Anda di halaman 1dari 4

Al Insan: Sajaratun aslin nuranih

1 dari 4

http://virtualcybernet.blogspot.co.id/2014/12/sajaratun-aslin-nuranih.html

Lainnya

Blog Berikut

Buat Blog

Masuk

Berbagi Tuk Meraih Masa Depan Gemilang

Rabu, 17 Desember 2014

Total Tayangan Laman

13274

Sajaratun aslin nuranih


tajjalinya Allah Taala yang pertama adalah dalam alam Uluhiyah. kemudian dari
alam Uluhiyah mengalir alam Jabarut, Malakut, Mitsal, Ajsam, Arwah dan Insan Kamil
di mana yang dimaksud dengan alam Uluhiyah adalah alam yang terjadi dengan
perintah Allah tanpa perantara.

Pengikut
Pengikut (2) Berikutnya

Martabat Pertama, Ahadiyah


Martabat pertama adalah Martabat Ahadiyah yang diungkapkan sebagai Martabat

Ikuti

23/07/2016 18:14

Al Insan: Sajaratun aslin nuranih

2 dari 4

http://virtualcybernet.blogspot.co.id/2014/12/sajaratun-aslin-nuranih.html

Lataayyun, atau al-Ama (tingkatan yang tidak diketahui). Disebut juga Al-Tanazzulat
li l-Dhat (dari alam kegelapan menuju alam terang), al-Bath (alam murni), al-Dhat
(alam zat), al-Lahut (alam ketuhanan), al-Sirf (alam keutamaan), al-Dhat al-Mutlaq
(zat kemutlakan), al-Bayad al-Mutlaq (kesucian yang mutlak), Kunh al-Dhat (asal
terbuntuknya zat), Makiyyah al-Makiyyah (inti dari segala zat), Majhul al Nat (zat
yang tak dapat disifati), Ghayb al Ghuyub (gaib dari segala yang gaib), Wujud
al-Mahad (wujud yang mutlak).

Arsip Blog
2016 (4)
2015 (1)
2014 (8)
Desember (2)
Arti huruf hijaiyah

Dan berikut adalah nukilan dari terjemahan tingkat pertama yang disebut Martabat
Ahadiyah dalam Suluk Sujinah dan Serat Wirid Hidayat Jati.
Suluk Sujinah

Sajaratun aslin nuranih


Juli (4)
Januari (2)

Ada pengetahuan perihal tingkatan dalam kehidupan manusia, yang diceritakan


dengan ajalollah dan dikenal dengan sebutan martabat tujuh, diawali dengan
kegaiban. Zat yang membawa pengetahuan tentang Diri-Nya, dan tanpa
membeberkan tentang kenyataan (fisik), Keadaannya kosong namun dasarnya ada.
Tapi dalam martabat ini belum berkehendak. Martabat Akadiyah disebut juga
dengan Sarikul Adham. Awal dari segala awal.
Dalam alam ahadiyah dimulai dengan aksara La dan bersemayam ila. Itulah
kekosongan pertama dari empat bentuk kekosongan. Kedua bernama Maslub. Ketiga
adalah Tahlil, dan keempat Tasbeh. Maslub bermakna belum adanya bentuk atau
wujud roh atau jiwa. Tak berbentuk badan atau wujud lainnya.
Tahlil berarti tak bermula dan tak berakhir. Sedangkan Tasbeh bermakna Tuhan
Maha Suci dan Tunggal. Tuhan tak mendua atau bertiga. Tak ada Pangeran lain
kecuali Allah yang disembah dan dipuja, yang asih pada makhluknya.

2012 (4)
2011 (3)

Mengenai Saya
horizon cybernet
Ilahi anta maksudi waridhoka
matlubi. atini muhabbataka wa
marifataka
Lihat profil lengkapku

Serat Wiirid Hidayat Jati


Sajaratul Yakin tumbuh dalam alam adam makdum yang sunyi senyap azali abadi,
artinya pohon kehidupan yang berada dalam ruang hampa yang sunyi senyap
selamanya, belum ada sesuatu pun, adalah hakikat Zat Mutlak yang qadim. Zat yang
pasti terdahulu, yaitu zat atma, yang menjadi wahana alam Ahadiyah.
Di dalam Suluk Sujinah, tingkat pertama disebut dengan alam Ahadiyah, yaitu alam
tentang tingkat keesaan-Nya. Keesaan-Nya agung, dan bukan obyek dari
pengetahuan khusus mana pun dan karena itu tidak dapat dicapai oleh makhluk apa
pun. Hanya Allah yang mengetahui diri-Nya dan keesaan-Nya.
Dalam keesaan-Nya tak ada sesuatu pun yang menguasai dan mengetahui kecuali
diri-Nya. Firmannya adalah diri-Nya sendiri, begitu pun malaikat-Nya dan nabi-Nya.
Allah dalam tingkatan ini berada pada kondisi al-Kamal, yaitu, dalam
kesempurnaan-Nya.
Hakikat-Nya, keesaan-Nya adalah tempat berkumpulnya seluruh keragaman dan
tenggelam atau lenyap dalam kesatuan-Nya. Dalam alam Ahadiyah keragaman dan
kejamakan tersebut tidak dapat dipertentangkan dengan gagasan metafisis tentang
tahapan atau tingkatan eksistensi.
Dalam tingkatan ini, Allah berada dalam kondisi Ghayb al-Ghuyub, yaitu,
keberadaan-Nya yang gaib. Tuhan tak dapat diindrawi. Sebab Allah tidak
membeberkan tentang kenyataan yang fisik. Allah dalam keadaan yang tak berujud,
yang tak dapat dideteksi oleh manusia atau para wali, nabi, bahkan para malaikat
terdekat-Nya. Sebab Ia masih dalam kesendirian-Nya. Allah belum menguraikan atau
menciptakan sesuatu. Di dalam derajat ini, semua sifat umum kumpul melebur di
dalam diri-Nya. Perbedaan sifat pun ada dalam kesatuan-Nya.
Tuhan dalam alam pertama disebut juga al-Unsur Adam, Allah adalah unsur yang
pertama, dan tak ada makhluk-makhluk lainnya yang mendahului. Diri-Nya adalah
unsur yang terdahulu yang bersifat agung. Zat-Nya adalah substansi universal dan
hakikat-Nya yang tak dapat dipahami. Dalam sifat adam-Nya, hakikat-Nya tak dapat
dipahami. Sebab awalnya adalah Ada dalam ketiadaan. Dan ketiadaan-Nya adalah
hakikat yang tak terlukiskan dan tak dapat dimengerti oleh siapa pun. Hakikatnya di
luar segala perumpamaan dan citraan yang memungkinkan.
Selanjutnya, alam Ahadiyah terbagi dalam empat tingkatan. Tahap pertama dikenal
dengan kata La yang bersemayam di dalam kata illa. La dan illa adalah dua kata yang
manunggal, karena setiap realitas-realitas hanya merupakan refleksi dari realitasrealitas Allah. La dan illa menunjukan pada asal segala sesuatu yaitu dalam
ketiadaan-Nya, diri-Nya Ada. Sedangkan pengertian illa juga menunjukan pada
kembali sesuatu dalam kesatuan-Nya yang bersifat keabadian.

23/07/2016 18:14

Al Insan: Sajaratun aslin nuranih

3 dari 4

http://virtualcybernet.blogspot.co.id/2014/12/sajaratun-aslin-nuranih.html

Jika memperhatikan tatanan ontologis, bila diterapkan La dan illa akan


mengisyaratkan pemisahan antara ada Ilahi dan para makhluknya. Dengan demikian,
Ad-Nya pertama menjadi tabu bagi adanya yang kedua. Pengetian La dan illa dalam
masyarakat sufi memiliki tiga makna. Pertama, adalah tiada Tuhan melainkan Allah.
Kedua adalah tiada Mabud melainkan Allah dan ketiga tiada maujud melainkan
Allah. Pengertian pertama mengacu pada keberadaan pada kekuasaan-Nya. Yaitu
penegasan tiada Tuhan yang pantas menjadi penguasa selain Allah yang Esa.
Pengertian kedua, Allah adalah Zat yang wajib disembah sebab Allah bersifat
disembah. Tiada penguasa yang wajib disembah selain Allah, Zat yang Maha Suci.
Sedangkan pengertian ketiga, Allah adalah awal segala yang berwujud. Sebab
Zat-Nya adalah wujud yang pertama dan tak berakhir.
Ketiga pengertian tersebut di atas adalah suatu kesatuan yang tak dapat dikaji
secara terpisah. Sebab, segala bentuk yang maujud ini pada hakikatnya sama sekali
tidak ada. Yang ada hanyalah Allah. Jadi, kalau yang ada ini semuanya dikatakan
ada, artinya ada dalam Allah. Inilah konsep dasar dari Widhatul al-Wujud.
Sementara, tingkatan kedua dari alam Ahadiyah adalah Nafi Uslub, yaitu, tingkat
ketiadaan-Nya yang ada. Dalam ketiadaan-Nya, Allah tak dapat digambarkan atau
dilukiskan oleh siapa pun. Allah dalam keadaan Al-Ama, yaitu, tingkatan yang tak
dapat diketahui. Allah dalam tingkatan ini hanya mempunyai hubungan murni dalam
hakikat dan tanpa bentuk. Sedang tingkatan yang ketiga dalam alam Ahadiyah adalah
Tahlil. Pengertian Tahlil berarti kondisi Tuhan yang bermakna La illa illaha. Tahlil
pun bermakna suatu kondisi pemujaan Allah dengan pengucapan syahadat tentang
persaksian akan keberadaan-Nya.
Dalam kalimah Syahadah yang diucapkan dengan niat bulat dan mengakui bahwa
Allah berkuasa sendirian, tidak menghendaki pertolongan dari siapa pun, ia suci dan
kaya. Kalimah Syahadah adalah kalimat yang wajib bagi pemeluk Islam, di mana
intinya adalah pengakuan akan adanya Allah yang menjadi pemimpin kehidupan, di
samping itu, adanya pengakuan rasul Allah. Yaitu Nabi Muhammad sebagai
utusan-Nya.
Selanjutnya, tingkat empat adalah Ahadiyah Tasbih, yang bermakna kemahaluasan
Allah. Tingkatan ini berintikan kalimat Subhhanallah, artinya, maha suci Allah dan
mengingatkan serta menunjukan seluruh keyakinan untuk selalu
mempersucikan-Nya.
Sedang pada Serat Wirid Hidayat Jati, ajaran pertamanya dikenal dengan sebutan
Sajaratul Yakin. Yaitu sebagai lambang pohon kehidupan yang dalam bahasa Jawa
disebut dengan Kajeng Sejati dan memiki makna pengertian tentang kehidupan atau
hayyu.
Hayyu berarti atma, jiwa atau ruh. Dalam Sajaratul Yakin Allah adalah Wujud al-Sirf,
kondisi wujud yang utama. Atma-Nya belum tersifati, namun ruh-Nya adalah al-Lahut
(bersifat ke-ilahi-an). Ia merupakan hakikat zat mutlak dan qadim, yaitu, asal zat
dari segala zat yang bersifat abadi. Zat-Nya tak ada dalam penguraian. Segala
penguraian-Nya adalah bersifat negatif. Sebab Allah bersifat Makiyyah al Makiyyah,
yaitu, inti dari segala zat yang ada di kemudian hari. Atmanya adalah esa dari yang
tak teruraikan dan diuraikan.
Zat ruh-Nya sesungguhnya adalah zat yang bersifat esa. Ruh itulah sejatinya Tuhan
Yang Mahasuci. Ruh-Nya adalah subyek absolut, di mana benda yang termasuk
subyek individu hanyalah obyektivisasi-obyektivisasi ilusi. Sebab Allah adalah Kunh
al-Dhat, asalnya zat terbentuk.
Di dalam kitabnya Daqiqul Akbar, Imam Abdurahman menuliskan, pada awal
permulaan Allah menciptakan sebatang pohon kayu bercabang empat. Pohon kayu
tersebut dikenal dengan Syajaratul Yakin. Dan Syajaratul Yakin tercipta dalam alam
kesunyian yang bersifat qadim dan azali. Pengertian sunyi di sini bukan bermakna
tak adanya sesuatu. Namun bermakna belum terciptanya alam, kecuali tajjali-Nya
yang pertama dalam bentuk Syajaratul Yakin. Sedangkan pengertian qadim dan azali
adalah wujud dari sifat-Nya yang terawal dan tak berakhir. Zat-Nya adalah
terdahulu, tak ada sesuatu pun yang mendahului dan tak ada akhir karena masa.
Syajaratul yakin afdalah awal sifat-Nya. Dalam pohon kehidupan sifat-Nya yang
menonjol adalah tentang hidup hidup (al-Hayat) adalah sifat wajib yang ada pada
Diri-Nya. Sebab sifat al-Hayat adalah qadim dan azali. Al-Hayat dalam segala
martabat-Nya menjadi pangkal bagi segala macam kenyataan yang lahir dan kekal.
karena hidup atau hayyu atau atma adalah subyek yang absolut, maka, hakikat atma
atau hidup adalah mutlak yang qadim. Dan Allah adalah zat pertama dan sumber
dari hidup itu sendiri. Diri-Nya adalah kekal bersamaan dengan kekalnya zat
kehidupan.

23/07/2016 18:14

Al Insan: Sajaratun aslin nuranih

4 dari 4

http://virtualcybernet.blogspot.co.id/2014/12/sajaratun-aslin-nuranih.html

Keduanya adalah ada dalam kemanunggalan. Zat-Nya yang al-Hayat adalah sumber
munculnya perkara-perkara sifat wajib-Nya. Yaitu, ilmu, iradat, kalam dan baqa.
Artinya, karena adanya ruh atau hayyu (al-Hayat), maka, muncul ilmu
(pengetahuan). Timbulnya pengetahuan (al-ilm) menciptakan atau mengalirnya
kehendak (iradat), dan firman-Nya. Dan ketiga sifat-Nya adalah kekal, baqa
Diposkan oleh horizon cybernet di 22.48
Rekomendasikan ini di Google

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Beri komentar sebagai:

Publikasikan

Posting Lebih Baru

Beranda

Posting Lama

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Apahkah anda senang dengan blog ini ?


senang sekali

0 (0%)

senang

0 (0%)

biasa saja

0 (0%)

Jumlah suara hingga sekarang: 0


Jajak pendapat ditutup

cari
Beranda

Date and Time

Daily Calendar
situs ini, Anda menyetujui penggunaan
ti snii natural?
cookie.
i scoate
n eviden formele! Metoda cea

MENGERTI

Su
3
10
17
24
31

DISCLAIMER
July 2016
M
Tu
W
Th
4
11
18
25

5
12
19
26

6
13
20
27

7
14
21
28

F
1
8
15
22
29

Sa
2
9
16
23
30

Suka

Template Travel. Gambar template oleh rocksunderwater. Diberdayakan oleh Blogger.

23/07/2016 18:14

Anda mungkin juga menyukai