BAB I
PENDAHULUAN
menulis
merupakan
salah
satu
pembelajaran
yang
memerlukan perhatian khusus baik oleh guru mata pelajaran atau pihak-pihak
yang terkait dalam penyusunan kurikulum pembelajaran. Saat ini pembelajaran
menulis lebih banyak disajikan dalam bentuk teori, tidak banyak melakukan
praktik menulis. Hal ini menyebabkan kurangnya kebiasaan menulis siswa
sehingga mereka sulit menuangkan ide mereka dalam bentuk tulisan.
Keterampilan menulis yang tidak diimbangi dengan praktik menjadi salah
satu faktor kurang terampilnya siswa dalam menulis. Siswa pada sekolah
menengah atas seharusnya sudah lebih dapat untuk mengekspresikan gagasan,
pikiran, dan perasaannya secara tertulis. Namun pada kenyataannya, kegiatan
menulis belum sepenuhnya terlaksana. Menyusun suatu gagasan, pendapat, dan
pengalaman menjadi suatu rangkaian berbahasa tulis yang teratur, sistematis, dan
logis bukan merupakan pekerjaan mudah, melainkan pekerjaan yang memerlukan
latihan terus-menerus. Menurut Akhadiah (1988: 2), tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks,
yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan.
materi
pasif dan
media
komik
diharapkan
membuat
siswa
mudah
dalam
medianya,
tetapi
yang
lebih
adalah
fungsi
dan
mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang
ditata dan diciptakan oleh guru. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru
sebaiknya adalah media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan
demikian, penggunaan media akan membantu siswa dalam menguasai tujuan
pembelajaran secara maksimal. Media yang dipilih untuk meningkatkan
kemampuan menulis cerpen adalah media komik. Media komik temasuk ke dalam
media visual. Media komik merupakan media yang berbentuk gambar kartun
yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang
erat dihubungkan dengan gambar (Sujana dan Rifai, 2010: 64). Gambar atau
lambang visual dapat menggugah
cerpen. Proses penulisan cerita ini akan mendorong siswa untuk lebih aktif dan
kreatif serta dapat memberikan hasil yang diharapkan.
1.2 Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah Apakah media komik dapat
meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas VII SMP Negeri 3
Kolaka?
1.3 Tujuan Penelitian
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dalam
menumpahkan
semua
gagasan,
pikiran,
pengalaman
dan
pandangannya. Oleh karena itu, salah satu keterampilan berbahasa yang harus
dikuasai dalam komunikasi adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis
adalah suatu proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Ide atau
gagasan tersebut kemudian dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat, selain
bertujuan
untuk
menyenangkan
para
pembaca,
10
menjelajahiserta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasangagasannya sendiriagar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Tujuan-tujuan yang telah dipaparkan menjadi suatu jawaban dari
pertanyaan yang diajukan oleh beberapa orang tentang apa yang kita tuju dalam
kegiatan menulis?. Selain mempunyai tujuan, menulis cerpen juga mempunyai
beberapa fungsi di mana menulis membantu seseorang berfikir. Menulis itu
sendiri digunakan sebagai suatu alat yang sangat ampuh dalam belajar yang
dengan sendirinya memainkan peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Dengan adanya tujuan untuk melakukan kegiatan menulis, menulis juga
mempunyai fungsi. Enre (1988: 6) menyatakan fungsi menulis sebagai berikut.
1) Menulis menolong kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui.
Menulis mengenai suatu topik merangsang pemikiran kita mengenai topik
tersebut dan membantu kita membangkitkan pengetahuan dan pengalaman
yang tersimpan dalam bawah sadar.
2) Menulis menghasilkan ide-ide baru. Tindakan menulis merangsang
pemikiran kita untuk mengadakan hubungan, mencari pertalian dan
menarik persamaan (analogi) yang tidak akan pernah terjadi seandainya
kita tidak mulai menulis.
3) Menulis membantu mengorganisasikan pikiran kita, dan menempatkannya
dalam suatu bentuk yang berdiri sendiri. Ada kalanya kita dapat
menjernihkan konsep yang kabur atau kurang jelas untuk diri kita sendiri,
hanya karena kita menulis mengenai hal itu.
11
12
harus memenuhi ciri-ciri tulisan yang baik. Selain itu, banyak penyuting dan
kritikus yang mempunyai standar tersendiri sehingga tulisan dapat dikatakan
tulisan yang baik. Enre (1988: 8), menyatakan tulisan yang baik ialah tulisan yang
berkomunikasi secara efektif dengan pembaca kepada siapa tulisan itu
ditunjukkan. Enre (1988: 8-11) menyatakan ciri-ciri tulisan yang baik antara lain
sebagai berikut.
1) Tulisan yang baik selalu bermakna
Tulisan yang baik harus mampu menyatakan sesuatu yang
mempunyai makna bagi seseorang dan memberikan bukti terhadap apa
yang dikatakan itu.
2) Tulisan yang baik selalu jelas
Sebuah tulisan dapat disebut jelas jika pembaca yang kepadanya
tulisan itu ditunjukkan dapat membacanya dengan kecepatan yang tetap
dan menangkap maknanya sesudah itu berusaha dengan cara yang wajar.
3) Tulisan yang baik selalu padu dan utuh
Sebuah tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat
mengikutinya dengan mudah karena ia diorganisasikan dengan jelas
menurut suatu perencanaan dan karena bagian-bagiannya dihubungkan
satu dengan yang lain, baik dengan perantara pola yang mendasar atau
dengan kata atau frase penghubung.
13
14
concentration
panjang cerita dan kualitas struktural yang diisyaratkan oleh panjang cerita itu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen
adalah cerita pendek yang memiliki komposisi lebih sedikit dibanding novel dari
segi kependekan cerita, memusatkan pada satu tokoh, satu situasi dan habis sekali
baca.
2.2.2 Unsur-unsur Pembangun Cerpen
Cerpen merupakan bentuk karya sastra fiksi yang menarik untuk dibaca
yang disebabkan cerita yang disajikan pendek, tokoh terbatas, dan terdiri satu
situasi. Cerpen juga tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling
berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara unsur-unsur
15
amat
penokohan,
latar(setting), sudut pandang (poin of view), gaya bahasa, tema, dan amanat.
diartikan
tidak
hanya
sebagai
peristiwa-peristiwa
yang
menghadapi berbagai
16
2) Penokohan
Tokoh dan penggambaran karakter tokoh yang terdapat dalam cerpen
bersifat terbatas. Baik dari karakter fisik maupun sifat tokoh tidak
digambarkan secara khusus hanya tersirat dalam cerita yang disampaikan
sehingga pembaca harus merekonstruksikan sendiri gambaran yang lebih
lengkap tentang tokoh itu.
3) Latar (setting)
Pelukisan latar cerita jumlahnya juga terbatas. Cerpen tidak
memerlukan detail-detail khusus tentang keadaan latar. Penggambaran
latar dilakukan secara garis besar dan bersifat implisit, namun tetap
memberikan suasana tertentu yang dimaksudkan.
4) Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang dikatakan sebagai cara yang digunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai
peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah cerita fiksi kepada
pembaca
atau
unsur
fiksi
yang
mempersoalkan
siapa
yang
menentukkan atau dari posisi mana (siapa) peristiwa atau tindakan itu
dilihat.
5) Gaya bahasa
17
Diksi atau gaya bahasa merupakan unsur fiksi yang terkait dengan
pemakaian pilihan kata dan bahasa dalam sebuah fiksi.
6) Tema
Dalam cerpen hanya terdiri satu tema saja. Hal ini terkait dengan
ceritanya yang pendek dan ringkas. Selain itu, plot cerpen yang
bersifat tunggal hanya memungkinkan hadirnya satu tema utama saja
tanpa ada tema-tema tambahan.
7) Kepaduan
Kepaduan di dalam cerpen diartikan segala sesuatu yang
diceritakan bersifat dan berfungsi mendukung tema utama. Peristiwa
yang saling
18
psikologi
terhadap
siswa.
Media
pengajaran
dapat
membangkitkan rasa senang dan rasa gembira bagi para siswa, sehingga media
dapat membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta
menghidupkan proses pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, media pengajaran
juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, menyajikan data
dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan
informasi (Arsyad, 2002:16).
Sujana dan Rivai (2010:2) memaparkan manfaat media pengajaran dalam
proses pembelajaran antara lain; (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, (2) bahan pengajaran akan
lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan
19
20
Dalam
memilih
media
untuk
kepentingan
pengajaran
sebaiknya
komikos (Nugroho. E, 1990:54). Pada awalnya, komik bersifat humor, lucu, dan
menghibur. Namun dalam perkembangannya, tema yang diangkat semakin meluas
sehingga muncul tema-tema yang bersifat petualang maupun fantasi. Popularitas
komik yang semakin meluas ini menarik perhatian banyak ahli hingga muncul
kecenderungan untuk menyetujui komik sebagai media komunikasi.
21
mengkonkretkan,
melengkapi,
dan
memperkuat
sesuatu
yang
22
23
24
BAB III
METODE PENELITIAN
25
perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
Tindakan
26
Refleksi
SIKLUS II
Tindakan
Pengamatan
27
Subjek penelitian yang dikenai tindakan adalah kelas VII yang berjumlah
33 siswa, sebab pada kelas tersebut terdapat kendala dalam pembelajaran praktik
menulis cerpen. Penentuan kelas VII yang berkategori sedang sebagai subjek
penelitian dimaksudkan agar penelitian tidak biasa. Objek dalam penelitian ini
adalah kemampuan siswa dalam menulis cerpen, khususnya siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Kolaka.
3.4 Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus
dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Alokasi waktu untuk setiap pertemuan
2x40 menit. Dalam pelaksanaannya, masing-masing siklus mengikuti tahap-tahap
yang ada dalam penelitian tindakan kelas, yaitu tahap pertama perencanaan, tahap
kedua implementasi tindakan, tahap ketiga pengamatan, dan tahap terakhir
refleksi.
3.4.1 Siklus I
Prosedur pelaksanaan tindakan dan implementasi tindakan di kelas VII
SMP Negeri 3 Kolaka dalam siklus pertama adalah sebagai berikut.
1) Perencanaan
Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator dalam hal ini guru,
menetapkan alternatif tindakan dalam upaya peningkatan keadaan dan
kemampuan siswa dalam pembelajaran praktik menulis cerpen. Pertama-tama
28
29
2) Implementasi Tindakan
Tahapan pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dan rencana yang
sudah dirancang sebelumnya tindakan yang dilakukan pada siklus 1, yaitu Mulamula untuk memberikan pemahaman siswa tentang cerpen, guru mengajak siswa
untuk berdiskusi tentang pengertian cerpen dan apa saja unsur pembentuk sebuah
cerpen. Setelah selesai, guru melanjutkan dengan menjelaskan tentang media yang
akan digunakan dalam praktik menulis cerpen, yaitu menggunakan komik. Guru
menjelaskan tentang komik dan bagaimana langkah-langkah praktik menulis
cerpen dengan komik. Guru memberikan contoh bentuk komik dan menjelaskan
langsung penerapan langkah-langkah menulis puisi dengan menggunakan komik.
Pada tindakan selanjutnya, guru membagikan komik. Siswa diajak untuk
mencoba menulis cerpen dengan menggunakan komik tersebut.
3) Pengamatan
Saat pembelajaran praktik menulis cerpen berlangsung, mahasiswa peneliti
Mengamati
kesesusaian
perencanaan
pembelajaran
dan
pelaksanaan
pembelajaran, hal yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran,
30
aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan reaksi siswa terhadap penggunaan media
komik dalam praktik menulis cerpen. Mahasiswa peneliti juga mengamati peran
guru dalam proses pembelajaran menulis cerpen dengan media komik.
Pengamatan tersebut kemudian didokumentasikan. Selain dari mahasiswa peneliti,
guru juga membuat catatan-catatan mengenai pelaksanaan pembelajaran menulis
komik dengan meggunakan media komik.
4) Refleksi
Mahasiswa peneliti bersama kolaborator dalam hal ini guru, berusaha
memahami proses, masalah, dan kendala yang ditemui dalam implementasi
tindakan dengan berdiskusi. Hasil pengamatan yang telah dideskripsikan dalam
bentuk catatan lapangan oleh mahasiswa peneliti dan catatan-catatan dari guru,
didiskusikan bersama-sama untuk mengidentifikasi permasalahan yang perlu
diperbaiki.
3.4.2 Siklus II
Siklus kedua pada penelitian ini juga dilakukan sebanyak dua kali
pertemuan untuk memperbaiki segala kekurangan yang terjadi pada siklus
pertama. Pada siklus pertama produk yang dihasilkan dari siklus 1 adalah hasil
karya cerpen siswa. Setelah itu, guru melihat hasil dari karya siswa dan
melakukan diskusi mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami siswa.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
31
Penelitian tindakan kelas ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data
kualitatif berupa data perilaku siswa selama dalam proses penulisan cerpen
dengan menggunakan media komik. Data kuantitatif berupa tingkat kemampuan
siswa yang ditunjukkan dengan nilai tes menulis cerpen. Sumber data diambil
pada saat dan sesudah proses belajar mengajar Bahasa Indonesia. Data yang
diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa cara yaitu:
1. Observasi atau Monitoring Kelas
Observasi atau monitoring kelas dilakukan untuk memperoleh data tentang
perilaku siswa dan perilaku guru dalam proses pembelajaran. Melalui observasi
atau monitoring kelas dapat diketahui bagaimana keaktifan, minat dan antusias
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu dapat diketahui juga
bagaimana aktifitas guru dalam proses mengajar.
Observasi kelas dilakukan dengan berpegang pada pedoman observasi dan
didukung oleh fotografi.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti dengan guru pelaku tindakan. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh data tentang kemampuan penulisan cerpen siswa
dan kendala yang dihadapi guru saat mengajarkan apresiasi sastra khususnya
penulisan cerpen.
3. Angket
32
33
dan kotak kartu mimpi, observasi atau monitoring kelas, dokumen tugas siswa,
dan angket. Selain itu, dokumentasi yang berupa foto-foto pelaksanaan penelitian
juga diikutsertakan agar data yang diperoleh lebih akurat.
34
Keterangan
Amat Baik
75 persen 84 persen
Baik
60 persen 74 persen
Cukup
40 persen 59 persen
Kurang
0 persen 39 persen
Gagal
DAFTAR PUSTAKA
35