IDA ROYANI
Nim : 016312384
idaroyani343@gmail.com
ABSTRAK
Teks eksposisi yang terdapat pada media online ataupun media cetak banyak kita temui
istilah-istilah yang susah untuk dicarikan padanannya pada bahasa sasaran (BSa). Untuk itu
diperlukan teknik penerjemahan guna mengatasi masalah tersebut. Sebelum menerapkan
teknik penerjemahan, kita harus tahu dulu yang dimasksud dengan prosedur
penerjemahan. Yaitu, teknik penerjemahan yang mencakup kalimat dan satuan-satuan
bahasa yang lebih kecil seperti klausa, frase, dan kata. Ada berbagai teori yang
dikemukakan oleh beberapa pakar tentang teknik penerjemahan baik teknik yang condong
ke bahasa teks sumber (BSu) ataupun yang condong ke bahasa teks sasaran (BSa).
Transferensi merupakan salah satu dari teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh pakar
penerjemah Newmark. Transferensi juga dikenal dengan isltilah pungutan dari bahasa
asing. Teknik ini diterapkan pada teks sasaran karena terbatasnya kosa kata bahasa
Indonesia, sulitnya pemadanan kata pada BSa, serta untuk menghadirkan nuasa bahasa
sumber pada bahasa sasaran. Penerapan teknik ini pada teks yang berjudul “Go Green
Today, Greet Live for Tomorrow” merupakan penjabaran dari prinsip-prinsip penerjemahan
yakni, jelas, akurat, dan wajar. Kata- kata pungutan dari bahasa asing tersebut akan
mengalami naturalisasi dengan mengalami perubahan fonologis dan morfologis. Jadi, tidak
menutup kemungkinan, kata pungutan dari bahasa asing tersebut lambat laun akan
dipungut dalam bahasa Indonesia.
3.1 Metode
Metode penelitian pada karya ilmiah ini adalah metode kualitatif yang didasarkan pada
analisis tekstual yang melibatkan teks sumber dan teks sasaran serta mengadopsi salah satu model
teoretis penerjemahan, yaitu model komparatif (comparative model) dengan rumusan: TSu ≈ TSa,
atau TSa ≈ TSu.
3.2 Data Penelitian
Data penelitian karya ilmiah ini adalah sebuah teks eksposisi yang terdiri dari 670
kata, berjudul “Go Gree Today, Live to Greet Tomorrow”. TSu penulis ambil dari media
online The Jakarta Post, pada artikel tersebut terdapat kosa kata atau istilah-istilah yang
jika dipadankan pada TSa hasil terjemahannya menjadi kalimat yang tidak berkolerasi
atau tidak mempunyai makna utuh.
3.3 Pemrosesan Data
Di sini teks sumber akan dibandingkan hasilnya dengan teks sasaran secara
horizontal (kesamping) dengan urutan sebagai berikut:
1. Teks Sumber (TSu)
2. Teks Sasaran (TSa)
Berikut adalah teks eksposisi yang berjudul ‘Go Green Today, Live to Greet Tomorrow’ yang
penulis salin dari media online The Jakarata Post sebagai makalah untuk
membahas penerapan teknik transferensi pada TSa. Penulis membagi TSu menjadi 7 paragrap.
Paragrap 1
TSu TSa
Go Green Today, Live to Greet Go Green Hari Ini, untuk Menyambut
Tomorrow Hidup Esok
Hasil analisa penulis bahwa teks eksposisi tersebut bertujuan untuk menjelaskan
atau memperdebatkan masalah “Go Green” sebagai sebuah tema. Bagian yang digaris
bawahi adalah beberapa kosa kata yang diterjemahkan dengan menggunakan kata
pungutan dari bahasa asing. Misalnya pada judul teks, pada TSa yang berjudul “ Go
Green today, Live to Great Tomorrow”, penulis tetap mempertahankan kata-kata yang
terdapat pada TSu: Go green Hari Ini, untuk Menyambut Hidup Esok” . Keputusan
untuk memilih prosedur terjemahan transferensi ini dilakukan karena penulis tidak
mendapatkan solusi terhadap permasalahan pemadanan kosa kata pada Bsa. Jika
diterjemahkan secara harfiah maka akan terjadi pergeseran makna dan akan kabur
maksud dari TSu tersebut. Selain itu, dengan menggunakan kata pungutan dari bahasa
asing tersebut adalah untuk menghadirkan warna lokal dari TSu dan menarik pembaca
agar penasaran yang akhirnya ingin membaca keseluruhan teks tersebut.
Paragrap 2
TSu TSa
This is not a philosophical Ini bukan masalah filosofis tapi
issue but an ecological one. satuekologis. Sejak Revolusi
Ever since the Industrial Industrisetidaknya, jangkauan ekonomi manusiatelah
Revolution at least, man’s didefinisikan - dan didefinisikan -oleh
economic reach kemampuannya untukmengeksploitasi alam. Dengan
has been defined — and bodohnya, dia telah percaya bahwa
defined — by his ability to iamampu menguasai alam.
exploit nature. Foolishly, he
has believed that he is capable Namun alam tidak pernah dapat dikuasai: hanya
of mastery over nature. bisa dirampok. Dan alam cukup banyak
untuk memaafkan -
But nature can never be sampai kehabisan kesabaran satu hari
mastered: it can only be dan melemparkan manusia kembali ke dalam
robbed. And nature is plentiful jurang waktu ekologis. Besok
enough to be forgiving — till it menghilang selamanya.
runs out of patience one day
and throws man back into the
abyss of ecological time.
Tomorrow vanishes forever.
Pada paragrap kedua tidak terdapat masalah pada penerjemahan. TSu bisa
diterjemahkan dengan baik ke TSa. Begitu juga TSa mudah dipahami oleh pembaca
dan berterima..
Paragrap 3
TSu TSa
The summit of world leaders Pertemuan puncak para pemimpin duniadi Rio
in Rio de Janeiro last month de Janeiro bulan
revisited that threat of human lalu ditinjau bahwa manusia terancam punah ketika
extinction ini mendesak kita untuk menangani masa depan
when it urged us to treat our kita - atau kurang dari itu -dengan
future — or lack of it — with beberapa urgensi. Fasih dan
some urgency. Eloquently and tegas, Presiden Susilo BambangYudhoyono meminta
forcefully, President Susilo negara-negarauntuk beralih
Bambang Yudhoyono asked dari ekonomi keserakahanke Green.
countries to switch from the
greed economics to green.
Pada paragrap kelima tidak terdapat masalah yang dibahas, TSa sudah berterima dan
pembaca mudah memahami apa yang disampaikan oleh penerjemah.
Paragrap 5
TSu TSa
Take Indonesia itself. The temperature Ambillah contoh Indonesia itu
here has risen by 0.3 degrees Celsius sendiri.Suhu di sini telah meningkat
since 1990, and this trend is expected to sebesar0,30C sejak tahun 1990, dan tren
continue. According to one assessment, inidiperkirakan akan terus
an increase in temperature by 2.0 berlanjut.Menurut salah
degrees Celsius could reduce the crop satu penilaian,peningkatan suhu sebesar
yield by 4.3 percent. That is a recipe for 2,0 derajatCelsius dapat mengurangi hasil
disaster in an agricultural country. panensebesar 4,3 persen. Itu adalah
resep untuk bencana di negara agraris.
Simultaneously, Indonesia is predicted to
have 2-3 percent more rainfall but fewer Bersamaan dengan
rainy days each year. This unnatural itu, Indonesiadiperkirakan memiliki 2-
combination will make its rural areas 3 persen lebihcurah
more vulnerable to flooding and hujan tetapi musim hujan lebih
landslides. A rise in sea levels is another sedikit setiap tahun. Kombinasi alami ini
risk. Since about 40 million Indonesians akan membuat daerah pedesaan yang
live within 10 meters of the average sea lebih rentan terhadap banjir dan tanah
level, that rise could make their lives and longsor. Kenaikan permukaan air
livelihoods precarious. Between the lautadalah risiko lain. Sejak sekitar 40 juta
dismal future and a recoverable orang Indonesia hidup dalam jarak 10
environment stands the green economy. meter dari permukaan laut rata-
rata,peningkatan itu yang bisa
membuatkehidupan
mereka berbahaya. Antara suatu
lingkungan dan masa depansuram dapat
dipulihkan kembali
denganberdirinya green economy.
Pada kata yang digaris bawahi green economy penulis tetap mempertahankan kata
tersebut pada TSa. Karena kata tersebut belum ada padanan yang sesuai jika
diterjemahkan ke TSa. Jika diterjemahkan secara harfiah ke TSa maka kalimat tersebut
tidak mempunyai makna yang utuh atau tidak berkolerasi. Untuk itu penulis menerapkan
teknik penerjemahan transferensi atau memungut kata tersebut ke TSa.
Paragrap 6
TSu TSa
For example, by 2025, Indonesia aims to Sebagai contoh, pada tahun
have an economic structure 55 percent of 2025,Indonesia bertujuan
which will be supported by the tertiary untuk memilikistruktur ekonomi 55% yang
sector, 36 percent by the secondary akan didukung oleh sektor pendidikan
sector and the remainder by the primary tinggi,36% oleh sektor sekunder dan
sector. To meet this target, the sisanya oleh sektor primer. Untuk
government plans to downstream the memenuhitarget ini, pemerintah
primary sector and to add more value in berencana untuk hilir sektor primer
the mining, forestry, agricultural and dan untuk menambah nilai
fisheries sectors. This is the green lebih dalam pertambangan,
economy at work. kehutanan, pertanian
dan perikanan. Iniadalah green
economy di tempat kerja.
Jakarta has also implemented a
moratorium on new licenses for Jakarta juga telah
exploitation of primary forests and peat menerapkanpenundaan izin baru untuk
land. The One Billion Indonesian Trees eksploitasihutan primer dan
for the World (OBIT) program has caused lahan gambut. Semilyar Pohon untuk
3.2 billion trees to be planted till now. Dunia (The One Billion Indonesian Trees
for the World/OBIT) telah
Also, laws permanently protect 35 menyebabkan 3,2 miliarpenanaman
percent of our tropical rainforest. The pohon dilakukan hingga sekarang
deforestation rate has decreased from
3.5 million hectares a year to less than Selain itu, undang-undang secara
half-a-million hectares a year over a permanen melindungi 35% dari hutan
decade. hujan tropis. Laju penebangan
hutantelah menurun dari 3,5 juta
hektar per tahun menjadi kurang dari
setengah juta hektar per tahun lebih dari
satu dekade.
Pembahasan pada paragrap ini sama dengan penjelasan pada paragrap kelima.
Paragrap 7
TSu TSa
When it is used to fight for the Ketika digunakan untuk
environment, technology can be a great memperjuangkan lingkungan, teknologi
force multiplier. Hybrid cars, energy- dapat menjadi kekuatan penggandayang
efficient lighting, clean coal technology besar. Mobil hybrid, lampu hemat
and solar panels are among the energi, teknologi batubara bersih
innovations that will make the economy danpanel surya adalah salah
greener. These technologies may be satu inovasiyang akan
costly at first, but like others, their cost membuat economy greener.Teknologi
can be expected to go down. ini mungkin mahal pada awalnya, tapi
seperti yang lain, biayanyabisa
Indeed, ultimately it is the mindset of diharapkan turun.
Indonesians that will determine whether
the green economy flourishes in this Sesungguhnya, pada akhirnya itu
country. We need to green our minds. adalah pola pikir orang Indonesia yang
akan menentukan apakah green
http://www.thejakartapost.com/news/2012 economy berkembang di negeri ini. Kita
/07/17/go-green-today-live-greet- perlu green dalam pikiran kita.
tomorrow.html
http://www.thejakartapost.com/news/2012
/07/17/go-green-today-live-greet-
tomorrow.html
4.1Proses Penerjemahan
Proses penerjemahan dilakukan setelah menganalisa TSu, yang pertama kita
lakukan dalam proses ini adalah mengalihkan makna, bukan mengalihkan kata ataupun
kalimat pada TSu ke TSa. Kemudian kita buat draftnya. Misalnya pada pembahasan
paragrap pertama.
DRAFT 1
TSu TSa
Go Green Today, Live to Greet Tomorrow Pergi Hijau Hari Ini, untuk Menyambut
Hidup Esok
Pada draft 1 diatas, kata Go Green yang diterjemahkan dalam BSa adalah Pergi
Hijau terasa janggal jika dihubungkan dengan isi dari teks tersebut yang merupakan
gerakan peduli lingkungan, sebagai akibat isu pemanasan global dan pemanfaatan
teknologi yang tidak ramah lingkungan.
DRAFT 2
TSu TSa
Go Green Today, Live toGreet Tomorrow Go Green Hari Ini, untuk Menyambut
Hidup Esok
Pengolahan kembali draft adalah penting, hal ini dimaksudkan agar hasil penerjemahan
sesuai dengan makna yang terkandung dalam TSu. Kolerasi dari kalimat ke kalimat
dalam teks tersebut juga kohesi dari setiap kalimat harus diteliti kembali agar
terjemahan tersebut berterima. Keputusan penulis untuk tetap mempertahankan Go
Green pada TSa karena memang tidak ada kata-kata yang sepadan dan mendekati
makna pada BSa. Jadi dengan tetap mempertahankan menerjemahkan Go Green pada
TSa akan memberikan warna lokal dari TSu, selain itu juga memberikan suasana
tertentu yang telah mengglobal menjadi ikon di dunia tentang gerakan peduli
lingkungan sebagai akibat pemansan global.
Begitu juga penulisannya di-italic (miring), karena merupakan istilah asing.
Berikut contoh penggunaan kata pungutan yang lain pada teks sasaran,
DRAFT 1
TSu TSa
Pada draft 1 tersebut, masih terasa janggal bila to green diterjemahkan ke hijau pada
TSa. Hal ini sangat tidak sesuai dan telah bergeser maknanya dari kalimat tersebut.
Untuk itu penerjemah harus memahami permasalahan yang timbul pada
tataran pragmatis, yakni bahwa TSu tersebut membicarakan tentang gerakan peduli
lingkungan sebagai akibat pemanasan global. Begitu juga permasalahan yang timbul
pada tataran leksikal, jika diterjemahkan secara harfiah maka akan ‘lost meaning’.
DRAFT II
TSu TSa
Pada draft II sudah terlihat berterima, dan selaras dengan tema pada TSu. Begitu juga
dengan penulisan ke green, di-italic (miring) karena merupakan istilah asing.
4.2 Masalah-masalah yang timbul pada teknik transferensi.
1. Pada tataran leksikal, pada tataran ini masalah timbul ketika belum ada
padanan yang sesuai pada BSa.
2. Pada tataran pragmatis, penerjemah harus memahami apa yang tersirat
dalam TSu.
3. Penggunaan kata pungutan dalam TSa mungkin akan membingungkan
pembaca.
4.3Kendala penerapan teknik tanferensi
Kendala-kendala pada teknik transferensi antara lain :
1. Sebagian pembaca belum tahu makna kata pungutan dari bahasa asing tersebut.
2. TSa agak sedikit terasa aneh dan sedikit asing karena menggunakan dua bahasa,
yang seharusnya TSa menggunakan satu bahasa , yakni bahasa sasaran (BSa)
4.4 Imbas penggunaan kata pungutan pada TSa.
1. Penambahan jumlah kosa kata pada BSa.
2. Kata pungutan lambat laun akan mengalami naturalisasi, dengan
mengalami perubahan fonologis dan morfologis maka akan berterima.
Daftar Pustaka
http://www.thejakartapost.com/news/2012/07/17/go-green-today-live-greet-
tomorrow.html
Budiman, rahmat [et.al]. (2011). Teori dan Masalah Penerjemahan. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka
Machali, Rochayah. (2009). Pedoman Bagi Penerjemah : panduan lengkap bagi anda
yang ingin menjadi penerjemah profesional. Bandung : Kaifa
Newmark, Peter. (1988). A Text book of Translation . New York: Prentice Hall