Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KB 1

TAFSIR, TA'WIL, TERJEMAH DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASANNYA


Nama : Muhsin, M.Pd.I
Assalamu‘Alaikum, Wr. Wb.
Bapak Dosen yang terhormati
Setelah membaca materi Artikel 2, maka saya dapat menganalisis dan menyimpulkan materi bahan
ajar yaitu sebagai berikut:
Komponen Analisa bahan ajar :
a. Tuliskan minimal 3 (tiga) konsep beserta deskripsinya yang Anda temukan di dalam bahan ajar;
b. Lakukan kontekstualisasi atas pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas sosial;
c. Merefleksikan hasil kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran bermakna
Jawaban
A. Tuliskan minimal 3 (tiga) konsep beserta deskripsinya yang Anda temukan di dalam bahan
ajar;

Konsep-konsep yang dapat diidentifikasi dari bahan ajar tentang terjemah tafsir dan takwil
adalah sebagai berikut:
1. Terjemah Harfiah: Konsep terjemah harfiah adalah mentransformasikan teks Alquran secara huruf
demi huruf atau susunan kalimat bahasa aslinya ke dalam bahasa Indonesia. Namun, karena
susunan Alquran berbeda dengan bahasa Indonesia, terjemah harfiah sulit untuk menyampaikan arti
yang tepat. Terjemah harfiah lebih berfokus pada keterjemahan kata demi kata tanpa memperhatikan
konteks dan makna yang lebih dalam.
2. Terjemah Maknawiyah atau Terjemah Tafsir: Konsep terjemah maknawiyah atau terjemah
tafsir berbeda dengan terjemah harfiah. Terjemah ini lebih mengutamakan pemahaman dan
penjelasan makna yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran. Terjemah maknawiyah berusaha
menyampaikan makna yang tersirat dan memperhatikan konteks dan tujuan yang terkandung dalam
ayat tersebut. Hal ini sering ditemukan dalam kitab-kitab tafsir atau Alquran terjemah.
3. Tafsir: Konsep tafsir adalah ungkapan atau penjelasan makna yang masih sulit atau tersembunyi
dalam ayat-ayat Alquran. Tafsir bertujuan untuk mengungkapkan pemahaman yang lebih dalam dan
menyelami makna-makna yang terkandung dalam Alquran. Tafsir ini dapat dilakukan oleh penafsir
dengan menggunakan berbagai pendekatan, seperti pendekatan riwayat (berdasarkan hadis atau
riwayat lainnya) dan pemahaman penafsir itu sendiri.
4. Takwil: Konsep takwil memiliki kemiripan dengan tafsir, namun ada perbedaan pendekatan dan
fokusnya. Takwil berusaha untuk mengungkapkan makna yang batin atau yang lebih mendalam dari
ayat-ayat Alquran. Takwil juga dapat berarti mengembalikan ayat-ayat Alquran ke asalnya atau
menyelami makna yang tersirat di dalamnya. Beberapa ulama membedakan antara tafsir dan takwil,
dengan takwil lebih menekankan pada pemahaman makna batin.
Perlu dicatat bahwa konsep-konsep ini dapat lebih dipahami dan dieksplorasi melalui referensi seperti
kitab-kitab ulumul Quran atau karya-karya ulama dalam bidang ini, seperti "Ulumul Qur'an" oleh Abu
Abdirrahman Abdil Aziz bin Abdullah bin Baz atau "Tafsir al-Qur'an" oleh Prof. Quraish Shihab.
B. LAKUKAN KONTEKSTUALISASI ATAS PEMAPARAN MATERI DALAM BAHAN AJAR
DENGAN REALITAS SOSIAL;
Kontekstualisasi atas pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas sosial merupakan suatu
pendekatan yang penting dalam proses pembelajaran, termasuk dalam memahami metode terjemah
tafsir dan takwil Alquran. Dalam bahan ajar ini, kita akan mencoba mengupasnya sedikit demi sedikit
untuk lebih memahami pendekatan ini.
1. Pertama-tama, mari kita bahas tentang terjemah dalam konteks ini. Menurut Irfan, terjemah adalah
proses mentransformasikan teks dari satu bahasa ke bahasa lain, dalam hal ini dari bahasa Arab ke
bahasa Indonesia. Terjemah ini penting karena bahasa Indonesia adalah bahasa kita sebagai
masyarakat Indonesia. Namun, terjemah secara harfiah dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia
tidaklah mudah atau bahkan mustahil dilakukan, mengingat struktur bahasa Arab yang berbeda
dengan bahasa Indonesia.
2. Kedua, terdapat dua jenis terjemah menurut pendapat Husein, yaitu terjemah harfiah dan terjemah
maknawiyah. Terjemah harfiah mengacu pada penerjemahan secara huruf atau teks dari bahasa
aslinya, tetapi sulit untuk menerjemahkannya dengan arti yang tepat karena perbedaan struktur
antara Alquran dan bahasa Indonesia. Sementara itu, terjemah maknawiyah atau tafsir adalah
penerjemahan yang lebih memperhatikan makna dari teks tersebut. Tafsir ini sering kita temukan
dalam kitab-kitab terjemahan Alquran, dan meskipun maknanya tidak jauh berbeda dari susunan
kalimat aslinya, terjemah ini membutuhkan pemahaman lebih dalam dan penafsiran oleh seorang
ahli.
3. Ketiga, kita dapat melihat contoh tafsir dalam kitab "Risalah al-Arwah" yang berasal dari kata "al-
mashru" yang artinya menjelaskan. Menurut dosen Anda, tafsir adalah upaya untuk mengungkap
makna-makna yang masih sulit dipahami. Dalam tafsir ini, sejauh mana pemahaman seorang
penafsir, maka sejauh itu pula makna yang dapat diungkap. Dalam konteks ini, tafsir mengungkap
maksud atau makna tersurat dari teks Alquran.
4. Keempat, terdapat istilah takwil yang berasal dari kata "Aur" yang artinya kembali kepada asalnya.
Beberapa ulama menganggap tafsir dan takwil sebagai hal yang sama, seperti pendapat Muhammad
Abduh. Namun, terdapat perbedaan antara keduanya. Tafsir mengungkap makna yang dhohir atau
tersurat, sedangkan takwil mengungkap makna yang batin atau tersirat. Pendekatan dalam tafsir
menggunakan pendekatan riwayat, sementara takwil menggunakan pendekatan dirayat. Selain itu,
tafsir lebih fokus pada makna yang tersurat, sedangkan takwil lebih fokus pada makna yang tersirat.

C. MEREFLEKSIKAN HASIL KONTEKSTUALISASI MATERI BAHAN AJAR DALAM


PEMBELAJARAN BERMAKNA
Merefleksikan hasil kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran bermakna tentang
terjemah tafsir dan takwil membantu siswa memahami pendekatan dan konsep-konsep yang terkait
dengan pemahaman Al-Quran. Dalam pembelajaran ini, fokus diberikan pada memahami secara rinci
aspek-aspek terjemah, tafsir, dan takwil.
Terjemah, adalah proses mentransformasikan teks dari satu bahasa ke bahasa lain, dalam hal ini
dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Hal ini penting karena bahasa Indonesia adalah bahasa
kita. Dalam kitab tafsirnya, terjemah dibagi menjadi dua jenis: terjemah harfiah dan terjemah
maknawiyah. Terjemah harfiah berfokus pada menyampaikan teks dan susunan kalimat secara
harfiah sesuai dengan bahasa aslinya. Namun, terjemah harfiah seringkali sulit atau bahkan mustahil
untuk mentransfer makna yang tepat karena susunan Al-Quran berbeda dengan bahasa Indonesia.
Di sisi lain, terjemah maknawiyah atau tafsir, yang sering kita temui dalam kitab-kitab atau terjemahan
Al-Quran, berusaha untuk menyampaikan makna-makna yang terkandung dalam teks. Meskipun
terjemah ini tidak terlalu jauh dari susunan kalimat aslinya, tetapi lebih memperhatikan pengungkapan
makna. Dalam hal ini, kemampuan penafsir mempengaruhi sejauh mana makna dapat diungkap atau
dipahami.
Tafsir mengungkap makna-makna yang sulit dipahami dalam teks Al-Quran. Sejauh mana penafsir
dapat mengungkap atau memahami makna ini tergantung pada kemampuannya. Tafsir
menggunakan pendekatan riwayat untuk mengungkap makna tersurat dalam teks Al-Quran.
Sedangkan takwil berasal dari kata 'aur', yang berarti kembali kepada asalnya. Beberapa ulama
memandang bahwa tafsir dan takwil itu sama, seperti yang dikemukakan oleh Muhammad
Abduh. Namun, ada perbedaan di antara keduanya. Tafsir mengungkapkan makna yang jelas dan
tersurat, sedangkan takwil mengungkapkan makna yang tersembunyi atau batin. Pendekatan takwil
menggunakan dirayah, yaitu penalaran logis. Jadi, terjemah, tafsir, dan takwil memiliki perbedaan
dalam hal jenis makna yang diungkapkan, pendekatan yang digunakan, serta makna yang tersurat
atau tersirat.
Dalam pembelajaran ini, siswa dapat mengacu pada buku-buku seperti "Ulumul Quran" yang
mencakup kaidah-kaidah tafsir, atau "Tafsir Gaya Profesor Quraisy Shihab" dan "Mana Ulkonton"
dalam bahasa Indonesia. Membaca secara bertahap dan mendalam akan membantu siswa
memahami dengan lebih jelas konsep-konsep terjemah, tafsir, dan takwil. Penting bagi siswa untuk
memahami konsep-konsep ini

ANALISIS KB 2
KRITERIA KE-SHAHIH-AN HADIS MENURUT AL-KHATHIB AL-BAGHDADI DALAM KITAB AL-
KIFAYAH FI ‘ILM AL-RIWAYAH
Nama : Muhsin, M.Pd.I
Assalamu‘Alaikum, Wr. Wb.
Bapak Dosen yang terhormati
Setelah membaca materi Artikel 2, maka saya dapat menganalisis dan menyimpulkan materi bahan
ajar yaitu sebagai berikut:
Komponen Analisa bahan ajar :
a. Tuliskan minimal 3 (tiga) konsep beserta deskripsinya yang Anda temukan di dalam bahan ajar;
b. Lakukan kontekstualisasi atas pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas sosial;
c. Merefleksikan hasil kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran bermakna
Jawaban
A. Tuliskan minimal 3 (tiga) konsep beserta deskripsinya yang Anda temukan di dalam bahan
ajar;
1. Pernyataan pertama menekankan bahwa hadis diterima sebagai hujjah apabila hadis tersebut
sanad-nya bersambung dan tidak terputus, yang diriwayatkan oleh periwayat yang tidak majhul dan
tidak majruh dalam meriwayatkan hadis tersebut. Pada pernyataan kedua, al-Khathib menambahkan
istilah periwayat yang tsiqah dan sanad tersebut berakhir pada Rasulullah Saw, beliau juga
menyinggung pembahasan ada’ wa tahammul al-hadits, yaitu al-kitabah. Pernyataan ketiga
menjelaskan tentang thabaqat al-sanad (tingkatan sanad), dimulai dari al[1]mukharrij yang shalih, dari
tabi’ al-tabi’in yang shalih, dari tabi’, dari shahabi, dari Rasulullah Saw, dari Jibril As, dan berakhir
pada Allah Swt yang dikenal dengan istilah hadis qudsi. Al-Khathib juga menguraikan istilah musnad,
mursal, mu’dhal, marfu’, mawquf, munqathi’, mudallas, tadlis al-syuyukh. Semua istilah ini berkaitan
erat dengan unsur bersambung atau tidaknya sebuah sanad
2. Tentang perawi bersifat adil, Al-Khathib menyatakan bahwa ‘adl yang dimaksud adalah ‘adl yang
merujuk pada konsistensi seseorang dalam beragama, bermazhab salim, jauh dari sifat fasiq, dan
apa-apa yang akan menjatuhkan ke-‘adalah-annya, baik dari perbuatan lima panca indra ataupun
perbuatan hati.51 Beliau juga merujuk pada hadis Nabi Saw
3. Menurut al-Khathib, suatu matan hadis jika tidak diriwayatkan secara tawatur akan dapat
dibenarkan bila akal menunjukkan akan kebenarannya, seperti adanya sang pencipta, perihal
barunya wujud manusia, dan juga dapat dilihat dari tanda-tanda kebenaran yang diperlihatkan oleh
Allah Swt melalui tangan para Nabi dan RasulNya dan ini akan menuntut akal untuk mengakui
kebenarannya. Dari keterangan di atas terlihat al-Khathib melakukan pengujian matan hadis dengan
akal sehat manusia. Al-Khathib menyatakan kewajiban menolak hadis yang terdapat di dalamnya
sesuatu yang mustahil (tidak masuk akal) dan diingkari oleh akal manusia dengan berpedoman
kepada sebuah hadis

B. LAKUKAN KONTEKSTUALISASI ATAS PEMAPARAN MATERI DALAM BAHAN AJAR


DENGAN REALITAS SOSIAL;
1. Dalam kontekstualisasi materi dalam bahan ajar dengan realitas social, bahwa sekarang sudah
banyak orang yang sering mengatakan bahwa ini hadis nabi padahal bukan .
2. Dalam rentang waktu yang begitu lama mayoritas hadis diriwayatkan melalui lisan dan
meninggalkan berbagai polemik seperti hadis palsu dan inkar sunnah. Oleh karena itu, para ahli
merasa perlu melakukan penelitian terhadap hadis, baik dari segi sanad ataupun matan.
Pemeliharaan terhadap hadis telah dilakukan sejak masa Rasulullah Saw dengan memastikan
periwayatan berasal dari Rasulullah Saw.
3. Setelah wafatnya Rasululullah Saw usaha shahabat lebih kritis dengan menghadirkan beberapa
saksi atau sumpah dalam periwayatan, bahkan melakukan rihlah ke berbagai negeri untuk
memastikan hadis tersebut berasal dari Rasulullah Saw.
C. MEREFLEKSIKAN HASIL KONTEKSTUALISASI MATERI BAHAN AJAR DALAM
PEMBELAJARAN BERMAKNA
Merefleksikan hasil kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran bermakna tentang bu
Bakr Ahmad ibn ‘Ali al-Khathib al[1]Baghdadi telah menetapkan kriteria ke-shahih-an hadis dalam
kitabnya al-Kifayah fi ‘Ilm al-Riwayah. Terdapat tiga unsur yang berkaitan dengan sanad: 1) Sanad
bersambung, yang mana diriwayatkan oleh periwayat yang ’adil dan dhabith dari periwayat yang ’adil
dan dhabith dalam proses tahammul wa ada`; 2) Periwayat bersifat ’adil dalam arti terpercaya dalam
konsistensi keberagamaan yang dapat diukur dengan Islam, baligh, berakal, selamat dari kefasikan,
dan hal-hal yang merusak harga diri; 3) Periwayat dhabith, yaitu kondisi sadar, terjaga, dan kokoh
saat menerima hingga menyampaikan hadis. Adapun yang berkaitan dengan matan, yaitu: 1) Matan
terhindar dari syadz, yaitu pertentangan periwayatan yang tsiqah, baik terhadap periwayat yang lebih
tsiqah atau periwayat tsiqah yang banyak; s) Matan terhindar dari ’illat terlihat dari pengujian hadis
dengan al-Qur’an, hadis mutawatir, ijma’ qiyas, dan akal sehat. Kajian kriteria ke-shahih-an hadis
menurut tokoh hadis al-Khathib al-Baghdadi bertujuan untuk memperluas dan memperdalam kajian
tentang kriteria ke-shahih-an hadis. Penulisan ini tidak mutlak benar dan masih membutuhkan
penelitian kritis lebih lanjut dari para peminat hadis.
Penerapan hadis dalam pembelajaran agar peserta didik dapat membedakan tentang macam-macam
hadis.

Anda mungkin juga menyukai