NIM : PO.7120120089
Kelas 1B
RESUME 1
KOMUNIKASI EFEKTIF
Dr. Ira Kusumawaty, S.Kp., M.Kes.,MPH
Pandemi COVID-19 membawa perubahan dunia yang dahsyat dan tantangan bagi ketahanan
psikologis, ekonomi, dan sosial masyarakat dunia, termasuk di bidang pendidikan. Pandemi
menyebabkan krisis kesehatan, pangan, sosial, pendidikan, tingginya jumlah orang sakit, kematian,
kerugian ekonomi, dan risiko psikososial, yang melebihi kemampuan manusia untuk menangani
situasi tersebut (American Health Organization, 2009).
Media dan percakapan sosial didominasi isu pandemi. Masyarakat terpapar informasi dalam
jumlah besar yang membuat tingkat kecemasan menjadi tinggi. Tekanan isolasi sosial dan
ketiadaan pekerjaan memberikan efek signifikan pada kesehatan mental. Beragam trauma
psikologis muncul, seperti kesepian (lonelines), gangguan komunikasi, suasana hati,
ketidakpercayaan diri, stres, ketakutan, kesedihan, kebosanan, kecemasan, ketidakmampuan
beradaptasi dengan lingkungan, kegagapan teknologi komunikasi baru, penyalahgunaan obat-
obatan dan alkohol, insomnia, depresi, panik, frustrasi, bahkan bunuh diri (Department of
Psychiatry, 2020; Usher dkk., 2020).
Komunikasi merupakan sebuah media untuk menyampaikan pesan. Komunikasi harus dikuasai
oleh orang tua dalam melakukan pengasuhan positif pada anak. Melalui komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal orang tua dapat mengetahui maksud yang akan disampaikan oleh anak.
Komunikasi efektif ketika orang tua memberikan arahan kepada anak, dan anak menyampaikan
gagasannya dalam suasana yang nyaman dan saling memahami
KLASIFIKASI KOMUNIKASI
Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Kelompok
Komunikasi Komunikasi Publik Organisasi
Komunikasi Massa
JENIS KOMUNIKASI
Komunikasi Tertulis
komunikasi yang penyampaian pesan secara tertulis baik manual maupun melalui media seperti
email, surat, media cetak lainnya.
Komunikasi Verbal
Komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi seperti telepon
Komunikasi Non Verbal
proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata
Interogasi
“Kok, Makanannya gak dihabiskan? Kenyang? Gak suka?”
Nasihat
“Makanya jangan sambil main-main bawanya!”
Perintah
“Tenang! Ayah akan membacakan buku tentang sapi!”
Menolak/ Mengalihkan Perasaan
“Masa sih kamu capek?”
Referensi Tambahan :
Dikutip dari Bab 16 Jurnal Karya Soraya Fadhal,Univ Al Azhar Indonesia “Hambatan Komunikasi
dan Budaya dalam Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi COVID-19”
( https://eprints.uai.ac.id/1539/1/ILS0001-21_Isi-Artikel.pdf )
RESUME 2
Treatment:
1. Isolasi Mandiri untuk yang tanpa gejala & gejala ringan
2. Di rumah sakit untuk yang gejala sedang & gejala berat
Pandemi adalah Bagian dari Seleksi Alam (Sunnatullah)
IMUNITAS
• Ketahanan (resistensi) tubuh terhadap antigen (zat dari luar tubuh kita) & patogen (kuman &
produknya).
• Imunitas berupa anatomi (struktur) dan fisiologi (fungsi) yang berfungsi melindungi tubuh dari
penyakit
• Imunitas mampu membedakan zat yang merupakan bagian dari tubuhnya (self) dan yang asing
(nonself)
PERKEMBANGAN IMUNITAS
• Imunitas bayi masih defisiensi (lemah) krn belum terstimuli. Bayi lahir hanya membawa antibodi
IgG (antibodi lainnya tidak bisa menembus plasenta). Kemudian akan dapat IgA dari ASI yg dapat
memproteksi hingga 18 bulan
• Usia 6 – 9 bulan mulai kuat respon imunitasnya terhadap antigen glikoprotein dan usia 12 – 24
bulan respon imunitasnya kuat terhadap antigen polisakarida.
• Imunitas seseorang berkembang pesat menjelang pubertas (baligh) karena dipicu hormon
• Imunitas dewasa sudah bekerja baik karena fisik, psikologis dan sistem imunitas sudah mapan
• Pada lansia imunitas sudah kehilangan dayanya disebabkan proses penuaan alami
(immunosenescence)
Referensi Tambahan :
Dikutip Dari Jurnal Karya Putu Audina Suksma Cintya Dewi dan Husnul Khotimah, Fakultas
Psikologi, Univ Merdeka Malang “POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK DI MASA
PANDEMI COVID-19” ( https://jurnalfti.unmer.ac.id/index.php/senasif/article/download/324/279/ )
RESUME 3
menurut KBBI :
Tata tertib, Ketaatan
Proses Latihan yang dirancang untuk membentuk kebiasaan berpikir atau berperilaku.
Kontrol perilaku (biasanya pada anak dengan penerapan hukuman)
Contoh :
Kamil, 7 Tahun, marah dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas sambil berteriak saat
Ayahnya mengatakan bahwa waktu untuk bermain di playgroud sudah habis
Why ? : Dengan berkata kasar sambil berteriak, Kamil ingin memberitahu Ayahnya bahwa Ia
merasa kecewa dan marah.
What ? : Kamil masih perlu belajar untuk menyampaikan kekecewaan dengan cara yang lebih
ASSERTIF
How ? : Diusianya yang masih 7 tahun, orangtua dapat memasukkan value melalui buku adab ,
memberi contoh berulang, latihan-latihan-latihan
Hal yang perlu diingat saat anak Melanggar kesepakatan/Aturan :
1. The upstair brain still under construction
2. Perilaku anak dapat dirubah
MENGELOLA KEMARAHAN
1. Take 5
2. Cari cara untuk menenangkan diri dan tubuh anda
3. Ubah cara pandang untuk mengubah emosi (2W1H)
4. Tunggu saat yang tepat untuk mendisiplinkan anak
Describe don’t preach : Hindari mengulang-ulang aturan, langsung deskripsikan perilaku yang
anda lihat
“ Taruh sepatu di rak” vs “ Mama lihat ada sepatu tergeletak di lantai”
“ Adek harusnya bisa jawab pertanyaan bu guru tadi kan sudah diajarin” vs “ Adek tadi kaget ya
sama pertanyaan bu guru jadinya bingung mau jawab padahal adek tahu jawabannya”
Jadi, pendidikan karakter disiplin anak untuk membentuk jati diri warga negara dimulai dari rumah
sebagai langkah awal dan pertama. Karakter harus dibentuk secara bertahap dan butuh proses yang
panjang. Butuh keterlibatan berbagai pihak agar kerja besar ini dapat terwujud sehingga bangsa ini
memiliki jati diri. Berawal dari individu, keluarga, masyarakat, kemudian baru Negara.
Referensi Tambahan :
Dikuti Dari Jurnal Karya Andi Kumaini, SMA Negeri 1 Kandis, “PENDIDIKAN KARAKTER
UNTUK MENDISIPLINKAN ANAK DALAM MEMBENTUK JATIDIRI WARGA NEGARA”
( https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jbti/article/download/4567/pdf )