Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN SOSIOLINGUISTIK PEMAKAIAN BAHASA PADA

MAHASISWA DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA UNTUK


PENUTUR ASING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Alurina Sabila, Fitria Sukma Jannati, Andi Haris Prabawa, Sri Waljinah
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Muhammadiyah Surakarta
alurinasabila04@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui kesalahan dalam berbahasa
Indonesia yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai bahasa Asing serta
mendapatkan hasil optimal dalam percakapan Bahasa Indonesia bagi para penutur
bahasa pada mahasiswa. 2) faktor-faktor terjadinya kesalahan pemakaian bahasa
pada mahasiswa. Hal ini terjadi adanya fenomena pemakaian bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua bagi mahasiswa penutur bahasa asing juga tidak lepas dari
kesalahan. Makin tinggi jumlah kesalahan, makin rendah tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran bahasanya. Oleh karena itu, tentunya harus ada upaya
menekan sekecil-kecilnya kesalahan berbahasa yang dilakukan. Metode yang
digunakan yaitu deskriptif kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati dari mahasiswa asing.hasil penelitian ini adalah
mendiskusikan kesalahan itu bersama-masa, dan memberi latihan mencari
kesalahan dalamsuatu paragraf. Penelitian ini berkesimpulan bahwa: pertama
unsur-unsur linguistik yang mengalami kesalahan berbahasa yang sering terjadi
pada mahasiswa, ada beberapa kategori kesalahan, yaitu: kesalahan ejaan:
pembentukan kata, aspek sintaksis dan aspek semantik.
Kata kunci: kesalahan berbahasa, pembentukan kata, kesalahan ejaan.

PENDAHULUAN
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) merupakan satu dari 164
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan satu di antara 1.890 Perguruan
Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia. Amal usaha bidang pendidikan ini bertekad
mewujudkan kampus sebagai "Wacana Keilmuan dan Keislaman", yakni mampu
menumbuhkan budaya Islami yang menguasai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang dilandasi nilai-nilai keislaman.Pemakaian bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua bagi mahasiswa penutur bahasa asing juga tidak lepas
darikesalahan. Makin tinggi jumlah kesalahan, makin rendah tingkat pencapaian
tujuan pembelajaran bahasanya.

1
UU No. 24 Tahun 2009 pasal 29 ayat (1) menyatakan bahwa bahasa
Indonesia wajib digunakan sebagai bahasapengantar dalam pendidikan nasional.
Penguasaan bahasa Indonesia, akan lebih memudahkan mahasiswa penutur bahasa
asing untuk berkomunikasi, baik komunikasi secara lisan maupun tulis.
Mahasiswa penutur bahasa asing di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
agar dapat belajar dengan efektif dituntut untuk menguasai bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua mereka.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa.
Keterampilan menyampaikan gagasan, perasaan, dan pengalaman kepada orang
lain dengan menggunakan bahasa tertulis. Keterampilan berbicara disampaikan
secara lisan sedangkan dalam keterampilan menulis, gagasan disampaikan secara
tertulis (Anjarsari Nurvita, 2013:2). Namun, sampai sekarang keterampilan
menulis mahasiswa penutur bahasa asing khususnya dalam menulis akademik
masih terdapat banyak kesalahan. Maka dari itu, diperlukan penelitian untuk
mencari tahu kesalahan berbahasa yang dilakukan mahasiswa penutur bahasa
asing dan mengapa kesalahan tersebut bisa terjadi. Penelitian ini difokuskan pada
kesalahan pemakaian bahasa Indonesia mahasiswa penutur bahasa asing
berdasarkan taksonomi kategori linguistik yang meliputi bidang ejaan, morfologi,
semantik, dan sintaksis.
METODE
Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif dengan objek
penelitian penggunaan kesalahan berbahasa pada mahasiswa dengan
menggunakan bahasa Indonesia sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Data yang digunakan sebagai sampel adalah dari cara
berbahasa mahasiswa asing. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi lapangan. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah pemeriksaan
data, klasifikasi data dan penyusunan data. Data yang terkumpul melalui tahap
seleksi dimana data dipilih yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji serta
dihubungkan dengan metode deskriptif kualitatif. Peneliti menganalisa dan
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dimana data dapat di proses bersama
dan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh serta mendalam berdasarkan

2
fakta yang terdapat pada lapangan. Seluruh data yang di peroleh kemudian
diinterpretasikan atau dijabarkan sehingga didapatkan makna yang dapat ditarik
untuk kesimpulan akhir.Penelitian ini termasuk studi kasus, karena berupaya
mencari kebenaran ilmiah dengan meneliti objek penelitian secara mendalam
untuk memperoleh hasil yang cermat.

PERANGKAT TEORI
Spillane, 1993:1-4, dalam makalahnya yang berjudul ―Kesulitan Orang
Asing Belajar Bahasa Indonesia‖, menguraikan hasil refleksi pengalaman
pribadinya sebagai orang Amerika selama belajar bahasa Indonesia. Ia
menyatakan bahwa kebiasaan belajar yang terlalu visual mengakibatkan
kemampuan menangkap ujaran yang dituturkan orang lain tidak terlalu baik. Jadi,
masalah yang dialami lebih pada menangkap tuturan lisan dari mitra bicaranya.
Beberapa kesalahan yang dialaminya antara lain, pemilihan afiks yang tepat,
penentuan asimilasi bunyi, penentuan makna kata setelah mendapat imbuhan,
pembentukan konstruksi pasif - aktif, pengucapan bunyi-bunyi sengau, pemakaian
kata depan, pemakaian penggolong nomina, dan penerjemahan nomina yang
disertai lebih dari satu ajektiva, serta kesalahan dalam memilih kata yang tepat
untuk ujaran tertentu.
Dardjowidjojo, 1995:1-10 secara umum memaparkan masalah-masalah
yang dialami oleh pembelajar asing dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Pertama, bentuk kelas individual dan kelas klasikal sering menimbulkan masalah
bagi pembelajar. Hal ini disebabkan kemampuan awal bahasa target/bahasa tujuan
yang dimiliki pembelajar tidak sama sehingga ada ketimpangan kemampuan di
kelas. Kedua, bahan pembelajaran yang tidak sesuai dengan tingkat penguasaan
bahasa dan latar belakang pembelajar menimbulkan kesulitan tersendiri dalam
pemahamnnya. Ketiga, metode pengajaran yang dipakai dalam pembelajaran tidak
tepat. Keempat, kualifikasi pengajar yang relatif rendah, dan masalah kelima
adalah penyelenggaraan kursus yang tidak terorganisir. Kelima masalah tersebut
mengakibatkan pembelajaran bahasa Indonesia kurang efektif dan pencapaian
tujuannya kurang optimal.

3
Sementara itu, (Munawarah, 1996:1-6) mencatat tiga jenis kesalahan
penulisan yang dilakukan pembelajar asing ketika mereka membuat karangan.
Kesalahan tersebut meliputi (1) kesalahan memilih kata untuk mewakili konsep-
konsep, (2) kesalahan di bidang ejaan, dan (3) kesalahan tata bahasa yang terdiri
atas kesalahan imbuhan, kesalahan aktif-pasif, kesalahan konjungsi dan preposisi,
serta kesalahan susunan kalimat.Dia mengajukan dua langkah pemecahan
masalah, (1) mendiskusikan kesalahan itu bersama-masa, dan (2) memberi latihan
mencari kesalahan dalam suatu paragraf. Namun demikian pengamatan ini belum
mengarah pada latar belakang pembelajar dan pemecahan masalah yang
komprehensif.
Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Simbol-simbol tertulis tersebut
perlu disusun dan diungkapkan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami secara
jelas dan benar sesuai apa yang dimaksud penulis. Dalam hal ini, pengguna
bahasa simbol dan tanda baca yang efektif adalah mutlak (Keraf, 1994:1).
Salah satu wujud kesalahan dalam tindak berbahasa juga bisa disebabkan
oleh adanya kerancuan dalam berpikir. Kerancuan dalam berpikir ini bisa terjadi
karena penggunaan kalimat aktif dan pasif yang salah, adanya penggunaan subjek
yang didahului oleh kata sambung, dan bahkan karena adanya logika berpikir. Hal
tersebut juga ditegaskan oleh Sugono (2009:201) yang mengatakan bahwa tidak
sedikit ditemukan kalimat tidak gramatikal yang disebabkan oleh ketaksaan
pikiran penutur bahasa. dua konsep disatukan menjadi satu sehingga menjadikan
struktur kalimat yang tidak tegas dan bermakna ganda.
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai
unit kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari
sistem kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang
menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana
dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang di sempurnakan. Ejaan ialah
kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya)
dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) penggunaan tanda baca (KBBI, 2005:128).
Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua bagi mahasiswa
penutur bahasa asing tidak lepas dari kesalahan. Makin tinggi jumlah kesalahan,

4
makin rendah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran bahasanya. Oleh karena itu,
tentunya harus ada upaya menekan sekecil-kecilnya kesalahan berbahasa yang
dilakukan. Kesalahan berbahasa bisa terjadi karena adanya banyak hal, misalnya
pengaruh bahasa ibu, kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang
dipakainya dan pengajaran bahasa yang kurang sempurna (Setyawati, 2010).
Selainitu, kesalahan berbahasa bisa juga terjadi karena adanya kontak
bahasa. Hal ini disebabkan, semua mahasiswa penutur bahasa asing tersebut
termasuk dwi bahasawan. Seperti yang diungkapkan oleh Kushartanti (2005:58)
bahwa terjadinya kontak bahasa disebabkana dan ke dwi bahasaan atau keaneka-
bahasaan. Kesalahan berbahasa tersebut bisa terjadi di semua aspek keterampilan
berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, baik
dari segi linguistik, seperti fonologi, morfologi, serta sintaksis, maupun dari segi
nonlinguistik, yaitu makna danisi.
Pemakaian bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan telah diatur dalam
UU No. 24 Tahun 2009 tentang bendera, bahasa, danlam bangsa negara, tepatnya
pada pasal 29 ayat (1) yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia wajib digunakan
sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Dengan menguasai bahasa
Indonesia, mereka akan lebih mudah untuk berkomunikasi baik komunikasi secara
lisan maupun tulis, terutama untuk dalam proses pembelajaran dan menyelesaikan
tugas akademik di kampus. Walaupun demikian dalam setiap kegiatan
pembelajaran, empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis selalu muncul. Hal ini tentunya tidak bisa dilepaskan dari
inti pembelajaran bahasaya itu empat ranah tersebut meskipun di setiap kegiatan
pasti ada keterampilan berbahasa yang ditonjolkan.
Ada beberapa hal yang membuat materi lebih menarik dan bermanfaat,
makahal hal yang berkaitan dengan “Indonesia” menjadi lebih penting, baik
berupa budaya, seni, kuliner, tempat wisata, dan lain-lain. Tujuan menampilkan
materi tentang Indonesia ini agar pembelajaran lebih menarik dan mereka lebih
mengenal Indonesia tidak hanya dari aspek bahasa tetapi dari aspek-aspek yang
lain juga. Berdasarkan uraian di atas tampak jelas fenomena pemakaian bahasa
oleh mahasiswa asing sangat menarik untuk dikaji. Apabila diamati keduakajian
di atas hanya meneliti berkaitan dengan bahasa tulis mahasiswa asing beserta cara

5
pengucapannya kepada lawan berbicara yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa
asing maupun mahasiswa pada umumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kebiasaan belajar yang terlalu
visual mengakibatkan kemampuan menangkap ujaran yang dituturkan orang lain
tidak terlalu baik. Jadi, masalah yang dialami lebih pada menangkap tuturan lisan
dari mitra bicaranya. Beberapa kesalahan yang dialaminya antara lain, pemilihan
afiks yang tepat, penentuan asimilasi bunyi, penentuan makna kata setelah
mendapat imbuhan, pembentukan konstruksi pasif - aktif, pengucapan bunyi-
bunyi sengau, pemakaian kata depan, pemakaian penggolong nomina, dan
penerjemahan nomina yang disertai lebih dari satu ajektiva, serta kesalahan dalam
memilih kata yang tepat untuk ujaran tertentu.
Dardjowidjojo, 1995:1-10 secara umum memaparkan masalah-masalah
yang dialami oleh pembelajar asing dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Pertama, bentuk kelas individual dan kelas klasikal sering menimbulkan masalah
bagi pembelajar. Hal ini disebabkan kemampuan awal bahasa target/bahasa tujuan
yang dimiliki pembelajar tidak sama sehingga ada ketimpangan kemampuan di
kelas. Kedua, bahan pembelajaran yang tidak sesuai dengan tingkat penguasaan
bahasa dan latar belakang pembelajar menimbulkan kesulitan tersendiri dalam
pemahamnnya. Ketiga, metode pengajaran yang dipakai dalam pembelajaran tidak
tepat. Keempat, kualifikasi pengajar yang relatif rendah, dan masalah kelima
adalah penyelenggaraan kursus yang tidak terorganisasi. Kelima masalah tersebut
mengakibatkan pembelajaran bahasa Indonesia kurang efektif dan pencapaian
tujuannya kurang optimal.
Perlunya pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia tersebut juga
dituntut oleh permasalahan bahasa di Indonesia. Permasalah bahasa Indonesia
dapat dikelompokkan ke dalam tiga cakupan masalah , yaitu masalah (1) bahasa
nasional, (2) bahasa daerah, dan (3) penggunaan bahasa asing. Selain sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara, yang
berkonsekuensi menjadi bahasa ilmu, teknologi, seni, dan media massa. Mengenai
bahasa daerah , di Indonesia terdapat 746 bahasa daerah, yang berarti terdapat 746
kelompok etnik. Sementara itu, tentang bahasa asing, selain bahasa-bahasa Eropa,

6
selain pertumbuhan industry di Asia (dimulai dari Jepang disusul Korea dan
Cina), kini bahasa Jepang, Korea, dan Cina banyak dipelajari masyarakat generasi
generasi muda Indonesia. Kondisi masyarakat Indonesia tergolong masyarakat
multilingual(banyak bahasa yang hidup dalam masyarakat yang multicultural).
Setiap anggota masyarakat Indonesia setidaknya menguasai dua bahasa, yaitu
bahasa daerah sebagai bahasa ibu dan bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa
nasional maupun sebagai bahasa Negara. Selain bahasa daerah dan bahasa
Indonesia, sebagai masyarakat itu menguasai bahasa asing sebagai sarana
interaksi dengan dunia global. Kondisi multilingual itu perlu dipertahankan dan
diteruskan kepada generasi pelapis bangsa sehingga anak-anak Indonesia akan
menjadi orang Indonesia sejati masa kini dan masa depan yang mampu
berinteraksi secara local, nasional, dan global.
Faktor internal penyebab kesalahan pemakaian bahasa Indonesia terdiri
atas kurangnya motivasi,perbedaan potensi,dan latar belakang bahasa.Pertama,
kurangnya motivasi. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Ellis bahwa
motivasi berpengaruh terhadap seberapa besar upaya pembelajar untuk menguasai
bahasa kedua/B2 (1997:75). Berbeda dengan pemerolehan bahasa pertama yang
tidak memerlukan motivasi, faktor motivasi justru sangat berpengaruh pada
pemerolehan bahasa kedua. Pengaruh motivasi ini memiliki dampak yang besar
pada diri pembelajar agar dapat menguasai bahasa kedua dengan baik. Pembelajar
senantiasa merasa ingin tahu segala hal yang menyangkut tentang bahasa kedua
yang dipelajari dan mereka berusaha untuk menjawab rasa keingintahuan mereka.
Selain itu, motivasi yang tinggi membuat pembelajar berusaha memperbanyak
kosakata yang dikuasai maupun menguasai kaidah bahasa kedua untuk
meningkatkan empat keterampilan berbahasa mereka.
Faktor kedua yang mempengaruhi penyebab adanya kesalahan pemakaian
bahasa Indonesia pada karangan mahasiswa penutur bahasa asing adalah potensi.
Banyak waktu yang dihabiskan seseorang untuk mempelajari bahasa kedua, tetapi
mereka tetap mengalami kegagalan. Sementara sebagian orang dapat dengan
mudah menyerap kata-kata asing dan memahami grammar serta berbicara dalam
bahasa tersebut dengan lancar. Ada yang mengambil kesimpulan bahwa
perbedaan itu disebabkan adanya potensi mereka.

7
Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua bagi mahasiswa
penutur bahasa asing juga tidak lepas dari kesalahan. Makin tinggi jumlah
kesalahan, makin rendah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran bahasanya. Oleh
karena itu, tentunya harus ada upaya menekan sekecil-kecilnya kesalahan
berbahasa yang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kesalahan dalam berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai
bahasa Asing serta mendapatkan hasil optimal dalam percakapan Bahasa
Indonesia bagi para penutur bahasa pada mahasiswa.
Pemakaian bahasa bahasa mahasiswaasing dalam pembelajaran BIPA juga
dipengaruhioleh bahasa Jawa. Hal ini dikarenakandalam pergaulan sehari-hari,
mereka berinteraksidengan mahasiswa dan masyarakat Solo yangmenggunakan
bahasa Jawa dalam berkomunikasi.Secara langsung maupun tidak langsung,
mahasiswa asing tentu terpengaruh dengan bahasa yang digunakan masyarakat
dan mahasiswa Solo yang tinggal bersama dalam satu kost atau rumah. Bahkan
kemampuan bahasa Indonesia mahasiswa asing banyak dipengaruhi oleh
pergaulan sehari-hari ketika berinteraksi dengan mahasiswa atau masyarakat Solo
tersebut. Keadaan ini menyebabkan bahasa Jawa juga berpengaruh dalam
pengguasan bahasa Indonesia mahasiswa asing. Fenomena pemakaian bahasa
Jawa tergambar dalam data berikut ini:
(1) Dosen : Selamat Pagi
(2) Mahasiswa 1 : Selamat Pagi, Pak. [serentak]
(4) Mahasiswa 2 : Sugen gEnjang, Mas. Betul, Pak.
(5) Dosen : Betul. Kamu bias bahasa Jawa?
(6) Mahasiswa 2 : Ya, belajar dari teman kost, Pak.
(7) Dosen : Oh. Bagus tapi bahasa Jawa lebih sulit dari pada bahasa
Indonesia
(8) Mahasiswa 2 : Kula mboten saged bahasa Jawa.
(9) Mahasiswa 3 : Apa itu artinya.
(10) Dosen : Saya tidak dapat berbahasa Jawa
(11) Mahasiswa 3 : Oh.
Pelaku Tuturan :Penutur adalah seorang dosen bahasa Indonesia di perguruan
tinggi dan mengajar penyuntingan di UMS.
Mitra tutur adalah mahasiswa yang belajarPenyuntingan
Situasi Tuturan : Situasi tuturan adalah formal karena terjadi dalam proses
pembelajaran

8
Topik Tuturan :Pemakaian bahasa Jawa untuk memberikan salam di awal
pembelajaran.
LokasiTuturan : Tuturan terjadi di kelas penyuntingan UMS.
Fenomena pemakaian bahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di UMS
menunjukkan adanya campur kode (CK), alih kode (AK), interferensi, dan
integrasi yang merupakan hal-halyang ada dalam kajian sosiolinguistik. Peristiwa
tutur yang menunjukkan hal tersebut terpapar dalam data [1] berikut ini. 180 Data
[1] mengambarkan fenomena yang sangat menarik dalam kajian
sosiolinguistik.,seperti CK dan AK. Pelaku tuturan banyak sekali AK dan CK
dalam peristiwa tutur dalam data [1] di atas. Pada data [1.5] terlihat penutur
(dosen) melakukan CK dan AK yang muncul karena untuk mengimbangi mitra
tuturya itu mahasiswa asing yang menggunakan BIG dalam peristiwa tutur
tersebut. Ada kata no‘tidak/bukan’, means ‘artinya’ toy ‘mainan’, dan playing
‘bermain’ yang semuanya berbentuk kata. Semua kata tersebut termasuk dalam
peristiwa CK karena masih dalam tataran kata. Adapun untuk kalimat I am
playing football pada data tersebut sudah masuk kategori AK Karena telah
berbentuk kalimat. Jadi, jelas bahwa pemakaian bahasa yang dilakukan dosen
untuk mengimbangi tuturan mitra tuturya itu mahasiswa asing dengan tujuan agar
mahasiswaa sing lebih jelas dengan apa yang dipaparkan oleh dosen. Padadata [1]
tersebut banyak sekali fenomena CK dan AK yang dilakukan oleh mahasiswa
asing yang berasal dari beberapa negara. Mahasiswa ini melakukan AK dan CK
dalam peristiwa tutur tersebut, yaitu What is the meaning? ‘Ápa artinya’ dan
anotherword ‘kata yang lain’. Peristiwa CK danAK tersebut dilakukan penutur
karena penutur tidak tahu untuk mengekspresikan kata-kata tersebut dalam BIN.
Hal yang sama juga terjadi pada mahasiswa 2 yang berasal dari Vietnam.
Peristiwa CK yang dilakukan adalah menggunakan unsur BIG yaitu same ‘sama’.
Dosen : Adik membeli mainan di Solo Square. Ini adalah contoh kalimat
aktif karena diawali dengan prefix me- [menunjuk papan tulis]
Mahasiswa 1 : Mainan? What is the meaning?
Mahasiswa 2 : Same dengan bermain, Pak?
Dosen : No, bukan. Mainan means toy. Bentuknya nomina bukan verb.
Kalau bermain berarti playing. Saya bermain sepak bola, I am
playing football. [sambil menulis di papan tulis]
Mahasiswa 1 : Oke. Another word, Pak?

9
Dosen : Kata dasarnya ‘main’ bentuk yang lain :bermain, permainan,
mainan, bermain-main, mempermainkan. Ada yang tahu lainnya
Mahasiswa 3 : Mainkan, Pak
Dosen : Yabetul. Apalagi Nebojsa
Mahasiswa 4 : Hmmm, I don’t know.

Pelaku Tuturan :Penutur adalah seorang dosen bahasa Indonesia di perguruan


tinggi dan mengajar bahasa indonesia.Mitra tutur adalah mahasiswa asing yang
Belajar bahasa Indonesia yang berasal dari beberapa negara.
Situasi Tuturan :Situasi tuturan adalah formal karena terjadi dalam proses
pembelajaran bahasa indonesia
Topik Tuturan :Menjelaskan pembentukan kata yang berasal dari kata dasar
“main’.
Lokasi Tuturan :Tuturan terjadi di kelas bahasa indonesia UMS
SIMPULAN
Permasalah bahasa Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam tiga cakupan
masalah, yaitu masalah bahasa nasional, bahasa daerah, dan penggunaan bahasa
asing. Selain sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa Negara, yang berkonsekuensi menjadi bahasa ilmu, teknologi, seni, dan
media massa. Mengenai bahasa daerah, di Indonesia terdapat 746 bahasa daerah.
Sementara itu, tentang bahasa asing, selain bahasa-bahasa Eropa, selain
pertumbuhan industry di Asia, kini bahasa Jepang, Korea, dan Cina banyak
dipelajari masyarakat generasi generasi muda Indonesia.Pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua bagi mahasiswa penutur bahasa asing juga tidak
lepas dari kesalahan.Oleh karena itu, tentunya harus ada upaya menekan sekecil-
kecilnya kesalahan berbahasa yang dilakukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesalahan dalam
berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai bahasa asing serta
mendapatkan hasil optimal dalam percakapan Bahasa Indonesia bagi para penutur
bahasa pada mahasiswa.Bahkan kemampuan bahasa Indonesia mahasiswa asing
banyak dipengaruhi oleh pergaulan sehari-hari ketika berinteraksi dengan
mahasiswa atau masyarakat Solo tersebut. Keadaan ini menyebabkan bahasa Jawa
juga berpengaruh dalam pengguasan bahasa Indonesia mahasiswa asing.

10
DAFTAR PUSTAKA
“Analisis Kesalahan Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Karngan Mahasiswa
Penutur Bahasa Asing di Universitas Sebelas Maret”. Jurnal Penelitian
Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pengajarannya, 2(1) 1-15
Darsita, S. 2013. “Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia oleh Mahasiswa
Punutur Bahasa Asing”. Al-Turus, 20(2) 12-18
Saddhono Kundharu. 2012. “Kajian Sosiolinguistik Pemakaian Bahasa
Mahasiswa Asing dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur
Asing (BIPA) di Universitas Sebelas Maret”. Kajian Linguistik dan
Sastra, 24(2) 176-186
Saddhono Kundharu. 2006.”Bahasa Etnik Madura di Lingkungan Sosial: Kajian
Sosiolinguistik Kota Surakarta” dalam Jurnal Kajian Linguistik dan
Sastra, 18(34) 1-15. Anjarsari Nurvita, Sarwiji Suwandi, Slamet Mulyono.
2013
Inderasi Elen, Tiya Agustina. 2017. “Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada
Mahasiswa Asing dalam Program BIPA IAIN Surakarta” Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 6(2) 6-15
Jalan Moch. 2012. “Problematika Kesalahan Bahasa dan Penulisan Skripsi
Mahasaiswa Universitas Airlangga”. Departemen Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, 12(2) 92-209

11

Anda mungkin juga menyukai