Anda di halaman 1dari 10

Nama : Annisa Rahmafita

NIM : PO.7120120089
Kelas 1B

RESUME 1

KOMUNIKASI EFEKTIF
Dr. Ira Kusumawaty, S.Kp., M.Kes.,MPH

PERMASALAHAN KOMUNIKASI EFEK PANDEMI


Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya.Umumnya pasien takut
bertanya dan bercerita atau mengungkapkan diri. Banyak orang tua yang tidak tau bagaimana
seharusnya berkomunikasi atau menyampaikan sesuatu kepada anak dengan baik. Banyak orang tua
yang menjaga jarak tidak berkomunikasi dengan anak karena sedang isolasi mandiri.

Pandemi COVID-19 membawa perubahan dunia yang dahsyat dan tantangan bagi ketahanan
psikologis, ekonomi, dan sosial masyarakat dunia, termasuk di bidang pendidikan. Pandemi
menyebabkan krisis kesehatan, pangan, sosial, pendidikan, tingginya jumlah orang sakit, kematian,
kerugian ekonomi, dan risiko psikososial, yang melebihi kemampuan manusia untuk menangani
situasi tersebut (American Health Organization, 2009).
Media dan percakapan sosial didominasi isu pandemi. Masyarakat terpapar informasi dalam
jumlah besar yang membuat tingkat kecemasan menjadi tinggi. Tekanan isolasi sosial dan
ketiadaan pekerjaan memberikan efek signifikan pada kesehatan mental. Beragam trauma
psikologis muncul, seperti kesepian (lonelines), gangguan komunikasi, suasana hati,
ketidakpercayaan diri, stres, ketakutan, kesedihan, kebosanan, kecemasan, ketidakmampuan
beradaptasi dengan lingkungan, kegagapan teknologi komunikasi baru, penyalahgunaan obat-
obatan dan alkohol, insomnia, depresi, panik, frustrasi, bahkan bunuh diri (Department of
Psychiatry, 2020; Usher dkk., 2020).

Contoh Hambatan Komunikasi Kala Pandemi :


Menurut Joseph dan Czarnecki (dalam Delwiche dan Henderson, 2013, hlm. 228), penggunaan
media digital dalam proses pembelajaran akan membuat siswa mengorbankan kebebasannya,
sekalipun di sisi lain memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengekspresikan personal
dirinya. Kesempatan mengekspresikan diri merupakan pengalaman yang jarang hadir dalam
program pendidikan tradisional (luring). Menurut Joseph dan Czarnecki (dalam Delwiche dan
Henderson, 2013, hlm. 228), di media digital, lingkungan sangat terkontrol, diatur, dan dalam level
tertentu sangat artifisial. Siswa tidak selalu atau belum tentu akan mendapatkan respons yang
mereka inginkan. Media digital membuat siswa “dipaksa” menjawab apa yang pendidik inginkan,
dibandingkan dengan menerima jawaban atau respons siswa yang lebih alami. Artinya, dalam
pembelajaran daring, respons siswa tidak sealami dalam kondisi kuliah luring. Akibat penggunaan
media daring, siswa menjadi tidak mudah memahami peta pembelajaran, mengantisipasi respons,
dan sulit mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya.
URGENSI KOMUNIKASI EFEKTIF.

Meningkatkan kualitas interaksi anak dengan orangtua


Mengoptimalkan tumbuh kembang anak
Mencegah Perilaku-perilaku Menyimpang
Mendeteksi kelainan pada tumbuh kembang anak

Komunikasi merupakan sebuah media untuk menyampaikan pesan. Komunikasi harus dikuasai
oleh orang tua dalam melakukan pengasuhan positif pada anak. Melalui komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal orang tua dapat mengetahui maksud yang akan disampaikan oleh anak.
Komunikasi efektif ketika orang tua memberikan arahan kepada anak, dan anak menyampaikan
gagasannya dalam suasana yang nyaman dan saling memahami

Bagaimana kita berkomunikasi? KITA MEMERLUKAN :


PESAN
KOMUNIKATOR
MEDIA
KOMUNIKAN
UMPAN BALIK

APA SAJA UNSUR KOMUNIKASI ??

KLASIFIKASI KOMUNIKASI
Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Kelompok
Komunikasi Komunikasi Publik Organisasi
Komunikasi Massa

JENIS KOMUNIKASI

Komunikasi Tertulis
komunikasi yang penyampaian pesan secara tertulis baik manual maupun melalui media seperti
email, surat, media cetak lainnya.
Komunikasi Verbal
Komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi seperti telepon
Komunikasi Non Verbal
proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata

Lalu, bagaimana contoh KOMUNIKASI EFEKTIF yang baik pada anak??


Contoh Komunikasi Efektif
Refleksi Pengalaman
“ Ibu juga pernah mecahin gelas, kaget banget. Akhirnya ibu selalu berhati-hati kalau
membawanya”
Menunjukkan Empati
“Ngantuk ya rasanya habis main di luar?”
Menyatakan Observasi
“Ibu lihat makanan kamu masih agak banyak”
Menyatakan Pilihan
“ Ibu akan membacakan cerita mengenai binatang, mana yang akan kamu pilih: ibu bercerita
tentang ayam atau sapi?

Contoh Komunikasi Tidak Efektif

Interogasi
“Kok, Makanannya gak dihabiskan? Kenyang? Gak suka?”
Nasihat
“Makanya jangan sambil main-main bawanya!”
Perintah
“Tenang! Ayah akan membacakan buku tentang sapi!”
Menolak/ Mengalihkan Perasaan
“Masa sih kamu capek?”

Referensi Tambahan :
Dikutip dari Bab 16 Jurnal Karya Soraya Fadhal,Univ Al Azhar Indonesia “Hambatan Komunikasi
dan Budaya dalam Pembelajaran Daring pada Masa Pandemi COVID-19”
( https://eprints.uai.ac.id/1539/1/ILS0001-21_Isi-Artikel.pdf )
RESUME 2

Pola Asuh Ananda Di Masa Pandemi


Prof. Dr. dr. H. Yuwono, M.Biomed. Dokter – Pendidik

Nyanyian Pandemi Sejak Dulu


1. Ada sumber awal virus (asal – muasal)
2. Pola penularan & penyebaran
3. Menyebabkan sakit
4. Dihubungkan dengan Kematian
5. Ketakutan berlebihan
6. Konsumsi berbagai barang (termasuk yang tak perlu)
7. Krisis ekonomi
8. Ditemukan vaksin
9. Pandemi mereda hingga hilang

Perjalanan Penyakit Covid-19


1. Fase flu like illness (mirip flu) pada pekan pertama, sangat menular
2. Fase critical pada pekan kedua:Yang ringan akan sembuh, yang berat bisa kritis hingga wafat
Pada anak-anak tidak ada bukti adanya fase critical, melainkan hanya fase flu like kemudian
recovery
3. Fase recovery pada pekan ketiga
Nama penyakitnya Covid-19, nama virusnya SARS-CoV2

Diagnosis & Treatment


• Tracing:Melacak orang yang kontak erat dgn pasien yang positif Covid (saran saya sejak awal
bagi yang bergejala saja)
• Testing dgn simpulan Dipastikan Covid sesuai kaidah Postolat Koch dgn mendeteksi adanya
virus.
• Saat ini disepakati dengan metode PCR. Namun sayang sekali, PCR hanya mendeteksi asam
nukleat, bukan mendeteksi virus aktif atau tidak, sehingga tidak bisa untuk memprediksi perjalanan
penyakitnya (patogenesis). Untuk tahu virus aktif atau tidak dengan pembiakan.
• Testing dgn simpulan Diduga Covid:Rapid Antibodi, Rapid Antigen, Genose test

Treatment:
1. Isolasi Mandiri untuk yang tanpa gejala & gejala ringan
2. Di rumah sakit untuk yang gejala sedang & gejala berat
Pandemi adalah Bagian dari Seleksi Alam (Sunnatullah)

Imunitas Kuat Bisa Diperoleh Dengan...


1. Terinfeksi Covid-19 kemudian sembuh: Punya antibodi
2. Pasien Covid yg diterapi plasma: Transfusi antibodi dari donor
3.Mendapat antibodi dari ibu saat di kandungan & dari ASI saat lahir: Terutama IgA & IgG
4.Menjaga imunitas dengan: Pikiran positif, tidur 6 jam, cukup makan & aktif bergerak:Status
imunitas baik
5. Orang sehat tanpa comorbid yg divaksin: Terbentuk neutralizing antibodies

IMUNITAS
• Ketahanan (resistensi) tubuh terhadap antigen (zat dari luar tubuh kita) & patogen (kuman &
produknya).
• Imunitas berupa anatomi (struktur) dan fisiologi (fungsi) yang berfungsi melindungi tubuh dari
penyakit
• Imunitas mampu membedakan zat yang merupakan bagian dari tubuhnya (self) dan yang asing
(nonself)

PERKEMBANGAN IMUNITAS
• Imunitas bayi masih defisiensi (lemah) krn belum terstimuli. Bayi lahir hanya membawa antibodi
IgG (antibodi lainnya tidak bisa menembus plasenta). Kemudian akan dapat IgA dari ASI yg dapat
memproteksi hingga 18 bulan
• Usia 6 – 9 bulan mulai kuat respon imunitasnya terhadap antigen glikoprotein dan usia 12 – 24
bulan respon imunitasnya kuat terhadap antigen polisakarida.
• Imunitas seseorang berkembang pesat menjelang pubertas (baligh) karena dipicu hormon
• Imunitas dewasa sudah bekerja baik karena fisik, psikologis dan sistem imunitas sudah mapan
• Pada lansia imunitas sudah kehilangan dayanya disebabkan proses penuaan alami
(immunosenescence)

STATUS IMUNITAS SESEORANG


Imunitas seseorang kemungkinan bisa:
1. Lemah
2. Normal
3. Berlebihan
4. Autoimun(gagal mengenali self)
INI ARTINYA IMUNITAS INI SEMAKIN BANYAK STIMULI MAKIN KUAT PULA
IMUNITAS TUBUH.

Pola Asuh Orang Tua Di masa Pandemi ini bagaimana ?


Sejak akhir tahun 2019, dunia telah dihebohkan dengan kemunculan Corona Virus Disease 19
atau sering dikenal dengan COVID-19, di Kota Wuhan, China. Covid-19 membuat kehidupan
manusia lumpuh di berbagai sector, mulai dari sektor perekonomian sampai dengan sektor
pendidikan. Virus ini mulai masuk ke Indonesia sejak awal tahun 2020 dan menyebar secara masif
pada Maret 2020.
Sejak kebijakan belajar dari rumah diberlakukan, peran orang tua semakin bertambah. Orang
tua dituntut untuk menerapkan pola asuh yang baik dalam mendampingi anak selama waktu nyaris
24 jam.Disadari maupun tidak disadari, pengasuhan orang tua selama ini cenderung terfokus pada
perawatan, pembimbingan dan keterampilan yang mendasar, seperti sikap mematuhi perintah
agama dan tuntutan berperilaku baik sesuai norma kebiasaan. Sedangkan tanggung jawab
pendidikan secara akademik dialihkan kepada lembaga pendidikan (Rosdiana, 2006). Kebanyakan
orang tua cenderung hanya berfokus pada kelengkapan fasilitas dan merasa saat anak masuk ke
lembaga pendidikan, maka orang tua sudah tidak memiliki tanggungjawab dalam mendidik anak.
Padahal, sejatinya pelaksanaan pendidikan bukan hanya tanggung jawab lembaga saja. Namun,
tanggung jawab orang tua dan masyarakat sekitar juga. (Kemendikbud, 2020)

Bagaimana Sekolah Di Masa Pandemi?


1. Tujuan & Strateginya tidak berbeda dengan masa tidak pandemi 2. Prinsip protokol kesehatan:
Yang Sehat boleh masuk sekolah
3. Untuk tetap sehat, mutlak status imunitas harus baik
4. Kesepakatan Ortu, Guru & Yayasan
5. Aspek teknis meliputi:
• Sinar matahari cukup
• Aliran udara baik
• Space yang lapang
• Screening digerbang,cek suhu baru cuci tangan
• Setiap siswa wajib sarapan dirumah
• Setiap siswa membawa bekal makanan & alat makan
• Setiap siswa membawa masker,pakaian & sabun

Blue Print Pendidikan 2035 Mendikbud


• Ekosistem: Sekolah menyenangkan, managemen terbuka, ortu aktif
• Kualitas guru
• Paedagogi (Pengajaran): Student center
• Kurikulum: Fleksible,kompetensi, menu
• Sistem penilaian: Formatif, portofolio
Tujuan Pendidikan
1. Membentuk Generasi Berakhlak :Tanpa akhlak nilai seseorang
adalah 0 (nol)
2. Membentuk Generasi Robbani :Pembelajar mandiri yang cerdas berlogika (bukan sekedar
akademik)
3. Menguatkan Jiwa Kepemimpinan :Setiap kita adalah pemimpin yang akan diminta
pertanggungjawabannya
4. Membekali Kemampuan Mencari Nafkah:Agar hidup mulia (tidak meminta-minta)

Prinsip Asah Asih Asuh


• Asah:Mengajar
• Asih:Mencintai (Kasih Sayang)
• Asuh:Membina

Pola Asah Asih Asuh adalah Talaqi


• Talaqi artinya bertemu langsung
• Setiap siswa merasakan & mengerjakan (hands on)
• Ortu-siswa-guru sejalan dan aktif

Referensi Tambahan :
Dikutip Dari Jurnal Karya Putu Audina Suksma Cintya Dewi dan Husnul Khotimah, Fakultas
Psikologi, Univ Merdeka Malang “POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK DI MASA
PANDEMI COVID-19” ( https://jurnalfti.unmer.ac.id/index.php/senasif/article/download/324/279/ )
RESUME 3

PENEGAKAN DISIPLIN POSITIF


Rimas Dian Mareta, M.Psi, Psikolog

Apa itu disiplin ?


Apa artinya mendisiplinkan anak ?

Prof.Dr.Dasim Budimansyah, M.Si dalam seminar Nasional 19 November 2014 menyatakan


“karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil (dapat dibentuk) pada diri individu yang menjadi
landasan penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi ” . Karakter dapat
disimpulkan sebagai sikap, perilaku, dan tindakan seseorang yang khas dimiliki setiap orang dalam
hal kebaikan. Karakter yang dimaksud adalah karakter baik.

menurut KBBI :
Tata tertib, Ketaatan
Proses Latihan yang dirancang untuk membentuk kebiasaan berpikir atau berperilaku.
Kontrol perilaku (biasanya pada anak dengan penerapan hukuman)

Apa yang anda lakukan saat anak melanggar aturan/kesepakatan ?


Memberi Hukuman
Menerapkan time-out
Mengabaikan

Disiplin yang efektif seharusnya memiliki 2 tujuan :


1.Membuat anak Mau bekerjasama dan melakukan dengan cara yang benar
2.Membangun skill baru pada anak
Terapkan 2 W 1 H :
Why : Mengapa anak saya berperilaku demikian
What : Pelakaran/Skill apa yang perlu saya berikan di kondisi tsb
How : Bagaimana cara untuk mengajarkannya

Contoh :
Kamil, 7 Tahun, marah dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas sambil berteriak saat
Ayahnya mengatakan bahwa waktu untuk bermain di playgroud sudah habis
Why ? : Dengan berkata kasar sambil berteriak, Kamil ingin memberitahu Ayahnya bahwa Ia
merasa kecewa dan marah.
What ? : Kamil masih perlu belajar untuk menyampaikan kekecewaan dengan cara yang lebih
ASSERTIF
How ? : Diusianya yang masih 7 tahun, orangtua dapat memasukkan value melalui buku adab ,
memberi contoh berulang, latihan-latihan-latihan
Hal yang perlu diingat saat anak Melanggar kesepakatan/Aturan :
1. The upstair brain still under construction
2. Perilaku anak dapat dirubah

MENGELOLA KEMARAHAN
1. Take 5
2. Cari cara untuk menenangkan diri dan tubuh anda
3. Ubah cara pandang untuk mengubah emosi (2W1H)
4. Tunggu saat yang tepat untuk mendisiplinkan anak

Reduce Word : Terlalu banyak nasehat membuat anak malas mendengarkan


Gunakan 4 prinsip saat menghadapi prilaku buruk anak :
1.Bangun koneksi dan bahas perasaan anak
2.Sebutkan perilaku buruk yang dilakukan
3.Beri contoh perilaku alternatif
4.Ajak anak beralih ke kegiatan lain

Embrace : Bantu anak membedakan perasaan dengan perilaku


Pesan Penting :
Anak boleh memiliki perasaan apapun (marah,kesal, sedih, malu, takut) tapi anak tidak selalu boleh
melakukan apa yang dia mau.

Describe don’t preach : Hindari mengulang-ulang aturan, langsung deskripsikan perilaku yang
anda lihat
“ Taruh sepatu di rak” vs “ Mama lihat ada sepatu tergeletak di lantai”
“ Adek harusnya bisa jawab pertanyaan bu guru tadi kan sudah diajarin” vs “ Adek tadi kaget ya
sama pertanyaan bu guru jadinya bingung mau jawab padahal adek tahu jawabannya”

Involve your child in the discipline :


Anak akan merasa dihargai jika Ia dilibatkan dalam penetapan aturan dibandingkan orangtua
langsung saja menyampaikan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak

Reframe a no into a yes with condition :


Memberikan pengalaman pada anak bahwa Ia saat ini tidak bisa mendapatkan apa yang Ia inginkan
namun ada saat lainnya. Akan lebih efektif untuk anak-anak yang lebih tua karena sudah lebih
mampu menggunakan “the upstair brain”.

Emphasize the positive :


Seringkali orangtua lebih berfokus pada kesalahan/ perilaku negatif anak dan gagal menangkap
perilaku positif anak. “Mama seneng banget adek tadi bisa nahan marah ” atau “ Ayah seneng
banget denger abang bisa ngomong dengan tegas tanpa teriak, coba nak ayah mau dengar lagi”
Creatively approach the situation:
Orangtua perlu kreatif untuk mencari cara yang menyenangkan atau menggunakan humor untuk
mencairkan situasi. Untuk anak yang lebih muda, cara sederhana seperti bicara dengan intonasi
yang lucu atau mempraktekkan wajah yang lucu juga dapat menjadi pilihan unuk merubah emosi
anak menjadi lebih positif.

Bagaimana peran orang tua dalam hal mendisiplinkan anak ini ?


Pertama, orang tua harus mengetahui tujuan penciptaan manusia seperti yang tertuang dalam
Al-Quran bahwa manusia diciptakan dengan 3 misi besar yaitu menjadi pemimpin
(kholifah)dimuka bumi, menjaga alam, dan membawa perdamaian. Konsep ini menjadi dasar
dalam mendidik anak. Ada 3 tugas pokok orang tua yang menjadi amanah besar. Menjadi
pemimpin artinya anak didik untuk siap menjadi pemimpin bagi dirinya, bagi keluarga, masyarakat,
Negara, maupun dunia. Menjaga alam adalah menjaga bagaimana alam ini dapat seimbang untuk
kelangsungan hidup seluruh makhluk yang ada di bumi yang sekarang sering diistilahkan dengan
“go green”. Terakhir adalah untuk menjaga perdamaian, hidup berdampingan, menciptakan tatanan
kehidupan sosial yang nyaman dan bersahaja serta saling toleransi.
Kedua, orang tua harus memahami ilmu pengasuhan anak. Anak sesungguhnya adalah pribadi
yang baik dengan segala potensi yang telah diberikan Allah. Kurang tepat jika ada yang
menyatakan bahwa anak seperti kertas yang kosong. Namun potensi ini harus senantiasa dijaga dan
dirawat agar tepat pada koridor yang benar.
Ketiga, anak tidak disiplin berpangkal dari orang tua yang tidak konsisten terhadap
ucapan dan tindakan. Menginginkan anak yang disiplin maka harus dari orang tua yang harus
konsisten. Saat anak dilarang untuk makan menggunakan tangan kanan, maka jangan sesekali
orang tua membiarkan anaknya makan dengan tangan kiri. Sering kali orang tua dikalahkan dengan
tangisan anak. Abah Ihsan dalam seminar parenting pernah mengatakan bahwa lebih kurang 80%
tangisan anak adalah acting untuk mewujudkan keinginan. Jadi jika kita mengatakan tidak maka
konsistenlah dengan kata tidak sampai kapanpun walaupun anak menangis. Karena jika dituruti
makabersiaplah orang tua akan dikendalikan anak dengan tangisan.

Jadi, pendidikan karakter disiplin anak untuk membentuk jati diri warga negara dimulai dari rumah
sebagai langkah awal dan pertama. Karakter harus dibentuk secara bertahap dan butuh proses yang
panjang. Butuh keterlibatan berbagai pihak agar kerja besar ini dapat terwujud sehingga bangsa ini
memiliki jati diri. Berawal dari individu, keluarga, masyarakat, kemudian baru Negara.

Referensi Tambahan :
Dikuti Dari Jurnal Karya Andi Kumaini, SMA Negeri 1 Kandis, “PENDIDIKAN KARAKTER
UNTUK MENDISIPLINKAN ANAK DALAM MEMBENTUK JATIDIRI WARGA NEGARA”
( https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jbti/article/download/4567/pdf )

Anda mungkin juga menyukai