Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penerjemahan sangatlah penting dalam segala bidang kehidupan. Seperti kita

ketahui, penerjemahan melibatkan bahasa dan sistem kebahasaan yang cukup

kompleks yang pastinya berkembang dan berbeda antara satu bahasa dengan bahasa

yang lain. Karena tidak semua penerjemah mengetahui sistem yang berlaku pada

bahasa sumber, hal tersebut tentunya menjadikan kesulitan tersendiri bagi seorang

penerjemah dalam menerjemahkan. Disamping itu, penerjemah pun akan menghadapi

satu permasalahan lagi dimana bahasa juga berkembang dan itu menyebabkan

munculnya kata, frase, idiom ataupun sistem kebahasaan yang baru pada suatu bahasa

yang mungkin tidak diketahui oleh penerjemah.

Jelaslah bahwa kompleksitas dan perkembangan dari sistem kebahasaan

menimbulkan suatu permasalahan dalam penerjemahan. Namun, tidaklah akan ada

pemasalahan dan kesulitan jika tidak ada alternatif pemecahannya. Untuk mengatasi

kesulitan yang disebutkan sebelumnya, terlebih dahulu kita harus memahami ilmu

tentang penerjemahan. Setelah itu ketika kita akan menerjemahkan suatu informasi

atau teks dari suatu bahasa sumber kedalam bahasa sasaran, kita harus mengetahui

dan mempelajari sistem kebahasaan yang berlaku pada bahasa sumber secara tepat.

Kemudian, sebagai seorang penerjemah, kita pun dituntut untuk mengikuti

perkembangan suatu bahasa sumber khususnya.

Dengan begitu, setidaknya kesulitan dan permasalahan terjemahan pun akan

sedikit berkurang. Seperti yang disebutkan sebelumnya, penerjemahan memang

penting dalam aspek kehidupan apapun itu. Namun, seorang penerjemah terkadang

1
menghadapi beberapa kesulitan karena kompleksitas sistem suatu bahasa. Maka,

seorang penerjemah pun perlu memahami betul tentang hal tersebut. Apabila seorang

penerjemah telah memiliki pemahaman yang baik dalam menghadapi suatu

permasalahan penerjemahan, maka proses penerjemahan pun akan lebih mudah.

Maka dari itu, dalam makalah ini akan dijelaskan teori tentang penerjemahan beserta

model penerjemahan yang disusun oleh translator-translator terdahulu.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana tingkat referensi dalam proses penerjemahan?

2. Bagaimana tingkat kohesif dalam proses penerjemahan?

3. Bagaimana tingkat kealamian dalam proses penerjemahan?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui tingkat referensi dalam proses penerjemahan.

2. Untuk mengetahui tingkat kohesif dalam proses penerjemahan.

3. Untuk mengetahui tingkat kealamian dalam proses penerjemahan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TINGKAT REFERENSIAL

Menurut KBBI referensial adalah berhubungan dengan referensi sedangkan

referensi itu sendiri adalah sumber acuan (rujukan, petunjuk). Referensial yang sejalan

dengan tingkat tekstual. Dalam tataran referensial, seorang penerjemah juga

memperhatikan istilah atau terminologi dalam teks. Kemudian, pencarian sumber referensi

sesuai dengan istilah yang berkaitan itu. Dalam hal ini, ketika menemukan ketidakjelasan

dalam teks atau ketaksaan (ambiguitas) bahkan suatu ungkapan yang terasa asing, pastinya

kita akan bertanya-tanya sendiri ataupun kebingungan. Penerjemah membutuhkan tidak

hanya kamus ekabahasa tapi juga tesaurus, ensiklopedia, glosari, buku-buku, majalah,

koran hingga pencarian di internet.

 Level referensial beroperasi pada konten ST. Ini berkaitan dengan pesan atau

makna teks.

 Pada level ini Anda mendekode makna teks sumber dan membangun

representasi konseptual.

 Di sinilah Anda menyederhanakan kata-kata dan frasa polisem.

 Di sini Anda men-dekripsi idiom dan ekspresi figuratif

 Di sinilah Anda mengetahui fungsi pragmatis dari teks Sumber.

 Ketika Anda menerjemahkan kode ST, Anda menyandikannya ke dalam

ekspresi bahasa target yang sesuai.

Level referensial dan level tekstual sangat terkait karena bahasa teks sumber

menyampaikan pesan, dan kita dapat menggunakan bahasa untuk mengkode pesan ke teks

target.

3
e.g.. 1. “Bupati Tegalsari telah memutuskan akan membangun hunian sementara untuk

tempat tinggal para pendatang yang telah mempunyai pekerjaan”

Kata “hunian” termasuk ke dalam kata bermakna referensial. Arti dari kata

“hunian” adalah tempat tinggal atau kediaman yang dihuni.

2. ”Tubuh anak itu tidak tahan terhadap serangan virus dan bakteri karena tidak

mempunyai antibodi.”

Kata “antibodi” termasuk ke dalam kata bermakna referensial. Arti dari kata

“antibodi” adalah zat yang dibentuk dalam darah dan berfungsi untuk memusnahkan

bakteri atau virus.

B. TINGKAT KOHESIF

Menurut KBBI kohesif adalah melekat satu dengan yang lain, padu, berlekatan.

Level kohesif menghubungkan level tekstual dan referensial. Ini berkaitan dengan bentuk

dan makna teks. Newmark mengidentifikasinya sebagai mood teks sementara yang lain

menyebutnya nada teks. Bahkan, nada adalah sikap penulis terhadap teks dan suasana

hati adalah sikap pembaca terhadap teks. kata-kata nada bisa negatif, netral, dan positif.

Tone/Nada : hanyalah sikap penulis terhadap subjek. Anda dapat mengenali nada

/ sikap berdasarkan pilihan bahasa / lingkungan yang digunakan penulis. Bahasanya akan

mengungkapkan perspektif / pendapatnya (yaitu, apakah itu positif / negatif) tentang

subjek. Nada harus disimpulkan melalui penggunaan kata-kata deskriptif.

Mood/ Suasana hati adalah keseluruhan perasaan atau emosi yang diciptakan

dalam pembaca. Penulis "menggerakkan" para pembaca mereka melalui pilihan kata dan

tingkat kerincian mereka.

4
"Kekuatan pena" dapat memindahkan gunung.

The “Power of the Pen” can move mountains.

Perangkat yang kohesif biasanya berupa kata atau frasa tunggal yang pada

dasarnya membuat teks menjadi satu. Tiga contoh dasar perangkat kohesif adalah

pengulangan kata, sinonim dan kata ganti

Kohesi adalah jaringan hubungan leksikal, gramatikal, dan lainnya yang

menghubungkan berbagai bagian teks. Hubungan atau ikatan ini mengatur dan, sampai

batas tertentu, membuat teks. misalnya, dengan mengharuskan pembaca untuk

menafsirkan kata-kata dan ungkapan-ungkapan dengan merujuk pada kata-kata dan

ungkapan lain dalam kalimat dan paragraf di sekitarnya. Kohesi adalah hubungan

permukaan dan itu menyatukan kata-kata dan ekspresi yang sebenarnya yang bisa kita

lihat atau dengar. Halliday dan Hasan mengidentifikasi lima perangkat kohesif utama

dalam bahasa Inggris: referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, dan kohesi leksikal.

Dalam tataran kohesif, terdapat dua faktor yang perlu ditinjau: struktur dan

suasana hati (mood). Pertama, Seorang penerjemah perlu meninjau kekohesifan teks

setelah diterjemahkan terutama hubungan antara kata atau kalimat pada teks. Kita akan

lebih memerhatikan kata penghubung (konjungsi) berupa kata atau ungkapan

penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan antarkalimat. Kedua, faktor ini juga

disebut faktor dialektikal. Penerjemahan juga tergantung pada suasana hati penerjemah.

Hal ini behubungan dengan perasaan, emosi, netralitas penerjemah. Biasanya

pernejemahan ini terjadi pada kata sifat, ungkapan idiomatis, dan suatu peristiwa.

Pada sublevel struktural, Anda menyelidiki bagaimana berbagai konektor, seperti

konjungsi, pengulangan atau pengulangan enumerasi, artikel dan penentu yang pasti,

label kategori umum, tanda baca sinonim, konjungsi tanda baca sederhana dan kompleks,

5
kalimat tautan dan struktur teks dan apa yang disebut Newmark sebagai kereta

pemikiran-yang pada dasarnya adalah struktur informasi yang mendasarinya.

Anda membangun nada dengan menemukan apa yang disebut bagian yang sarat

nilai dan bebas nilai, seperti bit subyektif dan obyektif, eufemisme, dan perangkat

pembingkaian lainnya, yang menggambarkan strategi penyajian sesuatu secara linguistik

dalam perspektif nilai dan pandangan dunia sendiri. , dengan cara mempromosikan ini.

Seorang penulis akan sering menggunakan bahasa emosional yang diberi nilai untuk

memengaruhi pendapat kami. Kata-kata ini mencerminkan bias penulis dan dapat

mengungkapkan pendapat atau bias positif atau negatif terhadap penerima. Terkadang

kata-kata ini disebut sebagai kata-kata yang dimuat. Semua ini harus entah bagaimana

ditransfer ke teks target sehingga Anda mencapai kesetaraan maksimal pada tingkat ini.

e.g : “Aku pergi dengan Jo pada hari Minggu. Dia tampak mengerikan. "

kata ’Dia’ jelas mengacu pada Jo, tidak perlu mengulang namanya.

C. TINGKAT KEALAMIAN

Dalam tataran alamiah, penerjemah harus meyakinkan bahwa terjemahannya

masuk akal, terlihat alamiah atau tidak terasa hasil penerjemahan. Artinya, teks harus

dengan bahasa yang wajar, tata bahasa yang tidak kaku, serta menggunakan ungkapan-

ungkapan yang sesuai dengan tema di teks. Pastinya pula, teks dapat dengan mudah

dimengerti dan diterima oleh pembaca.

Tingkat terjemahan keempat dan terakhir adalah tingkat Kealamian di mana

seorang penulis atau pembicara menggunakan cara khususnya menulis dalam bahasa

biasa menggunakan tata bahasa, idiom, dan kata-kata umum dalam situasi tertentu.

Kealamian tergantung pada hubungan antara pembicara dan penulis serta topik atau

situasi. Apa yang alami dalam satu situasi bisa tidak alami dalam situasi lain. Sangat

6
membingungkan untuk melekatkan kealamian dengan gaya bahasa sehari-hari, idiom,

jargon, dan bahasa formal.

Level ini berorientasi pada teks target, dengan fokus khusus pada konstruksi teks

target. Penting bahwa

1. Teks target masuk akal.

2. Teks target dibaca secara alami seperti teks lain yang dikomposisikan dalam

bahasa target Ini tampaknya lebih sulit dari yang diharapkan, karena

seseorang cenderung mereproduksi banyak struktur tata bahasa, frasa dan

kata-kata yang alami dalam bahasa sumber tetapi, sementara mungkin dalam

bahasa target, yang tidak terasa alami seperti itu dalam bahasa target.

Yang membuat segalanya lebih rumit adalah bahwa kealamian seringkali

tergantung pada situasi, sehingga sesuatu mungkin tampak alami dalam satu konteks

tetapi tidak alami dalam konteks lain. Yang terbaik, mungkin satu-satunya cara, untuk

memastikan kealamian adalah dengan membaca terjemahan Anda dan melihat bagian-

bagian yang terdengar tidak wajar dan mengubah mereka menjadi sesuatu yang

terdengar lebih alami. Ini adalah sesuatu yang dilewati kebanyakan orang ketika mereka

menerjemahkan.

Keempat tataran tersebut sebaiknya dipadukan ketika menerjemahkan karena

penerjemahan merupakan suatu diskusi yang dilakukan sendiri dengan ditemani beberapa

referensi.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari materi tersebut dapat kami simpulkan bahwa keempat tingkat kemampuan

dalam proses menerjemahkan memiliki keterkaitan . Level referensial dan level tekstual

sangat terkait karena bahasa teks sumber menyampaikan pesan, dan kita dapat

menggunakan bahasa untuk mengkode pesan ke teks target. Level kohesif

menghubungkan level tekstual dan referensial. Ini berkaitan dengan bentuk dan makna

teks. Newmark mengidentifikasinya sebagai mood teks sementara yang lain menyebutnya

nada teks. Tingkat terjemahan keempat dan terakhir adalah tingkat Kealamian di mana

seorang penulis atau pembicara menggunakan cara khususnya menulis dalam bahasa biasa

menggunakan tata bahasa, idiom, dan kata-kata umum dalam situasi tertentu.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai