekatan- model-teknik-dan metode pembelajaran. (Diakses Sabtu, 26
Februari 2022, Pukul 01.43 WITA).
Aziz Fakhrurrozy. Teaching English as a Foreign Languange For Teaches in
Indonesia. (English Departement-Faculty Of Letters The State University Of
Malang: 2010): 44-51.
Shafruddin Tajuddin. “Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab Tingkat
Sekolah Dasar Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Arab Siswa”, dalam
Jurnal Parameter Vol. 29, No. 2. (2016): 202.
Ihdatul Hidayah, Novi Kusumaningrum. “Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis
Internet”, dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, Vol. II, No. 1.
(Jogjakarta: 2021): 67.
https://glints.com/id/lowongan/user-centered-design-adalah/#.YhpHGOhBxPY,
(Diakses Secara Online Pada Sabtu, 26 Februari 2022, Pukul 23.36 WITA).
Diah Rahmawati As’ari. Strategi dan Metode Pembelajaran Bahasa Arab. Malang:
2017.
Dr. Yayan Nurbayan, M.Ag. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: 2008.
Zulfiah Sam. “Metode Pembelajaran Bahasa Arab”, Diakses Secara Online
(file:///C:/Users/ASUS/Downloads/16-Article%20Text-44-1-10-20190327.pdf).
(Hari Sabtu, 26 Februari 2022, Pukul 18.10 WITA): 15
Nasution. “Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar”, Cet V (1992):
44.
Abidin, Yunus. “Desain Sistem Pembelajaran dalam Kontek Kurikulum 2013”,
(Januari 2014): 287-323.
Lihat dalam Depdiknas, Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar (2006) dalam
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran dalam Kontek Kurikulum 2013.
Januari: PT Refika Aditama, 2014.
Saepudin. “Kinerja Guru Bahasa Arab dalam Pengembangan Bahan Ajar Pada
Madrasah Aliyah di Parepare”. (2015): 187.