SKRIPSI
OLEH :
[
BAHARUDDIN
NIM. E1A1 13102
FAKULTAS HUKUM
2017
MOTTO
PERSEMBAHAN UNTUK
Ibunda tersayang
Dan semangat
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
semesta alam. Segala puji dan puja bagi-Nya atas perkenan-Nya dalam menyelesaikan
skripsi ini taklupa shalawat dan salam terhaturkan untuk Sang Baginda Rasulullah SAW
Penyelesaian skripsi ini adalah hal yang membanggakan bagi penulis hingga saat
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada orang tua penulis ayah handa dan ibunda penulis, yang tidak mampu
saya sebutkan kebaikan dan jasa-jasanya serta pengorbanan yang selama ini beliau
berikan kepada penulis. Terima kasih kepada istriku Putri Yunita yang senantiasa
mendukung dan menamani setiap langkah penulis dalam menjalani kehidupan dan
menjadi penyemangat bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini terimah kasih
Kolaka, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak oleh sebab itu dalam
Kolaka
3. Ibu Riezkha Eka Mayasari, SH.,MH sebagai ketua Prodi Fakultas Hukum yang
telah dengan senang hati dan penuh perhatian memberikan bimbingan kepada kami.
4. Ibu Yeni Haerani, SH.MH sebagai pembimbing yang telah memberikan perhatian
telah dengan ikhlas memberi pengajaran kepada penulis selama dibangku kuliah
yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam
terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
Kolaka, 2017
Penulis
BAHARUDDIN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN.. ii
KATA PENGANTAR... vi
ABSTRAK... vii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
A. Latar Belakang.............. 1
B. Rumusan Masalah. 5
C. Tujuan Penelitian.. 5
D. Manfaat Penelitian 6
E. Definisi Operasional..... 7
A. Perkawinan.... 9
1. Pengertian Perkawinan.9
2. Tujuan Perkawinan.. 15
2. Harta bawaan.. 63
3. Harta Hadia. 64
4. Harta Warisan.. 64
A. Jenis Penelitian.. 66
B. Sifat Penelitian... 66
E. Analisa Data.. 68
F. Sistematika Penulisan .. 69
BAB V PENUTUP.. 84
A. Kesimpulan.. 84
B. Saran. 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.1 Sebagai masyarakat yang bersifat multi etnik, suku bangsa, agama dan
ras, bangsa Indonesia bukan saja kaya akan sumber daya alam yang melimpah
tetapi juga kaya akan kebudayaan adat istiadat yang berbeda antara daerah yang
nasional. Hal ini terjadi pula di kalangan masyarakat Tolaki, sebagai bagian dari
bangsa Tolaki senantiasa disertai dengan berbagai upacara. Hal ini bertujuan
adanya dua bentuk perkawinan yakni perkawinan normal atau perkawinan ideal
dan perkawinan yang tidak normal. Perkawinan normal atau perkawinan ideal
1
Pasal 1 Undang- Undang Perkawinan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974
yang terjadi sesuai dengan harapan orang tua yang tata urutannya mengikuti
urutan yang telah ditetapkan oleh adat yakni tahap metiro atau metitiro
2. Mosoro Orongo Perkawinan Mosoro Orongo dapat terjadi karena dua hal:
3. Mosula Inea adalah perkawinan di mana dua orang bersaudara (laki-laki dan
perempuan) yang sekandung kawin dengan orang lain yang juga merupakan
anaknya di mana masing-masing dari satu keluarga memiliki dua orang anak
laki-laki dan keluarga lainnya memiliki dua orang anak perempuan. Anak
laki-laki tertua mendapatkan anak gadis tertua dan yang muda mendapatkan
2
Muh Satria, S.H.M.Kn Mempertimbangkan Kembali Inkulturasi dalam Perkawinan Adat Tolaki
di Kabupaten Konawe Hal 10
Perkawinan yang tidak normal merupakan perkawinan yang terjadi di
mana di dalamnya terdapat masalah, atau dapat dikatakan perkawinan yang tidak
mengikuti tata aturan dari adat perkawinan suku Tolaki. Perkawinan yang tidak
normal terbagi atas dua bagian yakni mesokei dan umoapi. Dalam adat mesokei
2. Mombolasuako. Perkawinan jenis ini dapat terjadi karena tiga hal yakni:
a) Molasu, di mana seorang laki-laki dan seorang gadis setuju untuk lari
bersama (biasanya mereka lari menuju rumah Imam, tokoh adat, atau lari
lari bersama karena orang tua dari si gadis tidak menyetujui hubungan
untuk kawin lari atau karena seorang gadis mengadu kepada imam atau
tokoh adat jika dia melihat gelagat yang kurang baik dari si laki-laki,
intim.
3. Bite Nggukale. Perkawinan jenis ini terjadi jika seorang laki-laki dan
pemerintah, tokoh agama, dan keluarga bahwa selama ini mereka telah
4. Somba labu. Kata somba dalam bahasa Tolaki berarti berlayar, dan labu
sarapu dan umoapi wali. Perkawinan jenis ini terjadi jika seorang laki-laki
perkawinan yang sangat terlarang dan bagi Suku Tolaki ini merupakan
pelanggaran berat. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan Suku
dalam perhelatan tersebut yakni mahar dalam bahasa Tolaki disebut Somba
yang artinya uang atau harta dari pihak keluarga laki-laki yang diberikan kepada
islam dan hukum adat Tolaki. Masalah adat perkawinan masyarakat Tolaki
merupakan suatu yang rumit, mulai dari prosesi pelamaran sampai dengan akad
nikah dan seserahan seperti Erang-erang dengan jumlah 12 (duabelas) macam
yang mengiringi pengantaran mempelai laki-laki serta mahar atau Somba yang
harus diserahkan kepada mempelai wanita oleh pihak mempelai pria ke mempelai
ini pada prinsipnya bertujuan untuk memahami tentang harta bawaan yaitu harta
yang dibawa oleh suami dan isteri kedalam perkawinan dan harta benda yang
mempelai wanita oleh mempelai pria dan, suami istri tersebut bercerai si suami
memgugat istri bahwa masih ada hak si suami dalam harta yag sudah di jadikan
B. Rumusan Masalah
mengalami segala sesuatu dalam kehidupan yang belum diketahui dan agar dalam
pelaksanaan penelitian ini mencapai sasaran yang jelas dan sesuai dengan yang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
dilakukan selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi yang jelas kepada para pembaca skripsi ini dan
E. Definisi Operasional
1. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
2. Harta bawaan adalah harta benda yang telah dimiliki masing-masing suami-
oleh masing-masing pemiliknya yaitu suami atau istri. Artinya, seorang istri
harta bendanya masing-masing. Tetapi bila suami istri menentukan lain yang
bawaan dilakukan sesuai dengan isi perjanjian itu. Demikian pula bila terjadi
suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang
perempuan yang telah ditetapkan oleh adat dalam tradisi perkawinan adat
A. Perkawinan
1. Pengertin Perkawinan
Nikah atau kawin arti asli adalah hubungan seksual, tetapi menurut arti
majazi (methaporik) atau arti hukum ialah akad (perjanjian yang menjadikan halal
wanita).3
suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan
untuk mewujudkan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih
sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang diridoi oleh Allah.4 Anwar
suci untuk hidup sebagai suami isteri yang sah, membentuk keluarga bahagia dan
3
Mohd Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam. Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hal.
4
Ibid Hal 6
5
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan
Agamadan Zakat Menurut Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2006 Hal. 45
b. Membentuk keluarga bahagia dan sejahtera (makruf, sakinah, Mawadda, dan
rahmah)
maupun spiritual
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan Pasal 1
batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri, sedangkan
tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai dari Pasal 1 adalah Pasal
yang berisi tujuan yang diwujudkan dalam kenyataan sebagai perkawinan yang
dicita-citakan serta dijadikan pedoman bagi seluruh warga negara Indonesia yang
membentuk rumah tangga atau keluarga yang kekal dan bahagia berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa atau berdasarkan hukum agama,6 Jadi perkawinan
6
Hilman Hadikusuma,. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut: Perundangan, Hukum Adat,
Hukum Agama. Mandar Maju, Bandung, 1990, Hal. 7
menurut perundangan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani, tetapi unsur
Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
karena perjanjian dan di dasarkan atas kasih sayang (cinta), artinya ikatan
tersebut tidak cukup hanya bernilai ikatan lahir saja dan bersifat hubungan
formil, akan tetapi juga merupakan ikatan bathin yang mendasari ikatan
lahir tersebut supaya memiliki kekuatan (tidak rapuh) atau hanya hubungan
sesaat saja.
kedua-duanya harus berpadu kuat. Ikatan lahir merupakan ikatan yang dapat
seorang pria dan wanita untuk hidup bersama sebagai suami-isteri. Jadi
adanya suatu hubungan formal ini nyata, yang terjadi dari pihak-pihak yang
batin hubungannya tidak formal, artinya ikatan batin bisa disebut suatu ikatan
yang tidak nampak atau tidak nyata hanya dirasakan oleh pihak-pihak yang
7
Trusto Subekti, Bahan Pembelajaran Hukum Keluarga dan Perkawinan. Universitas Jenderal
Soedirman ,Purwokerto, 2010, Hal.23
akan tetapi menyangkut unsur batiniah. Ikatan batin inilah yang dapat
bahagia.
hubungan antara sesame jenis wanita (lesbian) atau sesama pria (gay atau
homo sex) sebagaimana yang sering kita dengar dan terjadi diluar Negeri,
Hubungan selain antara pria dan wanita tidaklah mungkin terjadi, jadi
pria atau seorang wanita juga tidak boleh melakukan perkawinan dengan
seorang wanita
Pernikahan yaitu akad sangat kuat atau miitsaaqan ghaliizhan, menaati perintah
a. Pergaulan yang maaruf (pergaulan yang baik), yaitu saling menjaga rahasia
masing-masing;
masa tua.8
a. Aspek Hukum
8
Mohd. Idris Ramulyo, Op.Cit, hal.4
1) Perkawinan tidak dapat dilakukan tanpa unsur sukarela dari kedua bela
pihak;
b. Aspek Sosial
pada mereka yang belum kawin. Khusus bagi kaum wanita dengan
sebagai istri dan wanita mendapat hak-hak tertentu dan dapat melakukan
tanpa batas dan tanpa bisa berbuat apa-apa, tetapi menurut Islam dalam
c. Aspek Agama
baik dan teratur, sebab perkawinan tidak hanya dipertalikan oleh ikatan
2. Tujuan Perkawinan
maka perkawinan mempunyai hubungan yang erat dengan agama atau kerohanian,
sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir atau jasmani saja, akan
agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.
hidup lahir dan batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan yakni kasih sayang
9
R. Suoetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme dalam Perundang-undangan Perkawinan
diIndonesia, Airlangga University Press, Surabaya, 2002, Hal.38
10
R. Suoetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme dalam Perundang-undangan Perkawinan di
Indonesia, Airlangga University Press, Surabaya, 2002, Hal.38
11
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat. Kencana, Jakarta, 2008, Hal. 22
Menurut Trusto Subekti dirumuskan dengan kalimat dengan tujuan
1) Keluarga
atas perkawinan yang sah, idealnya terdiri dari bapak, ibu, dan anak-
anaknya. Tanpa adanya anakpun keluarga sudah ada atau sudah terbentuk.
sempurna.
keluarga inti (nucleus family), yaitu sebagai basic dari suatu susunan
2) Rumah Tangga
begitu saja, akan tetapi secara nyata harus terbentuk suatu rumah tangga,
12
Ibid Hal 24
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 (ada pada penjelasan
umum angka 4 huruf d), bahwa calon suami-isteri itu harus telah masak
b. Yang bahagia
ini maka pada Pasal 1 disyaratkan harus atas dasar ikatan lahir batin yang
pria dengan seorang wanita) dengan disaksikan oleh Tuhan dan masyarakat.
kebaikan masing-masing. Hal itu baru dapat dicapai apabila didasari oleh
cinta, dengan cinta masing-masing akan bisa berkorban dan pengabdian untuk
c. Dan Kekal
Kekal merupakan gambaran bahwa perkawinan tidak dilakukan hanya
untuk waktu sesaat saja akan tetapi diharapkan berlangsung sampai waktu
oleh calon pengantin pria maupun wanita. Arti dari unsur yang terakhir ini
13
Trusto Subekti, op.cit.hal.24
14
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan Liberty,Yogyakarta,
1982, Hal.12
Rumusan tujuan perkawinan di atas dapat diperinci sebagai berikut:
kemanusiaan;
d. Membentuk dan mengatur rumah tangga yang menjadi dasar pertama dari
a. Menurut Undang-Undang
hukum yang berlaku. Apabila perkawinan tidak sesuai dengan tata tertib
hukum yang ditentukan maka perkawinan itu menjadi tidak sah. Jadi yang
dimaksud dengan syarat perkawinan adalah sesuatu yang harus ada dalam
perkawinan, apabila ada salah satu dari syarat yang telah ditentukan tidak
1) Syarat materil
berikut:15
- Adanya izin kedua orangtua atau wali bagi calon mempelai yang
- Antara calon mempelai pria dan calon mempelai wanita tidak dalam
hubungan keluarga atau darah yang tidak boleh kawin (Pasal 8);
lain dan calon mempelai pria juga tidak dalam ikatan perkawinan
dengan pihak lain kecuali telah mendapat izin dari pengadilan untuk
15
Trusto subekti, Op.cit. Hal. 35
- Bagi suami istri yang telah bercerai, lalu kawin lagi, agama dan
2) Syarat Formil
- Akta yang memuat izin atau akta dimana telah ada penetapan dari
Pengadilan;
pencegahan;
- Dispensasi untuk kawin, dalam hal dispensasi diperlakukan
perkawinan itu sendiri, tanpa adanya salah satu rukun maka perkawinan tidak
dalam perkawinan dan apabila ada salah satu syarat tidak dipenuhi maka
yaitu :
calon isteri;
- Wali nikah
dan calon isteri, kedua calon mempelai harus memenuhi syarat tertentu,
yaitu:
- Berakal sehat;
suami isteri;
- Wanita yang hendak dikawini oleh seorang pria bukan termasuk
c. Menurut KUHPerdata
susunan masyarakat nasional (Basic Social Structure), oleh karena itu dalam
ruang lingkup hukum keluarga dan perkawinan perlu adanya bentuk dan
organisasinya didasarkan atas suatu perkawinan yang sah dan idealnya terdiri
dari bapak, ibu, dan anak-anaknya (nucleus family)31. Jadi keluarga dalam hal
membentuk suatu perkumpulan yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak-anak
yang dilahirkan.
sebuah ikatan, maka perkawinan merupakan hubungan hukum yang lahir dari
perjanjian, dan harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam
1) Kesepakatan
dan ada salah satu pihak yang mengambil inisiatif untuk menyatakan
persetujuan bebas, tanpa adanya paksaan lahir dan bathin dari pihak
2) Kecakapan
Cakap maksudnya adalah kedua belah pihak harus cakap menurut hukum
untuk bertindak sendiri. Perjanjian yang dibuat sah, maka salah satu
Pasal 1329 KUHPerdata pada asasnya semua orang itu dianggap cakap
Maka prinsip disini bukanlah siapa saja yang cakap akan tetapi siapa saja
16
Nur wakhid, Hukum Perjanjian. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto,
2012, Hal. 38
yang oleh Undang-undang dinyatakan tak cakap sehingga dapat
tertentu.
perjanjian tersebut batal demi hukum adalah syarat hal tertentu. Untuk
perjanjian yaitu isi dari prestasi yang menjadi pokok perjanjian tersebut.
17
Ibid
Dengan demikian kata tertentu dalam konteks ini memiliki makna
sebagai tertentu secara individual yaitu tertuju pada isi prestasi tertentu.
tertentu, dalam hal ini obyeknya adalah perkawinan dan menurut hukum
dan istri. Obyek perjanjian adalah isi dan prestasi yang menjadi pokok
(handeling) tertentu, dalam hal ini adalah perilaku sebagai suami dan
sebagai istri35. Jadi untuk suatu hal tertentu jika dilihat dari konteks
isteri) dan suatu hubungan antara suami dan isteri menimbulkan suatu
menutup perjanjian, yaitu apa yang menjadi tujuan mereka (para pihak
18
Ibid
timbulnya akibat hukum tertentu sebagai tujuan bersama atau tujuan
obyektif.
Dilihat dari kausa yang halal dari sebuah perjanjian (ikatan perkawinan)
yang telah memenuhi syarat, maka oleh hukum dianggap telah memenuhi
dalam suatu ikatan perkawinan tidak memenuhi maka batal demi hukum
dilangsungkan.
keseluruhan aturan tingkah laku positif yang di satu pihak mempunyai sanksi
(hukum) dan di pihak lain dalam keadaan tidak dikodifikasi (adat). Tingkah laku
positif memiliki makna hukum yang dinyatakan berlaku di sini dan sekarang.
Sedangkan sanksi yang dimaksud adalah reaksi (konsekuensi) dari pihak lain atas
suatu pelanggaran terhadap norma (hukum). Sedang kodifikasi dapat berarti
suatu daerah / lapangan bidang hukum tertentu sebagai kesatuan secara bulat
(semua bagian diatur), lengkap (diatur segala unsurnya) dan tuntas (diatur
perbuatan hukum, atau dalam hal pertentangan kepentingan keputusan para hakim
Hukum adat yang berlaku tersebut hanya dapat diketahui dan dilihat dalam
19
Hilman H, 1992, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar Maju,Bandung Hal. 15
20
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_adat#cite_ref-7
pada dua kekuasaan saja, eksekutif dan yudikatif) tersebut. Keputusan tersebut
tidak hanya keputusan mengenai suatu sengketa yang resmi tetapi juga di luar itu
nilai-nilai yang hidup sesuai dengan alam rohani dan hidup kemasyarakatan
Masyarakat merupakan suatu sistem sosial, yang menjadi wadah dari pola-
kelompok sosial.
tetapi atas dasar kehidupan yang nyata dari masyarakat yang bersangkutan. 23
hukum adat yang seharusnya tidak dogmatis memang benar sekali. Akan tetapi
hal itu bukan berarti halangan, untuk mencoba menyusun suatu paradigma yang
yang sama disamping adanya unsur-unsur yang berbeda oleh sebab itu di dalam
21
Ibid
22
Soepomo. Bab-Bab Tentang Hukum Adat Jakarta :Pradya Paramita, 1997 Hal.49
23
Opcit Hal 92
bagian ini akan diusahakan untuk menjelaskan perihal masyarakat hukum adat,
dengan berpegang pada suatu paradigma tertentu. Atas dasar paradigma tersebut,
Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk
susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang, dengan
memandang dan mengingati dasar permusyarawatan dalam system
pemerintahan negara dan hak-hak asa usul dalam daerah-daerah yang
bersifat istimewa
24
Hazairin Demokrasi Pancasila Jakarta Tintamas, 1970 hal. 44
3. Pembidangan Hukum Adat
hukum Barat, terdapat perbedaan fundamental.25 Hal ini disebabkan, oleh karena
disebabkan oleh karena hukum Barat dibatasio pada system hukum Eropa
Kontinental saja, padahal ada juga system hukum Anglo Saxon yang juga
hukum Barat, atau dalam hal ini hukum Belanda pada dewasa ini, halman tampak
suatu pembidangan yang tidak cocok dengan kenyataan hidup hukum adat dewasa
ini, sehingga mata kuliah Hukum adat senantiasa diartikan sebagai hukum perdata
adat belaka. Mata kuliah yang berisikan Hukum Perdata Barat Belaka, diberi
nama Hukum Perdata, sedangkan isi matakuliah Hukum Adat yang semata-mata
Hukum Perdata, diberi nama Hukum Adat. Kenyataan semacam itu timbul karena
25
Soepomo. Bab-Bab Tentang Hukum Adat Jakarta :Pradya Paramita, 1997 Hal.25
diketemukan pada buku-buku tersebut, merupakan suatu petunjuk untuk
b. Tentang pribadi
d. Hukum keluarga
e. Hukum perkawinan
f. Hukum waris
g. Hukum tanah
i. Hukum delik
Di dalam bukunya yang berjudul Het Adat privaatrecht Van West Java
yang dikemukakan Nani Soewondo dengan judul Hukum Perdata Adat Jawa Barat
a. Hukum keluarga
b. Hukum perkawinan
c. Hukum waris
d. Hukum Tanah
f. Hukum pelanggaran
26
Soerjono Soekanto Hukum Adat Indonesia Jakarta Rajawali Pers 2011 Hal. 118
Pembidangan hukum adat sebagaiman dikemukakan oleh para sarjana
tersebut di atas, cenderung untuk diikuti oleh para ahli hukum adat pada dewas ini
b. Hukum perseorangan
c. Hukum kekeluargaan
d. Hukum perkawinan
g. Hukum tanah
Tidak jauh berbeda dengan pembidangan diatas adalah dari imam sudiyat
a. Hukum tanah
b. Transaksi tanah
d. Hukum perutangan
f. Hukum kekerabatan
27
Sudiyat 1978 Hukum Adat Sketsa Asas Jakarta Tanjung karang
Berbagai pembidangan tersebut diatas, disajikan agar mendapatkan suatu
suatu refleksi dari system masyarakat yang mendukung hukum adat tersebut.
suatu pola yang umum sifatnya. Dengan demikian, maka pendekatannya lebih
apakah tidak mungkin juga diterapkan metode deduktif sehingga ada kelengkapan
digabungkan agar diperoleh tingkat kelengkapan yang lebih yang lebih tinggi
b. Hukum materiil dan hukum formiil (atau hukum subtantif dan hukum ajektif)
hukum perdata, maka hukum public merupakan hukum khusus (dengan unsur
umum ) dan hukum perdata, adalah hukum umum. Pemisahan atau batas-batas
28
Soerjono Soekanto masalah kedudukan dan peranan Hukum Adat Jakarta academika 1979 Hal
53
antara isinya, ditentukan oleh hukum positif masyarakat yang bersangkutan.
Sudah tentu bahwa hal ini juga dapat diterapkan pada hukum adat oleh karena
sebagaimana dinyatakan oleh Ter Haar hukum adat timbul dari putusan para
sedangkan yang kedua menyangkut fakultatif). Atas dasar hal-hal tersebut maka
2) Hukum pidana
1) Hukum Pribadi
- Hukum benda:
c. Hukum perikatan :
1) Hukum perjanjian
5) Hukum waris
a. Subbyek hukum, yakni setiap pihak yang menjadi pendukung hak dan
kewajiban.
c. Peristiwa hukum
e. Obyek hukum
penelitian hukum adat maupun perkuliahan hukum adat. Hal ini disebabkan, oleh
diperoleh suatu gaambaran analisis yang menyeluruh dari system hukum yang
sedang ditelaah. Cara semacam ini memang belum banyak dilakukan; akan tetapi
hal itu bukan berarti bahwa hal itu tidak dapat dilakukan, semata-mata karena
29
Ibid Hal 46-49
4. Hukum Waris Adat
bangsa, agama, dan adat-istiadat yang berbeda satu dengan lainnya. Hal itu
Menurut Ter Haar, seorang pakar hukum, hukum waris adat adalah aturan-
aturan hukum yang mengatur penerusan dan peralihan dari abad ke abad
baik harta kekayaan yang berwujud dan tidak berwujud dari generasi pada
generasi berikut.
Hukum adat itu sendiri bentuknya tak tertulis, hanya berupa norma dan
adat-istiadat yang harus dipatuhi masyarakat tertentu dalam suatu daerah
dan hanya berlaku di daerah tersebut dengan sanksi-sanksi tertentu bagi
yang melanggarnya. 30
Oleh karena itu, hukum waris adat banyak dipengaruhi oleh struktur
1) Sistem keturunan: sistem ini dibedakan menjadi tiga macam yaitu sistem
berdasarkan garis keturunan ibu, dan sistem bilateral yaitu sistem berdasarkan
2) Sistem Individual: berdasarkan sistem ini, setiap ahli waris mendapatkan atau
30
https://www.futuready.com/artikel/keuangan/mengenal-hukum-waris-di-indonesia di Akses
pada Tanggal 24 November 2016
3) Sistem Kolektif: ahli waris menerima harta warisan sebagai satu kesatuan
waris hanya mempunyai hak untuk menggunakan atau mendapat hasil dari
4) Sistem Mayorat: dalam sistem mayorat, harta warisan dialihkan sebagai satu
kesatuan yang tidak terbagi dengan hak penguasaan yang dilimpahkan kepada
anak tertentu. Misalnya kepada anak tertua yang bertugas sebagai pemimpin
Untuk memahami hubungan antara ilmu hukum adat dengan hukum adat
positif, perlu ditinjau sejenak mengenai unsur-unsur yang menjadi dasar suatu
sistem hukum yang juga berlaku bagi sistem hukum adat. Unsur-unsur tersebut,
yang biasanya yang dinamakan gegevens van het recht (dalam bahasa Belanda),
31
Purnandi Purbacaraka & Sorjono Soekanto Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata Hukum.
Bandung : Penerbit Alumni 1979
dikemukakan tadi, yaitu dari mulai timbulnya keraguan, kebingugan
sampai menemukan pedoman dan terlepas dari kebimbangan itu tidak ada
orang satupun yang melihat ataupun mendapat kesan
Rasa keadilan manusia bersumber pada kenyataan, dimana suatu
a. Kesamarataan
b. Kesebandingan
c. Kualifikasi
d. Obyektivitas
e. Subyektivitas
mencapai salah satu tujuan hukum, yakni ketentraman yang senantiasa harus
kepastian hukum. Rasa susila dan rasa keadilan tersebut. Kemudian menghasilkan
32
Selo Soemardja. Peranan Ilmu-ilmu Sosial Dalam Pembanguna Pidato Ilmiah Pada Dies
Natalies Universitas Indonesia ke XXII 1972
Rasio manusia adalah pikiran manusia, yang merupakan suatu aspek yang
senantiasa harus serasi dengan emosi atau perasaan keserasian antara dua aspek
rechtsberippen. Rasa susila dan rasa keadilan dan rasio sebagi unsur-unsur rill,
alam dan kebudayaan manusia mencakup baik aspek mental maupun aspek fisik,
pribadi maupun lingkungan sosialnya. Mana yang lebih nominan, hingga kini
belum dapat diketahui dengan pasti; yang lebih penting adalah, bahwa pengaruh
manusia dalam pergaulan hidup, yang terwujud dalam hasil karya, rasa dan cipta
apabila ini semua diterapkan terhadap sistem hukum adat yang pada hakikatnya
Beberapa ahli hukum adat, pernah menyajikan pelbagai hal yang berkaitan
dengan unsur-unsur yang menjadi dasar sistem hukum adat tersebut. Soepomo
alam Indonesia
c. Sistem hukum itu diliputi oleh pikiran serba kongret, artinya hukum adat
hanya terjadi oleh karena ditetapkan dengan suatu ikatan yang dapat dilihat
Didalam buku yang berjudul bab-bab tentang hukum adat Soepomo menyebutkan
a. Keagamaan
keseimbangan lahir dan batin antara golongan dan lingkungan alam hidupnya
( levensmilieu)
33
Soekanto & Soerjono Soekanto Pokok-Pokok Hukum Adat Bandung Penerbit Alumni 1979
34
Soepomo Bab-Bab Tentang Hukum Adat Jakarta Pradya Paramita 1977
b. Kemasyarakatan
yang pada asasnya bebas dalam segala laku perbuatannya asal saja tidak
golongan, teman semasyarakat dan tiap-tiap warga yang mempunyai hak dan
bersangkutan.
c. Kewibawaan
geanologis dan teritorial ia adalah anggota yang tertua dari family yang
Apabila ada dorongan jabatan kepala, maka diseluruh daerah Indonesia dapat
(diakui atau dipilih) atas dasar hukum waris dengan pilihan di dalam
selanjutnya perlu disajikan pokok-pokok pendapat dari Moh Kosnoe, yang intinya
individu itu maka sukarlah untuk dapat dikemukakan adanya suatu keperluan
individu-individu itu. Bagi adat ketertiban itu telah ada dalam semesta, di
individu-individu itu. Bagi adat, ketertiban itu telah ada dalam semesta,
didalam kosmos ketrtiban itu adalah berupa dalam hubungan yang harmonis
adalah gerak dan usaha yang ditempatkan didalam garis ketertiban kosmos
tersebut. Bagi setiap orang, maka garis ketertiban komisi itu dijalani dengan
35
Koesnoe, Moh 1965 Intraduction Iinto Indonesia Adat Law : Nijmegen Instituut voor
Volksrecht Hal 5
serta merta. Bilamana tidak dijalankan garis itu, garis yang dijelmkan di
dalam adat, maka baik jalan masyarakat, maupun jalan kehidupan pribadi
orang yang bersangkutan akan menderita karena berada diluar garis tertib
d. Dalam pandangan adat, tidak ada pandangan bahwa ketentuan adat itu harus
paksaan .
langkah yang berada diluar garis tertib kosmis itu, demi untuk tidak
terganggu ketertiban kosmos . upaya adat dari lahirnya adalah terlihat dari
Tetapi dalam initinya itu adalah lain. Itu bukan pemaksaan dengan
mempergunakan alat paksa . itu bukan bekerjanya suatu sanctie. Itu adalah
Gambaran yang agak luas mengenai rasa susila dana rasa keadilan, dapat
keputusan yang akan diambil terhadap suatu peristiwa. Apakah hal masih berlaku
penelitian yang luas yang mendalam belum dilakukan pada masa kini. Kalau ada
36
M. Djojodigoeno Adat Law In Indonesia Jakarta 1952
asumsi, atau asas dasar hasil-hasil penelitian sempat yang belum tentu dapat
digeneralisasikan.
dan kebudayaan, maka pada dasarnya masyarakat yang dicita-citakan oleh orang
didasarkan pada alam pikir tradisional yang bersifat kosmis, yang menimbulkan
keserasian antar dunia lahir dengan dunia gaib, antara manusia dengan warga-
warganya sebagai pribadi-pribadi serta antara seorang dengan orang lain sebagai
dalam sistem hukum adat, sehingga unsur-unsur pokok alam pikiran tradisional
tersebut menjadi bagian pula sistem hukum adat yang bersangkutan. Pertanyaan
sebagaimana telah diajukan dimuka, akan timbul kembali, yaitu sampai seberapa
jauh alam pikir tradisional tadi masih ada atau telah berkembang oleh karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Tidak boleh pula dilupakan, bahwa alam pikiran
seterusnya, mengenai hal ini juga diperlukan penelitian yang mendalam dan luas,
mungkin menjadi dasar sistem hukum adat, apabila ditinjau dari pendekatan yang
lain, yang agak berbeda dari biasanya dilakukan oleh para ahli hukum adat pada
masa lampau. Suatu tinjauan dri sosiologis saja dapat pula dilakukan dengan
mengambil titik tolak pada unsur-unsur pokok yang harus ada pada setiap sistem
sosial. Dengan berpegangan kepada kerangka tersebut maka suatu sistem hukum
1) Kepercayaan
2) Perasaan
3) Tujuan
4) Kaidah
7) Sanksi
8) Kekuasaan
9) Fasilitas.
Dengan demikian paling sedikit ada tiga metode yang dapat dipergunakan
kerangka yang pernah disajikan oleh Soepomo yang kedua adalah dengan cara
sangat sakral karena perkawinan Botia itu memiliki nilai religius. Perkawinan
dari mempelai pria dengan pihak keluarga atau kerabat mempelai wanita. Oleh
karena itu dalam hal pelaksanaan perkawinan Botia kerabat kedua mempelai
tersebut. Peranan keluarga dan kerabat tidak terbatas hanya dalam pelaksanaan
perkawinan, tetapi juga dalam menentukan jodoh pun keluarga dan kerabat sangat
melamar.
laki-laki diikat dengan suatu barang berharga seperti cincin, emas, kalung,
gelang dan lain-lain tujuannya agar kedua belah pihak saling berjanji.
b. Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang
suami.
2) Harta bawaan dan harta hadia atau harta warisan yang bersal dari pihak
isteri.
istilah-istilah ini berasal dari setiap lingkungan masyarakat hukum adat yang ada
harta cakara dalam masyarakat bugis Makassar, harta druwe gobro dalam
masyarakat Bali, harta gono gini pada masyarakat Jawa dan pada masyarakat
tenggara Suku Tolaki (harta Omanak) dan masih banyak lagi istilah harta bersama
sama yaitu mengenai harta bersama dalam perkawinan antara suami isteri.
Istilah harta bersama adalah istilah yang diberikan oleh pembentuk Undang-
Undang melalui pendekatan bahasa Indonesia yang bersifat umum sehingga dapat
37
M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama Undang-Undang
No. 7 Tahun 1989, Sinar Grafika, Jakarta, 2001), halaman 272.
dimengerti oleh semua lingkungan masyarakat Indonesia. Istilah harta bersama
dalam Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama serta dalam Pasal 85 Kompilasi Hukum Islam yaitu sebagai berikut
Adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup kemungkinan adanya
Dan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1985 Pasal 86 Ayat (1) yaitu
sebagai berikut:
Gugatan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah isteri, dan harta
bersama suami isteri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan
perceraian ataupun sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan
hukum tetap39
Tahun 1974 dalam Pasal 35 ayat (10) yang berbunyi bahwa: Harta benda yang
wujud dari adanya tujuan yang hendak di capai yaitu menyatukan satu istilah
selama perkawinan dengan menggunakan satu istilah yagn dapat digunakan baik
38
H. Wildan Suyuthi Kompilasi hukum Islam MARI 2001 Hal.26
39
H. Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agana Undang-Undang No.7 Tahunn 1978
PT Grafindo Persada Jakarta Hal. 271.
40
R. Soetojo Prawiro Hamidjojo dan R. Soebijono Tjirowinoto, Pluralisme dalam Perundang-
undangan Perkawinan Indonesia, Airlangga University, Surabaya, 1994, halaman
dalam istilah yang digunakan dalam kehidupan hukum dan dalam praktek
Pengertian harta bersama ditinjau dari hukum adat, menurut Prof. Dr. R.
Vandijk yang dimaksud dengan harta bersama adalah segala milik yang diperoleh
menjadi lembaga harta bersama yang lazim disebut harta syarikat, pengertian yang
demikian hampir sama dengan pengertian yang diberikan oleh B. Ter Har yang
mengatakan bahwa dalam arti umum harta bersama adalah barang-barang yang
dan oleh berbagai yurisprudensi tanpa mempersoalkan lingkungan adat dan stelsel
Mahkamah Agung Tanggal 23 Mei 1973 No. 1031 K/Sip/1972 yaitu sebagai
berikut:
41
M. Yahya Harahap, Op.cit, Hal. 271
hukum adat semua harta yang diperoleh selama berlangsungnya perkawinan,
termasuk dalam gono gini, meskipun mungkin hasil kegiatan suami sendiri.42
yang dimaksud harta bersama adalah harta yang diperoleh selama dalam masa
perkawinan antara suami isteri berlangsung sampai perkawinan itu putus baik
menentukan bahwa yang dimaksud harta bersama adalah sebagai berikut: Harta
baik terputus karena kematian diantara salah seorang dari suami/isteri (cerai mati)
ataupun karena perceraian (cerai\hidup) tanpa mempersoalkan dari mana atau dari
siapa harta tersebut berasal baik harta yang diperoleh secara bersama-sama suami
Dengan demikian harta yang telah ada dan dimiliki oleh suami isteri pada
berupa harta bawaan, hadiah, dan atau warisan terletak diluar harta bersama.
42
` Ibid
43
R. Subekti dan R. Tjitrosubidio, Op.cit, Hal.548.
44
Trusto Subekti, Hukum Keluarga dan Perkawinan Bahan Pembelajaran Fakultas Hukum
Unsoed, Purwokerto, 2005, halaman 80-81.
a. Faktor Selama berkawin
ialah sejak saat tanggal terjadinya perkawinan sampai ikatan tersebut putus,
dengan demikian berarti bahwa harta apa saja yang diperoleh selama
perkawinan putus baik karena salah satu suami atau istri meninggal dunia
jika harta yagn diperoleh berupa warisan atau hibah oleh salah satu
pihak, harta tersebut tidak termasuk harta bersama, tetapi jatuh menjadi harta
pribadisi penerima.
dikecualikan harta yang diperoleh salah satu pihak sebagai warisan atau
hibah. Harta warisan atau hibah yang diperoleh selama perkawinan jatuh
b. Faktor harta bawaan, Harta hadiah dan harta dan atau harta warisan terletak
Suatu barang atau harta termasuk atau tidak termasuk kedalam harta
bersama suami isteri ditentukan faktor selama perkawinan antara suami isteri
hadiah dan atau harta warisan terletak di luar harta bersama terjadi pemisahan
secara otomatis demi hukum menjadi milik pribadi si penerima dan harta
warisan atau hibah yang diperoleh selama perkawinan jatuh menjadi harta
pribadi si penerima, harta tersebut berada dalam ketentuan Pasal 35 ayat (2)
45
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974.
c. Faktor Diperoleh
Faktor diperoleh, yang diperoleh suami isteri dengan cara atau dari
apapun untuk memperolehnya atau berasal dari mana harta tersebut diperoleh,
baik diperoleh oleh suami istri secara bersama-sama atau secara sendiri-
3) Hasil pendapatan dari pribadi suami maupun istri sekalipun harta pokonya
sepanjag perkawinan.
Dalam hal memperoleh hasil dan pedapatan suami isteri tidak menetukan
atau tidak mepersoalkan apakah dalam mencari hasil dan pendapatan harta
bersama ini. Suami aktif bekerja sedang istri tidak berperan aktif dan secara nyata
45
J. Satrio, Hukum Harta Perkawinan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994, Hal 194
46
Trusto Subekti, Op.cit, Hal.80.
membantu pekerjaan suami dan seoarang istri hanya mengurus rumah tangga dan
anak-anak kesemua harta kekayaan yang diperoleh suami tetap merupakan hasil
dan pendapatan suami istri yang berbentuk harta bersama Suami istri.
antara suami dan istri. Konsep harta bersama pada awalnya berasal dari adat
didukung oleh Hukum Islam dan hukum positif yang berlaku di Negara kita47
bahwa yang dimaksud dengan harta bersama adalah Harta benda yang
bersama antara suami istri, sejauh tentang hal itu tidak diadakan ketentuan-
c. Kompilasi Hukum Islam Pasal 85, disebutkan bahwa Adanya harta bersama
47
Ibid
masing-masing suami istri. Di dalam Pasal ini disebutkan adanya harta
Hukum Islam mengakui adanya harta yang merupakan hak milik bagi
adanya suatu serikat kerja antara suami istri dalam mencari harta kekayaan. Oleh
karenanya apabila terjadi perceraian antara suami istri, harta kekayaan tersebut
dibagi menurut Hukum Islam dengan kaidah hukum Tidak ada kemudaratan dan
tidak boleh memudaratkan. Dari kaidah hukum ini jalan terbaik untuk
menyelesaikan harta bersama adalah dengan membagi harta tersebut secara adil.48
atau tidak sebagai objek harta bersama antara suami isteri dalam suatu
1974 maupun Yurespudensi telah menetukan segala harta yang diperoleh selama
tetapi tidak sederhana itu penerapan dalam hukum konkret masih diperlukan
48
Ibid Hal. 34
49
M. Yahya Harahap, Op.cit, Hal. 275
a. Harta Yang dibeli selama perkawinan
atau tidak ditentukan pada saat pembelian setiap barang yang dibeli selama
perkawinan, harta tersebut otomatis menjadi objek harta bersama suami istri
tanpa mempersoalkan siapa diantara suami istri yang membeli, tidak menjadi
soal atas nama istri atau suami itu terdaftar juga tidak peduli juga apakah
harta itu terletak dimanapun yang penting, harta itu dibeli dalam perkawinan
Contohnya dalam putusan Mahkama Agung tanggal 5 Mei 1971 Nomor 803
K/Sip/ 1970 Menegaskan Bahwa : harta yang dibeli oleh suami atau isteri
ditempat yang jauh dari tempat tinggal mereka adalah termasuk harta bersama
Lain halnya jika uang pembelian barang berasal dari harta pribdi suami
atau istri. Jika uang pembelian barang secara murni berasal dari harta pribadi.
Barang yang dibeli tidak termasuk objek harta bersama. Harta yang seperti itu
b. Harta yang dibeli dan dibangun sesudah perceraian yang dibiayai dari harta
bersama.
harta bersama, ditentukan oleh asas-usul uang biaya biaya pembelian atau
barang dari hasil pembelian dan atau pembangunan itu tetap termasuk
Tanggal 5 Mei 1970 No. 803 K/ SIP / 1979, yaitu sebagai berikut : Apa saja
yang dibeli jika uang pembelian berasal dari harta bersama, dalam barang
tersebut tetap melekat harta bersama meskipun barang tersebut dibeli atau
manipulasi dan itikad buruk suami atau istri, sehingga dengan demikian
hukum tetap dapat menjangkau harta bersama. Sekalipun harta itu telah
berubah bentuk menjadi barang lain terhadap barang tersebut tetap melekat
secara mutlak wujud harta bersama. Oleh karena itu asas kemutlakan harta
bersama harus tetap melekat pada setiap barang dalam jenis dan bentuk
apapun asal barang itu berasal dari harta bersama walaupun wujud barang
selalu mengajukan bantahan bahwa harta yang digugat bukan harta bersama,
tetapi milik pribadi. Hak pemilikan, warisan atau hibah. Maka apabila
adalah sesuatu barang termasuk objek harta bersama atau tidak ditentukan
Penghasilan dari yang bersal dari harta bersama, secara otomatis akan
menambah jumlah harta bersama, akan tetapi bukan hanya yang berasal dari
harta bersama yang akan menjadi obyek harta bersama diantara suami isteri
tetapi termasuk juga penghasilan yang berasal dari harta pribadi suami istri.
harta pribadi tidak terlepas fungsinya dari kepentingan keluarga, harta atau
barang pokoknya tidak boleh diganggu gugat, tetapi hasil yang tumbuh dari
harta bawaan jatuh menjadi objek harta bersama. Ketentuan ini berlaku
sepanjang suami isteri tidak menentukan lain dalam perjanjian kawin. Jika
dalam perjanjian kawin tidak diatur mengenai hasil yang timbul dari harta
pribadi, seluruh hasil yang diperoleh dari harta pribadi suami istri akan jatuh
menjadi harta bersama. Oleh karena itu harus dibedakan antara harta yang
dibeli atau ditukarkan dari hasil penjualan harta pribadi tetap secara mutlak
menjadi harta pribadi tetapi harta yang diperoleh dari hasil yang timbul dari
50
Ibid
Menurut Putusan Mahkamah Agung tanggal 11 Maret 1971 No. 454 K/
merumuskan harta pribadi suami isteri adalah sebagai berikut: Harta bawaan dari
masing-masing suami atau istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing
meliputi harta bawaan, harta hadiah dan atau harta warisan masing-masing dari
pihak istri, semua harta termasuk harta hadiah dan atau harta warisan yang
diterima masing-masing suami istri secara otomatis (demi hukum) menjadi harta
pribadi suami istri yang dikuasai oleh si penerima penyimpangan baru dan hanya
dapat terjadi apabila para pihak tidak menentukan lain dalam perjanjian kawin.
Adanya pemisahan secara otomatis demi hukum antara harta pribadi dengan
berupa harta hadiah dan atau harta warisan hanyalah meliputi harta hadiah dan
Selain itu ketentuan Pasal 32 ayat (2) ini merupakan suatu Pasal atau suatu
ketentuan hukum yang bersifat penambah atau mengisi (aanvullendrecht) hal ini
dapat dilihat dalam kalimat sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Yang
artinya suami istri dapat memilih mengenai harta hadiah dan atau harta warisan
yang diterima suami atau istri sepanjang perkawinan itu secara otomatis demi
hukum akan termasuk ke dalam harta pribadi suami istri si penerima ataukah harta
hadiah dan atau warisan tersebut akan masuk ke dalam harta bersama dalam
perkawinan yang disepakati suami istri di dalam perjanjian kawin hal inilah yang
dimaksud Pasal ini sebagai Pasal penambah atau disebut juga anvullenrecht
karena memberikan kebebasan memilih bagi suami istri dan bukan Pasal yang
Suami istri dapat menentukan lain mengenai harta hadiah dan atau harta
warisan demi perlindungan terhadap pihak ketiga (kreditur) hak suami istri
dalam perjanjian kawin jika tidak demikian maka suami istri demi menghindarkan
tanggung jawab terhadap kreditur setiap kali mengadakan perjanjian hutang
dengan pihak ketiga, kreditur harus mengetahui bahwa harta hadiah dan atau harta
warisan suami istri masuk ke dalam harta bersama, hal ini dikarenakan dalam
menganut asas hukum adat. yang menentukan bahwa hutang pribadipun dapat
mengambil pelunasannya dari harta bersama, dalam hal harta pribadi yang
2. Harta Bawaan
istri atau istri telah menguasai dan memiliki harta kekayaan sendiri baik berupa
barang tetap maupun barang-barang bergerak yang diperoleh dari hasil usaha dan
pikiran sendiri. Jadi dengan demikian yang dimaksud dengan harta bawaan adalah
harta yang telah ada atau dimiliki oleh suami atau istri sebelum perkawinan
Menurut hukum adat harta bawaan ini disebut dengan beraneka ragam nama
atau istilah seperti di Jawa harta bawaan sering disebut dengan harta asal, harta
guna atau harta gawan yaitu harta yang dibawai suami atau isteri ke dalam
perkawinan harta ini berasal dari harta yang diperoleh sendiri calon suami atau
istri maupun berasal dari harta warisan atau pemberian keluarga dari calon suami
atau istri.
53
Hilman Hadikusuma, Op.cit., halaman 158.
Di daerah Sumatera Selatan harta bawaan suami sebelum perkawinan
harta penantian. Jadi yang dimaksud harta pembujangan atau harta penantian
adalah harta yang dibawa suami atau istri ke dalam perkawinan, yang merupakan
hasil usaha sendiri pada saat calon suami masih berstatus bujang dan si calon isteri
masih berstatus gadis atau perawan di daerah Sulawesi Tenggara (Suku Tolaki)
3. Harta Hadia
Harta pemberian atau harta hadiah adalah harta atau barang-barang yang
dibawa oleh suami atau isteri ke dalam perkawinan yang berasal dari pemberian
atau hadiah para anggota kerabat dan orang lain karena hubungan baik.54
4. Harta warisan
nama untuk penyebutan harta warisan seperti, dalam suku dayak Ngaju disebut
harta pimbit, harta silsila di Makassar, harta babaktan di Bali, harta asal, asli,
pusaka di Jawa, gana dan gawan di Jawa dan Dikatakan Mana di Sulawesi
54
Ibid
Tenggara (Suku Tolaki) dan sebagainya, dimana dalam hukum adat pada asasnya
mengenai harta yang berasal dari warisan atau hibahan harta itu tetap menjadi
Yang dimaksud harta warisan adalah harta atau barang-barang yang dibawa
oleh suami atau isteri kedalam perkawinan yang berasal dari harta warisan orang
tua untuk dikuasai dan dimiliki secara perseorangan guna memelihara kehidupan
berumah tangga. Barang-barang bawaan isteri yang berasal dari harta warisan
orang setelah terjadi perkawinan dikuasai oleh suami untuk di manfaatkan guna
agama seperti mas kawin yang merupakan hak milik pribadi isteri. Sedang di
daerah pasemah harta asal warisan yang diikutsertakan orang tua pada mempelai
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian yang
mengacu pada perumusan masalah dan ditinjau dari tujuan penelitian hukum yaitu
penelitian yang menggunakan data primer sebagai data utama, dimana penulis
B. Sifat Penelitiaan
data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atas gejala-gejala lain dan maksud
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber
data di dalam penelitian hukum ini, dipergunakan jenis data primer, maka dalam
55
Pedoman Penyusunan Tugas Akhir Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sembilanbelas
November Kolaka Sulawesi Tenggara
a. Data Primer
dengan obyek penelitian. Sumber data adalah tempat ditemukan data. Sumber
Utara
b. Data Sekunder
dibedakan ke dalam bahan primer dan bahan hukum tersier. Yang meliputi
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya bahan dari media
dengan penelitian.
a. Penelitian Lapangan
Data yang diperoleh dari hasil penelitian secara langsung pada obyek
penelitian adalah:
1) Observasi (pengamatan)
2) Interview (wawancara)
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung
Kecamatan Kodeoha
3) Studi Kepustakaan
Kodeoha.
E. Analisis Data
secara kualitatif, yaitu teknik analisis data yang bertujuan mengungkapkan dan
kemudian hasil analisis tersebut secara umum disimpulkan secara deduktif, 56 dan
F. Sistematika Penulisan
maka penulis memaparkan rancangan dari bentuk dan isi dari skripsi secara
keseluruhan.
dasar sistem hukum adat, Hukum perkawinan adat tolaki, Harta Benda
Bab III : Dalam Bab ini menguraikan tentang metode yang digunakan penulis
Bab IV : dalam bab ini menguraikan tentang hasil Penelitian dan Pembahasan,
56
Mochtar Kusumaatmadja, dan Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Akhir Abad 20,
Alumni,Bandung, 1994, hal. 24
perkawinan terhadap harta bawaan (Sompa) menurut adat Tolaki dan
Kolaka Utara dalam wilaya Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas 240,49 Km
atau 7,39 % dari luas wialayah Kabupaten Kolaka Utara ibu Kotanya adalah
Tolaki, Bugis, Luwuk dan Tator tetapi disalah satu Desa dari 12 Desa yang ada di
1.106 Penduduk dan sebahagian besar bermata pencaharian petani yaitu 413
orang, Pegawai Negeri Sipil 41 Orang dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Jika dilihat dari tabel 2 diatas dapat dikatakan bahwa kondisi objektif
oleh penduduk suku Tolaki. Masyarakat adat Tolaki ini adalah masyarakat
pribumi yang biasa juga disebut dengan penduduk asli Sulawesi Tenggara. Suku
meramu yang dilaksanakan secara gotong-royong. Hal ini ditandai dengan bukti
sejarah dalam bentuk kebudayaan memakan sagu. Masakan asli Suku Tolaki
pertama yaitu Tari Malulo tarian ini dilakukan oleh pria, wanita remaja dan
anak-anak yang salin berpegangan tangan, menari mengikuti irama gong atau
musik sambil membentuk sebuah lingkaran pada upacara adat seperti pesta
perinkahan dan pesta panen. Adapun filosofi tarian Lulo ini adalah
persahabatan, yang biasa ditujukan kepada muda-mudi suku Tolaki sebagai ajang
(tradisi) suku Tolaki yang kedua adalah Kalo Sara lambang pemersatu dan
perdamaian yang sangat sakral dalam kehidupan suku Tolaki Kalo/kalosara ini
sebagai simbol yang selalu hadir dalam berbagai peristiwa dan tidak dapat
dihadirkan oleh orang-orang biasa dalam masyarakat adat Tolaki, terdapat tokoh
aadat yang disebut Tolea dan pabitara. Tolea dan pabitara ini merupakan juru
orang banyak. Mereka adalah tokoh adat yang diangkat sebagai tokoh karena
adat inilah yang juga berhak untuk membawa Kalo/kalosara serta berbicara atas
57
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Tolaki di akses pada tanggal 17 Oktober 2016
pada orang Tolaki. Adat Budaya (tradisi) yang ketiga adalah Medulu pada etnis
dengan tolong menolong gotong royong bantu membantu anatar sesame keluarga
berasal dari satu moyang dalam arti mendulu mbenao (satu dalam perasaan),
mendulu mbonaa (satu dalam pedapat) dan mendulu mboehe (satu daalam
kehendak).58
(calon suami) kepada mempelai wanita (calon istri) yang dapat berupa uang atau
barang (harta benda) atau jasa ada juga pendapat mengatakan bahwa mahar dan
Maskawin berbeda. Mahar lebih merupakan adat sitiadat sebagian dari budaya
menjadi syrat sah dalam pernikahan. Namun meskipun demikian, kedua kata ini
58
Tarimana Aburrauf 1989 Kebudayaan Tolaki. Jakarta Baalai Pustaka
59
JS. Poerwardarnita , Kamus Besar Bahasa Indonesia , Balai Pustaka Jakarta , 1979 Hal. 38
60
Guntoro,H. 2006 Eksistensi Mahar dalam Perkawinan (Sebuah Prespektif Hukum) .
Progresif Hal. 22
Dalam Perundang-undagan Indonesia, masalah mahar diatur dalam
Kompilasi Hukum Islam 9KHI), yaitu pada Abad ke-5 tentang mahar, yaitu pasal
30-38. Masalah mahar juga disinggung dalam bab ke-1 dalam ketentuan umum,
pasal 1d. Isi dari pasal ini adamahalah definisi mahar. Ketika pembahasan rukun
nikah pada bab ke-4 tentang rukun dan syarat perkawinan ditegaskan bahwa
Dalam perkawinan adat Tolaki (Botia) mahar lebih pas apabila dipadankan
dengan kata Somba dalam bahasa Tolaki. Somba atau mahar adalah pemberian
pihak laki-laki kepada perempuan yang dinikainya, berupa uang atau barang
(harta benda) sebagai salah satu syarat sahnya jumlah dan jenis benda (harta
tingkatan kasta, strata sosial atau tingatan sosialnya dan setiap daerah memiliki
Rella atau Riyyal yang digunakan dalam menetapkan besaran Somba dalam
sebuah perkawinan (Botia) jika adat Tolaki ini dilihat hampir sama dengan adat
Adapun hasil wawancara penulis dengan salah satu tokoh agama di Desa Kalu-
kaluku yaitu Bapak Hambali61 (imam Desa), mengatakan bahwa dalam tono
kemudian dikonversi dalam bentuk emas atau tanah yang dijadikan Somba atau
Mahar.62 Hal yang senada dikatakan oleh Bapak Musataming selaku tokoh adat di
Rupiahkan dan dikonversi dalam bentuk emas atau tanah yang dijadikan Somba
atau Mahar. Riyal digunakan hanya dalam pengucapan Somba atau mahar dalam
Prosesi pernikahan tetapi di wujudkan dalam bentuk Rupiah dengan nilai dari
Riyal yag telah diucapkan. Berbeda lagi dengan kalangan bangsawan yang disebut
dalam bahasa Tolaki yaitu mokole atau anakia yang memakai satuan Riyal
lebih banyak daripada masyarakat Biasa tono biasa , tergantung dari tingkat
atau kadar kebansawanan yang dimiilkinya. Konsep seperti ini adalah peniggalan
nenek moyang masyarakat adat Tolaki yang telah ada bahkan jauh sebelum islam
sebenarnya mengenal istilah doi ni pekaako yang artinya uang lamaran atau
uang belanja yang diserahkan kepada pihak keluarga perempuan untuk biaya
61
Hasil wawancara dengan Tokoh Agama di Desa Kalu-kaluku Bapak Hambali ( Imam Desa)
Pada tanggal 21 april 2017 selesai sholat Jumat
62
Ibid
63
Hasil wawancara dengan Tokoh Adat Tolaki di Desa Kalu-kaluku Bapak Mustaming pada
Tanggal 22 April 2017 .
Adapun hasil dari penelitian penulis dilapangan tentang kebiasaan atau
adat masyarakat Tolaki dalam memberikan Somba (mahar) dan doi ni pekaako
Tono Biasa
20.000.000 s/d 270.000/ Emas berupa
2. (Masyarakat -
35.000.000 atau Lebih Lebih cincin dll
Biasa)
Untuk memasuki gerbang tersebut tentu seseorang harus telah benar-benar siap
lahir batin. Seorang pria harus melalui proses pematangan diri sebelum
belanja) menjadi salah satu batu ujian yang harus dilewatinya. Perjuangan dan
diharapkan menjadi motivasi dan dorongan kuat agar pria tersebut bertindak
selayaknya pria sejati yang menghargai keluarga sebagai hasil perjuangan yang
tidak mudah.
sebagai hal yang sangat penting. Somba maupun Doi ni pekaako sering dianggap
Dahulu, menyalahi atau tidak menaati aturan-atauran adat terkait hal tersebut
sering melahirkan sanksi sosial dari masyarakat sekitar khususnya keluarga atau
tangganya, setia dan berbakti kepada suami serta merawat dan mendidik anak-
menegakkan rumah tangga. Sejak perkawinan terjadi istri telah masuk kedalam
dengan suami dan keluarga suami, dalam masyarakat Tolaki si istri telah menjadi
hak dan tanggung jawab suaminya dan istri mempunyai hubungan hukum semata-
mata bukan hanya suami saja tetapi juga terhadap kelurga suami.
melahirkan anak maka posisinya kuat dalam keluarga dan kewajiban seorang
suami terhadap istri dalam keluarga menurut agama islam yang bersifat materi
anak-anaknya
Adapun hak istri yang wajib dilaksanakan suami adalah mahar. Mahar
inilah yang di sebut Somba dalam masyaraka Adat Tolaki mahar atau Somba
adalah hak istri. Jadi, sebelum menikah calon istri berhak menetukan mahar atau
Somba" apa yang harus diberikan calon suaminya bila ingin memperistrinya.
Ketika sudah diberikan, maka mahar tersebut menjadi hak prerogratif sang isteri
menjelaskan: Calon mempelai pria memang wajib membayar mahar kepada calon
mempelai wanita dengan jumlah bentuk dan jenisnya yang telah disepakati oleh
kedua belah pihak. Hal ini sesuai dengan perintah Al-Quran (surat Al-nisa; 4)
Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita-wanita (yang kamu nikahi) sebagai
Tolaki disebut Somba ini diberikan langsung kepada calon mempelai wanita
dan sejak itu menjadi hak pribadi dari mempelai wanita.64 Dalam pelaksanaan
penyerahan mahar. mahar atau Somba diserahkan oleh mempelai pria kepada
64
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Bab V Pasal 32
untuk sebagian. Mahar yang belum ditunaikan penyerahannya menjadi hutang
masyarakat Adat Tolaki ini budayanya sangat kuat diwarnai dengan ajaran agama
Islam sehingga didalam pembayaran Mahar atau Somba mengacu pada ajaran
Agama Islam.
istri. Maka si suami wajib membayar yang telah disepakati atau disebutkan dalam
akad serratus persen. Kalua bnelum terjadi kesepakatan, maka wajib membayar
Mitsl.
Mahar yang wajib dibayarkan 100% adalah dalam kasus sebagai berikut :
Bila si wanita sudah sempat digauli maka tak ada alasan lagi bagi suami
tertipu sehingga ingin membatalkan perkawinan, maka dia tetap tidak bisa
b. Suami istri atau meninggal dunia belum sempat terjadinya hubungan suami
istri
c. Bila pasangan suami istri ini sudah berduaan dan tak ada yang tahu lagi
keadaan mereka, misalnya mereka masuk kamar dari malam sampai pagi.
65
Ibid
Apabila mahar atau Somba telah disebutkan sejak akad atau sudah
Itupun kalau perpisahan itu sebabnya adalah pihak suami. Misalnya, si suami tiba-
tiba saja ingin menceraikan isterinya lantaran dia ingin pulang ke Negerinya dan
lain sebagainya.
Berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 237, Dan
setengahnya.
tidak wajib dibayarkan sama sekali. Misalnya, si suami masyaratkan pada saat
melamar bahwa isterinya ini masih perawan atau belum disetubuhi laki-laki lain,
sebenarnya bahwa dia telah didahului oleh laki-laki lain, maka si suami berhak
meminta fasakh karena telah ditipu dan tidak wajib membayar apa-apa. Atau ada
cacat dari pihak isteri, misalnya ternyata isteri ini gila dan lain sebagainya.
bawaan: Harta bawaan masing-masing suami dan istri dan harta yang diperoleh
perkawinan.
Telah dijelaskan pada ayat diatas harta bawaan masing-masing suami
dan istri dan harta yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan
Mahar atau Somba adalah pemberian pihak laki-laki kepada perempuan yang
dinikainya, berupa uang atau barang (harta benda) sebagai salah satu syarat
sahnya jumlah dan jenis benda (harta benda) sebagaimana yang diucapkan oleh
mempelai laki-laiki pada saat pernikahan (akad nikah). Ketika sudah diberikan,
maka Mahar atau Somba tersebut menjadi hak prerogratif sang isteri dan tidak ada
Status Mahar atau Somba adalah hak yang dimiliki sang isteri maka jika
hak isteri dipinjam maka wajib pula hak isteri itu dikembalikan. Lantas bagaimana
jika meminjam mahar isteri kita tersebut karena keperluan mendesak. Tergantung
kepada sang isteri, apakah isteri kita itu ridha atau tidak jika dipinjam tidak
dikembalikan. Jika tidak direlakan maka setatus hukumnya adalah hutang yang
wajib dibayar.
Apa yang terjadi pada masyarakat adat Tolaki dalam membagi harta waris
66
Wawancara dengan Tokoh Adat Masyarakat Tolaki di Desa Kalu-kaluku Bapak Mustaming
pada tanggal 22 April 2017
Masyarakat Adat Tolaki dalam membagi harta waris kebanyakan
memilih pembagian warisan dengan musyawarah dan disaksikan oleh
tokoh masyarakat. Setelah semua ahli waris yang ada mengambil
pertimbangan-pertimbangan yang matang dan disetujui oleh semua ahli
waris yang ada. setelah dilakukan kesepakatan antara semua ahli waris itu
dianggap sah karena semuanya telah bersepakat. setelah selesai
dilakukannya pembagian warisan ahli waris diminta membuat surat
pernyataan yang isinya bersepakat sudah melakukan kesepakatan antara
semua ahli waris, untuk mencegah semisal terjadi permasalahan dihari
kemudian. Pembagian waris di masyarakat di masyarakat Adat Tolaki
tidaklah sesulit apa yang dijelasakan oleh hukum waris islam. Orang-orang
yang berhak menerima harta warisan hanyalah keluarga terdekat dari
pewaris yaitu: suami atau istrinya yang meninggal dunia, anak-anak dan
saudara-saudaranya. saudara-saudar dari pewaris itu ikut mendapatkan
harta waris jika pewaris tidak mempunyai semasa hidupnya.
Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Hambali terkait dengan
dengan semua ahli waris, dengan melibatkan tokoh-tokoh agama. dan tokoh
dilaksanakan setelah pewarsi meninggal dunia seperti apa yang telah dijelaskan
melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat hanya dijadikan saksi-saksi dan
67
Wawancara dengan Bapak Hambali Tokoh Agama di desa kalu-kaluku di Kecamatan Kodeoha
pada tanggal 21 April 2017
68
Ibid
para ahli waris sendiri menetukan berapa bagian-bagian yang diterima oleh
terakhir anak terkhir seorang perempuan. Anak perempuan ini mendapatkan harta
Yang dikatakan Bapak Hambali juga seperti apa yang dikatakan oleh
daripada seorang anak laki-laki dan yang dikatakan Gunarno adalah sebagai
berikut :
Dari keterangan Hambali Jelas lebih pantas anak yang mendapatkan harta
waris paling banyak itu adalah seorang perempuan daripada anak laki-laki sebab
anak perempuan mendapatkan harta waris lebih banyak karena dia merupakan
anak terakhir dari keluarga tersebut. Uswatun juga mengatakan sebagai berikut:
lebih banyak harta warisan disbandingkan saudaranya yang lain. Meskipun anak
saudaranya yang lain dianggap lebih suka pergi dan menetap di suatu daerah
dalam mencari rezeki ada juga yang memilih tinggal dikampung halaman tetapi
tidak satu rumah dengan orang tuanya, sedangkan anak terkhir harus menjaga
orang tua yang satu ruah dengannya, dan terikat dengan pekerjaan rumah dan
mengurusi keluarga.
mencari rezeki mereka suka pergi dari kampung halaman mereka sendiri . ada
juga yang memilih tinggal di kampung halamannya sendiri tetapi tidak satu rumah
dengan orang tuanya. mereka lebih suka menetap disuatu tempat dan jarang sekali
untuk pulang kerumah mereka sendiri, sedangkan anak terakhir dia rela menjaga
Bahwa harta warisan adalah wujud dari kasih sayang dari orang tua
kepada anak-anaknya, setelah orang tuanya meniggal itu bisa
dimanfaatkan dan dibagi bersama dan untuk mencukupi kebutuhan
tidaklah harus anak laki-laki yang mendapakan lebih banyak dari anak
perempuan seperti yang terjadi di dalam keluarga saya, anak perempuan
yang mendapatkan harta waris lebih banyak disbanding dengan saya
karena itu sudah menjadi kebiasaan anak terakhirlah yang mendapatkan
harta waris lebih banyak di banding dengan lainnya. dan itu sudah menjadi
kesepakatan bersama semua ahli waris yang ada.
69
Wawancara dengan bapak Nawir Warga Masyarakat Desa kalu-kaluku Kecamatan kodeoha
pada tanggal 22 april 2017
Apa yang dikatakan oleh Bapak Nawir tentang warisan adalah suatu
wujud rasa kasi sayang dari orang tua kepada anak-anaknya, setelah orang tuanya
meninggal dunia dan itu bisa dimanfaatkan oleh keluarga oleh Bapak Nawir untuk
Nawir saudara perempuan Bapak Nawir yang mendapatkan harta waris paling
perempuan Bapak Nawir adalah anak yang terakhir dalam keluarganya. Dan
masyarakat adat Tolaki di Desa Kalu-kaluku. Bapak Nawir sebagai anak laki-laki
di dalam keluarga tidak merasa dirugikan akan hal tersebut. Keluarga Bpak Nawir
masing mendapatkan harta waris berupa 1 hektar tanah pekarangan sedangkan Ibu
rumah yang dahulu pernah dihuni oleh orang tuanya perbandingan pendapatan Ibu
suatu alasan kenapa pembagian harta waris untuk dia lebih banyak dibandingkan
orang tua semasa semasa hidupnya berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain.
Sebagai anak terakhir sepertinya Ibu Hasnia merasa tanggung jawab orang tua
waris lebih banyak daripada perempuan kerana pada waktu kawin anak laki-laki
harus membayar Mahar atau mas kawin (Somba) dan harus memberikan nafkah
pada istri dan serta menyediakan rumah dengan seisinya. menjadi tilang punggung
keluarga. sebaliknya anak perempuan pada waktu menikah dia akan menerima
mahar atau mas kawin yang biasa disebut Somba dalam masyarakat adat Tolaki di
Desa Kalu-kaluku Kecamatan Kodeoha dan nafkah serta rumah beserta dengan
70
Wawancara dengan Ibu Hasnia Warga Masyarakat Tolaki Di Desa kalu-kaluku Kecamatan
Kodeoha pada tanggal 26 April 2017
Akan tetapi dalam masyarakat Islam Indonesia pada umumnya dan
masyarakat adat Tolaki pada khusunya mahar atau mas kawin (Somba) itu sebagi
pormalitas saja. bentuk tidak lagi berupa uang tunai atau benda berharga akan
tetapi hanya seperangkat alat shalat, yang sama sekali tidak mahal. selain itu
kecamatan Kodeoha, dalam menjalin hubungan antara suami dan istri tidak lagi
hubungan dua anak manusia yang sepakat untuk hidup bersama dan membina
keluarga atas dasar gotong royong, mereka sama-sama bekerja mencari nafkah
mengalami perubahan baik perubahan itu cepat maupun lambat, kata orang bijak
tidak ada satupun di dunia ini yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri.
khusnya. Arus global merombak cara hidup besar-besaran dalam segala aspek
Masyarakat Tolaki sebagai suatu masyarakat yang sangat taat akan adat
dan budayanya tidak lepas dari pengaruh arus global tersebut. dalam hal ini
ditekankan pada dimensi hukum meskipun masyarakat tolaki taat pada hukum
adat sebagi warisal leluhur, namun dengan adanya perkembangan jaman ilmu
lainnya dapat mengkikis keajengan hukum adat Tolaki dalam bidang waris.
sebagaimana sudah dijelaskan diatas bahwa menurut hukum adat Tolaki ahli
waris adalah biasanya anak terakhir lebih dominan daripada anak yang lainnya
dan biasanya anak laki-laki dapat 2 (dua) bagian dan anak perempuan dapat 1
(satu) bagian, dalam pembagian harta warisan namun dimasa sekarang ini hukum
adat waris Tolaki yang diterapkan dari dulu mulai mengalami perubahan hampir
eksistensinya.
memandang suatu, dalam hal ini adalah dalam memandang anak perempuan di
dalam hukum waris kekeluargaan Tolaki antara lain adanya peraturan perundang-
perilaku para orangtua, majunya tingkat pendidikan masyarakat (orang tua), dan
PENUTUP
A. Kesimpulan
yaitu Somba adalah hak yang dimiliki sang isteri dari pemberian yang
pertama sebagai salah satu syarat yg diberikan calon suami ketika menikah
dan si istri di somba (diberikan somp-nya) yang berupa uang atau barang
(harta benda) yang menjadi hak prerogratif sang istri dan tidak ada siapapun
dalam hukum waris kekeluargaan Tolaki antara lain adalah adanya peraturan
adat Tolaki sudah jelas bahwa somba adalah hak istri yang wajib
mahar atau Somba" apa yang harus diberikan calon suaminya bila ingin
prerogratif sang isteri dan tidak ada siapapun yang boleh mencampurinya.
Dalam somba inilah seharusnya calon istri tidak terlalu memberatkan calon
suami tentang seberpa besar mahar harus diberikan tatapi calon istri
seharusnya melihat dari segi kemanpuan calon suami agar dikemudian hari
tidak ada pihak yang dirugikan dan diuntungkan sebab harapan dalam
oleh calon suami maka itu adalah hak milik istri dan tidak ada siapapun yang
1976.
2002,
B. PERATURAN
C. SUMBER LAIN
https://www.futuready.com/artikel/keuangan/mengenal-hukum-waris-di-indonesia
Yth.
Kepala Badan Kesbangpol Kab. Kolaka Utara
Di-
Tempat
Dalam rangka penyelesaian akhir studi mahasiswa Universitas Sembilanbelas November Kolaka, salah satu syarat
yang harus ditempuh adalah melaksanakan penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu dan ruang lingkup
permasalahan yang diteliti, baik penelitian lapangan maupun penelitian pustaka.
Oleh karena itu, Lembaga Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Penjaminan Mutu Pendidikan LP2M-PMP)
memberikan rekomendasi kepada mahasiswa tersebut dibawah ini:
Nama : BAHARUDDIN
NIM : E1A1 13102
Judul : KEDUDUKAN ISTRI DALAM PERKAWINAN TERHADAP HARTA BAWAAN
(SOMBA) MENURUT ADAT MASYARAKAT TOLAKI DI DESA KALU-KALUKU
KECAMATAN KODEOHA
Pembimbing I : RIEZKHA EKA MAYASARI, SH., MH
Pembimbing II : YENI HAERANI, SH., MH
Kiranya yang bersangkutan dapat diberikan izin Penelitian pada Dinas dan Bidang terkait. Demikian surat
rekomendasi ini, atas perhatian dan kerjasama yang baik diucapkan terima kasih.
Tembusan :
1. Wakil Rektor
2. Arsip
PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH
Kompleks Perkantoran Pemda Kabupaten Kolaka Utara
Lasusua, Februari 2017
Kepada
Nomor : 070/ /II/2017 Yth. Ka. Desa Kalu-kaluku
Lampiran :- Kec. Kodeoha Kab. Kolaka Utara
Perihal : Rekomendasi Izin Penelitian Di-
Tempat
Berdasarkan Surat, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Universitas Sembilanbelas
November Kolaka, Lembaga Penelitian, Masyarakat dan Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (LP2M-PMP) Nomor :
329/UN56D/LT/2014, Tanggal, 25 September 2014. Perihal Rekomendasi Izin Penelitian, maka hal ini memberikan
Rekomendasi Penelitian kepada :
Nama : BAHARUDDIN
Nim : E1A1 13102
Program Studi : Hukum Tata Negara
Lokasi Penelitian : Desa Kalu-Kaluku Kecamatan Kodeoha
Kedudukan Istri Dalam Perkawinan Terhadap Harta Bawaan (Somba) Menurut Adat Masyarakat Tolaki Di
Desa Kalu-Kaluku Kecamatan Kodeoha
Yang akan dilaksanakan dari tanggal : 25 Februari sampai tanggal 25 Maret 2017.
1. Senantiasa menjaga keamanan dan ketertiban serta mentaati Perundang-Undangan yang berlaku;
2. Tidak mengadakan kegiatan lain yang bertentangan dengan rencana semula;
3. Dalam setiap kegiatan di lapangan agar pihak peneliti senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah setempat;
4. Wajib menghormati adat istiadat yang berlaku di daerah setempat;
5. Menyerahkan 1 (satu) examplar copy hasil penelitian kepada Bupati Kolaka Utara Cq. Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kolaka Utara;
6. Surat izin ini akan dicabut kembali dan dinyatakan tidak berlaku apabila ternyata pemegang Surat Izin ini tidak
mentaati ketentuan tersebut di atas.
SURAT KETERANGAN
Nomor : 030/DP/III/2017
Yang bertanda Tangan di Bawah ini, kepala Desa kalu-kaluku menerangkan bahwa :
Nama : BAHARUDDIN
Fakultas : Hukum
Mahasiswa yang namanya tersebut diatas, benar telah melakukan penelitian di Desa Kalu-Kaluku Kecamatan
Kodeoha Kabupaten Kolaka Utara. Mulai Tanggal 25 Februari s/d 25 Maret 2017. Guna memperoleh data dalam
rangka penyusunan Skripsi yang berjudul Kedudukan Istri Dalam Perkawinan Terhadap Harta Bawaan (Somba)
Menurut Adat Masyarakat Tolaki Di Desa Kalu-Kaluku Kecamatan Kodeoha
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S1) pada Universitas 19
November Kolaka.
Kepala Desa
PIRDAUS
Tembusan: