Anda di halaman 1dari 53

Sirussalikin Juz.

‫ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﲪﻦ اﻟﺮﺣﲓ‬


Aku mulai kitab ini dengan nama Allah yang amat murah lagi mengasihani
akan hambanya.
‫ اذلى اﺻﻄﻔﻰ ﺑﻌﺾ ﻋﺒﺎدﻩ ﺑﺴﻠﻮك ﻃﺮﻳﻖ اﳌﻘﺮﺑﲔ‬$‫اﶵﺪ‬
Segala puji tertentu bagi Allah Ta’ala yang memilih ia akan setengah dari pada
hambanya dengan menjalani jalan orang yang hampir kepadanya
‫وﻧﻮر ﻗﻠﺒﻪ ﺑﻨﻮر اﻻٕﳝﺎن واﻟﻴﻘﲔ‬
Dan menerangkan ia akan hatinya dengan cahaya iman dan yakin
‫وﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم ﻋﲆ ﺳـﻴﺪان ﶊﺪ ﺳـﻴﺪا ٔﻻﻧﺒﻴﺎء واﳌﺮﺳﻠﲔ‬
Dan rahmat Allah Ta’ala dan salamnya atas penghulu kita Nabi Muhammad yaitu
penghulu segala Anbiya dan segala pesuruhnya.
‫وﻋﲆ آهل وﲱﺒﻪ واﻟﺘﺎﺑﻌﲔ‬
Dan atas keluarganya dan sahabatnya dan yang mengikut bagi mereka itu
‫وﺑﻌﺪ ﻓﻴﻘﻮل اﻟﻔﻘﲑ إﱃ ﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﻋﺒﺪاﻟﺼﻤﺪ اﳉﺎوى اﻟﻔﻠﻤﺒﺎﱏ ﻏﻔﺮ ﷲ هل وﻟﻮادلﻳﻪ وﳌﺸﺎ ﳜﻪ وﶺﻴﻊ‬
‫اﳌﺴﻠﻤﲔ‬
Adapun kemudian dari pada itu, maka lagi akan berkata Faqir Ilallah Ta’ala
Abdul Shamad al-Jawi Palembani, mudah-mudahan mengampuni Allah Ta’ala
baginya dan bagi ibu bapaknya dan bagi segala gurunya dan segala orang yang islam
‫ﻫﺬا اﻟﻘﺴﻢ اﻟﺜﺎﻟﺚ ﻣﻦ ﻛﺘﺎب ﺳﲑ اﻟﺴﺎﻟﻜﲔ إﱃ ﻋﺒﺎدة رب اﻟﻌﺎﳌﲔ وﻫﻮﰱ ﺑﻴﺎن اﳌﻬﻠﲀت وﻓﻴﻪ ﻋﴩة‬
‫ٔاﺑﻮاب‬
Inilah bahagi yang ketiga dari pada kitab yang bernama Sirussalikin Ila ibadat
Rabbil-‘Alamin dan yaitu pada menyatakan akan segala yang membinasakan akan
hati dan yang membinasakan akan ibadat dan didalamnya sepuluh bab.

BAB 1
‫اﻟﺒﺎب ا ٔﻻول ﰱ ﺑﻴﺎن ﲺﺎﺋﺐ اﻟﻘﻠﺐ‬
Bermula Bab yang pertama pada menyatakan yang ajaib-ajaib yang didalam hati

Sabda Nabi (saw),


‫ان ﰱ ﺟﺴﺪ اﺑﻦ آدم ﻣﻀﻐﺔ إذا ﺻﻠﺤﺖ ﺻﻠﺢ ﻟﻬﺎ ﺳﺎﺋﺮ اﻟﺒﺪن وٕاذا ﻓﺴﺪت ﻓﺴﺪ ﺳﺎﺋﺮ اﻟﺒﺪن ٔاﻻ وﱓ‬
‫اﻟﻘﻠﺐ‬

Halaman 1 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

Artinya, bahwasannya didalam jasad anak Adam, sekatul daging apabila baik
ia niscaya baik sekalian badan, dan apabila binasa ia niscaya binasa sekalian badan.
Ketahui olehmu yaitu hati.
Kata Imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,
‫ﻓﻘﺪ ﺗﺒﲔ ﲠﺬا اﳊﺪﻳﺚ ٔان ا ٔﻻﺻﻞ ﻫﻮ اﻟﻘﻠﺐ وﻫﻮ ا ٔﻻﻣﲑ اﳌﻄﺎع ﰱ ﻋﺎﱂ اﳉﺴﺪ واﻟﺒﻘﻴﺔ رﻋﻴﺔ‬
Artinya, maka sungguhnya telah nyata dengan hadis Nabi (saw) ini
bahwasannya asal kemuliaan manusia itu yaitu hati, dan yaitu seperti raja yang
diangkat didalam alam jasad itu dan sekalian anggota yang zahir yang tinggal yakni
yang lain dari pada hati itu yaitu seperti tentaranya yang mengikut akan dia.

(Dan ketahui) olehmu hai saudaraku yang menjalani akan jalan tarikat yang
menyampaikan kepada ma’rifat akan Allah Ta’ala yang sebenar-benar ma’rifat itu,
bahwasannya adalah Ahli Shufi memisalkan ia akan hati itu seperti raja, dan
memisalkan ia akan badan manusia itu seperti negeri tempat kerajaannya itu, dan
memisalkan ia akan segala anggota yang zahir itu tentaranya.
(Dan) murad dengan anggota yang zahir itu yaitu seperti mata dan hidung
dan telinga dan lidah dan tangan dan perut dan faraj dan kaki. (Maka) jikalau baik
hati itu niscaya baik segala anggota yang zahir itu, maka jikalau baik anggota yang
zahir itu niscaya sempurna badan itu. Dan jikalau binasa hati itu niscaya binasa
segala anggota yang zahir itu, dan jikalau binasa anggota yang zahir hati itu niscaya
binasalah segala badan itu.

(Dan) murad dengan baik hati itu yaitu mengerjakan ta’at yang bathin dan
menjauhi akan maksiat yang bathin. (Dan) murad dengan baik anggota yang zahir
itu mengerjakan ta’at yang zahir dan menjauhi akan maksiat yang zahir. (Dan)
murad dengan ta’at yang bathin itu yaitu segala sifat yang kepujian dan segala
perangai yang baik, seperti (ikhlas) didalam segala ibadat, dan seperti (zuhud) yakni
tiada sangat gemar kepada dunia, dan seperti (wara’) yakni meninggalkan segala
yang haram dan segala subhat, dan seperti (sabar) dan (syukur) dan (tawakal) dan
(muhibbah) dan (ridho) dan barang sebagainya seperti yang lagi akan datang,
Insyaallah Ta’ala.
(Dan) murad dengan maksiat yang bathin itu yaitu segala sifat yang kejahatan
dan segala perangai yang jahat, seperti (riya) dan (‘ujub) dan (kibir) sangat kasih
kepada dunia dan (ghadab) dan (hasad) dan barang sebagainya seperti lagi akan
datang, Insyaallah Ta’ala.
(Dan) murad dengan ta’at yang zahir itu yaitu seperti sembahyang dan puasa
(dan) memberi zakat (dan) naik haji dan barang sebagainya.

Halaman 2 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

(Dan) murad dengan maksiat yang zahir itu yaitu seperti berzina (dan)
meminum arak (dan) mencuri (dan) merampas (dan) membunuh orang (dan)
mengumpat orang (dan) berdusta (dan) barang sebagainya.

(Soal) jika ditanyai orang akan dikau dengan apa membaikkan akan hati itu
supaya baik dengan dia segala anggota yang zahir itu. (Maka jawab) olehmu bahwa
membaikkan hati dengan mengamalkan ilmu tarikat, yakni ilmu tasauf dan
membanyakkan zikir Allah Ta’ala, karena tiada jadi baik hati itu melainkan dengan
menjalani ilmu tarikat Ahli Shufi yakni dengan belajar ilmu tarikat kepada ahlinya
serta mengamalkan akan dia dan serta mengambil talqin zikir dan bai’at kepada
guru yang Mursyid yang sampai silsilahnya itu kepada Nabi (saw) hingga kepada
Jibril hingga kepada haq Allah Subhanuhuwa Ta’ala Jala Wa’aza. Dan
membanyakkan zikir yang diambil talqin zikir itu dari pada gurunya itu dan serta
mengerjakan ia akan segala wirid dan segala ratib yang diambilnya dari pada
gurunya itu dengan tiada cedera sekira-kira dengan dia dibangsakan ia kepada
tarikat gurunya itu.
(Dan lagi) lagi tiada baik hati itu melainkan dengan belajar ilmu yang
memberi manfaat, seperti ilmu yang disebutkan oleh imam al-Ghazali
Rahimahullahu Ta’ala didalam Bidayatul Hidayah (‫( )ﺑﺪاﻳﺔ اﻟﻬﺪاﻳﺔ‬dan) didalam
Minhajul Abidin (‫ )ﻣﳯﺎج اﻟﻌﺎﺑﺪﻳﻦ‬dan didalam Ihya’ Ulumiddin (‫ )اﺣﻴﺎء ﻋﻠﻮم ادلﻳﻦ‬dan seperti
yang tersebut didalam kitab yang faqir terjemahkan ini dan lainnya seperti segala
ilmu tashauf dan seperti yang tersebut didalam kitab Nafahatul Uluhiyah fi Suluk
Tharikatil-Muhammadiah (‫ )ﺗﻔﺤﺎت ا ٔﻻﻟﻮﻫﻴﺔ ﰱ ﺳﻠﻮك ﻃﺮﻳﻘﺔ اﶈﻤﺪﻳﺔ‬karangan bagi Syekh kita
Saidi Syekh Muhammad Samman wali Allah yang di Madinah ar-Rasul.

(Dan) dengan menjalani tarikat Ahli Shufi ini menyampaikan ia kepada Allah
Ta’ala, yakni kepada ma’rifat akan Allah Ta’ala dengan ma’rifat yang sebenar-
benarnya. (Dan) dengan ma’rifat akan Allah Ta’ala yang sebenar itu hasillah
kemuliaan manusia dan kelebihan. (Dan) dari karena inilah berkata imam al-Ghazali
Rahimahullahu Ta’ala didalam Ihya’ Ulumiddin dengan katanya,
‫ﻓﴩف اﻻٕﻧﺴﺎن وﻓﻀﻴﻠﺘﻪ اﻟﱴ ﲠﺎ ﻓﺎق ﲨةل ﻣﻦ ٔاﺻﻨﺎف اﳋﻠﻖ ابﺳـﺘﻌﺪاد ﳌﻌﺮﻓﺔ ﷲ ﺳـﺒﺤﺎﻧﻪ وﺗﻌﺎﱃ اﻟﱴ‬
‫ﱓ ﰱ ادلﻧﻴﺎ ﺟﲈهل وﻛﲈهل وﳀﺮﻩ وﰱ اﻻٓﺧﺮة ﻋﺪﺗﻪ وذﺧﺮﻩ و ٔاﻣﺎ اﺳـﺘﻌﺪاد ﳌﻌﺮﻓﻪ ﷲ ﺑﻘﻠﺒﻪ ﻻﲜﺎرﺣﺔ ﻣﻦ‬
‫ وﻫﻮ اﻟﺴﺎﻋﻰ اﱃ ﷲ وﻫﻮ اﳌﺘﻔﺮب اﻟﻴﻪ وﻫﻮ‬$ ‫ وﺑﺼﻔﺎﺗﻪ وﻫﻮ اﻟﻌﺎﻣﻞ‬$‫ﺟﻮارﺣﻪ ﻓﺎﻟﻘﻠﺐ ﻫﻮ اﻟﻌﺎﱂ اب‬

Halaman 3 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

‫اﳌﲀﺷﻒ ﲟﺎ ﻋﻨﺪﷲ ودلﻳﻪ واﳕﺎ اﳉﻮارح ٔاﺗﺒﺎع وﺧﺪام وآﻻت ﻳﺴـﺘﺨﺪهمﺎ اﻟﻘﻠﺐ وﻳﺴـﺘﻌﻤﻠﻬﺎ اﺳـﺘﻌﲈل اﳌكل‬
‫ﻟﻠﻌﺒﻴﺪ واﺳـﺘﺨﺪام اﻟﺮاﻋﻰ ﻟﺮﻋﻴﺘﻪ واﻟﺼﺎﻧﻊ ﻻٓﻟﺘﻪ‬
Artinya, maka kemuliaan manusia dan kelebihannya yang dengan dia
melebihi ia akan perhimpunan dari pada segala makhluk itu yaitu dengan sebab
bersedia ia bagi ma’rifat akan Allah Subhanahuwa Ta’ala yakni dengan sebab
menjalani tarikat yang menyampaikan kepada Allah Ta’ala yang yaitu didalam
dunia keelokannya dan kesempurnaannya dan kemegahannya, dan didalam akhirat
yaitu bekalnya dan petaruhannya. Dan hanya sannya bersedia bagi ma’rifat itu
dengan hatinya dan bukan dengan anggotanya yang zahir dari pada beberapa
anggotanya. Maka adalah hati itu yaitulah yang mengetahui dengan keadaan
wujud Allah Ta’ala dan segala sifatnya yang qadim, dan yaitulah beramal karena
Allah Ta’ala, dan yaitulah yang menjalani kepada Allah Ta’ala, dan yaitu yang
menghampirkan diri kepada Allah Ta’ala, dan yaitulah yang membukakan dengan
barang yang pada hadrat Allah Ta’ala. Dan hanyasannya segala anggota yang zahir
itu mengikut bagi hati, dan seperti khadamnya, dan seperti pegawainya yang
perbuat berkhidmah akan dia oleh hati, dan yang diperamalkan akan dia oleh hati,
seperti mengamalkan oleh raja bagi segala hambanya, seperti mengkhidmatkan
oleh orang yang mempunyai rakyat bagi rakyatnya, dan seperti mengamalkan oleh
orang yang mempunyai pegawai bagi pegawainya itu.

(Dan) lagi kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,


‫واﻟﻘﻠﺐ ﻫﻮ اﳌﻘﺒﻮل ﻋﻨﺪﷲ ﺳـﺒﺤﺎﻧﻪ وﺗﻌﺎﱃ ان ﺳﲅ ﻣﻦ ﻏﲑﷲ وﻫﻮ اﶈﺠﻮب ﻋﻦ ﷲ اذاﺻﺎر ﻣﺴـﺘﻐﺮﻗﺎ‬
‫ﺑﻐﲑﷲ وﻫﻮ اﳌﻄﺎﻟﺐ وﻫﻮ اخملﺎﻃﺐ واﳌﻌﺎﺗﺐ وﻫﻮ اﳌﻌﺎﻗﺐ وﻫﻮ اذلى ﻳﺴﻌﺪ ابﻟﻘﺮب ﻣﻦ ﷲ ﻓﻴﻔﻠﺢ‬
‫ ﺗﻌﺎﱃ واﳕﺎ اذلى ﻳﻨﴩ ﻋﲆ اﳉﻮارح‬$ ‫اذازﰷﻩ وﻫﻮ اذلى ﳜﻴﺐ وﻳﺸﻘﻰ اذادﻧﺴـﺒﻪ وﻫﻮ اﳌﻄﻴﻊ ابﳊﻘﻴﻘﺔ‬
‫ﻣﻦ اﻟﻌﺒﺎدة ٔاﻧﻮارﻩ وﻫﻮ اﻟﻌﺎﴅ اﳌﳣﺮ دﻋﲆ ﷲ ﺗﻌﺎﱃ واﳕﺎ اﻟﺴﺎرى اﱃ ا ٔﻻﻋﻀﺎء ﻣﻦ اﻟﻔﻮاﺣﺶ آاثرﻩ‬
Artinya, dan adalah hati itu yaitu yang maqbul pada Allah Ta’ala apabila
sejahtera ia dari pada bimbang akan sesuatu yang lain dari pada Allah Ta’ala, dan
adalah hati itu yang mahjub dari pada Allah Ta’ala apabila jadi ia karam dengan
bimbang akan yang lain dari pada Allah Ta’ala, dan adalah hati itu yang dituntut
akan berbuat ibadat akan Allah Ta’ala. Dan yaitu yang dikhatab oleh Allah Ta’ala
ma’rifat akan dia yakni yang disuruhkan oleh Allah Ta’ala dan yaitulah yang
ditemplak Allah Ta’ala, dan yaitu yang dimurkai oleh Allah Ta’ala jika taqshir pada
berbuat ibadat, dan yaitulah yang disiksa oleh Allah Ta’ala jika berbuat maksiat.
Dan yaitu yang diberi bahagia oleh Allah Ta’ala dengan hampir dari pada hadrat
Allah Ta’ala, maka dapatlah kemenangan apabila disuci akan dia dari pada segala
Halaman 4 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

kejahatan yang didalam hati, dan yaitu yang diberi kejahatan dan diberi celaka
apabila di cemarkan akan dia dengan segala maksiat. Dan adalah hati itu yang
berbuat ta’at pada hakikat bagi Allah Ta’ala, dan hanyasannya hasil atas segala
anggota yang zahir dari pada segala ibadat itu sebab mesra dari pada cahaya nur
hati yang baik itu. Dan lagi adalah hati yang jahat itu asal segala maksiat. Kemudian
maka mesra dari padanya kepada anggota yang zahir, maka jadilah anggota yang
zahir itu berbuat maksiat akan Allah Ta’ala karena segala kejahatan anggota yang
zahir itu bekas dari pada hati yang jahat itu.

(Dan sebab) itulah bersungguh-sungguh masyaikh ahli Shufi mengetahui


akan ilmu bathin yang menyucikan akan hati dari pada segala maksiat yang bathin,
yaitu ilmu tasauf dan dinamakan ilmu tharikat dan dinamakan ilmu suluk karena
tiada mengetahui akan kebaikan hati dan jahatnya itu melainkan dengan
mengetahui ilmu tasauf itu. Dan barang siapa mengetahui akan hatinya itu niscaya
mengetahui ia akan nafsunya dan barang siapa mengetahui akan nafsunya itu
niscaya mengetahui ia akan Tuhannya. Seperti sabda Nabi (saw),
‫ﻣﻦ ﻋﺮف ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻘﺪﻋﺮف رﺑﻪ‬
Artinya, barang siapa mengetahui akan nafsunya (‫ )ﻧﻔﺴﻮ‬itu niscaya
mengetahui ia akan Tuhannya.
Yakni, barang siapa mengetahui akan hatinya niscaya mengetahui akan
nafsunya (‫)ﻧﻔﺴﻮ‬, dan barang siapa mengetahui akan nafsunya (‫ )ﻧﻔﺴﻮ‬itu niscaya
mengetahui akan tuhannya, yakni barang siapa mengetahui akan nafsunya (‫)ﻧﻔﺴﻮ‬
itu bersifat dengan papa niscaya mengetahui ia akan tuhan itu bersifat dengan
kaya, dan barang siapa mengetahui akan nafsunya (‫ )ﻧﻔﺴﻮ‬itu bersifat dengan hina
niscaya mengetahui ia akan tuhannya itu bersifat dengan mulia, dan barang siapa
mengetahui akan nafsunya (‫ )ﻧﻔﺴﻮ‬itu bersifat dengan dho’if niscaya mengetahui ia
akan tuhannya bersifat dengan kuat, dan barang siapa mengetahui akan nafsunya
(‫ )ﻧﻔﺴﻮ‬bersifat dengan lemah niscaya mengetahui ia akan tuhannya itu bersifat
dengan kuasa.
(Dan lagi) barang siapa mengetahui ia akan nafsunya (‫ )ﻧﻔﺴﻮ‬itu fana niscaya
mengetahui ia akan tuhannya itu bersifat dengan baqa, dan barang siapa
mengetahui ia akan nafsunya (‫ )ﻧﻔﺴﻮ‬itu bersifat dengan hadas niscaya mengetahui
akan tuhannya itu bersifat dengan qadim, dan barang sebagainya dari pada segala
sifat yang lawannya antara hamba dengan tuhannya.

Halaman 5 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

(Syahdan) bermula (lafaz qalbu (‫ ))ﻗﻠﺐ‬yakni hati, dan (lafaz roh) dan (nafs/
‫ﻧﻔﺲ‬ ) dan lafaz (aqal) itu yaitu bersalah-salahan makna mafhumnya itu, dan
bersamaan makna hakikatnya itu, sebab itulah menyatakan imam al-Ghazali
Rahimahullahu Ta’ala dengan katanya,
‫وﳓﻦ ﻧﺒﲔ ﻣﻌﲎ اﻟﻘﻠﺐ واﻟﺮوح واﻟﻨﻔﺲ واﻟﻌﻘﻞ‬
Artinya, dan kami nyatakan makna hati dan makna roh dan makna nafs dan
makna aqal.
‫ﻓﺎ ٔﻻول ﻟﻔﻆ اﻟﻘﻠﺐ وﻫﻮ ﻳﻄﻠﻖ ﳌﻌﻨﻴﲔ ٔاﺣﺪﻫﲈ اﻟﻠﺤﻢ اﻟﺼﻨﻮﺑﺮى اﻟﺸﲁ اﳌﻮدع ﰱ اﳉﺎﻧﺐ ا ٔﻻﻳﴪ ﻣﻦ‬
‫اﻟﺼﺪر وﰱ ابﻃﻨﻪ ﲡﻮﻳﻒ ﻳﺴﻜﻨﻪ دﻣﺎٔﺳﻮد وﻫﻮ ﻣﻨﺒﻊ اﻟﺮوح وﻣﻌﺪﲥﺎ وﻫﺬا اﻟﻠﺤﻢ ﻋﲆ ﻫﺬا اﻟﺸﲁ‬
‫ٔاﻳﻀﺎﻣﻮﺟﻮد ﰱ اﻟﻬﺎﰂ واﳌﻮﰏ‬
Artinya, maka yang pertama itu lafaz qalbu (‫ )ﻗﻠﺐ‬yakni hati, dan yaitu di
ithilaqkan (‫ )اﻃﻼق‬bagi dua makna. Pertama daging rupanya seperti buah kayu
sanubari yang ditaruh didalam pihak kiri dari pada dada dan didalam bathinnya itu
berlubang tempat diam darah yang hitam, yaitu terbit roh dan tempat keluarnya.
Dan daging yang dinamakan hati yang atas rupa buah sanubari itu ada pula bagi
binatang dan bagi orang mati.
‫ ﻟدلرﻛﺔ ﳌﺎ‬$‫واﳌﻌﲎ اﻟﺜﺎﱏ ﻫﻮﻟﻄﻴﻔﺔ رابﻧﻴﺔ روﺣﺎﻧﻴﺔ ﻟﻬﺎ ﲠﺬا اﻟﻠﺤﻢ اﺗﺼﺎل ﻣﺎ وﻫﺬﻩ اﻟﻠﻄﻴﻔﺔ ﱓ اﻟﻌﺎﳌﺔ اب‬
‫ﻟﻴﺲ ﻳﺪرﻛﻪ اﳋﻴﺎل واﻟﻮﱒ وﻫﻮ ﺣﻘﻴﻘﺔ روح اﻻٕﻧﺴﺎن وﻫﻮ اخملﺎﻃﺐ وٕاﱃ ﻫﺬا اﳌﻌﲎ الاﺷﺎرة ﺑﻘﻮهل ﺗﻌﺎﱃ‬
‫إن ﰱ ذكل ذلﻛﺮى ﳌﻦ ﰷن هل ﻗﻠﺐ‬
Artinya, dan makna yang kedua yaitu Lathifatu Rabbaniah rohaniah
(‫ )ﻟﻄﻴﻔﺔرابﻧﻴﺔ روﺣﺎﻧﻴﺔ‬yakni, yaitu jisim yang halus yang dibangsakan kepada tuhannya.
Yaitulah hakikat roh manusia, seperti firman Allah Ta’ala (‫ )ﻗﻞ اﻟﺮوح ﻣﻦ ٔاﻣﺮرﰉ‬artinya,
kata olehmu ya Muhammad bermula roh itu perbuatan tuhanku. Dan adalah
baginya berhubung dengan daging yang bernama hati sanubari itu. Dan adalah hati
yang bernama lathifatu rabbaniah ini yaitu yang mengetahui akan Allah, yang
mendapat ia bagi barang yang tiada mendapat akan dia oleh khayal dan waham,
dan hati yang bernama lathifatu rabbaniah itu yaitulah hakikat insan dan yaitulah
yang di khatab (‫ )ﺧﻄﺎب‬oleh Allah Ta’ala didalam alam al-Arwah (‫ )ﻋﺎﱂ ا ٔﻻرواح‬dengan
katanya (‫ ) ٔاﻟﺴﺖ ﺑﺮﺑﲂ ﻗﺎﻟﻮ اﺑﲆ‬artinya, “Tiadakah aku Tuhan kamu” maka berkata segala
roh itu, “bahkan engkaulah Tuhan kami”. Dan kepada makna yang kedua itu yaitu

Halaman 6 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

‫ )ا َّن ِﰲ َذ ِ َكل َ ِذل ْﻛ َﺮى ِﻟ َﻤ ْﻦ َﰷ َن َ ُهل‬artinya,


ٌ ْ‫ﻗَﻠ‬
di isaratkan dengan firman Allah Ta’ala (‫ﺐ‬
bahwasannya didalam yang demikian itu yaitu peringatan bagi seorang yang ada
ِٕ
baginya hati. Dan adalah dipaham dari pada makna yang kedua ini bahwasannya
hati yaitu roh jua seperti lagi akan datang pada makna roh yang kedua. Dan
maknanya yang kedua itu pada hakikatnya satu jua.

‫اﻟﻠﻔﻆ اﻟﺜﺎﱏ اﻟﺮوح وهل ٔاﻳﻀﺎ ﻣﻌﻨﻴﺎن ٔاﺣﺪ ﻫﲈ اﻟﺮح اﻟﻄﺒﻴﻌﻰ وﻫﻮ دﺧﺎن ﻣﻨﺒﻌﻪ دم ٔاﺳﻮدﰱ ﲡﻮﻳﻒ ﻫﺬا‬
‫اﻟﻠﺤﻢ اﻟﺼﻨﻮﺑﺮى ﻳﻨﺘﴩ ﺑﻮاﺳﻄﺔ اﻟﻌﺮوق اﻟﻀﻮارب ﰱ ﲨﻴﻊ ٔاﺟﺰاء اﻟﺒﺪن وﻣﺸﺎهل ﻛﴪاج ﰱ ﺑﻴﺖ إذا‬
‫ﻳﺴـﺘﺾء ﲨﻴﻊ زوااي اﻟﺒﻴﺖ ﻣﻨﻪ وﻫﻮ اذلى ﻳﺮﻳﺪﻩ ا ٔﻻﻃﺒﺎء ابﻃﻼﻗﺔ اﻟﺮوح‬
Artinya, lafaz yang kedua roh, dan ada baginya pula dua makna. Pertama
roh Thabi’i (‫ )ﻃﺒﻴﻌﻰ‬namanya, dan yaitu seperti asap yang tempat terbitnya itu darah
yang hitam yang didalam bathin daging, dinamakan akan dia hati sanubari dahulu
itu. Dan terhampar dengan perantaraan segala urat yang bergerak-gerak dan urat
yang memalu-malu didalam segala suku-suku segala badan. Misalnya itu seperti
cahaya pelita didalam rumah karena terang segala penjuru yang didalam rumah
dari pada cahaya pelita itu. Yaitu yang dikehendaki akan dia oleh segala orang yang
ahli thabib dengan ithilaq-nya akan dia itu akan roh. (Yakni) dinamakan akan roh
thabi’i itu akan roh heiwani dan dengan dia hidup sekalian heiwan ini. Dengan dia
itu keluar masuk segala nafas dan dengan dia kekal darah didalam segala badan
dan apabila terbit roh thabi’i itu dari pada badan heiwan, maka yaitu matilah segala
badan heiwan itu dan putuslah nafasnya dan hilanglah darahnya.

‫واﳌﻌﲎ اﻟﺜﺎﱏ ﻫﻮ اﻟﻠﻄﻴﻔﺔ اﻟﺮﻧﻴﺔ اﻟﱴ ﱓ ﻣﻌﲎ ﺣﻘﻴﻘﺔ اﻟﻘﻠﺐ ﻓﺎﻟﺮوح واﻟﻘﻠﺐ ﻣﻨﻮران ﻋﲆ ﺗكل اﻟﻠﻄﻴﻔﺔ‬
‫ﻋﲆ ﻧﺴﻖ واﺣﺪ واﻟﻴﻪ اﻻٕﺷﺎرة ﺑﻘﻮهل ﺗﻌﺎﱃ ﻳﺴﺎٔﻟﻮ ﻧﻚ ﻋﻦ اﻟﺮوح ﻗﻞ اﻟﺮوح ﻣﻦ ٔاﻣﺮ رﰉ‬
Artinya, dan makna yang kedua yaitu Lathifatu Rabbaniah (‫رابﻧﻴﺔ‬ ‫ )ﻟﻄﻴﻔﺔ‬yakni,
jisim yang halus yang mawujud didalam badan yang dibangsakan kepada perbuatan
Tuhan, yaitu makna hakikat hati yang makna yang kedua dahulu itu. Maka diketahui
dari pada ini bahwa lafaz roh dan qalbu (‫ )ﻗﻠﺐ‬itu didatangkan keduanya ini atas
makna yang satu yaitu dinamakan al-Lathifatu Rabbaniah (‫اﻟﺮابﻧﻴﺔ‬ ‫)اﻟﻠﻄﻴﻔﺔ‬ yang
tersebut dan didatangkan keduanya itu atas annur-nya (‫ )اﻧﻮر‬yang satu padahal
tiada berbeda dan tiada berlainan melainkan pada ibarat makna yang pertama jua.
Dan kepada makna yang kedua itu diisaratkan akan dia itu dengan firman Allah
ُ ‫ ) َوﻳ َْﺴﺎَٔﻟُﻮﻧ ََﻚ َﻋ ِﻦ ُّاﻟﺮو ِح ﻗُ ِﻞ ُّاﻟﺮ‬artinya, dan bertanya mereka itu yakni
Ta’ala, (‫وح ِﻣ ْﻦ َٔا ْﻣ ِﺮ َر ِ ّﰊ‬

Halaman 7 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

segala orang kafir akan dikau ya Muhammad dari pada makna hakikat roh, maka
kata olehmu ya Muhammad bermula hakikat roh itu dari pada perbuatan Tuhanku,
karena hakikat sebenar-benar roh itu tiada mengetahui akan dia melainkan Allah
Ta’ala dan orang yang diberinya ilmu dari padanya dengan ilmu laduni (‫)ﻋﲅ دلﱏ‬
namanya.

‫اﻟﻠﻔﻆ اﻟﺜﺎﻟﺚ اﻟﻨﻔﺲ وﻟﻬﺎ ﻣﻌﻨﻴﺎن ٔاﺣﺪﻫﲈ اﳌﻌﲎ اﳉﺎﻣﻊ ﻟﻘﻮة اﻟﻐﻀﺐ واﻟﺸﻬﻮة واﻟﺼﻔﺎت اﳌﺬ ﻣﻮﻣﺔ وﻫﻮ‬
‫اﳌﺮاد ﺑﻘﻮهل ﺻﲆ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﲅ ٔاﺷﺪ اﺛﻚ ﻧﻔﺴﻚ اﻟﱴ ﺑﲔ ﺟﻨﺒﻴﻚ وﻫﻮ اﳌﺎٔﻣﻮر ابجملﺎ ﻫﺪة واﳌﺎٔ ﻣﻮر‬
‫ﺑﻜﴪﻫﺎ‬
Artinya, lafaz yang ketiga yaitu Nafs (‫)ﻧﻔﺲ‬. Dan ada baginya pula dua makna,
pertama yaitu makna yang menghimpun ia bagi kuat marah dan kuat syahwat dan
berhimpun padanya segala sifat kecelaan dan berhimpun padanya segala maksiat
yang bathin, dan yaitu murad dengan sabda Nabi (saw), bermula yang terlebih
sangat jahat dari pada segala seterumu itu yaitu nafsumu yang antara dua
lambungmu itu. Dan yaitu yang disuruh kamu memerangi akan dia dan disuruh
memecahkan akan dia. Dan dinamakan akan nafs (‫ )ﻧﻔﺲ‬yang kepada makna yang
pertama ini akan nafs al-amarah (‫الاﻣﺎرﻩ‬ ‫ )ﻧﻔﺲ‬yang disebutkan oleh Allah Ta’ala,
padahal menghikayatkan akan hal Nabi Yusuf, menyatakan ia akan nafs al-amarah
ُّ ‫ ) َو َﻣﺎ ُٔاﺑَ ّﺮِئُ ﻧ َ ْﻔ ِﴘ ا َّن اﻟﻨَّ ْﻔ َﺲ َ َٔﻻ َّﻣ َﺎر ٌة ِاب‬artinya, dan tiada
(‫ )ﻧﻔﺲ الاﻣﺎرﻩ‬itu dengan katanya: (‫ﻟﺴﻮ ِء‬
ِٕ
aku menyucikan akan diriku dari pada kejahatan bahwasannya nafs itu sangat
menyuruh dengan berbuat kejahatan.

‫واﳌﻌﲎ اﻟﺜﺎﱏ ﻣﳯﺎ اﻟﻠﻄﻴﻐﺔ اﻟﺮابﻧﻴﺔ اﻟﱴ ﱓ اﺣﺪى ﻣﻌﲎ اﻟﺮوح واﻟﻘﻠﺐ واﻟﻨﻔﺲ ٔاﻳﻀﺎ ﻣﻊ ﻟﻔﻆ اﻟﻘﻠﺐ‬
‫واﻟﺮوح ﻳﻄﻠﻖ ﻋﲆ ﻣﺮاد واﺣﺪ وﱓ اﻟﻠﻄﻴﻔﺔ اﻟﺮابﻧﻴﺔ وﱓ ﺣﻘﻴﻘﺔ اﻻٕﻧﺴﺎن اﻟﱴ ﱓ ﻳﳣﲒﲠﺎ ﻋﲆ ﺳﺎﺋﺮ‬
‫اﳊﻴﻮان‬
Artinya, dan makna yang kedua dari pada makna nafs itu yaitu Lathifatul
Rabbaniah (‫)اﻟﻠﻄﻴﻔﺔ اﻟﺮابﻧﻴﺔ‬, yakni jisim yang halus yang dibangsakan kepada perbuatan
Tuhan, yang yaitu satu makna dari pada makna roh dan qalbu (‫)ﻗﻠﺐ‬.
Bermula nafs ini pula serta lafaz qalbu dan lafaz roh itu yaitu ketiganya ini
bahwa di ithilaq kan atas murad yang satu yaitu Lathifatul Rabbaniah (‫)ﻟﻄﻴﻔﺔ رابﻧﻴﺔ‬
itu.

Halaman 8 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

(Yakni) lafaz yang ketiga itu di-isti’mal-kan (‫ )اﺳـﺘﻌﲈﻟﻜﻦ‬oleh ulama Ahli Shufi
atas makna yang satu yaitu, jisim yang halus yang tiada serupa bagi segala jisim
yang kasar itu, nur, bukan seperti nur suatu yang zahir itu padahal tempat terbitnya
didalam hati daging sanubari itu, dan mesra ia kepada segala badan, kepada
segala anggota dan yaitu hakikat roh dan hakikat insan, yang dengan dia berbeda
manusia dari pada segala heiwan yang lain dari pada manusia.

(Dan apabila) suci hati itu dengan sebab membanyakkan akan zikir Allah
Ta’ala dari pada segala syahwat dunia dan suci ia dari pada sifat yang kejahatan
yang didalam bathin dan suci ia dari pada segala maksiat yang bathin, seperti suci
ia dari pada ‘ujub dan dari pada riya dan dari pada takabur dan dari pada ghadab
dan dari pada hasad dan barang sebagainya dari pada segala sifat kejahatan yang
didalam hati, maka yaitu dinamakan akan dia nafs al-Muthamainah (‫)ﻧﻔﺲ اﳌﻄﻤﺌﻨﺔ‬
dan yaitu murad dengan firman Allah Ta’ala,
‫َاي َٔاﻳَّﳤُ َﺎ اﻟﻨَّ ْﻔ ُﺲ اﻟْ ُﻤ ْﻄ َﻤﺌِﻨَّ ُﺔ۞ ْار ِﺟ ِﻌﻲ ا َﱃ َرﺑ ّ ِِﻚ َر ِاﺿ َﻴ ًﺔ َﻣ ْﺮ ِﺿ َّﻴ ًﺔ۞ ﻓَﺎ ْدﺧ ُِﲇ ِﰲ ِﻋ َﺒﺎ ِدي۞ َوا ْدﺧ ُِﲇ َﺟﻨ َّ ِﱵ‬
Artinya, hai nafs yang muthamainah kembali engkau kepada Tuhanmu
ِٕ
padahal engkau ridho akan Tuhanmu dan ridho Tuhanmu akan dikau maka masuk
engkau didalam perhimpunan martabat hambaku yang aku kasih akan dia dan
masuk engkau didalam surgaku serta Anbiya dan Auliya dan Syuhada.

(Bermula) Nafs sebelum sampai ia kepada derajat nafs al-Muthamainah


(‫ )ﻧﻔﺲ اﳌﻄﻤﺌﻨﺔ‬ini, baginya dua derajat dengan iktibar segala sifatnya,
(Pertama) dinamakan akan dia nafs al-Lawamah (‫ )اﻟﻠﻮاﻣﺔ‬dan yaitu murad
dengan firman Allah Ta’ala,
‫َو َﻻ ُٔا ْﻗ ِﺴ ُﻢ ِابﻟﻨَّ ْﻔ ِﺲ اﻟﻠ َّ َّﻮا َﻣ ِﺔ‬
Artinya, maka tiada aku bersumpah dengan nafs al-lawamah (‫)اﻟﻠﻮاﻣﺔ‬
Yakni dengan nafs yang mencela akan segala perbuatan yang kejahatan,
karena adalah sifat orang yang mempunyai nafs al-lawamah (‫ )اﻟﻠﻮاﻣﺔ‬itu mencela ia
akan segala maksiat. (Tetapi) belum lagi lepas sekali-kali dari pada maksiat dan suka
ia berbuat ta’at tetapi belum tetap sekali-kali pada berbuat ta’at karena seorang
pada martabat nafs al-lawamah itu yaitu, waktu (‫ )وﻗﺖ‬memerangi akan hawa nafs
karena belum lagi hilang dari pada hawa nafsunya (‫ )ﻫﻮاﻧﻔﺴﻮ‬itu segala sifat kejahatan
yang berkehendak berbuat akan maksiat, tetapi tiap-tiap berkehendak hatinya

Halaman 9 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

berbuat ia akan maksiat itu berkehendak ia akan kejahatan maka mencela ia akan
dirnya dan tiada suka ia kepada yang demikian itu.
Bersalahan seorang yang telah sampai martabatnya kepada nafs al-
Muthamainah, maka yaitu telah tetap hatinya kepada berbuat atas yang kebajikan,
tiada sekali-kali bergerak hatinya itu berbuat maksiat.
(Dan kedua) dinamakan akan dia nafs al-Amarah (‫)ﻧﻔﺲ الاﻣﺎرة‬, yakni nafs
menyuruh berbuat maksiat dan suka ia berbuat kejahatan. Inilah martabat yang
kebawah sekali martabat nafs yang yaitu sejahat-jahat nafs dan yaitulah nafs al-
ُّ ‫ ) َو َﻣﺎ ُٔاﺑَ ّ ِﺮ ُئ ﻧ َ ْﻔ ِﴘ ا َّن اﻟﻨَّ ْﻔ َﺲ َ َٔﻻ َّﻣ َﺎر ٌة ِاب‬dahulu itu.
amarah yang tersebut didalam ayat ( ‫ﻟﺴﻮ ِء‬
ِٕ
(Dan) dari karena inilah bersungguh-sungguh disuruh akan seorang yang
berkehendak kemenangan didalam akhirat itu menyucikan akan hatinya itu dari
pada nafs al-amarah ini dengan membanyakkan zikir Allah dan dengan
membanyakkan wirid (‫ ) ٔاوراد‬dan dengan membanyakkan belajar ilmu thasauf dan
ilmu tharikat dan ilmu suluk dan ilmu yang memberi manfaat, supaya lepas ia dari
pada nafs al-amarah itu. Maka sampai naik ia kepada martabat al-lawamah dan dari
pada al-lawamah itu naik kepada martabat nafs al-muthamainah, dan inilah
perhinggaan suluk bagi orang yang menjalani tarikat, dan yaitu permulaan ma’rifat
akan Allah Ta’ala dengan ma’rifat yang sebenarnya.

(Dan hasil) dari pada perkataan yang disebutkan oleh imam al-Ghazali
Rahimahullahu Ta’ala didalam Ihya’ Ulumiddin dan didalam mukhtasharnya (‫)ﳐﺘﴫ‬
bahwa bagi nafs itu tiga martabat:
(Martabat yang pertama) dinamakan nafs al-Amarah (‫)ﻧﻔﺲ الاﻣﺎرة‬, yakni nafs
yang menyuruh berbuat maksiat dan berbuat segala kejahatan dan tiada menyuruh
dengan berbuat kebajikan dan tiada mencela atas kejahatan, dan inilah martabat
yang terkebawah sekali.
(Dan martabat yang kedua) dinamakan nafs al-Lawamah (‫ )اﻟﻠﻮاﻣﺔ‬yakni nafs
mencela atas berbuat kejahatan dan tiada ridho ia atas perbuatan maksiat, padahal
suka hatinya itu kepada berbuat kebajikan, tetapi belum sangat tetap hatinya itu
kepadanya karena ada lagi didalam hatinya maksiat yang bathin seperti (‘ujub) dan
(riya) dan barang sebagainya, padahal tiada suka ia kepada maksiat yang bathin itu
tetapi belum kuasa ia berlepas sekali-kali dari pada maksiat yang bathin itu dan
sebab itulah terkadang ia berbuat akan mereka itu maksiat yang zahir, kemudian
taubat ia dan mencela ia akan dirinya itu dan menyesal ia akan dirinya sebab

Halaman 10 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

berbuat maksiat itu. Dan lagi ia mencela akan dirinya pada ketika ia taqshir (‫)ﺗﻘﺼﲑ‬
dari pada berbuat ibadat akan Tuhannya. (Bermula) martabat yang kedua ini, yaitu
permulaan martabat orang yang menjalani tarikat dan kesudahan martabat ulama
yang belum menjalani akan tarikat.
Dan martabat yang ketiga dinamakan nafs al-Muthamainah (‫)ﻧﻔﺲ اﳌﻄﻤﺌﻨﺔ‬,
yaitu apabila telah tetap hatinya didalam mengerjakan akan ibadat padahal tiada
sekali-kali ia suka akan berbuat maksiat sama ada maksiat zahir atau maksiat
bathin, karena telah suci hatinya itu dari pada maksiat yang bathin dan telah fana
ia dari pada nafsunya (‫ )ﻧﻔﺴﻮ‬yang amarah bissu’ (‫ )اﻣﺎرة ابﻟﺴﻮء‬itu dan telah fana pula
dari pada nafsunya (‫ )ﻧﻔﺴﻮ‬yang lawamah itu. Inilah kesudahan martabat orang yang
salikin yang menjalani tarikat dan yaitu permulaan martabat ‘Arifin (‫ )ﻋﺎرﻓﲔ‬yang
telah sampai kepada ma’rifat akan Tuhannya dengan ma’rifat sebenar-benarnya
itu. (Adapun) akhir martabat ‘Arifin itu maka yaitu tiada baginya perhinggaan.

(Dan) disebutkan oleh al-‘Arif Billah Syekh Qasim al-Halibi didalam kitabnya
yang bernama Sirussuluk (‫ )ﺳﲑ اﻟﺴﻠﻮك‬bahwasannya nafs itu tujuh martabat,
Yang Pertama, nafs al-Amarah (‫ )ﻧﻔﺲ الاﻣﺎرة‬namanya. (Dan) yaitu ada baginya
enam perkara,
Pertama baginya perjalanan, dan
Kedua baginya alam, dan
Ketiga baginya tempat, dan
Keempat baginya hal, dan
Kelima baginya wirid, dan
Keenam baginya sifat.

Maka perjalanannya itu Ilallahi Ta’ala (‫ﺗﻌﺎﱃ‬


‫ )إﱃ ﷲ‬yakni kepada Allah Ta’ala.
(Dan) alamnya itu Alamul Syahadah (‫ )ﻋﺎﱂ اﻟﺸﻬﺎدة‬yakni Alam al-Ajsam (‫)ﻋﺎﱂ الاﺟﺴﺎم‬,
dan halnya itu cenderung kepada kejahatan dan wiridnya itu syari’at, dan setengah
dari pada sifatnya itu jahil dan kikir dan loba dan takabur dan gemar berkata-kata
akan perkataan yang sia-sia yang tiada memberi faedah didalam akhirat dan banyak
marah dan gemar kepada makan-makanan dan hasad yakni dengki dan ghoflah
yakni lalai dan jahat perangai dan menyakiti akan manusia dan barang sebagainya
dari pada segala sifat yang kejahatan.

Halaman 11 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

Dan seyogyanya bagi orang yang salik itu bahwa membanyakkan ia akan zikir
Allah Ta’ala, yakni membanyakkan menyebut Lailaha ilallah (‫ )ﻻإهل إﻻ ﷲ‬padahal
berdiri dan duduk dan padahal barbaring supaya lepas ia dari pada nafs al-amarah
itu hingga sampai kepada nafs al-Lawamah (‫)ﻧﻔﺲ اﻟﻠﻮاﻣﻪ‬.

(Dan) martabat yang kedua nafs al-Lawamah (‫اﻟﻠﻮاﻣﻪ‬ ‫ )ﻧﻔﺲ‬namanya, maka


perjalanannya itu yaitu Lillahi Ta’ala (‫ ﺗﻌﺎﱃ‬m) yakni karena Allah Ta’ala dan alamnya
yaitu Alam al-Barzakh (‫ )ﻋﺎﱂ اﻟﱪزخ‬yakni Alam al-Mitsal (‫)ﻋﺎﱂ اﳌﺜﺎل‬. (Dan) tempatnya itu
didalam hati. (Dan) halnya Muhibbah Allah (‫ﷲ‬ ‫)ﳏﺒﺔ‬, yakni kasih akan ibadat yang
disuruh akan dia itu oleh Allah Ta’ala, dan) wiridnya itu Ilmu Tarikat, dan sifatnya
itu lawama (‫ )ﻟﻮم‬yakni mencela akan kejahatan dan menyesal akan dirinya jika
takshir dari pada berbuat kebajikan. (Dan) banyak fikir dan ‘ujub dan riya dan
banyak i’tirad (‫)اﻋﱰاض‬/(bantahan) atas manusia dan suka ia jadi mashur kepada
orang banyak dan suka ia jadi penghulu orang, karena lagi tinggal sertanya
setengah dari pada beberapa sifat nafs amarah tetapi adalah segala sifat ini bahwa
melihat ia akan yang benar itu benar dan yang bathil itu bathil. Dan diketahuinya
bahwa segala sifat yang tersebut itu kejahatan yang di cela oleh syara’, padahal
belum kuasa ia berlepas dari padanya tetapi adalah ia didalam memerangi akan
nafs amarah yang bersifat dengan demikian itu.
(Dan) adalah bagi orang yang mempunyai nafs al-lawamah pada martabat ini
gemar ia didalam mujahadah, yakni didalam memerangi akan nafsunya (‫ )ﻧﻔﺴﻮ‬yang
amarah itu dan gemar ia muafakat akan syari’at. (Dan lagi) baginya beberapa amal
yang shaleh dari pada sembahyang tahajud dan puasa dan memberi sedekah dan
barang sebagainya. Tetapi masuk diatas ‘ujub dan riya yang khafi dan gemar
didalam hatinya itu bahwa dilihat oleh manusia atas ibadatnya itu padahal tiada
dilihatkannya akan ibadatnya itu kepada manusia dan tiada dizahirkannya kepada
manusia dan tiada beramal ia karena manusia tetapi amalnya itu karena Allah
Ta’ala, (tetapi) bergerak didalam hatinya suka ia dipuji oleh manusia akan dia dari
pada pihak amalnya, padahal dilawannya akan yang demikian itu, tetapi tiada kuasa
ia menghilangkan dari pada hatinya sekali-kali, karena jika hilang sekali-kali riyanya
dan ‘ujubnya dari pada hatinya niscaya sampai kepada martabat Nafs Mulhimah
(‫ )ﻧﻔﺲ ﻣﻠﻬﻤﻪ‬atau kepada Nafs Muthamainah (‫ )ﻧﻔﺲ ﻣﻄﻤﺌﻨﻪ‬seperti yang lagi akan
datang.

Halaman 12 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

(Dan) seyogyanya bagi orang yang salik, martabat yang kedua itu bahwa
membanyakkan akan zikir (‫ )ﷲ ﷲ ﷲ‬padahal berdirinya dan padahal duduknya dan
padahal berbaring supaya lepas ia dari pada Nafs Al-Lawamah (‫ )ﻧﻔﺲ اﻟﻠﻮاﻣﻪ‬ini hingga
ia sampai kepada Nafs Al-Mulhimah (‫)ﻧﻔﺲ اﳌﻠﻬﻤﻪ‬.

(Dan) martabat yang ketiga nafs al-Mulhimah (‫اﳌﻠﻬﻤﻪ‬ ‫ )ﻧﻔﺲ‬namanya, maka


perjalanannya itu ‘Alallah (‫ﷲ‬ ‫)ﻋﲆ‬ yakni bahwaannya orang yang salik pada
martabat ini tiada jatuh tilik mata hatinya itu melainkan atas syuhud akan
perbuatan Allah Ta’ala karena telah nyata hakikat iman dan yakin didalam hatinya
bahwasannya sekalian perbuatan itu terbit dari pada Qudrat Allah Ta’ala dan
lainnya dari pada Allah Ta’ala itu tiada sekali-kali pada hakikatnya itu mempunyai
perbuatan dan telah fana ia dari pada perbuatan barang yang lain dari pada Allah
Ta’ala didalam syuhud akan perbuatan Allah Ta’ala.
(Bermula) murad dengan fana dari pada fana pada martabat ini yaitu luput
dari pada perasaannya dan dari pada perbuatannya dan dari pada segala panca
indranya, yakni ghaib ia dari pada pendapatannya didalam syuhud akan Allah Ta’ala
dan syuhud akan segala perbuatan Allah Ta’ala. (Dan) murad dengan fana pada
martabat nafs al-Muthamainah (‫ )ﻧﻔﺲ اﳌﻄﻤﺌﻨﺔ‬yang lagi akan datang itu, yaitu fana
segala sifatnya dan syuhud ia akan sifat Allah Ta’ala. Dan murad dengan fana pada
martabat ar-Radhiah (‫ )اﻟﺮﺿﻴﺔ‬yang lagi akan datang itu, yaitu fana dirinya dari pada
segala sifat basyariah (‫ )ﺑﴩﻳﻪ‬didalam syuhud akan Ahadiah Allah Ta’ala ( ‫ﷲ‬ ‫اﺣﺪﻳﺔ‬
‫ )ﺗﻌﺎﱃ‬karena pada martabat nafs ar-Radhiah itu telah hampir ia kepada maqam baqa
dan maqam itu yaitu martabat nafs al-Murdhiah (‫ )ﻧﻔﺲ اﳌﺮﺿﻴﺔ‬yang lagi akan datang
bicaranya itu. Dan alamnya itu alam al-Arwah (‫)ﻋﺎﱂ الارواح‬. Dan tempatnya itu
didalam roh. Dan halnya itu asyik akan Allah Ta’ala. Dan wirid itu ma’rifat akan Allah
Ta’ala. (Dan) sifatnya itu as-Sakha (‫ )اﻟﺴﺨﺎء‬yakni murah hati dan qana’ah (‫ )ﻗﻨﺎﻋﻪ‬yakni
tiada loba, ilmu yakni ilmuddin (‫ )ﻋﲅ ادلﻳﻦ‬dan tawadhu’ yakni merendahkan diri dan
sabar dan halim (‫ )ﺣﻠﲓ‬yakni tiada lekas marah dan tahammulul –adza (‫الاذى‬ ‫)ﲢﻤﻞ‬
yakni menanggung akan kesakitan dan memaafkan dari pada kesalahan manusia
dan menunjukkan atas manusia atas berbuat amal yang shaleh dan atas berbuat
kebajikan dan menerima ia uzur (‫ )ﻋﺬر‬dari pada manusia dan syuhud ia akan
bahwasannya segala perbuatan manusia dan segala binatang didalam genggaman

Halaman 13 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

Allah Ta’ala yakni adalah syuhud segala perbuatan dirinya dan segala manusia dan
lainnya yaitu terbit dari pada Qudrat Allah Ta’ala yakni telah fana perbuatan
sekalian yang lain dari pada Allah Ta’ala itu didalam perbuatan Allah Ta’ala. Dan
dinamakan pada istilah ulama ahli shufi akan fana’ al-af’al (‫)ﻓﻨﺎء الاﻓﻌﺎل‬. Dan tiada
tinggal baginya i’tirad (‫ )اﻋﱰاض‬atas segala makhluk sekali-kali. Dan adalah segala
manusia didalam tiliknya itu seperti wayang kulit yang digerakkan oleh dalangnya
itu. Dan setengah dari pada sifatnya itu as-Syauq (‫ )اﻟﺸﻮق‬yakni rindu dan menangis
dan susah hati dan enggan dia dari pada segala makhluk dan masy’ul ia dengan
berbuat ibadat akan Allah Ta’ala dan masy’ul ia dengan zikir Allah Ta’ala. Dan
sangat gemar ia akan Allah Ta’ala dan barang sebagainya seperti didalam kitab Sirus
Suluk (‫)ﺳﲑاﻟﺴﻠﻮك‬.
(Dan seyogyanya) bagi orang yang telah sampai kepada martabat ini bahwa
ia membanyakkan zikir (‫ ) ُﻫ َﻮ ُﻫ َﻮ ُﻫ َﻮ‬dan terkadang disebutnya dengan nafi dan isbat
yaitu (‫اﻻَّ ُﻫ َﻮ‬
‫ ) َﻻ ُﻫ َﻮ‬dengan mad La (‫ )ﻻ‬dan Waw (‫ )واو‬pada Hua (‫ )ﻫﻮ‬itu. Serta
ِٕ
membanyakkan ia zikir itu karena tiada memberi bekas zikir Allah itu didalam hati
melainkan dengan membanyakkan zikir yang jihar serta dengan kuat dan
membanyakkan pula zikir khafi (‫ )اﳋﻔﻰ‬supaya sampai ia kepada martabat nafs al-
Muthamainah (‫)ﻧﻔﺲ اﳌﻄﻤﺌﻨﺔ‬.
(Dan) seyogyanya dihadirkan didalam hati pada ketika berzikir (‫ُﻫ َﻮ‬ ‫ ) ُﻫ َﻮ ُﻫ َﻮ‬itu
akan semata-mata wujud Allah yang muthlak, seolah-oleh ia melihat dengan mata
hatinya akan Allah Ta’ala yang tiada baginya warna dan tiada baginya tempat dan
tiada baginya jisim dan tiada baginya misal pada suatu yang baharu ini.
(Dan seyogyanya) dihadirkan didalam hati pada ketika berzikir (‫ ) َﻻ ُﻫ َﻮ اﻻَّ ُﻫ َﻮ‬itu,
tiada yang mawujud hanya Allah Ta’ala, yakni dinafikan segala yang lain dari pada
ِٕ
Allah Ta’ala itu pada hatimu itu, di isbatkan semata-mata wujud Allah Ta’ala itu.

(Dan martabat yang keempat) nafs al-Muthamainnah (‫ )ﻧﻔﺲ اﳌﻄﻤﺌﻨﺔ‬namanya.


(Maka) perjalanannya itu ma’allah (‫ )ﻣﻊ ﷲ‬yakni serta Allah. (Dan) alamnya itu yaitu
al-haqiqatul-muhammadiah (‫)اﳊﻘﻴﻘﺔ اﶈﻤﺪﻳﺔ‬, yaitu ibarat dari pada zat Allah Ta’ala dan
sifatnya pada martabat ta’ayunul-awal (‫ا ٔﻻول‬‫)ﺗﻌﲔ‬, dan yaitu dinamakan martabat
wahdah (‫)وﺣﺪة‬. Dan tempatnya itu didalam sirr (‫)ﴎ‬. (Dan) halnya itu yaitu tetap hati
kepada Allah Ta’ala dan wiridnya itu setengah dari pada beberapa rahasia syari’at,

Halaman 14 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

yakni bathin ilmu syari’at yaitu ma’rifat ilmu hakikat. (Dan) sifatnya al-jud (‫)اﳉﻮد‬
yakni murah hati dan tawakal dan helim yakni tiada lekas marah dan ibadat dan
syukur dan ridha dengan qadha’ Allah Ta’ala dan sabar atas kena bala dan
berperangai ia dengan perangai Nabi (saw) dan mengikut ia akan segala perkataan
Nabi (saw) dan segala perbuatannya. (Dan) adalah maqam ini yaitu maqam Tamkin
(‫)ﲤﻜﲔ‬, yakni tetap dan maqam ‘Ainul Yaqin (‫ )ﻋﲔ اﻟﻴﻘﲔ‬dan maqam Iman yang Kamil.
(Dan seyogyanya) bagi seorang yang telah sampai kepada maqam martabat
ini, yaitu membanyakkan zikir Allah Ta’ala Haq Haq (٢‫ )ﺣﻖ‬sama ada dengan huruf
nida’ (‫ )ﻧﺪاء‬atau tiada.

(Dan) martabat yang kelima nafs al-Radhiyah (‫ )اﻟﺮاﺿﻴﺔ‬namanya. Maka


perjalanannya itu fillahi ta’ala (‫ )ﰱ ﷲ ﺗﻌﺎﱃ‬dan alamnya itu alamul-lahut (‫)ﻋﺎﱂ اﻟﻼﻫﻮت‬
yakni alam zat, yaitu ibarat dari pada martabat al-ahadiyah (‫ )الاﺣﺪﻳﺔ‬yaitu semata-
mata syuhud akan dapat Allah Ta’ala dengan tiada i’tibar sifat dan tiada asma’ dan
tiada i’tibar af’al. (Dan) tempatnya didalam sirrus-sirr (‫)ﴎاﻟﴪ‬, dan halnya fana dari
pada diri dan fana dari pada segala sifatnya yang basyariyah (‫)ﺑﴩﻳﻪ‬. Maka semata-
mata ia syuhud akan zat Allah Ta’ala yang tiada baginya serupa dengan suatu yang
baharu ini, dan maqam inilah La mawujud ilallah (‫)ﻻﻣﻮﺟﻮد الاﷲ‬.
(Bermula) nafs al-Radhiyah ini tiada baginya wirid karena wirid itu tiada ada
ia melainkan serta dengan i’tibar sifat. Dan maqam ini gugur segala i’tibar sifat dan
asma’ dan af’al. Bersalahan pada martabat yang dahulu dari pada martabat ini,
maka baqqi (‫ )ابﰵ‬dengan dirinya dan bersalahan pula martabat yang kemudian dari
pada ini, maka yaitu baqqi dengan Allah Ta’ala.
(Dan) adalah sifat orang yang didalam martabat nafs radhiah ini yaitu,
َ ‫ ) ُز ْﻫ ٌﺪ ِﻓﳰ َﺎ ِﺳ َﻮى ﷲ ﺗَ َﻌ‬yakni benci akan segala barang yang lain dari pada Allah Ta’ala,
(‫ﺎﱃ‬
dan ikhlas bagi Allah Ta’ala dan wara’ dan lalai dari pada barang yang lain dari pada
Allah Ta’ala dan ridho ia dengan tiap-tiap barang yang jatuh sekalian perbuatan
didalam suatu dengan tiada i’tirad (‫)اﻋﱰاض‬. Dan tiada menolakkan ia akan barang
yang tiada disukai oleh nafsunya itu karena ridho ia akan sekalian itu perbuatan
Allah Ta’ala, serta karam ia didalam syuhud jamalullah (‫ )ﺟﲈل ﷲ‬yang muthlak, dan
tiada mendatang akan dia oleh hal itu dari pada menunjuk bagi manusia akan jalan
kebajikan. Dan memberi ia akan nasehat akan manusia dan menyuruh ia dengan
berbuat kebajikan dan menegahkan ia dari pada berbuat kejahatan. Dan tiada
Halaman 15 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

mendengar oleh seorang akan perkataannya itu, melainkan memberi manfaat ia


dengan dia padahal adalah hatinya masy’ul dengan syuhud akan ‘alamul laahut ( ‫ﻋﺎﱂ‬
‫ )اﻟﻼﻫﻮت‬dan syuhud ia akan sirrus sirr (‫)ﴎاﻟﴪ‬.
Dan seyogyanya bagi orang yang sampai kepada martabat itu bahwa
membanyakkan zikir Allah Ta’ala (‫ )اﻟْ َﺤ ّﻰ‬supaya hilang fana nya itu dan hasil baginya
‫)اﻟْ َﺤ ُّﻲ َّ ِاذلي‬. (Dan) masuk ia kepada
ُ ‫َﻻﻳ َ ُﻤ‬
baqa dengan Tuhan yang bersifat dengan (‫ﻮت‬
martabat yang keenam yaitu Nafs al-Mardhiah (‫ )ﻧﻔﺲ اﳌﺮﺿﻴﺔ‬dan bersifat ia dengan
segala kamalat.
(Ketahui) olehmu bahwasannya setengah asma’ itu mengikut bagi setengah
َّ ُ‫َّﺎب اﻟْ َﻔﺘَّ ُﺎح اﻟْ َﻮا ِﺣﺪ‬
Isim Haiy (‫ )اﰟ ىح‬itu, yaitu ( ُ‫اﻟﺼ َﻤﺪ‬ ُ ‫ )اﻟْ َﻮﻫ‬maka seyogyanya
membanyakkan menyebut akan dia serta Isim Haiy (‫ىح‬ ‫ )اﰟ‬itu pada martabat ini
supaya memudahkan berpindah kepada martabat yang keenam itu yaitu Nafs al-
Mardhiah (‫)ﻧﻔﺲ اﳌﺮﺿﻴﺔ‬.

(Dan martabat yang keenam) nafs Mardhiah (‫ﻣﺮﺿﻴﺔ‬ ‫ )ﻧﻔﺲ‬namanya. Maka


perjalanannya itu dengan Allah Ta’ala, yakni mengambil ilmu dari pada Allah Ta’ala
(dan) kembali ia kemudian dari pada sampai kepada Allah Ta’ala itu kepada
makhluk karena memberi Irsyad (‫ )ارﺷﺎد‬akan makhluk yakni menunjukkan akan jalan
kepada Allah Ta’ala bagi segala makhluk. Dan alamnya yaitu ‘Alamul-Ajsad ( ‫ﻋﺎﱂ‬
‫)الاﺟﺴﺎد‬. Dan tempatnya itu didalam khafi (‫)ﺧﻔﻰ‬. Dan halnya itu Al-hirah (‫ )اﳊﲑة‬yang
maqbul yaitu yang di isaratkan oleh Nabi (saw) dengan sabdanya,
‫رب زدﱏ ﻓﻴﻚ ﲢﲑا‬
Artinya, Hai Tuhanku tambah olehmu akan daku didalam ma’rifat akan dikau
heiran.
Dan wiridnya itu syari’at, dan sifatnya itu baik perangai dan meninggalkan
akan segala barang yang lain dari pada Allah Ta’ala dan lemah lembut dengan
segala manusia dan menunjukkan ia akan manusia atas berbuat mushlihah (‫)ﻣﺼﻠﺤﺔ‬
dan memaafkan dari pada segala kesalahan manusia dan kasih kepada segala
manusia dan cenderung ia kepada mereka itu karena mengeluarkan mereka itu dari
pada kalam thabi’at (‫( )ﳇﻢ ﻃﺒﻴﻌﺔ‬kegelapan thabi’at) mereka itu dan dari pada nafs
mereka itu kepada nur roh mereka itu.

Halaman 16 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

Dan adalah zikir orang yang sampai kepada martabat nafs mardhiah itu yaitu
(‫ﰟ ﷲ اﻟْﻘَﻴُّﻮ‬
ُ ْ ‫) ِا‬
serta membanyakkan ia akan menyebut akan isim (‫ )اﰟ‬ini, yakni
membanyakkan ia menyebut ( ‫ ) َايﻗَﻴُّﻮم َايﻗَﻴُّﻮم َايﻗَﻴُّﻮم‬pada siang dan malam sekira-kira
memberi bekas zikir itu didalam hatinya itu.

(Dan) martabat yang ketujuh nafs al-Kamaliah (‫اﻟﲀﻣةل‬ ‫ )ﻧﻔﺲ‬namanya. Maka


perjalanannya itu billah (m‫)اب‬, yakni dengan qudrat Allah Ta’ala dan iradatnya dan
َ ْ ‫) ُﺷﻬُﻮ ُد ْاﻟ َﻜ‬
َ ‫ )ﻗُ َّﻮ ُة ﷲ ﺗَ َﻌ‬dan dengan haulNya (‫)ﺣﻮل‬. Dan alamnya itu (‫ﴩ ِة ِﰲ اﻟْ َﻮ ْﺣﺪَ ة‬
dengan (‫ﺎﱃ‬
َ ْ َ‫) ُﺷﻬُﻮ ُد اﻟْ َﻮ ْﺣﺪَ ِة ِﰲ ْاﻟﻜ‬.
dan ( ‫ﴩ ِة‬
َ ْ ‫ْاﻟ َﻜ‬
(Bermula) makna (‫ﴩ ِة ِﰲ اﻟْ َﻮ ْﺣﺪَ ة‬ ‫ ) ُﺷﻬُﻮ ُد‬itu yaitu, syuhud akan segala makhluk
itu didalam perintah Tuhan yang esa yang bersifat dengan wahdaniah (‫ )وﺣﺪاﻧﻴﺔ‬dan
َ ْ ‫ ) ُﺷﻬُﻮ ُد اﻟْ َﻮ ْﺣﺪَ ِة ِﰲ ْاﻟ َﻜ‬itu, syuhud akan Tuhan yang esa yang mempunyai
makna (‫ﴩ ِة‬
perintah didalam makhluk itu didalam sekalian alam ini, dan ialah yang mempunyai
sifat ketuhanan didalam sekalian alam ini. Dan tempatnya itu didalam ‘Akhfaa
(‫ ) ٔاﺧﻔﻰ‬dan adalah nisbah ‘akhfaa kepada Khafi (‫ )ﺧﻔﻰ‬itu seperti nisbah roh kepada
jisim. Dan halNya itu yaitu ‘Baqa billah ta’ala (‫ﺗﻌﺎﱃ‬ m‫ )ﺑﻘﺎاب‬dan wiridnya itu yaitu
segala wirid yang tersebut didalam segala nafs yang tersebut dahulu itu. (Dan)
sifatnya itu segala kebajikan yang didalam nafs tersebut dahulu itu.
(Bermula) Isim (‫ )اﰟ‬yang dimilikkan oleh orang yang mempunyai nafs al-
Kamaliah itu yaitu Isim Al-Qahhar (‫اﻟﻘﻬﺎر‬ ‫ )اﰟ‬yaitu membanyakkan akan menyebut
(‫ ) َايﻗَﻬَّﺎر َايﻗَﻬَّﺎر‬didalam siang hari dan malam dan didalam tiap-tiap kelakuan.
(Bermula) martabat yang ketujuh ini yaitu Aulia’ Allah yang Kamil (‫ )ﰷﻣﻞ‬lagi
Mukamil (‫ )ﻣﳬﻞ‬yang Khawash (‫ )ﺧﻮاص‬lagi Khawash al-Khawash (‫)ﺧﻮاص اﳋﻮاص‬.

(Bermula) martabat Aulia’ Allah yang awam itu yaitu martabat yang
keempat itu, martabat nafs yang muthamainah. (Dan) martabat Aulia’ Allah yang
khawash itu yaitu martabat yang kelima yaitu nafs yang radhiah. (Dan) martabat
Aulia’ Allah yang khawash al-khawash itu yaitu martabat yang keenam yaitu nafs
yang mardhiah.

Halaman 17 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

(Ketahui) olehmu hai segala orang yang salik bagi tarikat al-Muqarabin ( ‫ﻃﺮﻳﻘﺔ‬
‫)اﳌﻘﺮﺑﲔ‬ itu, bahwasannya masyaikh (‫ )ﻣﺸﺎﱗ‬yang lain dari pada masyaikh al-
khalwatiah (‫ )اﳋﻠﻮﺗﻴﺔ‬itu tiada memberi talqin ia akan murid yang salik itu, melainkan
tiga isim jua. Maka adalah mereka itu memberi talqin akan murid mereka itu
padahal ia didalam nafs al-lawamah dengan (‫)ﻻاهل ٕاﻻﷲ‬, dan padahal ia didalam
permulaan nafs al-mulhimah dengan (‫)ﷲ ﷲ ﷲ‬, dan pada ia didalam akhir nafs al-
mulhimah itu dengan (‫ﻫﻮ‬ ‫)ﻫﻮ ﻫﻮ‬, dan dengan isim ini masuk ia didalam nafs al-
muthama’inah, inilah kesudahan suluk mereka itu dan permulaan yakni wushul
(‫ )وﺻﻮل‬mereka itu kepada ma’rifat Allah Ta’ala.
(Adapun) Masyaikh tarikat al-Khalwatiah (‫ )اﳋﻠﻮﺗﻴﺔ‬itu maka yaitu terkadang
mereka itu memberi talqin akan murid mereka itu dengan tujuh isim yang tersebut
dahulu itu, seperti yang disebutkan akan dia oleh Syeikhna al-Wali al-Kamil al-
Mukamil Saidi as-Syeikh Muhammad Samman didalam kitabnya yang bernama An-
Nufahatul Uluhiyah Fi Sulukit Thariqatil-Muhammadiah ( ‫اﻟﻨﻔﺤﺎت ا ٔﻻﻟﻮﻫﻴﺔ ﰱ ﺳﻠﻮك اﻟﻄﺮﻳﻘﺔ‬
‫)اﶈﻤﺪﻳﺔ‬, maka adalah mereka itu memberi talqin akan mereka itu, padahal ia
didalam nafs al-Amarah dengan (‫)ﻻاهل ٕاﻻﷲ‬, dan padahal ia didalam nafs al-Lawamah
dengan (‫ )ﷲ ﷲ ﷲ‬supaya sampai kepada Tauhid al-Af’al sekira-kira tiada ia melihat
akan segala perbuatan itu melainkan yaitu perbuatan Allah Ta’ala.
(Dan) adalah mereka itu memberi talqin akan murid mereka itu, padahal
didalam nafs al-Mulhimah dengan (‫ )ﻫﻮ ﻫﻮ ﻫﻮ‬supaya sampai ia kepada Tauhid al-
Asma’ sekira-kira tiada ia melihat akan sesuatu melainkan ingat ia kepada asma’
Allah Ta’ala (‫ ) ٔاﺳﲈء ﷲ ﺗﻌﺎﱃ‬yang tersebut didalam asma’ Allahul husna (‫) ٔاﺳﲈء ﷲ اﳊﺴـﲎ‬
yang sembilan puluh sembilan itu, karena sekalian sesuatu alam yang mawujud ini
yaitu muzahirkan bagi asma’ Allah Ta’ala, yakni kenyataan baginya pada orang yang
dibukakan oleh Allah Ta’ala akan hatinya itu dengan ma’rifat akan dia dengan
berkat membanyakkan akan zikir Allah itu.
(Dan) adalah memberi talqin mereka itu kepada murid mereka itu, hal ia nafs
al-Muthamainah dengan (‫ )ﺣﻖ ﺣﻖ ﺣﻖ‬supaya sampai ia kepada Tauhid Sifat sekira-
kira tiada yang bersifat dengan hayyun (‫ )ىح‬pada pada hakikat itu yakni pada
sebenar-benarnya itu melainkan Allah Ta’ala jua. (Dan) tiada yang bersifat dengan
‘alimun (‫ )ﻋﺎﱂ‬pada hakikat itu melainkan Allah Ta’ala, dan tiada yang bersifat dengan

Halaman 18 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

qadirun (‫ )ﻗﺎدر‬pada hakikat itu melainkan Allah Ta’ala jua. (Dan) tiada yang bersifat
dengan muridun (‫ )ﻣﺮﻳﺪ‬pada hakikat itu melainkan Allah Ta’ala jua. (Dan) tiada yang
bersifat dengan sami’un (‫ )ﲰﻴﻊ‬pada hakikat itu melainkan Allah Ta’ala jua. (Dan)
tiada yang bersifat dengan bashirun (‫ )ﺑﺼﲑ‬pada hakikat itu melainkan Allah Ta’ala.
(Dan) adalah mereka itu memberi talqin akan murid mereka itu padahal ia
didalam nafs ar-Radhiah itu dengan (‫ )ىح ىح ىح‬supaya sampai ia kepada Tauhid Zat
(‫اذلات‬ ‫)ﺗﻮﺣﻴﺪ‬ yakni (‫ٕاﻻﷲ‬ ‫)ﻻﻣﻮﺟﻮد‬ yakni tiada yang mawujud pada hakikat itu
melainkan wujud Allah Ta’ala.
(Dan adalah) mereka itu memberi talqin akan murid itu padahal ia didalam
nafs al-Mardhiah itu dengan ( ‫ )ﻗَﻴُّﻮم ﻗَﻴُّﻮم ﻗَﻴُّﻮم‬supaya sampai ia kepada maqam al-Baqa’
Billah Ta’ala (‫ ﺗﻌﺎﱃ‬m‫)اﻟﺒﻘﺎء اب‬.
(Dan) adalah mereka itu memberi talqin akan murid itu, padahal ia didalam
nafs al-Kamaliah dengan (‫ )ﻗَﻬَّﺎر ﻗَﻬَّﺎر ﻗَﻬَّﺎر‬supaya sampai ia kepada maqam Wali Allah
yang Kamil lagi Mukamil.
Dan adalah faqir ilallah Ta’ala Abdul Shamad al-Jawi Palembani yang
menterjemahkan akan kitab yang bernama Sirussalikin ila ibadat rabbil’alamin ini
telah mengambil ia akan zikir segala asma’ yang tujuh ini dari pada wali yang Kamil
lagi Mukamil Quthub al-Zaman Shyeikna Saidi Syeikh Muhammad ibnu Syeikh
Abdul Karim Assaman
َّ ‫ﷲ اﻟْﻬَﺎ ِدي ا َﱃ َﺳ َﻮا ِء‬
‫اﻟﻄ ِﺮﻳ َﻘ ِﺔ‬ ُّ ‫ ﻓَ ِﻠ َّ ِهل اﻟْ َﺤ ْﻤﺪُ َو‬،‫ﷲ ِﺑ ِﻪ َواﻟْ ُﻤ ْﺴ ِﻠ ِﻤ َﲔ‬
ُ ‫ َو‬،‫اﻟﺸ ْﻜ ُﺮ‬ ُ ‫ﻧ َ َﻔ َﻌﻨَﺎ‬
ِٕ
(Dan lagi) Imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,
‫اﻟﻠﻔﻆ اﻟﺮاﺑﻊ اﻟﻌﻘﻞ وهل ﻋﺪة ﻣﻌﺎن وﳓﻦ ﻧﻮرد ﻣﻨﻪ ﻣﻌﻨﻴﲔ ٔاﺣﺪﻫﲈ اﻟﻌﲅ ﲝﻘﺎﺋﻖ ا ٔﻻﺷـﻴﺎء‬
Artinya, bermula lafaz yang keempat yaitu Aqal, dan adalah baginya itu
beberapa bilangan maknanya itu, dan lagi akan kami datangkan dari pada
maknanya disini dua makna,
(Pertama) makna aqal itu yaitu, mengetahui dengan hakikat sesuatu, yakni
seperti mengetahui hakikat yang wajib dan mustahil dan yang jaiz. Karena tiada
tashawur (‫ )ﺗﺼﻮر‬didalam aqal itu melainkan tiga perkara itu,
(Pertama) Wajib, yaitu wujud Allah Ta’ala dan segala sifatnya
(Dan kedua) Mustahil, yaitu seperti Syirik al-Bari (‫)ﴍﻳﻚ اﻟﺒﺎرى‬
(Dan ketiga) Jaiz, yaitu menjadikan sekalian mumkin ini

Halaman 19 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

Seperti yang disebutkan oleh Imam Sanusi akan segala hukum aqal yang pada
makna yang pertama ini didalam Ummul Barahin (‫ ) ٔام اﻟﱪاﻫﲔ‬dan lainnya. Dan adalah
aqal pada makna yang pertama ini yaitu, ibarat dari pada sifat ilmu yang tempat
terbitnya itu dari dalam hati

‫واﻟﺜﺎﱏ اذلى ﻳﻜﻮن اﻟﻌﲅ ﺑﻪ ﰷﻟﺼﻔﺔ وﻫﺬا اﳌﻌﲎ ﻫﻮ اﻟﻠﻄﻴﻔﺔ اﻟﱴ ﺳـﺒﻖ ذﻛﺮﻫﺎ اذ ﻻ ﳝﻜﻦ ٔان ﻳﻜﻮن اﳌﺮاد‬
‫ابﻟﻌﻘﻞ اﳌﻌﲎ ا ٔﻻول ﻟﻘﻮهل ﺻﲆ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﲅ ٔاول ﻣﺎﺧﻠﻖ ﷲ اﻟﻌﻘﻞ ﰒ ﻗﺎل هل اﻗﺒﻞ ﻓﺎٔﻗﺒﻞ ﰒ ﻗﺎل ٔادﺑﺮ‬
‫ﻓﺎٔدﺑﺮ اﳊﺪﻳﺚ‬
Artinya, dan makna yang kedua dari pada makna aqal itu yaitu jisim yang
adalah nisbah (‫ )ﻧﺴـﺒﻪ‬ilmu dengan dia itu seperti sifatnya, dan adalah makna yang
kedua dari pada makna aqal itu yaitu,
lathifatu rabaaniah awruhaniah (‫ٔاوروﺣﺎﻧﻴﺔ‬ ‫ )ﻟﻄﻴﻔﺔ رابﻧﻴﺔ‬yakni jisim yang halus yang
dibangsakan kepada perbuatan Tuhan dan dibangsakan kepada roh yang telah
terdahulu sebutnya pada makna hati yang kedua, dan pada makna roh yang kedua,
dan pada makna nafs yang kedua, dahulu itu.
Karena tiada dapat muafakat bahwa keadaan murad dengan aqal pada
makna yang pertama itu dengan makna aqal yang kedua ini, karena makna aqal
yang pertama itu ibarat dari pada ilmu dan makna aqal yang kedua itu yaitu ibarat
dari pada jisim yang halus yang rohani yang tempat terbit ilmu itu, yaitu yang
diisyaratkan dengan sabda Nabi (saw),
‫ٔاول ﻣﺎﺧﻠﻖ ﷲ اﻟﻌﻘﻞ ﰒ ﻗﺎل هل ٔاﻗﺒﻞ ﻓﺎٔﻗﺒﻞ ﰒ ﻗﺎل هل ٔادﺑﺮ ﻓﺎٔدﺑﺮ اﳊﺪﻳﺚ‬
Artinya, bermula permulaan suatu yang dijadikan oleh Allah Ta’ala itu yaitu
aqal, yang jisim yang halus yang dibangsakan kepada perbuatan Tuhan dan
dibangsakan kepada roh yaitulah hakikat hati pada makna yang kedua yang
tersebut dahulu itu. Kemudian maka firman Allah Ta’ala baginya yakni bagi aqal itu,
“Berhadap engkau kepadaku”, maka berhadap ia kepada Allah Ta’ala. Kemudian
maka berfirman pula Allah Ta’ala, “Belakangkan olehmu akan daku”, maka
membelakangkan ia akan dia. Hingga akhir hadis.
Dan faham dari pada hadis ini, bahwa aqal yang tersebut didalam hadis ini
yaitu aqal pada makna yang kedua yaitu jisim yang halus dan bukan aqal pada
makna yang pertama itu, yaitu mengetahui akan hakikat sesuatu. (Tetapi) adalah
aqal pada makna yang pertama itu ibarat dari pada ilmu yang berdiri kepada aqal
yang pada makna yang kedua itu yaitu jisim yang halus rabani wa rohani ( ‫رابﱏ‬
‫)وروﺣﺎﱏ‬.
Halaman 20 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

(Syahdan) ketahui olehmu bahwasannya Qalbu (‫ )ﻗﻠﺐ‬yakni Hati (dan) Roh


(dan) Nafs (‫)ﻧﻔﺲ‬, (yakni) Aqal sekaliannya itu pada i’tibar makna yang kedua itu satu
jua yaitu Lathifatu Rabbaniah wa rohaniah (‫روﺣﺎﻧﻴﺔ‬ ‫)ﻟﻄﻴﻔﺔ رابﻧﻴﺔ و‬. (Yakni) yaitu jisim
yang halus yang dibangsakan kepada perbuatan Tuhan dan dibangsakan kepada
roh dan tiada bersalahan lafaz yang empat ini melainkan pada i’tibar makna yang
pertama itu jua, karena qalbu pada makna yang pertama itu yaitu daging yang
berupa seperti buah sanubari.
(Dan) Roh pada makna yang pertama itu yaitu, sesuatu seperti rupa asap
yang terbit dari pada hati sanubari itu dan mesra ia kepada sekalian badan dan
dengan dia hidup badan itu, dan apabila terbit ia dari pada segala badan itu niscaya
matilah badan itu dan dinamakan oleh ahli al-Thabib akan roh heiwani jasmani.
(Dan) Nafs pada makna yang pertama itu ibarat dari pada makna yang
menghimpun ia bagi kuat marah dan segala syahwat dan segala perhimpunan
padanya segala sifat yang kecelaan yaitu dari pada nafs al-amarah bissu’ ( ‫ا ٔﻻﻣﺎرة‬
‫)ابﻟﺴﻮء‬.
(Dan) Aqal pada makna itu yaitu ibarat dari pada sifat ilmu yang didalam hati
dan dengan dia mengetahui akan segala hakikat suatu yang tersebut dahulu itu.

(Dan) demikian lagi segala nafs yang tujuh yang tersebut dahulu itu,
hakikatnya itu satu jua dan tiada bersalah-salahan ia melainkan sebab bersalah-
salahan i’tibarnya jua, karena nafs insan dan hakikatnya itu satu jua, tetapi jikalau
ia berbuat maksiat sama ada maksiat zahir atau maksiat bathin maka dinamakan
nafsunya itu dengan nafs al-amarah bissu’.
(Dan) jikalau ia taubat dari pada maksiat itu dan menyesal ia dan mencela ia
akan kejahatannya itu maka yaitu dinamakan nafsunya itu dengan nafs al-
Lawamah.
Dan jikalau sangat gemar hatinya itu kepada berbuat ibadat yang zahir dan
ibadat yang belum tetap ia akan yang demikian itu dengan dia, maka dinamakan
nafsunya itu dengan nafs Mulhimah.
(Dan) jika sangat gemar hatinya itu kepada berbuat ibadat yang bathin serta
tetap hatinya itu akan yang demikian itu, maka dinamakan akan nafsunya itu
dengan nafs al-Muthamainah seperti yang telah terdahulu sebutnya itu.
‫وﷲ ٔاﻋﲅ‬

Halaman 21 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

‫ﻓﺼﻞ ﰱ ﺑﻴﺎن ﺣﺎل اﻟﻘﻠﺐ ﻣﻊ ﺟﻨﺪﻩ‬


Ini suatu fasal pada menyatakan hal hati serta tentaranya

Kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,


‫إذاﻋﺮ ﻓﺖ اﻟﻘﻠﺐ ﻓﻨﺤﻦ ﻧﺒﲔ كل ﺟﻨﻮدﻩ وهل ﺟﻨﺪان ﺟﻨﺪﻳﺸﺎﻫﺪ ابﻟﺒﴩ وﻫﻮ اﻟﻴﺪ واﻟﺮﺟﻞ واﻟﻌﻴﻨﺎ وﺳﺎﺋﺮ‬
‫ا ٔﻻﻋﻀﺎء وﺟﻨﺪ ﻳﺸﺎﻫﺪ ابﻟﺒﺼﲑة وﱓ اﻟﺼﻔﺎت ﻋﲆ ﻣﺎ ﺳـﻴﺎٔﰏ ذﻛﺮﻫﺎ‬
Artinya, apabila engkau ketahui hakikat hati bahwasannya adalah tersebut
dahulu itu bahwa dimisalkan oleh ulama ahli shufi akan hati itu seperti raja dan
anggota yang lain dari pada hati itu seperti tentaranya maka sekarang lagi akan
kami nyatakan tentaranya itu. Dan adalah bagi hati itu dua tentara,
(Pertama) tentara yang dapat dilihat dengan mata kepala dan telinga dan
perut dan faraj dan barang sebagainya, seperti yang lagi akan datang. Karena segala
maksiat yang zahir dan ta’at yang zahir itu jadi keduanya itu dari pada segala
anggota yang zahir ini.
(Seperti) kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala didalam Bidayatul
Hidayah (‫)ﺑﺪاﻳﺔاﻟﻬﺪاﻳﺔ‬,
‫واﻋﲅ ٔاﻧﻚ إﳕﺎ ﺗﻌﴡ ﷲ ﻋﺰوﺟﻞ ﲜﻮارﺣﻚ وﱓ ﻧﻌﻤﺔ ﻣﻦ ﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﻋﻠﻴﻚ و ٔاﻣﺎ ﻧﺔدل ﻳﻚ ﻓﺎﺳـﺘﻌﺎﻧﺘﻚ ﲠﺎ‬
‫ﻋﲆ ﻣﻌﺼﻴﺔ ﻏﺎﻳﺔ اﻟﻜﻔﺮان وﺧﻴﺎﻧﺘﻚ ﰱ ٔاﻣﺎﻧﺔ ٔاودﻋﻜﻬﺎ ﷲ ﻏﺎﻳﺔ اﻟﻄﻐﻴﺎن ﻓﺎٔﻋﻀﺎؤك رﻋﺎايك ﻓﺎﻧﻈﺮ ﻛﻴﻒ‬
‫ﺗﺮﻋﺎﻫﺎ ﻓﲀﰼ راع وﳇﲂ ﻣﺴﺆل ﻋﻦ رﻋﻴﺘﻪ‬
Artinya, dan ketahui olehmu bahwasannya engkau hanyasannya berbuat
maksiat akan Allah Ta’ala ‘Aza wajala segala anggotamu dan anggotamu itu nikmat
dari pada Allah Ta’ala atasmu dan lagi anggotamu itu petaruhan Allah Ta’ala
padamu, maka jika engkau berbuat maksiat dengan sesuatu dari pada anggotamu
itu maka seolah-olah engkau minta tolong dengan Allah Ta’ala atas berbuat
maksiat, maka yang demikian itu sungguh-sungguh kufur nikmat Allah Ta’ala, yakni
mensia-siakan yang dijadikan Allah Ta’ala dengan dia karena segala anggotamu itu
dijadikan akan dia karena berbuat ibadat kepada Allah Ta’ala. maka tatkala engkau
berbuat maksiat dengan dia maka yang demikian itu menyalahi akan yang dijadikan
dengan dia. (Inilah) makna kufur disini yaitu dinamakan kufur nikmat dan bukan
makna kufur disini agama.
(Dan lagi) segala anggotamu itu petaruhan dari pada Allah Ta’ala kepadamu,
jika engkau berbuat maksiat dengan dia niscaya engkau khianat dan khianatmu
pada petaruhan yang menaruh akan dia oleh Allah Ta’ala padamu itu yaitu
sehingga-hingga maksiat dan sebesar-besar zalim maka segala anggota mu itu

Halaman 22 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

seperti rakyatmu dan seperti tentara maka tilik olehmu betapa engkau memeliha
akan dia, maka sekalian kamu itupun peliharaan dan tiap-tiap kamu itu ditanyai
pada hari kiamat dari pada sesuatu yang kamu peliharakan itu. Maka wajib atas
tiap-tiap orang yang mukalif memeliharakan segala anggotanya itu dari pada
berbuat maksiat.
(Dan kedua) tentara yang dapat dilihat dengan mata hati, yaitu segala yang
didalam bathin, yakni didalam hati. Karena segala maksiat yang bathin dan ta’at
yang bathin itu jadi dari pada segala sifat yang didalam hati itu atas yang lagi akan
datang sebutnya itu. Maka wajib atas tiap-tiap orang yang mukalif menyucikan
akan hati itu dari pada segala maksiat yang bathin itu dan membanyakkan akan dia
dengan ta’at yang bathin yaitu segala sifat kepujian yang didalam hati, seperti ikhlas
dan zuhud dan tawadhu’ dan sabar dan helim seperti lagi akan datang supaya jadi
baik segala anggota yang zahir itu, seperti sabda Nabi (saw),
‫إن ﰱ ﺟﺴﺪ اﺑﻦ آدم ﻣﻀﻐﺔ إذا ﺻﻠﺤﺖ ﺻﻠﺢ ﻟﻬﺎ ﺳﺎﺋﺮ اﳉﺴﺪ ٔاﻻوﱓ اﻟﻘﻠﺐ‬
Artinya, bahwasannya didalam jasad anak Adam itu segumpal daging apabila
baik ia niscaya baik baginya segala jasad itu dan yaitu hati.
Maka jikalau tiada kita sucikan hati itu dari pada segala maksiat yang bathin
dan ketahui olehmu dan tiada kita baikkan akan dia itu dengan berbuat segala ta’at
yang bathin niscaya mengikut segala anggota itu akan syahwat hawa nafsu yang
amarah bissu’, seperti sangat kasih akan dunia (dan) seperti kuat marah ia atau
barang sebagainya dari pada segala maksiat yang kecelaan yang didalam hati dan
segala maksiat yang bathin, dan apabila jadilah maksiat yang didalam bathin itu
niscaya mengikut pula segala anggota yang zahir itu pada berbuat maksiat yang
zahir pula dan adalah yang demikian itu berbilang, yakni pada ketika itu jadilah hati
itu akan hamba bagi nafsu al-amarah itu dan jadilah nafsa al-amarah itu akan raja
dan yang demikian itu membawa kepada binasa kerajaan hati itu. Dan sebab itulah
disuruh memerangi akan nafsu al-amarah dan disuruh melawan akan kehendaknya
itu yakni jangan diikuti kehendak hawa nafsu al-amarah itu supaya jadi baik
kerajaan hati seperti yang lagi akan datang pada bab riyadhatun nafs (‫)رايﺿﺔ اﻟﻨﻔﺲ‬
dan mujahadatun nafs (‫ )ﳎﺎﻫﺪﻧﻔﺲ‬itu.

(Syahdan) ketahui olehmu hai saudara kami yang menjalani akan jalan orang
yang muqarabin (‫ )ﻣﻘﺮﺑﲔ‬yang akhyar (‫)اﺧﻴﺎر‬, bahwa murad dengan maksiat yang
bathin yang disuruh oleh Allah Ta’ala menyucikan akan hati dari padanya itu yaitu
segala sifat yang kecelaan dan segala perangai yang kejahatan, yaitu amat banyak.

Halaman 23 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

Tetapi disebutkan oleh imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala didalam kitab Arba’in
Fi Ushuliddin (‫ ) ٔارﺑﻌﲔ ﰱ ٔاﺻﻮل ادلﻳﻦ‬itu (sepuluh perkara),
1. Syarahut Tha’am (‫اﻟﻄﻌﺎم‬ ‫)ﴍﻩ‬ yakni sangat gemar kepada membanyakkan
makan dan lagi akan datang bicaranya, Insyaallah pada bab yang ketiga, dan
2. Syarahul Kalam (‫ )ﴍﻩ اﻟالكم‬yakni sangat gemar kepada membanyakkan
berkata-kata dan lagi akan datang bicaranya, Insyaallah Ta’ala bab yang
keempat,
3. (Dan ketiga Ghadab (‫ )ﻏﻀﺐ‬yakni kuat marah dan lagi akan datang, Insyaallah
Ta’ala pada bab yang kelima
4. (Dan keempat) Hasad (‫ )ﺣﺴﺪ‬yakni dengki akan orang yang dapat nikmat dari
pada Allah Ta’ala dan lagi akan datang, Insyaallah Ta’ala pada bab yang
kelima
5. (Dan kelima Bakhil Wa Hubbul Mal(‫ )ﲞﻞ وﺣﺐ اﳌﺎل‬yakni kikir dan kasih akan
harta dan lagi akan datang, Insyaallah Ta’ala pada bab yang ketujuh
6. (Dan keenam Hubbul Jah (‫ )ﺣﺐ اﳉﺎﻩ‬yakni kasih akan kemegahan dan
kebesaran dan lagi akan datang, Insyaallah Ta’ala pada bab yang kedelapan
7. (Dan ketujuh Hubbul Dunia (‫ )ﺣﺐ ادلﻧﻴﺎ‬yakni kasih akan dunia dan lagi akan
datang bicaranya pada bab yang keenam, Insyaallah Ta’ala
8. (Dan kedelapan Takabbur (‫ )ﺗﻜﱪ‬yakni membesarkan dirinya dan lagi akan
datang pada bab yang kesembilan, Insyaallah Ta’ala
9. (Dan kesembilan ‘Ujub (‫ )ﲺﺐ‬yakni heiran akan dirinya dan lagi akan datang,
Insyaallah Ta’ala pada bab yang kesembilan pula
10. (Dan kesepuluh Riya’ (‫ )رايء‬yakni berbuat ibadat tiada karena Allah Ta’ala dan
lagi akan datang, Insyaallah Ta’ala pada bab yang kedelapan.

(Bermula) murad dengan ta’at yang bathin itu yaitu segala perangai yang
kebajikan dan segala sifat yang kepujian yaitu amat banyak, tetapi disebutkan oleh
imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala didalam Arba’in Fi Ushuliddin ( ‫ٔارﺑﻌﲔ ﰱ ٔاﺻﻮل‬
‫ )ادلﻳﻦ‬itu (sepuluh) perkara pula,
1. (Pertama) Taubat (‫ )ﺗﻮﺑﺔ‬dari pada segala maksiat yang bathin
2. (Dan kedua) Khauf (‫ )ﺧﻮف‬yakni takut akan Allah Ta’ala

Halaman 24 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

3. (Dan ketiga) Zuhud (‫ )زﻫﺪ‬yakni benci akan dunia dan tiada suka kepada
harta dan lainnya, melainkan sekedar hajat jua
4. (Dan keempat) Sabar (‫ )ﺻﱪ‬dari pada bala dan dari pada sekalian
kesusahan
5. (Dan kelima) Syukur (‫ )ﺷﻜﻮر‬bagi Allah Ta’ala atas nikmatnya
6. (Dan keenam) Ikhlas (‫ )اﺧﻼص‬yakni berbuat ibadat semata-mata karena
Allah Ta’ala dan tiada karena lainnya
7. (Dan ketujuh) Tawakal ‘Alallah (‫ﻋﲆ ﷲ‬ ‫ )ﺗﻮﰻ‬yakni berpegang hatinya itu
atas Allah Ta’ala dan menyerahkan akan sekalian perbuatannya dan
sekalian takdirnya itu kepada Allah Ta’ala
8. (Dan kedelapan) Muhibbah Allah Ta’ala (‫ )ﳏﺒﺔ ﷲ ﺗﻌﺎﱃ‬yakni kasih akan
Allah Ta’ala dan lazim dari pada itu kasih ia akan segala malaikatnya dan
segala Anbiya’nya dan segala Aulia’nya dan segala Muslimin
9. (Dan kesembilan) Ridha (‫ )رﺿﺎ‬akan segala qadha’ Allah Ta’ala dan segala
Qudratnya yakni ridha akan perbuatan Allah Ta’ala
10.(Dan kesepuluh) Zikir Maut (‫ )ذﻛﺮ اﳌﻮت‬yakni mengingatkan mati pada tiap-
tiap waktu dan tiap-tiap masa dan lagi akan datang bicara segala ta’at
bathin ini didalam kitab Al-Munjiyat (‫ )اﳌﻨﺠﻴﺎت‬yaitu bahagi yang keempat
dari pada kitab ini, Insyaallah Ta’ala.

(Bermula) ta’at yang bathin ini yaitu terlebih besar pahalanya itu dari pada
ta’at yang zahir, seperti kata Ustadz Al-A’zham Maulana As-Said Abdul Rahman As-
Saqqaf qaddasallahu ruhah (‫)الاﺳـﺘﺎذالاﻋﻈﻢ ﻣﻮﻻان اﻟﺴـﻴﺪﻋﺒﺪ اﻟﺮﲪﻦ اﻟﺴﻘﺎف ﻗﺪس ﷲ روﺣﻪ‬
‫ٔاوﻗﻴﺔﻣﻦ ٔاﻋﲈل اﻟﺒﺎﻃﻦ ﺧﲑﻣﻦ ﻗﺘﻄﺎرﻣﻦ ٔاﻋﲈل اﻟﻈﺎﻫﺮو ذكل ﻣﺜﻞ اﻟﺼﱪ واﻟﺮﺿﺎ واﻟﺰﻫﺪ واﻟﺘﻮﰻ وﺟﺐ‬
‫اﻟﻘﺎء ﷲ ﺗﻌﺎﱃ‬
Artinya, bermula satu uqiyah yakni satu sekati dari pada amal yang bathin itu
terlebih baik dari pada sebahtera dari pada amal yang zahir dan demikian itu seperti
sabar dan ridha dan zuhud dan tawakal dan hubbu liqa ‘illah (‫ )ﺣﺐ ﻟﻘﺎء ﷲ‬yakni kasih
akan berdapat akan Allah Ta’ala. Yakni kasih akan berdapat akan Allah Ta’ala yakni
kasih akan mati yang dengan dia berdapat dengan Allah Ta’ala.
Dan kata Maulana Saidi Abdul Qadir Al-Aidarus qaddasallahu ruhah
‫ذرةﻣﻦ ٔاﻋﲈل اﻟﻘﻠﻮب ﺧﲑﻣﻦ ٔاﻣﺜﺎل اﳉﺒﺎل ﻣﻦ ٔاﻋﲈل اﳉﻮارح‬
Halaman 25 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

Artinya, satu semut yang kecil dari pada amal yang didalam hati itu yaitu
terlebih baik dari pada seumpama gunung dari pada amal anggota yang zahir itu.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala
َ ‫اﻧ َّ َﻤﺎ ﻳ ُ َﻮ َّﰱ ا َّﻟﺼﺎ ِﺑ ُﺮ‬
‫ون َٔا ْﺟ َﺮ ُ ْﱒ ِﺑﻐ ْ َِﲑ ِﺣ َﺴ ٍﺎب‬
Artinya, hanyasannya disempurnakan Allah Ta’ala akan orang yang sabar itu
ِٕ
akan pahala mereka itu dengan tiada dapat dikira-kira akan banyaknya itu.
Karena sabar itu setengah dari pada amal yang bathin, bersalahan amal yang
zahir itu maka yaitu dapat dikira-kira akan pahalanya itu.
(Dan lagi) sabda Nabi (saw),
‫ﺟﺬﺑﺔ ﻣﻦ ﺟﺬابت اﳊﻖ ﺗﻮازن ﲻﻞ اﻟﺜﻘﻠﲔ‬
Artinya, satu jadzbatul Haq itu menyamai ia akan amal ibadat segala jin dan
manusia karena jadzabah itu setengah dari pada amal yang bathin.
Dan makna jadzabah yaitu syuhud akan Allah Ta’ala dan akan sifatnya dan
akan af’alnya dengan sekira-kira fana ia dari pada dirinya dan dari pada segala
perbuatannya dan dari pada segala sifatnya.
(Dan inilah) makna perkataan Syekh al-Wali al-Kamil al-Mukamil Saidi Syekh
Muhammad Assaman Nafa’anallahu bihi,
‫ ﰱ اﳌﻠﻜﻮت ﺗﻌﺪل ﻋﺒﺪﷲ ﻋﺒﺎدة اﻟﺜﻘﻠﲔ‬$‫ﻧﻈﺮة ﻣﻦ اﻟﻌﺎرف اب‬
Artinya, satu tilik mata hati dari pada orang yang arif billah ini didalam alam
malakut yaitu menyamai kepada Allah Ta’ala akan ibadat segala jin dan segala
manusia.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫ ٔاﻓﻀﻞ ﻣﻦ ٔاﻟﻒ رﻛﻌﺔ ﻣﻦ ﺟﺎﻫﻞ ﺑﻪ‬$‫رﻛﻌﺘﺎن ﻣﻦ ﻋﺎرف اب‬
Artinya, bermula dua raka’at dari pada orang yang Arif Billah Ta’ala itu yaitu
afdal dari pada seribu raka’at orang yang jahil dengan Allah Ta’ala.
Yakni orang yang tiada ma’rifat dengan Allah Ta’ala karena ma’rifat itu yaitu
dari pada amal yang bathin yang terlebih afdal segala amal dan dinamakan ma’rifat
itu oleh setengah kaum Ahli Shufi akan Jannatul ‘Aajilah (‫ )ﺟﻨﺔ اﻟﻌﺎﺟةل‬yakni surga yang
disegerakan didalam dunia. Seperti kata Syekh ibnu ‘Ibad didalam syarah Hikam
ibnu Atha’illah,
‫وﻗﺎل ﺑﻌﻀﻬﻢ ﰱ ادلﻧﻴﺎ ﺟﻨﺔ ﻣﻦ دﺧﻠﻬﺎﱂ ﻳﺸـﺘﻖ إﱃ ﺟﻨﺔ اﻻٓﺧﺮة وﻻإﱃ ﳽء وﱂ ﻳﺴـﺘﻮﺣﺶ ﻗﻴﻞ وﻣﺎﱓ‬
‫ﻗﺎل ﻣﻌﺮﻓﺔﷲ ﺗﻌﺎﱃ‬
Artinya, kata setengah mereka itu Ahli Shufi, adalah didalam dunia itu surga,
barang siapa masuk kedalamnya itu niscaya tiada ingin ia kepada surga yang

Halaman 26 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

didalam akhirat dan tiada ingin ia kepada sesuatu yang lain dari padanya dan tiada
ia liar didalam dunia, maka dikata oleh seorang apa surga yang didalam dunia itu
maka menjawab ia dengan katanya yaitu ma’rifat akan Allah Ta’ala.
‫وﷲ ٔاﻋﲅ‬
‫اﻟﺒﺎب اﻟﺜﺎﱏ ﰱ رايﺿﺔ اﻟﻨﻔﺲ وﳎﺎﻫﺪﲥﺎ‬
Bermula Bab yang kedua pada menyatakan kaifiyat menyucikan akan nafs al-
amarah

Yakni menyucikan akan hati dari pada segala sifat kejahatan dan dari pada
segala perangai yang kecelaan dan memerangi akan nafs amarah dan melawani
akan dia supaya hilang segala maksiat yang bathin itu didalam hati dan supaya
berperangai dengan perangai baik.
Kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,
‫ﻓﺎﻋﲅ ٔان ﻟﻠﻨﻔﺲ رذاﺋﻞ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﺗﻨﻘﻴﳤﺎ وﺗﺼﻔﻴﳤﺎ ﻋﳯﺎ ﻓﺒﺬكل ﺗﺼﻞ إﱃ ﺳﻌﺎدة ا ٔﻻﺑﺪ وﺟﻮار ﷲ ﺗﻌﺎﱃ وﻗﺪ‬
‫ﻋﺮف ﳌﺎﺳـﺒﻖ ذﻛﺮﻩ‬
Artinya, maka ketahui olehmu hai orang yang berkehendak kemenagan
didalam dunia dan didalam akhirat bahwasannya bagi nafs yang amarah bissu’ itu
beberapa sifat kejahatan, tak dapat tiada dari pada memilih akan dia dari pada sifat
kejahatan itu dan menyucikan akan dia dari padanya maka dengan demikian itu
engkau sampai kemenangan didalam akhirat selama-lamanya dan dapat hampir
kepada Allah Ta’ala dan sungguhnya telah engkau ketahui dengan barang yang
dahulu sebutnya itu.
(Dan kata) Syekh wali Ar-Rahman Saidi Syekh Muhammad As-Saman
Rahimahullahu Ta’ala didalam kitabnya yang bernama Nafahatul Uluhiyah fi Suluk
Tharikatil-Muhammadiah (‫)ﺗﻔﺤﺎت ا ٔﻻﻟﻮﻫﻴﺔ ﰱ ﺳﻠﻮك ﻃﺮﻳﻘﺔ اﶈﻤﺪﻳﺔ‬
‫اﻋﲅ ٔاﳞﺎ اﳌﺮﻳﺪ اﳌﻮﻓﻖ اﻟﺴﻌﻴﺪ ٔان اﻟﻘﻮم ٔاﲨﻌﻮا ﻋﲆ ٔان اجملﺎﻫﺪة ﻻﺑﺪ ﻣﳯﺎﰱ ﺳﻠﻮك ﻃﺮﻳﻘﺔ اﳌﻘﺮﺑﲔ ا ٔﻻﺧﻴﺎر‬
‫اذلﻳﻦ ﺳﻴﺌﺎﲥﻢ ﺣﺴـﻨﺎت ﻋﻨﺪ ا ٔﻻﺑﺮار ﻣﺴـﺘﺪﻟﲔ ذلكل ابﻟﻜﺘﺎب واﻟﺴـﻨﺔ‬
Artinya, ketahui olehmu hai segala murid yang diberi taufiq yang
berkehendak kemenangan didalam dunia dan akhirat, bahwasannya kaum ahli al-
shufiah muafakat sekalian mereka itu atas bahwasannya mujahadah yakni
memerangi akan nafs amarah bissu’ itu dan melawani akan nafs itu tak dapat tiada
dari padanya didalam menjalani akan jalan orang yang muqarabin yang akhyar yang
adalah kejahtan mereka itu kebajikan pada orang yang abrar padahal mengambil

Halaman 27 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

dalil mereka itu bagi yang demikian itu dengan kitab yakni qur’an dan sunnah yakni
hadis Nabi (saw).
Dan setengah dari padanya firman Allah Ta’ala,
‫َو َّ ِاذل َﻳﻦ َﺟﺎ َﻫﺪُ وا ِﻓﻴﻨَﺎ ﻟَﳯَ ْ ِﺪﻳَﳯَّ ُ ْﻢ ُﺳـ ُﺒﻠَﻨَﺎ‬
Artinya, bermula mareka yang memerangi dan melawani akan nafsunya
didalam menjalani akan jalan yang menyampaikan kepadaku niscaya aku tunjukkan
akan mereka itu akan jalan yang menyampaikan ma’rifat akan daku.
Dan lagi firman Allah Ta’ala,
‫َو َﻣ ْﻦ َﺟﺎﻫَﺪَ ﻓَﺎﻧ َّ َﻤﺎ ُ َﳚﺎ ِﻫﺪُ ِﻟﻨَ ْﻔ ِﺴ ِﻪ‬
Artinya, barang siapa memerangi akan nafsunya maka sungguhnya
ِٕ
memerangi ia bagi dirinya.
Dan lagi firman Allah Ta’ala,
‫اهلل َﺣ َّﻖ ِ َهجﺎ ِد ِﻩ‬
ِ َّ ‫َو َﺟﺎ ِﻫﺪُ وا ِﰲ‬
Artinya, dan perangi oleh kamu akan nafs kamu itu didalam menjalani akan
jalan yang menyampaikan kepada ma’rifat Allah Ta’ala dengan sebenar-benar
perang sabilillah.
Dan lagi firman Allah Ta’ala,
‫اهلل اﻟْ ُﻤ َﺠﺎ ِﻫ ِﺪ َﻳﻦ ﻋَ َﲆ اﻟْ َﻘﺎ ِﻋ ِﺪ َﻳﻦ َٔا ْﺟ ًﺮا َﻋ ِﻈﳰًﺎ‬
ُ َّ ‫َوﻓَﻀَّ َﻞ‬
Artinya, melebihkan Allah Ta’ala akan orang yang perang sabil dengan
nafsunya atas orang yang duduk berbuat ibadat akan beberapa pahala yang amat
besar.
Dan lagi Nabi (saw),
‫رﺟﻌﻨﺎ ﻣﻦ اﳉﻬﺎد ا ٔﻻﺻﻐﺮ إﱃ اﳉﻬﺎد اﻻٔﻛﱪ ﻗﻴﻞ اي رﺳﻮل ﷲ وﻣﺎ اﳉﻬﺎد اﻻٔﻛﱪ ﻗﺎل اﳉﻬﺎد ﰱ اﻟﻨﻔﺲ‬
Artinya, kembali kami dari pada perang sabilillah yang kecil yaitu perang sabil
dengan kafir kepada perang sabil yang besar, maka sembah sahabat ya Rasulullah
apa perang sabil yang besar itu maka sabdanya yaitu perang sabil didalam nafs
Dan kata Saidi Syekh Musthafa Al-Bakri Rahimahullahu Ta’ala,
‫وﻻﺑﺪ ٔاﲠﺎ اﻟﻄﺎﻟﺐ ﻣﻦ اﻟﺮايﺿﺔ وﻟﻴﺲ ﱓ ﳎﺮد ﺗﻘﻠﻴﻞ اﻟﻄﻌﺎم واﻟﴩاب ﺑﻞ ﻫﺬﻩ اﻟﺮايﺿﺔ ﻣﻦ ﲨةل‬
‫ا ٔﻻﺳـﺒﺎب اﻟﱴ ﺗﻌﲔ اﳌﺮاتض ﻋﲆ رايﺿﺔ اﳌﻘﺼﻮد وﱓ رايﺿﺔ اﻟﻨﻔﺲ وﱓ اﻟﺘﺨﻠﻖ اب ٔﻻﺧﻼق اﶵﻴﺪة‬
‫والاﺻﻼح ﻋﻦ ا ٔﻻوﺻﺎف اذلﻣﳰﺔ ﻓﺎٕذا ﻗﻞ ﻣﻦ اﻟﻄﻌﺎم واﻟﴩاب واﳌﻨﺎم ﺻﻔﺎ ﻗﻠﻴﻪ و ٔاﴍق ﻟﺒﻪ ﻗﻴﺴﻞ ﻋﻠﻴﻪ‬
‫اﻟﺘﺨﻠﻖ اب ٔﻻﺧﻼق اﳌﺮﺿﻴﺔ واﻟﺼﻔﺎت اﻟﺴﻨﻴﺔ ﻣﻦ ﲢﻤﻞ ا ٔﻻذى وﻛﻒ ا ٔﻻذى‬
Artinya, dan tak dapat tiada, hai orang yang menuntut jalan yang
menyampaikan kepada ma’rifat Allah Ta’ala dari pada riyadhah (‫ )رايﺿﻪ‬yakni tak

Halaman 28 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

dapat tiada dari pada menyucikan akan nafs, yakni hati dari pada segala sifat yang
kejahatan dan dari pada perangai yang kecelaan dan melawani akan nafsunya itu
dan berperangai ia dengan segala sifat yang kebajikan dan segala perangai yang
kepujian dan tiada memadai ia riyadhah itu dengan semata-mata mensedikitkan
makan dan mensedikitkan minum air jua tetapi riyadhah dengan mensedikitkan
makan dan mensedikitkan akan minum itu yaitu setengah dari pada beberapa
perhimpunan sebab yang menolakkan akan orang yang berkehendak mensucikan
akan nafsunya itu atas memudahkan akan riyadhah–nya yang maksud itu yaitu
riyadhah yang menyucikan akan nafsunya yaitu supaya berperangai dengan segala
perangai yang kepujian dan bersifat yang baik dan menyucikan akan nafsunya dari
pada segala sifat yang kecelaan dan dari pada segala maksiat yang bathin seperti
yang tersebut dahulu itu.
(Maka apabila) mengurangkan ia dari pada makan dan dari pada minum dan
dari pada tidur itu niscaya mudah menyucikan akan hatinya dari pada segala
kecelaan dan dari pada maksiat yang bathin itu dan jadi teranglah hatinya, maka
mudah atasnya berperangai baik itu yang di ridhokan oleh Allah Ta’ala akan dia dan
beperhiasan ia dengan segala sifat yang ketinggian dan dengan segala sifat yang
kepujian dari pada menanggung akan kesakitan dan sabar dan helim dan barang
sebagainya. Dan menegahkan ia akan dirinya dari pada menyakiti akan manusia
karena maksud dengan riyadhah itu yaitu menyucikan hati dari pada segala sifat
kecelaan yang sepuluh dahulu itu dan supaya berperangai dengan perangai yang
baik yakni supaya bersifat dengan sifat kepujian yang sepuluh dahulu itu.
(Adapun) mensedikitkan akan makan dan minum itu yaitu sebab
memudahkan akan yang demikian itu.
‫وﷲ ٔاﻋﲅ‬
‫ﻓﺼﻞ ﰱ ﺑﻴﺎن ﻓﻀﻴةل ﺣﺴﻦ اﳋﻠﻖ وذم ﺿﺪﻩ‬
Ini suatu fasal pada menyatakan kelebihan perangai yang baik dan menyatakan
kecelaan lawannya yakni kecelaan perangai yang jahat.

Firman Allah Ta’ala bagi Nabinya dan kekasihnya, padahal ia memuji atasnya
dan menyatakan ia akan nikmatnya padanya,
‫َواﻧ ََّﻚ ﻟَ َﻌ َﲆ ُﺧﻠُ ٍﻖ َﻋ ِﻈ ٍﲓ‬
Artinya, bahwasannya engkau ya Muhammad sungguh-sungguh yangِٕ
mempunyai perangai yang baik yang amat besar.
(Dan) sabda Nabi (saw),
‫دان ﺣﺴﻦ اﳋﻠﻖ ﻟﻴﺬﻳﺐ اﳋﻄﳰﺔ ﻛﲈ ﺗﺬﻳﺐ اﻟﺸﻤﺲ اﳉﻠﻴﺪ‬
Halaman 29 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

Artinya, bahwasannya baik perangai itu yaitu menghancurkan akan


kesalahan yakni segala kejahatan seperti menghancurkan matahari akan air yang
beku
Dan sabda Nabi (saw),
‫ٔاﺛﻘﻞ ﻣﺎﻳﻮ ﺿﻊ ﰱ اﳌﲒان ﺧﻠﻖ ﺣﺴﻦ‬
Artinya, bermula yang terlebih berat sesuatu yang ditaruhkan didalam neraca pada
hari kiamat itu yaitu perangai yang baik.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫ان ٔاﺣﺒﲂ إﱃ و ٔاﻗﺮﺑﲂ ﻣﲎ ﳎﻠﺴﺎ ﻳﻮم اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ أﺣﺴـﻨﲂ ٔاﺧﻼﻗﺎ‬
Artinya, bahwa yang terlebih kasih dari pada kamu kepadaku dan yang
terlebih hampir kamu dari padaku tempat kedudukan pada hari kiamat yaitu
seorang yang terlebih baik perangai dari pada kamu.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫ﻣﻦ ﺳﻌﺎدة اﳌﺮء ﺣﺴﻦ اﳋﻠﻖ‬
Setengah dari pada bahagia seorang itu yaitu baik perangai
‫وﻗﻴﻞ ايرﺳﻮل ﷲ ﻣﺎاﻟﺸﺆم ﻗﺎل ﺳﻮء اﳊﻠﻖ‬
Artinya, dan kata oleh seorang, ya Rasulullah apa celaka itu maka sabdanya
yaitu jahat perangai
‫وﻗﺎل رﺟﻞ ﻟﺮﺳﻮ ﷲ ﺻﲆ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﲅ ٔاوﺻﲎ ﻓﻘﺎل اﺗﻖ ﷲ ﺣﻴﺚ ﻛﻨﺖ ﻗﺎل زدﱏ ﻗﺎل ٔاﺗﺒﻊ اﻟﺴﻴﺌﺔ‬
‫اﳊﺴـﻨﺔ ﲤﺤﻬﺎ ﻗﺎل زدﱏ ﻗﺎل ﺧﺎﻟﻖ اﻟﻨﺎس ﲞﻠﻖ ﺣﺴﻦ‬
Artinya, berkata seorang laki-laki bagi Rasulullah (saw) beri wasiat olehmu
akan daku dengan berbuat kebajikan maka sabdanya, takuti olehmu akan Allah
sekira-kira dimana ada mu maka. Maka berkata pula ia tambahi akan daku maka
sabdanya, iringi olehmu akan kejahatan itu dengan kebajikan niscaya
menghapuskan akan dia. Maka berkata pula ia tambahi olehmu akan daku, maka
sabdanya, bercampur engkau akan manusia dengan berperangai baik.

‫ﻗﺎل ﻋﺒﺪ اﻟﺮﲪﻦ ﺑﻦ ﲰﺮة ﻛﻨﺎ ﻋﻨﺪ رﺳﻮل ﷲ ﺻﲆ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﲅ ﻓﻘﺎل ر ٔاﻳﺖ اﻟﺒﺎرﺣﺔ ﲺﺒﺎ ر ٔاﻳﺖ رﺟﻼﻣﻦ‬
‫ﺟﺎﺛﻴﺎﻋﻦ رﻛﺒﺘﻴﻪ وﺑﻴﻨﻪ وﺑﲔ ﷲ ﻋﺰ وﺟﻞ ﲩﺎب ﲾﺎء ﺣﻦ ﺧﻠﻘﻪ ﻓﺎٔد ﺧهل ﻋﲆ ﷲ ﺗﻌﺎﱃ‬
Artinya, dan kata Abdu Rahman bin Syamarah Radhiallahu ‘Anhu, adalah
kami pada hadrat Rasulullah (saw) maka bersabda ia dengan katanya, aku pada
malam itu melihat akan suatu yang ajaib yaitu akan seorang laki-laki dari pada
umatku padahal ia berjalan atas dua lututnya dan adalah antaranya dan antara

Halaman 30 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

Allah ‘Aza Wajalla itu dinding maka datang perangainya yang baik itu kepadanya
maka memasukkan perangainya yang baik akan dia kepada Allah Ta’ala
‫وﻗﺎل اﻟﻔﻀﻴﻞ ﺑﻠﻐﻨﺎ ٔاﻧﻪ ﻗﻴﻞ اﻟﺮﺳﻮل ﷲ ﺻﲆ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﲅ ان ﻗﻼ ﻧﺔ ﺗﺼﻮم اﻟﳯﺎر وﺗﻘﻮم اﻟﻠﻴﻞ وﱓ‬
‫ﺳﻴﺌﺔ اﳋﻠﻖ ﺗﺆذى ﺟﲑا ﳖﺎ ﺑﻠﺴﺎ ﳖﺎ ﻓﻘﺎل ﻻ ﺧﲑﻓﳱﺎ وﱓ ﻣﻦ ٔاﻫﻞ اﻟﻨﺎر‬
Artinya, dan kata Fadhil Rahimallahu Ta’ala, telah sampai akan kami
bahwasannya dikata oleh seorang sahabat bagi Rasulullah (saw) bahwasannya
polanah (‫ )ﻓﻼﻧﺔ‬yakni seorang perempuan puasa sehari-hari dan berdiri sembahyang
pada malam padahal ia jahat perangainya, menyakiti ia akan orang yang
sekampung dengan dia dengan lidahnya, maka sabda Nabi (saw) tiada kebajikan
didalamnya yaitu dari pada isi neraka jahanm.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫ﺳﻮء اﳋﻠﻖ ذﻧﺐ ﻻﻳﻐﻔﺮ وﺳﻮء اﻟﻈﻦ ﺧﻄﻴﺌﺔ ﺗﻔﻮح‬
Artinya, bermula jahat perangai itu yaitu dosa yang tiada diampuni dan jahat
sangka seorang itu yaitu kesalahan yang bertambah-tambah.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫ان اﻟﻌﺒﺪ ﻟﻴﻠﻎ ﻣﻦ ﺳﻮء ﺧﻠﻘﻪ ٔاﺳﻔﻞ درك هجﲌ‬
Artinya, bahwasannya seorang hamba Allah itu sampai ia dari pada sebab
jahat perangai itu kepada bawah pangkat yang terlebih kebawah sekali didalam
neraka jahanam.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫ان اﻟﻌﺒﺪ ﻟﻴﺒﻠﻎ ﲝﺴﻦ ﺧﻠﻘﻪ ٔاﻧﻔﴣ درﺟﺎت اﻻٓﺧﺮة‬
Artinya, bahwasannya seorang hamba Allah itu sungguhnya sampai ia
dengan sebab baik perangai itu kepada tempat yang terlebih tinggi sekali dari pada
derajat surga didalam akhirat.
‫وﷲ ٔاﻋﲅ‬

‫ﻓﺼﻞ ﰱ ﺑﻴﺎن ﺣﻘﻴﻘﺔ ﺣﺴﻦ اﳋﻠﻖ وﺳﻮء اﳋﻠﻖ‬


Ini suatu fasal pada menyatakan hakikat baik perangai dan jahat perangai

Kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,


‫ﲿﺴﻦ اﻟﻈﺎﻫﺮ ﻫﻮاﶺﺎل ﻛﲈﻋﺮﻓﺖ وﺣﺴﻦ اﻟﺒﺎﻃﻦ ﻫﻮﻏﻠﺒﻪ اﻟﺼﻔﺔ اﶵﻴﺪة ﻋﲆ اﻟﺼﻔﺔ اﳌﺬﻣﻮﻣﺔ‬
Artinya, maka baik itu terbahagi atas dua bahagi (pertama) baik pada zahir,
yaitu elok rupa pada zahir badan seperti yang telah engkau ketahui akan yang

Halaman 31 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

demikian itu yang dapat dilihat oleh mata kepala (dan kedua) baik pada bathin yaitu
dinamakan baik perangai, dan perangai yang baik yaitu orang yang ghalib bersifat
dengan segala sifat yang kepujian atas bersifat dengan sifat kecelaan.
Yakni bermula makna perangai yang baik itu berbuat akan ibadat yang
sepuluh yang tersebut dahulu itu dan menjauhi ia akan maksiat yang bathin yang
sepuluh yang tersebut dahulu itu.
Dan lagi akan datang perceraian bicara ibadat yang bathin dan maksiat yang
bathin itu Insyaallah Ta’ala pada tiap-tiap bab nya.
(Bermula) baik pada zahir itu yaitu dari pada ‘Alamul –Ajsam (‫ )ﻋﺎﱂ ا ٔﻻﺟﺴﺎم‬dan
baik pada bathin itu yaitu dari pada ‘Alamul –Arwah (‫)ﻋﺎﱂ ا ٔﻻرواح‬.
(Dan lagi) Kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,
‫ﻓﻨﺤﻦ ﻧﺮﻳﺪﲝﺴﻦ اﳋﻠﻖ اﻟﺼﻮرة اﻟﺒﺎﻃﻨﺔ ﻳﻘﺪر ﻣﺎﳝﺤﻰ ﻋﻨﻪ اﻟﺼﻔﺎت اﳌﺬﻣﻮﻣﺔ وﻳﺜﺒﺖ ﺑﺪﻟﻬﺎ اﻟﺼﻔﺔ اﶈﻤﻮدة‬
‫ﻓﻬﻮﺣﺴﻦ اﳋﻠﻖ وﲤﺎم ﺣﺴﻦ اﳋﻠﻖ ﻟﺮﺳﻮل ﷲ ﺳﲆ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﲅ‬
Artinya, maka kami kehendaki dengan baik perangai itu yaitu suruh yang
bathin dengan sekira-kira barang yang hapus dari pada bathin itu segala sifat yang
kecelaan dan tsabit gantinya itu didalam hati segla sifat yang kepujian maka
yaitulah dinamakan baik perangai dan kesempurnaan baik perangai itu yaitu bagi
Rasulullah (saw).

(Dan seyogyanya) bagi orang yang berkehendak kemenangan didalam


akhirat itu bahwa mengusahai pada menghasilkan ia akan segala sifat yang kepujian
itu dengan memerangi akan nafs yang amarah dengan membuangkan segala sifat
yang kecelaan, seperti ia membuangkan akan ghadab yakni kuat marah dari dalam
hatinya supaya ia bersifat dengan helim, dengan membuangkan dari dalam hatinya
itu akan bakhil yakni kikir supaya bersifat dengan sakhi (‫ )ﲯﻰ‬atau karim yakni
murah hati, dan membuangkan ia akan sangat kasih harta dan kasih akan dunia
supaya ia bersifat dengan zuhud. (Dan) membuangkan dari dalam hatinya itu akan
takabur supaya bersifat ia dengan tawadhu’, (dan) membuangkan dari dalam
hatinya akan riya’ supaya bersifat ia dengan ikhlas, dan kiyaskan olehmu akan
segala sifat yang lain itu.
(Seperti) sabda Nabi (saw),
‫أﺣﺴـﻨﻮا ٔاﺧﻼﻗﲂ‬
Artinya, baikkan oleh kamu akan perangai kamu itu
Yakni usahai oleh kamu akan menghasilkan perangai yang baik itu dan jikalau
dengan bersusah-susah sekalipun pada permulaan menghelanya itu tetapi pada

Halaman 32 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

akhirnya itu mudah berperangai dengan perangai segala yang baik itu sekira-kira
jadi adat dan jadi thabiat sekalian sifat yang kepujian itu bagi orang yang salik itu.
(Karena) sabda Nabi (saw),
‫اﺟﻌﻠﻮا اﳋﲑ ﻋﺎدة‬
Artinya, bermula segala kebajikan itu jadikan olehmu akan adat dan jadikan
akan tabi’atmu.
Yakni jadikan olehmu akan adatmu itu perangai dengan segala perangai yang
baik itu dan kekakli olehmu atas berbuat ibadat yang zahir dan ibadat yang bathin
dan jauhi olehmu akan segala maksiat yang zahir dan segala maksiat yang bathin.
Dan sebab mengekalai akan yang demikian itu jadi hasil engkau berperangai
dengan perangai yang baik itu dan sebab yang demikian itu jadilah engkau kasih
akan Allah Ta’ala dan ridholah engkau akan dia.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫اﻋﺒﺪو ﷲ ﰱ اﻟﺮﺿﺎ ﻓﺎن ﱂ ﺗﺴـﺘﻄﻴﻌﻮا ﻓﻔﻰ اﻟﺼﱪ ﻋﲆ ﻣﺎ ﺗﻜﺮﻫﻮن ﺧﲑﻛﺸﲑ‬
Artinya, perbuat oleh kamu akan ibadat yang zahir dan yang bathin itu
didalam keridhoan yakni dengan suka hati maka jikalau tiada kuasa engkau berbuat
ibadat dengan suka hati itu maka berbuat ibadat didalam sabar atas barang yang
engkau benci itu yaitu kebajikan yang amat banyak.
Yakni kekali olehmu didalam berbuat ibadat yang zahir dan berbuat ibadat
yang bathin dan jikalau dengan tiada suka hatimu sekalipun, maka yang demikian
itu kebajikan yang amat banyak yang tiada berbilang pahalanya itu seperti firman
Allah Ta’ala,
‫ون َٔا ْﺟ َﺮ ُ ْﱒ ِﺑﻐ ْ َِﲑ ِﺣ َﺴ ٍﺎب‬ َّ ‫اﻧ َّ َﻤﺎ ﻳ ُ َﻮ َّﰱ‬
َ ‫اﻟﺼﺎ ِﺑ ُﺮ‬
Artinya, perbuat oleh kamu akan ibadat yang zahir dan ibadat yang bathin
ِٕ
hanyasannya menyempurnakan Allah Ta’ala akan orang yang sabar didalam
berbuat ibadat dan sabar didalam menjauhi akan maksiat dengan beberapa pahala
mereka itu yang amat banyak yang tiada dapat dikira-kira dengan bilangan akan
dia.
(Dan adalah) sabar itu yaitu permulaan maqam, yakni permulaan martabat
orang yang salik yang menjalani akan jalan tarikat Ahli Shufi ini. Seperti kata Ibnu
Ruslan didalam Hikam-nya,
‫ٔاول اﳌﻘﺎم ﻣﺎت اﻟﺼﱪ ﻋﲆ ﻣﺮادﻩ ﺗﻌﺎﱃ و ٔاوﺳﻄﻬﺎاﻟﺮﺿﺎ ﲟﺮادﻩ وآﺧﺮﻫﺎ ٔان ﺗﻜﺮ ﲟﺮادﻩ‬
Artinya, bermula permulaan dari pada segala murad (‫ )ﻣﺮاد‬orang yang salik
yang menjalani akan jalan tarikat ahli shufi yaitu sabar atas barang yang
dikehendaki Allah Ta’ala akan dia, dan pertengahan martabat orang yang salik itu

Halaman 33 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

yaitu ridha dengan barang yang dikehendaki Allah Ta’ala akan dia itu, dan akhir
martabat orang yang salik itu yaitu bahwa adalah engkau itu berlaku dengan murad
(‫ )ﻣﺮاد‬kehendak Allah Ta’ala semata-mata sekira-kira bahwa engkau lihat dengan
mata hatimu itu akan segala perbuatan dan segala perbuatan makhluk itu yaitu
terbit dari pada qudrat Allah Ta’ala dan dari pada iradat-nya.
(Dan) dinamakan akan martabat yang akhir ini pada istilah Ulama Ahli Shufi
akan Fana’ Al-Af’al (‫ )ﻓﻨﺎء الاﻓﻌﺎل‬yakni fana segala perbuatan makhluk itu didalam
syuhud akan semata-mata perbuatan Allah Ta’ala dan dinamakan pula akan
martabat yang akhir ini Tauhid Af’al seperti hamba sebutkan akan bicaranya itu
didalam risalah yang bernama:
Zaadul Muttaqin Fi Tauhid Rabbil’alamin (‫)زاداﳌﺘﻘﲔ ﰱ ﺗﻮﺣﻴﺪ رب اﻟﻌﻠﻤﲔ‬
‫وﷲ ٔاﻋﲅ‬

‫ﻓﺼﻞ ﰱ ﺑﻴﺎن اﻟﻄﺮﻳﻖ ﰱ رايﺿﺔ اﻟﺼﺒﻴﺎن ﰱ ٔاول ﻧﺸﻮ ﲛﻢ ووﺟﻪ ﺗﺎٔدﻳﳢﻢ وﳓﺴﲔ ٔاﺧﻼﻗﻬﻢ‬
Ini suatu fasal pada menyatakan akan jalan didalam membaikkan akan segala
kelakuan kanak-kanak didalam permulaan kejadian mereka itu dan menyatakan
akan jalan adab mereka itu dan menyatakan akan jalan membaikkan akan
segala perangai mereka itu.

Kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,


‫اﻋﲅ ٔان اﻟﻄﺮﻳﻖ ﰱ رايﺿﺔ اﻟﺼﺒﻴﺎن ﻣﻦ ٔاﱒ ا ٔﻻﻣﻮر و ٔاوﻛﺪﻫﺎ واﻟﺼﱮ ٔاﻣﺎﻧﺔ ﻋﻨﺪ وادلﻳﻪ وﻗﻠﺒﻪ اﻟﻄﺎﻫﺮ‬
‫ﺟﻮﻫﺮة ﻧﻔﻴﺴﺔ ﺳﺎذﺟﺔ ﺧﺎﻟﻴﺔ ﻋﻦ ﰻ ﻧﻔﺶ وﺻﻮرة وﻫﻮ ﻗﺎﺑﻞ ﻟﲁ ﻣﺎﻧﻔﺶ وﻣﺎﺋﻞ إﱃ ﰻ ﳝﺎل إﻟﻴﻪ‬
Artinya, dan ketahui olehmu bahwasannya jalan didalam membaikkan akan
kelakuan kanak-kanak itu yaitu pekerjaan yang terlebih muakkadah (ٌ‫ ) ُﻣ َﺆﻛَّﺪَ ة‬yakni
pekerjaan yang terlebih lazim atas mempunyai anak yang kecil itu dan adalah
kanak-kanak, amanah yang ditaruhkan Allah Ta’ala kepada ibu bapaknya dari pada
itu wajib atas ibu bapaknya itu memelihara akan mereka itu dari pada segala
kejahatan dan dari pada segala maksiat. Dan wajib menyuruh akan mereka itu akan
berbuat kebajikan dan berbuat segala ibadat.
Dan adalah hati kanak-kanak ketika kecil itu amat suci seperti permata yang
amat baik. Dan lagi adalah hati kanak-kanak semata-mata suci dari pada tiap-tiap
suratan dan dari pada rupa sesuatu. Yaitu seperti kertas yang belum disurat dengan
sesuatu dan yaitu menerima bagi tiap-tiap suratan yakni menerima bagi tiap-tiap
perangai dan menerima ia bagi tiap-tiap kelakuan dan cenderung ia kepada tiap-

Halaman 34 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

tiap yang di cenderungkannya dengan dia kepadanya, yakni apabila dibiasakan


akan kanak-kanak itu pada ketika kecilnya itu dengan segala pekerjaan yang
kebajikan dan dengan segala kelakuan kepujian maka segera ia jadi baik perangai
kanak-kanak itu dan jikalau dibiasakan dengan pekerjaan yang kejahatan dan
kelakuan kecelaan maka segera ia jadi jahat perangai itu.
‫ﻓﺎن ﻋﻮداﳋﲑو ﻋﻠﻤﻪ ﻧﺸﺎٔ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻌﺪﰱ ادلﻧﻴﺎ واﻻٓﺧﺮة وﺷﺎرﻛﻪ ﰱ ﺗﻮاﺑﻪ ٔاﺑﻮﻩ وﻣﻌﲅ وﻣﺆدب ﻟﻬﻮان ﻋﻮداﻟﴩ‬
‫و ٔاﳘﻞ اﻫﲈل اﻟﳢﺎﰂ ﺷﻘﻰ ﻫكل وﰷن اﻟﻮزرﰱ رﻗﺒﺔ اﻟﻘﲓ ﻋﻠﻴﻪ واﻟﻮاﱃ هل‬
Artinya, maka jikalau dibiasakan adat kanak-kanak akan berbuat kebajikan
dan diajari akan dia akan segala perangai yang baik, niscaya jadi ia beradat akan
yang demikian itu dan adalah jadi bersifat atas yang demikian itu sampai kepada
besarnya dan adalah ia dapat kemenangan didalam dunia dan didalam akhirat dan
adalah mensekutui akan dia didalam pahalanya itu oleh kedua ibu bapaknya dan
dapat pula pahalanya itu oleh sekalian orang yang mengajar adab kebajikan bagi
kanak-kanak itu dan jikalau di adatkan akan kanak-kanak itu akan bebrbuat
kejahatan dan diberikan akan dia seperti binatang, niscaya jadi celaka ia dan binasa
ia didalam dunia dan didalam akhirat dan adalah dosanya ini tertanggung didalam
leher walinya itu, yakni dibatang leher kedua ibu bapaknya dan segala orang yang
mempunyai perintah akan dia karena wajib atas wali kanak-kanak dan sekalian
orang yang mempunyai perintah akan isi rumahnya itu bahwa memeliharakan dari
pada segala kejahatan anaknya dan ahlinya itu. Seperti firman Allah Ta’ala,
ْ ُ ‫ﻗُﻮا َٔاﻧْ ُﻔ َﺴ ُ ْﲂ َو َٔا ْﻫ ِﻠ‬
‫ﻴﲂ انَ ًرا‬
Artinya, peliharakan oleh kamu akan diri kamu dan segala orang yang isi
rumah kamu dari pada api neraka.
Dan lagi kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala, kemudian dari pada ia
mendatangkan akan ayat ini
‫وهمﲈ ﰷن ا ٔﻻدب ﻳﺼﻮ ﻧﻪ ﻋﻦ انرادلﻧﻴﺎ ﻓﺎن ﻳﺼﻮ ﻧﻪ ﻋﻦ انراﻻٓﺧﺮة ٔاوﱃ وﺻﻴﺎﻧﺘﻪ ﺑﺎٔن ﻳﺆدﺑﻪ وﳞﺬ ﺑﻪ وﻳﻌﻠﻤﻪ‬
‫ﳏﺎﺳﻦ ا ٔﻻﺧﻼق وﳛﻔﻈﻪ ﻣﻦ اﻟﻘﺮانء اﻟﺴﻮء‬
Artinya, dan manakala ada bapak itu memeliharakan ia akan anaknya itu dari
pada api didalam dunia, maka bahwa seyogyanya ia memeliharakan akan anaknya
itu dari pada api neraka didalam akhirat itu yaitu terlebih awali (‫ ) ٔاوﱃ‬yakni terlebih
utama baginya dan adalah memeliharakan akan anaknya dari pada api neraka itu
dengan bahwa mengajari ia bagi anaknya itu dengan adab yang baik dan
menyucikan ia akan dia dari pada segala perangai yang jahat dan mengajari ia akan
dia dengan kelakuan yang baik dan dengan perangai yang kebajikan. Dan

Halaman 35 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

seyogyanya bagi bapak itu memeliharakan anaknya dari pada bersahabat dengan
orang yang jahat perangainya.
Dan kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala
‫وﻻﻳﻌﻮدﻩ اﻟﺘﻨﻌﻢ وﻻﳛﺒﺐ اﻟﻴﻪ اﻟﺰﻳﻨﺔ و ٔاﺳـﺒﺎب اﻟﺮﻓﺎﻫﻴﺔ ﻓﻴﻀﻴﻊ ﲻﺮﻩ ﰱ ﻃﻠﳢﺎ إذاﻛﱪ وﲠكل ﻫﻼك ا ٔﻻﺑﺪ‬
Artinya, seyogyanya bagi bapak itu bahwa jangan dibiasakannya akan
anaknya itu dengan bersedap-sedap, jangan dibiasakan akan dia itu beperhiasan
dan jangan diberikan kanak-kanak itu akan sebab yang membawa bersuka-suka dan
yang bersenang-senang yang membawa bersedap-sedap. Maka adalah yang
demikian itu menghilangkan ia akan umurnya didalam menuntut akan yang
demikian itu apabila ia besar, dan jadilah ia dengan sebab yang demikian itu binasa
selama-lamanya.
Dan kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,
‫ﺑﻞ ﻳﻨﺒﻐﻰ ٔان ﻳﺮاﻗﺒﻪ ﻣﻦ ٔاول ٔاﻣﺮﻩ ﻓﻼ ﻳﺴـﺘﻌﻤﻞ ﰱ ﺣﻀﺎﻧﺘﻪ وارﺿﺎﻋﻪ إﻻاﻣﺮ ٔاةﺻﺎﳊﺔ ﻣﺘﺪﻧﻴﺔ ﺗﺎٔ ﰻ اﳊﻼل‬
‫ﻓﺎن اﻟﻠﱭ اﳊﺎﺻﻞ ﻣﻦ اﳊﻼل ﻓﻴﻪ اﻟﱪﻛﺔ واﻟﻠﱭ اﳊﺎﺻﻞ ﻣﻦ اﳊﺮم ﻻﺑﺮﻛﺔ ﻓﻴﻪ‬
Artinya, tetapi seyogyanya bagi bapak itu bahwa menilik ia akan anaknya itu
dari pada permulaan kejadiannya itu maka jangan diperbuat didalam
memeliharakan kanak-kanak itu melainkan perempuan yang shaleh, dan jangan
disuruh menyusui akan kanak-kanak itu melainkan perempuan yang shaleh yang
mempunyai agama yang memakan ia akan harta yang halal. Maka bahwasannya air
susu yang hasil dari pada memakan yang halal itu didalamnya berkat bagi kanak-
kanak itu dan air susu yang hasil dari pada memakan yang haram, tiada baginya
berkat didalamnya itu. Karena perangai kanak-kanak itu ghalibnya mengikut ia
akan orang yang memeliharakan akan dia itu dan mengikut bagi air susu
perempuan yang menyusui akan dia itu.
Dan lagi kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala
‫وهمﲈر ٔاى ﻓﻴﻪ ﳐﺎﺋﻞ اﻟﳣﻴﲒ ﻓﻴﻨﺒﻐﻰ ٔان ﳛﺴﻦ ﻣﺮاﻗﺒﺘﻪ و ٔاول ذكل ﻇﻬﻮر ٔاواﺋﻞ اﳊﻴﺎء ﻓﺎﻧﻪ إذا ﰷن ﳛﺘﺸﻢ‬
‫وﻳﺴـﺘﺤﻰ وﻳﱰك ﺑﻌﺾ ا ٔﻻﻓﻌﺎل ﻓﻠﻴﺲ ذكل إﻻ إﴍق ﻧﻮر اﻟﻌﻘﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﺣﱴ ﻳﺮى ﺑﻌﺾ ا ٔﻻﺷـﻴﺎء ﻋﻠﻴﻪ ﻗﺒﻴﺤﺎ‬
‫وﳐﺎﻟﻔﺎ ﻟﻠﺒﻌﺾ ﻓﺼﺎر ﻳﺴـﺘﺤﻰ ﻣﻦ ﳽء دون ﳽء وﻫﺬﻩ ﻫﺪاﻳﺔ ﻣﻦ ﷲ ﺗﻌﺎﱃ اﻟﻴﻪ وﺑﺸﺎرة ﺗﺪل ﻋﲆ‬
‫اﻋﺘﺪان ا ٔﻻﺧﻼق وﺻﻔﺎء اﻟﻘﻠﺐ وﻫﻮ ﻣﺒﴩ ﺑﻜﲈل اﻟﻌﻘﻞ ﻋﻨﺪ اﻟﺒﻠﻮغ ﻓﺎﻟﴡ اﳌﺴـﺘﺤﻰ ﻻﻳﻨﺒﻐﻰ ٔان ﳞﻤﻞ‬
‫ﺑﻞ ﻳﺴـﺘﻌﺎن ﻋﲆ ﺗﺎٔدﻳﺒﻪ ﲝﻴﺎﺋﻪ وﲤﻴﲒﻩ‬
Artinya, dan manakala nyata pada kanak-kanak itu kelihatan permulaan
tamyiz-nya (‫ )ﲤﻴﲒ‬maka seyogyanya bagi bapak itu bahwa membaikkan ia akan
sungguh-sungguh menilik akan anaknya itu. Maka pertama-tama yang demikian itu

Halaman 36 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

yaitu permulaan malu ia dari pada sesuatu perbuatan yang kejahatan. Maka jika
ada lagi malu ia dan meninggalkan ia setengah dari pada beberapa perbuatan
kejahatan yang di maluinya dihadapan orang yang banyak. Maka tiada ada yang
demikian itu melainkan karena terbit nur aqal itu atasnya, hingga melihat ia akan
setengah dari pada sesuatu perbuatan yang keji-keji yang menyalahi bagi setengah
pekerjaan yang baik itu, maka jadi malu ia dari pada pekerjaan yang jahat itu dan
tiada ia malu dari pada pekerjaan yang baik itu. Dan inilah hadiah dari pada Allah
Ta’ala kepadanya dan yaitu alamat yang disukai yang menunjukkan atas perangai
yang `Aadil (‫ )ﻋﺎدل‬yang baik dan yaitu alamat yang menunjukkan akan suci hatinya
dari pada sifat yang kejahatan. Dan lagi itu pemalu itu alamat yang disukai
menunjukkan sempurna aqalnya itu pada ketika balighnya itu. Maka adalah kanak-
kanak yang pemalu itu jangan diberikan sekehendaknya itu, tetapi seyogyanya bagi
bapak itu bahwa menolong ia akan anaknya yang pemalu itu atas mengajar akan
dia dengan adab malunya itu yang muafakat itu akan syari’at dan mengajar akan
dia bahwa membedakan antara malu thabi’at dan malu syari’at itu, karena malu
syariat itu yaitu setengah dari pada iman, seperti sabda Nabi (saw)
‫اﳊﻴﺎءﻣﻦ الاﳝﺎن‬
Artinya, bermula malu itu yaitu yang muafakat dengan hukum syari’at dan
yang muafakat dengan hukum tarikat itu yaitu setengah dari pada iman yang
sempurna.
Dan lagi kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,
‫واول ﻣﺎﻳﻐﻠﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ اﻟﺼﻔﺎت ﴍﻩ اﻟﻄﻌﺎم‬
Artinya, dan yang permulaan yang nyata bagi kanak-kanak itu ghalib atasnya
itu setengah dari pada sifat yang kejahatan itu yaitu sangat suka ia membanyakkan
memakan makanan.
‫ﻓﻴﻨﺒﻐﻰ ٔان ﻳﺆدب ﻓﻴﻪ ﻣﺜﻞ ٔان ﻻﻳﺎٔ ﺧﺬ اﻟﻄﻌﺎم إﻻ ﺑﳰﻴﻨﻪ ﻓﻴﻖ ل ﻋﻠﻴﻪ ﺑﺴﻢ ﷲ ﻋﻨﺪ ٔاﺧﺬﻩ‬
Artinya, maka seyogyanya bagi bapak itu bahwa membaikkan adab kanak-
kanak didalam ia memakan itu sekira-kira jangan ia dibiasakannya akan suka ia
membanyakkan akan memakan itu. (Dan) setengah dari pada adab memakan itu
seperti bahwa ia jangan mengambil akan makanan itu melainkan dengan
tangannya yang kanan, maka mengucap ia pada ketika ia mengambil makanan itu
“bismillah”
‫و ٔان ﻳﺎٔ ﰻ ﳑﺎﻳﻠﻴﻪ و ٔان ﻻﻳﺒﺎدر إﱃ اﻟﻄﻌﺎم ﻗﺒﻞ ﻏﲑﻩ وﻻ ﳛﺪﰱ اﻟﻨﻈﺮ اﻟﻴﻪ وﻻإﱃ ﻣﻦ ﻳﺎٔ ﰻ‬
Artinya, dan setengah dari pada adab makan itu hendaklah ia memakan akan
makanan yang mengiringi akan hadapannya itu dan jangan ia mengambil makanan

Halaman 37 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

yang dihadapan orang lain itu. (Dan setengah) dari pada adab memakan itu jangan
mendahului kepada mencapi (mencicipi) akan makanan itu dahulu dari pada orang
yang lain dan jangan ia sangat melihat kepada makanan itu dan jangan ia sangat
melihat kepada orang yang bersama-sama makan dengan dia itu.
‫و ٔان ﻻﻳﴪع ﰱ ا ٔﻻ ﰻ و ٔان ﳚﻴﺪ اﳌﻀﻎ و ٔان ﻻﻳﻮ اﱃ اﻟﻠﻘﻢ وﻻ ﻳﻠﻄﺦ ﻳﺪﻩ وﺛﻮﺑﻪ‬
Artinya, dan setengah dari pada adab memakan kanak-kanak itu bahwa
jangan ia bersegera didalam makan makanan itu dan hendaklah ia memamah akan
makanan akan baik-baik hancurnya itu maka memperlahan ia akan dia dan jangan
berturut-turut antara suapnya itu dan jangan berlumuran akan kainnya
‫و ٔان ﻳﻌﻮداﳋﲑ اﻟﻘﻔﺎر ﰱ ﺑﻌﺾ ا ٔﻻوﻗﺎت ﺣﱴ ﻻﻳﺼﲑ ﲝﻴﺚ ﻳﺮى ا ٔﻻدم ﺣامت‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapaknya itu bahwa membiasakan anaknya itu
memakan akan roti yang tiada beserta dengan lauk didalam masa hingga jangan
jadi adatnya itu dengan sekira-kira melihat akan lazim lauk itu.
‫وﻳﻘﺒﺢ ﻋﻨﺪﻩ ﻛﱶة ا ٔﻻ ﰻ ﻳﺸـﺒﻪ ﰻ ﻣﻦ ﻳﻜﱶ ا ٔﻻ ﰻ ابﻟﳢﺎﰂ وﺑﺎٔن ﻳﺬم ﺑﲔ ﻳﺪﻳﻪ اﻟﻌﱮ اذلى ﻳﻜﱶ ا ٔﻻ ﰻ‬
‫وﳝﺪح ﻋﻨﺪﻩ اﻟﺼﱮ اﳌﺘﺎٔدب اﻟﻘﻠﻴﻞ ا ٔﻻ ﰻ‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu mengkhabarkan pada hadapan
kanak-kanak itu akan kecelaan orang yang membanyakkan akan memakan
makanan itu, dengan diserupakan orang yang membanyakkan makan itu seperti
binatang. Dan lagi bahwa mencela ia pada hadapan kanak-kanak akan kanak-kanak
yang membanyakkan memakan makanan itu dan memuji ia hadapan kanak-kanak
itu akan kanak-kanak baik adabnya yang sedikit ia memakan makanan itu.
‫و ٔان ﳛﺒﺐ اﻟﻴﻪ الاﻳﺜﺎر ابﻟﻄﻌﺎم وﻗةل اﳌﺒﺎﻻة واﻟﻘﻨﺎﻋﺔ ابﻟﻄﻌﺎم اﳋﺸﻦ ٔاى ﻃﻌﺎم ﰷن‬
Artinya, seyogyanya bagi ibu bapak bahwa menyukakan kepada kanak-kanak
itu akan memberikan dengan makanan itu kepada orang lain (yakni) seyogyanya
bagi bapak itu bahwa mengajar akan anaknya itu bersifat dengan itsar (‫ )إﻳﺜﺎر‬yakni
dengan murah hati dan jangan bersifat dengan loba kepada makanan itu dan
jangan sangat hirau ia dengan makanan itu dan menyuruh bapak itu akan anaknya
itu bersifat dengan qana’ah (‫ )ﻗﻨﺎﻋﺔ‬yakni dengan memadai akan makanan yang
(٢‫ )ﰷﺳﻒ‬yang kurang baik barang apa makanan yang ada ia kepadanya itu maka
memakan ia akan dia.
‫و ٔان ﳛﺒﺐ اﻟﻴﻪ ﻣﻦ اﻟﺜﻴﺎب اﻟﺒﻴﺾ دون اﳌﻠﻮن واﺑﺮﻳﺴﻢ وﻳﻘﺮرﻋﻨﺪﻩ ٔان ذكل ﺷﺎٔن اﻟﻨﺴﺎء واخملﻨﺜﲔ وان‬
‫اﻟﺮﺟﺎل ﻳﺴﺘﻨﻜﻔﻮن ﻣﻨﻪ وﻳﻜﺮﻩ ﻋﻠﻴﻪ ذكل‬

Halaman 38 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

Artinya, dan seyogyanya bapak itu bahwa menyukakan kepada anaknya itu
memakai kain dari pada kain yang putih dan jangan disukakan akan dia memakai
kain yang berwarna, seperti kalamkari atau kain berpalang dan barang sebagainya.
Dan lagi jangan disukakan oleh bapak itu akan anaknya memakai kain sutera dan
dinyatakan akan yang demikian itu yaitu kelakuan pakaian perempuan dan pakaian
orang yang mukhannas (‫ )ﳐﻨﺜﲔ‬yakni orang laki-laki yang menyerupai perempuan,
bukan pakaian laki-laki yang mempunyai aqal, dan bahwa laki-laki yang mempunyai
aqal itu tiada mau ia memakai dari pada kain sutera atas yang demikian itu.
‫وهمﲈر ٔاى ﻋﲆ ﺻﱮ ﺛﻮابﻣﻦ اﺑﺮﻳﺴﻢ ٔاوﻣﻠﻮن ﻓﻴﻨﺒﻐﻰ ٔان ﻳﺴﺘﻨﻜﺮ وﻳﺬﻣﻪ‬
Artinya, manakala melihat seorang atas tubuh kanak-kanak itu kain sutera
atau baju dari pada sutera atau dari pada kain yang berwarna atau baju yang
berwarna seperti kain kalamkari atau kain palang, maka seyogyanya dimurkakan
akan dia yakni ditegahkan akan dia dan di celakan yang demikian itu.

Dan lagi kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,


‫وﳛﻔﻆ اﻟﺼﱮ ﻋﻦ اﻟﺼﺒﻴﺎن اذلﻳﻦ ﻋﻮدوا اﻟﺘﻨﻌﻢ واﻟﺮﻓﺎﻫﻴﺔ وﻟﺒﺲ اﻟﺜﻴﺎب اﻟﻔﺎﺧﺮة وﻋﻦ ﳐﺎﻟﻄﺔ ﰻ ﻣﺎﻳﺴﻤﻌﻪ‬
‫ﳑﺎﻳﺮﻋﺒﻪ ﻓﻴﻪ ﻓﺎن اﻟﺼﱮ همﲈ ٔاﳘﻞ ﰱ اﺑﺘﺪاء ﻧﺸﻮءﻩ ﺧﺮج ﰱ ا ٔﻻﻏﻠﺐ ردىء ا ٔﻻﺧﻼق ﻛﺬاابﺣﺴﻮ داﴎو‬
‫ﻗﺎﳕﺎ ﻣﺎﳉﻮﺟﺎ ذاﻗﻀﻮل وﲵﻚ وﻛﻴﺎد وﳎﺎﻧﺔ واﳕﺎ ﳛﻔﻆ ﻋﻦ ﲨﻴﻊ ذكل ﲝﺴﻦ اﻟﺘﺎٔدﻳﺐ‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapaknya itu bahwa memeliharakan akan
anaknya itu dari pada bercampur dengan kanak-kanak yang telah biasa adat
mereka itu bersedap-sedap dan bersuka-suka dan dari pada kanak yang biasa
adatnya itu memakai pakaian yang baik dan pakaian yang bermegah. Dan
seyogyanya ia memeliharakan anaknya dari pada bercampur dengan tiap-tiap
orang yang mendengarkan akan dia dengan perkataan yang menggemarkan
didalam yang demikian itu, maka karena bahwasannya kanak-kanak itu apabila
diberikan pada permulaan kejadian itu dengan bersuka-suka dan bersedap-sedap
dan bermegah-megah, niscaya terbit pada kebanyakkan ia berperangai dengan
perangai yang jahat seperti kazzaban (‫ )ﻛﺬااب‬yakni kebanyakan ia berdusta dan
husuudan (‫ )ﺣﺴﻮدا‬yakni kebanyakan dengki ia, saruuqan (‫ )ﴎوﻗﺎ‬yakni kebanyakan ia
jadi mencuri, nammaaman (‫ )ﳕﺎﻣﺎ‬yakni kebanyakan mengadu-ngadu akan orang,
lajujan (‫ )ﳉﻮﺟﺎ‬yakni kebanyakan ia berkelahi dengan orang, zul-fudhul (‫ )داﻓﻀﻮل‬yakni
kebanyakan mempunyai perkataan yang lebih-lebih, dan dhahik (‫ )ﲵﻚ‬yakni
kebanyakan ia kuat tertawa-tawa, kaiyad (‫ )ﻛﻴﺎد‬yakni kebanyakan ia jadi menipukan

Halaman 39 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

orang, majannah (‫ )ﳎﺎﻧﺔ‬yakni kebanyakan ia jadi kurang malu, dan adalah sekalian
yang tersebut itu yaitu sifat yang kejahatan. Dan hanya sungguhnya hasil bagi
bapak itu memeliharakan akan anaknya dari pada sekalian yang demikian itu
dengan dibaikkan akan adabnya itu pada ketika ia kecil itu supaya jadi baik
perangainya pada ketika ia besar itu.

(Dan lagi) kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,


‫ﰒ ﻳﻨﺒﻐﻰ ٔان ﻳﺸـﺘﻐﻞ ﰱ اﳌﻜﺘﺐ ﺑﺘﻌﲅ اﻟﻘﺮآن وا ٔﻻﺣﺎدﻳﺚ و ٔاﺧﺒﺎرو ﺣﲀايت ا ٔﻻﺑﺮار وآﺣﺎد ٔا ﺣﺎدﻳﳦﻢ و ٔاﺣﻮ‬
‫اﳍﻢ ﻟﻴﻨﻐﺮس ﺣﺐ اﻟﺼﺎﳊﲔ ﰱ ﻗﻠﺒﻪ‬
Artinya, maka seyogyanya bagi bapak itu bahwa membimbingkan akan
anaknya itu didalam maktab (‫ )ﻣﻜﺘﺐ‬yakni tempat orang yang mengajar Qur’an
dengan belajar Qur’an dan belajar segala hadis Nabi (saw). Dan lagi seyogyanya
bagi bapak itu bahwa mendengarkan akan anaknya itu akan hikayat kelakuan orang
yang Abrar yakni hikayat kelakuan Auliya’ dan kelakuan orang yang Shaleh-shaleh
dan segala ceritera mereka itu supaya tetap tertanam didalam hati kanak-kanak itu
kasih akan orang yang Shaleh-shaleh itu dan kasih ia akan segala orang Auliya’ dan
supaya ia cenderung kepada tarikat Ahli Thasauf
‫وﳛﻔﻆ ﻣﻦ ﺗﻌﲅ ا ٔﻻﺷﻌﺎراﻟﱴ ﻓﳱﺎ ذﻛﺮ اﻟﻌﺸﻖ و ٔاﻫهل‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu memeliharakan akan anaknya dari
pada belajar akan sya’ir yang ada didalamnya itu menyatakan akan asyik kepada
perempuan dan yang tersebut didalamnya itu kelakuan orang yang asyik kepada
perempuan itu. Karena yang demikian itu membawa kepada binasa akan kanak-
kanak itu.
‫وﳛﻔﻆ ﻣﻦ ﳐﺎﻟﻄﺔ ا ٔﻻدابء اذلﻳﻦ ﻳﺰﲻﻮن ٔان ذكل ﻣﻦ اﻟﻈﺮف ورﻗﺔ اﻟﻄﺒﻊ ﻓﺎن ذكل ﻳﻐﺮس ﰱ ﻗﻠﻮب‬
‫اﻟﺼﺒﻴﺎن ﺑﺬراﻟﻔﺴﺎد‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu memeliharakan anaknya itu dari pada
bercampur-campur dengan orang yang belajar ilmu adab (‫ )ﻋﲅ ٔاداب‬yang
membaikkan perkataan dan memfashihkan akan dia, yang adalah mereka itu
menyangka bahwasannya yang demikian itu kepujian dan jadi halus thabi’at, maka
bahwasannya adalah yang demikian itu tumbuhkan didalam hati kanak-kanak itu
akan benih yang membinasakan akan kanak-kanak.
Dan lagi kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,

Halaman 40 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

‫ﰒ همﲈﻇﻬﺮهل ﻣﻦ اﻟﺼﱮ ﺧﻠﻖ ﲨﻴﻞ وﻓﻌﻞ ﶊﻮد ﻓﻴﻨﺒﻐﻰ ٔان ﻳﻜﺮم ﻋﻠﻴﻪ وﳚﺎزى ﻋﻠﻴﻪ ﲟﺎﻳﻔﺮح ﺑﻪ وﳝﺪح ﺑﲔ‬
‫ٔاﻇﻬﺮ اﻟﻨﺎس‬
Artinya, maka manakala nyata bagi kanak-kanak itu perangai yang baik dan
perbuatan yang kepujian, maka seyogyanya bagi bapak itu bahwa memuliakan
kanak-kanak itu dan membalas akan dia dengan sesuatu yang menyukakan dengan
dia dan memuji atasnya pada antara hadapan manusia supaya jadi mengekalkan ia
akan perangainya yang baik yaitu mengekalkan ia didalam bersifat dengan yang
kepujian itu.
‫ﻓﺎن ﺧﺎﻟﻒ ذكل ﰱ ﺑﻌﺾ ا ٔﻻﺣﻮال ﻣﺮة واﺣﺪة ﻓﻴﻨﺒﻐﻰ ٔان ﻳﺘﻐﺎﻓﻞ ﻋﻨﻪ وﻻ ﳞﺘﻚ ﺳﱰﻩ وﻻﻳﲀﺷﻔﻪ‬
‫وﻻوﻳﻈﻬﺮهل ٔاﻧﻪ ﻳﺘﺼﻮر ٔان ﻳﺘﺠﺎﴎ ٔاﺣﺪ ﻋﲆ ﻣﺜهل ﻻﺳـامي اذاﺳﱰﻩ اﻟﺼﱮ‬
Artinya, maka jika menyalahi kanak-kanak itu akan perangai yang baik itu
didalam setengah kelakuannya maka berbuat ia akan satu perbuatan yang jahat
maka seyogyanya bagi bapak itu bahwa melalaikan akan demikian itu dari padanya
dan jangan dibukakan akan kejahatan itu pada orang banyak, hendak ditutup akan
kejahatannya itu dan jangan di zahirkan kepadanya bahwasannya adalah
sepertinya boleh tashaur (‫ )ﺗﺼﻮر‬terlebih berani seorang atas berbuat seumpama
yang demikian itu, karena yang demikian itu barangkali jadi berani ia berbuat akan
kejahatan seperti yang demikian itu, istimewa pula apabila menutup kanak-kanak
itu akan kejahatan yang terbuat ia akan dia itu maka seyogyanya bagi bapak itu
jangan sangat cela akan dia, jangan disesal akan dia.
‫واﺟﳤﺪﰱ اﺧﻔﺎﺋﻪ ﻓﺎن اﻇﻬﺎر ذكل ﻋﻠﻴﻪ رﳝﺎ ﻳﻔﻴﺪﻩ ﺟﻌﺎرة ﺣﱴ ﻻﺑﻴﺎﱃ ابﳌﲀﺷﻔﺔ ﻗﻌﻨﺪ ذكل ﻓﺎن ﻋﺎد اثﺗﻴﺎ‬
‫ﻓﻴﻨﺒﻐﻰ ٔان ﻳﻌﺎﻗﺐ ﴎاو ﻳﻌﻈﻢ ٔﻻاﻣﺮ ﻓﻴﻪ وﻳﻘﺎل هل اايك ٔان ﺗﻌﻮد ذكل ﳌﺜﻞ ﻫﺬا وان ﻳﻄﻠﻊ ﻋﻠﻴﻚ ﰱ ﻣﺜﻞ‬
‫ﻫﺬا ﻓﺘﻔﺘﻀﺢ ﺑﲔ اﻟﻨﺎس وﻻ ﺗﻜﱶ اﻟﻘﻮل ﻋﻠﻴﻪ ابﻟﻌﺘﺎب ﰱ ﰻ ﺣﲔ ﻓﺎﻧﻪ ﳞﻮن ﻋﻠﻴﻪ ﺳﲈع اﳌﻼﻣﺔ ورﻛﻮب‬
‫اﻟﻘﺒﺎٔ ﱖ وﻳﺴﻘﻂ وﻗﻊ اﻟالكم ﻣﻦ ﻗﻠﺒﻪ وﻟﻴﻜﻦ ا ٔﻻب ﺣﺎﻓﻈﺎ ﻫﻴﺒﺔ اﻟالكم ﻣﻌﻪ ﻓﻼﻳﻮ ﲞﻪ الا ٔا ﺣﻴﺎان‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu bersungguh-sungguh didalam
menyembunyikan akan kejahatan yang terbuat oleh anaknya yang baik
perangainya itu, maka karena bahwasanya menzahirkan akan kejahatan yang
demikian barangkalai membuat akan dia berani akan berbuat kejahatan itu hingga
tiada ia hirau dengan membukakan kejahatannya itu. Kemudian dari pada itu
kepada hadapan orang banyak bersalahan jika disembunyikan akan satu
kejahatannya itu malu ia menyatakan akan kejahatannya itu kepada orang banyak
maka jika kembali ia kepada berbuat kejahatan itu kedua kali maka seyogyanya bagi
bapak itu bahwa menemplak akan dia dan menegur akan dia dengan sirr (‫ )ﴎ‬jua

Halaman 41 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

(yakni) bersembunyi jua sekira-kira menegur akan dia didalam tempat sunyi
antaranya dan antara anaknya itu dan jangan ditegur akan dia dihadapan orang
banyak. (Dan seyogyanya) bagi bapak itu mengata bagi anaknya yang berbuat
kejahatan itu dengan katanya bahwa pekerjaanmu itu sangat besar jahatnya dan
tiada patut bagimu mengerjakan akan yang demikian itu dan seyogyanya takuti
olehmu bahwa dilihat oleh orang dan pekerjaanmu seumpama yang demikian itu
maka jadi nyata jahatmu itu antara orang banyak dan sangat jadi aib engkau. dan
lagi seyogtanya bagi bapak itu bahwa jangan membanyakkan akan perkataan atas
menyesalkan akan perbuatan anaknya seperti yang demikian itu pada ketika itu,
maka karena bahwasannya membanyakkan akan perkataan akan yang demikian itu
jadi memudahkan atasnya mendengar akan kecelaan itu dan tiada sangat hirau ia
akan berbuat kejahatan itu dan barangkali gugur memberi bekas perkataan itu dari
pada hati kanak-kanak itu maka jadi binasa tiada ia sangat hiraukan pengajaran
bapaknya itu dan tiada sangat takut ia teguran bapaknya itu. (Dan) seyogyanya bagi
bapak itu memeliharakan hebat perkataannya serta anaknya itu, jangan dikata
baginya dengan perkataan yang jahat pada ketika ia tersalah perbuatannya itu
melainkan pada masa yang sedikit jua dan pada perkataan yang sedikit jua. Dan
jangan dibanyakkan akan perkataan didalam menyesal akan dia dan marah akan
dia itu.

(Dan lagi) kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,


‫وﻳﻨﺒﻐﻰ ﻟ ٔﻼم ٔان ﲣﻮﻓﻪ اب ٔﻻب وﺗﺰﺟﺮﻩ ﻋﻦ اﻟﻘﺒﺎٔﰆ‬
Artinya, dan seyogyanya bagi ibu bahwa menakuti akan anaknya itu dengan
bapak kanak-kanak itu lagi seyogyanya bagi ibu itu menegahkan ia akan anaknya
itu dari pada berbuat kejahatan akan bapaknya itu dan lainnya.
(Dan lagi) kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,
‫وﻳﻨﺒﻐﻰ ٔان ﳝﻨﻊ ﻋﻦ اﻟﻨﻮم ﳖﺎرا ﻓﺎﻧﻪ ﻳﻮرث اﻟﻜﺴﻞ وﻻ ﳝﻨﻊ ﻣﻨﻪ ﻟﻴﻼ وﻟﻜﻦ ﳝﻨﻊ ﻣﻦ اﻟﻔﺮش اﻟﻮﻃﻴﺌﺔ ﺣﱴ‬
‫ﺗﻨﺼﻠﺐ ٔاﻋﻀﺎؤﻩ وﻻ ﻳﺴـﺘﺨﻒ ﺑﺪﻧﻪ ﻓﻼﻳﺼﱪ ﻋﻦ اﻟﺘﻨﻌﻢ ﺑﻞ ﻳﻌﻮد اﳊﺸﻮﻧﻪ ﰱ اﳌﻔﺮش واﳌﻠﺒﺲ واﳌﻄﻌﻢ‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu menegahkan akan anaknya itu tidur
pada siang hari, maka karena bahwasannya yang demikian itu mempusakai akan
jadi lemah tubuhnya dan jadi penyegan (malas) tubuhnya dan jangan ditegahkan
akan dia tidur pada malam hari tetapi ditegahkan akan dia dari pada tidur diatas
hamparan yang halus-halus hingga jadi kuat tubuhnya itu dan supaya jangan jadi
lemah tubuhnya itu dan jika jadi lemah tubuhnya itu maka tiada sabar ia dari pada
meninggalkan akan yang bersedap-sedap dan bersenang-senang itu tetapi

Halaman 42 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

hendaklah dibiasakan kanak-kanak itu tidur didalam tilam yang kasar dan pakaian
yang kasar dan makanan yang kasar yang tiada sanagat sedap.
‫وﻳﻨﺒﻐﻰ ٔان ﳝﻨﻊ ﻣﻦ ﰻ ﻣﺎ ﻳﻔﻌهل ﰱ ﺧﻔﻴﺔ ﻓﺎﻧﻪ ﻻ ﳜﻔﻴﻪ إﻻوﻫﻮ ﻳﻌﺘﻘﺪ ٔاﻧﻪ ﻗﺒﻴﺴﺢ ﻓﺎٕذا ﺗﺮك ﻧﻌﻮد ﻓﻌﻞ‬
‫اﻟﻘﺒﻴﺴﺢ‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu menegahkan akan anaknya itu dari
pada tiap-tiap yang diperbuatnya itu didalam bersembunyi, maka bahwasannya
tiada ia berbuat akan sesuatu yang disembunyikan itumelainkan yaitu
mengi’tikadkan bahwasannya adalah yaitu kejahatan maka apabila dibiarkan akan
perbuatannya seperti yang demikian itu niscayajadi beradat akan berbuat sesuatu
kejahatan dan sesuatu yang keji.
‫وﻳﻌﻮ دﰱ ﺑﻌﺾ اﻟﳯﺎر واﳌﴙ واﳊﺮﻛﺔ واﻟﺮايﺿﺔ ﺣﱴ ﻻﻳﻐﻠﺐ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻜﺴﻞ‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu bahwa membiasakan akan adat
kanak-kanak itu pada setengah masa akan berjalan kepada berbuat sesuatu yang
kebajikan dan membiasakan ia akan anaknya itu pada setengah masa bergerak
kepada berbuat sesuatu pekerjaan yang baik dan seyogyanya bagi bapak itu
menyuruhkan anaknya itu dengan riyadhah (‫ )رايﺿﺔ‬yakni dengan bersusah-susah
pada melawani akan dirinya itu pada setengah masa, supaya jangan ghalib padanya
itu penyegan dan lemah diri.
‫وﻳﻌﻮ د ٔان ﻳﻜﺸﻒ ٔاﻃﺮ اﻓﻪ وﻻ ﻳﴪع اﳌﴙ وﻻ ﻳﺮىخ ﻳﺪﻳﻪ ﺑﻞ ﺗﻀﻤﻬﺎإﱃ ﺻﺪرﻩ‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu bahwa membiasakan akan adat
kanak-kanak itu bahwa jangan ia membukakan segala ujung lututnya dan segala
auratnya dan jangan ia bersegera didalam perjalanan itu dan jangan ia menurunkan
akan kedua tangannya pada ketika ia berjalan itu tetapi hendaklah ia
menghimpunkan akan keduanya itu kepada dadanya.
‫وﳝﻨﻊ ﻣﻦ ٔان ﻳﻔﺘﺨﺮ ﻋﲆ ٔاﻓﺮ اﻧﻪ ﺑﴙء ﳑﺎ ﳝﻠﻜﻪ وادلﻩ ٔاوﺑﴙء ﻣﻦ ﻣﻄﺎﲻﻪ و ٔاﻟﻮ اﺣﺪ و ٔادواﺗﻪ‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu bahwa menegahkan akan anaknya
itu dari pada ia bermegah-megah atas orang yang sama-samanya dengan sesuatu
yang dimiliki akan dia oleh dua ibu bapaknya atau suatu dari pada makanan atau
sesuatu dari pada pakaian atau sesuatu dari pada (‫)ﻟﻮﺣڽ‬/papan tulisnya atau
dengan sesuatu dari pada dakwatnya (‫)دﻋﻮاﺗڽ‬.
‫وﻳﻌﻮ داﻟﺘﻮاﺿﻊ والاﻛﺮام ﻟﲁ ﻣﻦ ﻋﺎﴍﻩ واﻟﺘﻠﻄﻒ ﰱ اﻟالكم ﻣﻌﻬﻢ‬
Artinya, seyogyanya bagi bapak itu bahwa membiasakan akan anaknya itu
merendahkan dirinya dan memuliakan ia bagi tiap-tiap orang yang bertaulan
dengan dia itu dan lemah lembut didalam perkataan serta mereka itu.
Halaman 43 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

‫وﳝﻨﻊ ﻣﻦ ٔان ﻳﺎٔ ﺧﺬﻣﻦ اﻟﺼﺒﻴﺎن ﺷـﻴﺎٔ ﺑﺬهل ﺣﺸﻤﺔان ﰷن ﻣﻦ ٔاوﻻداﶈﺘﺸﻤﲔ ﺑﻞ ﻳﻌﲅ ٔان اﻟﺮﻓﻌﺔﰱ الاﻋﻄﺎء‬
‫ﻻﰱ ا ٔﻻ ﺧﺬ و ٔان ا ٔﻻ ﺧﺬﻟﺆم وﺧﺴﺔ ودانءة وان ﰷن ﻣﻦ ٔاوﻻد اﻟﻔﻘﺮاء ﻓﻴﻌﲅ ٔان ا ْٔﻻﺧﺬ ﻃﻤﻊ واﻟﻄﻤﻊ همﺎﻧﺔ‬
‫وﻣﺬةل و ٔان ذكل ﻣﻦ ٔادب اﻟﳫﺐ ﻓﺎﻧﻪ ﻳﺒﻴﺾ ﰱ اﺗﺘﻈﺎر ﻟﻘﻤﺔ‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu menegahkan dari pada bahwa ia
mengambil dari pada segala kanak-kanak yang bersama dengan dia itu sesuatu
yang memberikan ia akan dia dengan sebab malunya jika ada ia dari pada anak
orang yang pemalu tetapi hendaklah bapak itu memberi tahu akan anaknya itu
bahwa martabat yang ketinggian itu yaitu didalam memberi akan seorang, bukan
ketinggian itu didalam mengambil dari pada seorang akan sesuatu itu dan bahwa
mengambil dari pada seorang itu kecelaan dan kehinaan. Dan jikalau ada kanak-
kanak itu dari pada anak orang yang ahli shufi maka diberi tahu akan dia itu bahwa
mengambil akan sesuatu dari pada seseorang lain itu yaitu tamak, yakni loba dan
loba itu yaitu sifat kehinaan dan sifat kecelaan dan bahwasannya adalah yang
demikian itu dari pada kelakuan anjing, maka adalah anjing itu yaitu menghinakan
akan dirinya didalam menanti akan satu suap dari pada seorang.
‫وابﶺةل ﻳﻔﺒﺢ إﱃ اﻟﺼﺒﻴﺎن ﺣﺐ اذلﻫﺐ واﻟﻔﻀﺔ واﻟﻄﻤﻊ ﻓﳱﲈ وﳛﺬر ﻣﳯﲈ ٔاﻛﴩﻣﻦ اﻟﺘﺤﺬﻳﺮ ﻣﻦ اﳊﻴﺎت‬
‫واﻟﻌﻘﺎرب ﻓﺎن آﻓﺔ ﺣﺐ اذلﻫﺐ واﻟﻔﻀﺔ واﻟﻄﻤﻊ ﻓﳱﲈ ٔاﻛﱶﻣﻦ آﻓﺔ اﻟﺴﻤﻮم ﻋﲆ اﻟﺼﺒﻴﺎن ﺑﻞ ﻋﲆ ا ٔﻻ ﰷﺑﺮ‬
‫ٔاﻳﻀﺎ‬
Artinya, dan dengan perhimpunan perkataan itu bahwasannya seyogyanya
bagi bapak itu menjahatkan kepada kanak-kanak itu akan kasih akan emas dan
perak dan menjahatkan kepadanya akan tamak kepada keduanya itu. Dan
seyogyanya bagi bapak itu menakuti akan kanak-kanak itu dari pada kasih akan
emas dan perak itu terlebih banyak menakuti akan dia dari pada ular dan kala, maka
bahwasannya kebiasaan akan emas dan perak dan tamak itu akan keduanya itu
terlebih banyak dari pada kebinasaan racun ular dan kala atas kanak-kanak itu,
tetapi lebih lagi ditakuti emas dan perak dan tamak akan keduanya itu atas orang
tua dari pada racun ular dan kala itu.

Dan lagi kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,


‫وﻳﻨﺒﻐﻰ ٔان ﻳﻌﻮد ٔاﻻﻳﺒﺼﻖ ﰱ ﳎﻠﺴﻪ وﻻﻳﳣﺨﻂ وﻻ ﻳﺘﻄﻰ وﻻﻳﺘﺜﺎﺋﺐ ﲝﴬة ﻏﲑﻩ وﻻﻳﻀﻊ رﺟﻼﻋﲆ رﺟﻞ‬
‫وﻻ ﻳﻀﻊ ﻛﻔﻪ ﲢﺖ ذﻗﻨﻪ وﻻ ﻳﻌﻤﺪر ٔاﺳﻪ ﺑﺴﺎﻋﺪﻩ ﻓﺎن ذكل دﻟﻴﻞ اﻟﻜﺴﻞ وﻳﻌﲅ ﻛﻴﻔﻴﺔ اﳉﻠﻮس‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu bahwa membiasakan adat kanak-
kanak itu bahwa jangan ia berludah didalam perhimpunan duduk orang banyak itu,
jangan ia ingus dan jangan ia menggeliat-geliat dan jangan ia menguap-nguap
Halaman 44 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

dihadapan orang banyak-banyak yang lain dari padanya itu karena adalah sekalian
yang demikian itu pekerjaan yang menghinakan akan martabat dan meng-iba-kan
akan diri. Dan jangan ia duduk membelakangkan akan orang lain dan jangan ia
menaruhkan satu kakinya itu atas satu kakinya yang lain dan jangan ia menaruhkan
tapak tangan itu dibawah dagunya dan jangan ia menyandarkan akan kepalanya itu
lengannya itu, maka adalah sekalian yang demikian itu alamat menunjukkan akan
orang yang penyegan dan orang kurang hematnya. Dan seyogyanya bagi bapak itu
mengajarkan anaknya itu akan kaifiyat duduk yang baik dihadapan orang yang
banyak.

Dan lagi kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,


‫وﻳﻨﺒﻐﻰ ٔان ﳝﻨﻊ ﻛﱶة اﻟالكم وﻳﺒﲔ هل ٔان ذكل ﻳﺪل ﻋﲆ وﻗﺎﺣﺔ و ٔاﻧﻪ ﻋﺎدة ٔاﺑﻨﺎء اﻟﻠﺜﺎم‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu bahwa menegahkan ia akan anaknya
itu akan membanyakkan perkataan dan dinyatakan baginya bahwasannya
membanyakkan perkataan itu alamat yang menunjukkan atas orang yang kurang
malunya itu dan bahwasannya membanyakkan perkataan itu adat anak orang yang
kecelaan yang sangat jahat.
‫وﳝﻨﻊ اﻟﳰﲔ ر ٔاﺳﺎﺻﺎدﻗﺎ ﰷن ٔاوﰷذاب ﺣﱴ ﻻﻳﻌﺘﺎد ﻫﺎﰱ اﻟﺼﻐﺮ‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu menegahkan anaknya bersumpah
sekali sama ada benar ia atau dusta hingga jangan ia beradat akan bersumpah pada
ketika kecilnya itu.
‫وﳝﻨﻊ ٔان ﻳﺒﺘﺪىء ابﻟالكم وﻳﻌﻮد ٔان ﻻﻳﺘﳫﻢ الاﺟﻮاابﻟﻘﺪر اﻟﺴﺆال و ٔان ﳛﺴﻦ الاﺳـامتع همﲈ ﺗﳫﻢ ﻏﲑﻩ ﳑﻦ‬
‫ﻫﻮ ٔاﻛﱪ ﺳـﻨﺎﻣﻨﻪ‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu bahwa menegahkan anakanya itu
dari pada bahwa ia memulai dengan berkata-kata dengan orang lain. Dan
seyogyanya dibiasakan akan kanak-kanak itu bahwa jangan berkata-kata melainkan
menjawab akan pertanyaan orang jua dan jangan ia berkata melainkan sekedar
yang ditanyai oleh orang akan dia. Dan seyogyanya bahwa membanyakkan kanak-
kanak itu akan mendengarkan perkataan manakala berkata-kata orang yang lain
yang besar-besar dari pada umurnya itu.
‫و ٔان ﻳﻘﻮم وﻳﻮﺳﻊ هل ﰱ اﳌﲀن وﳚﻠﺲ ﺑﲔ ﻳﺪﻳﻪ وﳝﻨﻊ ﻣﻨﻪ اﻟﻐﻮاﻟالكم وﲿﺸﻪ وﻣﻦ اﻟﻠﻌﻨﺔ واﻟﺴﺐ وﻣﻦ ﳐﺎ‬
‫ﻟﻄﺔ ﻣﻦ ﳚﺮى ﻋﲆ ﻟﺴﺎﻧﻪ ﳽء ﻣﻦ ذكل ﻓﺎن ذكل ﻳﴪى ﻻﳏﺎةل ﻣﻦ ﻣﺮ ﻗﺮانء اﻟﺴﻮء و ٔاﺻﻞ ﺗﺎٔدﻳﺐ‬
‫اﻟﺼﺒﻴﺎن ﳊﻔﻆ ﻣﻦ ﻗﺮانء اﻟﺴﻮء‬

Halaman 45 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

Artinya, dan seyogyanya bagi kanak-kanak itu bahwa ia berdiri bagi orang
yang mempunyai martabat atasnya dan meluaskan ia baginya didalam tempat
duduk itu dan duduk ia hadapan orang itu, padahal ia mengapa akan dia. Dan
seyogyanya bagi bapak itu menegahkan akan anaknya itu dari pada berkata akan
sia-sia dan dari pada berkata akan perkataan yang keji dan dari pada berkata akan
orang dan dari pada memaki akan seorang. Dan lagi seyogyanya bagi bapak itu
bahwa menegahkan ia akan anaknya itu dari pada bercampur akan orang yang
berlaku atas lidahnya itu sesuatu dari pada yang demikian itu, maka bahwasannya
yang demikian itu jadi berlaku ia seperti kelakuan orang yang demikian itu dengan
tiada syak dari pada sebab bercampur akan orang jahat itu, dan adalah asal yang
membaikkan akan adab kanak-kanak itu yaitu memeliharakan kanak-kanak dari
pada bercampur dengan orang jahat itu.

Dan lagi kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,


‫وﻳﻨﺒﻐﻰ اذا ﴐﺑﻪ اﳌﺴﲅ ان ﻻﻳﻜﱶ اﻟﴫاخ واﻟﺸﻐﺐ وﻻ ﻳﺴﺘﺸﻔﻊ ﺑﺎٔﺣﺪﺑﻞ ﻳﺼﱪ وﻳﺬﻛﺮ هل ٔان ذكل د ٔاب‬
‫اﻟﺸﺠﻌﺎن واﻟﺮﺟﺎل و ٔان ﻛﱶة اﻟﴫاخ د ٔاب اﳌﲈﻟﻴﻚ واﻟﻨﺴﻮان‬
Artinya, dan seyogyanya bagi kanak-kanak apabila memukul akan dia oleh
orang yang mengajar akan dia Qur’an bahwa jangan ia membanyakkan berteriak
dan jangan ia berbuat fitnah dengan orang yang memukul akan dia itu dan jangan
meminta tolong akan seorang, tetapi hendaklah ia sabar. Maka seyogyanya bagi
bapak atau guru atau orang yang lain bahwa menyebutkan akan kanak-kanak yang
dipukul oleh orang yang mengajar akan dia itu bahwasannya sabar akan yang
demikian itu kelakuan orang yang berani dan kelakuan orang laki-laki,
bahwasannya membanyakkan akan berteriak-teriak itu yaitu kelakuan hamba
orang dan kelakuan orang perempuan.
Dan lagi kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,
‫وﻳﻨﺒﻐﻰ ٔان ﺗﺆذن هل ﺑﻌﺪاﻟﻔﺮاغ ﻣﻦ اﳌﻜﺘﺐ ٔان ﻳﻠﻌﺐ ﻟﻌﺒﺎ ﲨﻴﻼ ﻳﺴﱰﱖ اﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﺗﻌﺐ ا ٔﻻدب ﲝﻴﺚ‬
‫ﻻﻳﺘﻌﺐ ﰱ اﻟﻠﻌﺐ ﻓﺎن ﻣﻨﻊ اﻟﺼﱮ ﻣﻦ اﻟﻠﻌﺐ وارﻫﺎﻗﻪ اﱃ اﻟﺘﻌﲅ داﳕﺎر ﲟﺎﳝﻴﺖ ﻗﻠﺒﻪ وﻳﺒﻄﻞ ذﰷﺋﻪ وﻳﻨﻐﺺ‬
‫اﻟﻌﻴﺶ ﻋﻠﻴﻪ ﺣﱴ ﻳﻄﻠﺐ اﳊﻴةل ﰱ اﳋﻼص ﻣﻨﻪ ر ٔاﺳﺎ‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu bahwa memberi izin ia akan kanak-
kanak itu kemudian dari pada selesai ia dari pada mengaji qur’an itu, bahwa
bermain-main akan permainan yang kebajikan supaya bersenang kepadanya
hatinya dari pada kesusahan adab yang pada maktab itu, yakni supaya bersuka-
suka dari pada kesusahan pada tempat mengaji qur’an itu dengan sekira-kira tiada
susah ia didalam permainan itu. Maka jikalau ditegahkan akan kanak-kanak itu dari

Halaman 46 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

pada bermain dan dilazimkan kepada mengajar akan dia adab mengaji qur’an dan
lainnya selama-lamanya, niscaya jadi mati hatinya itu dan jadi batal cerdiknya itu
dan lagi menyusahkan akan kehidupan atasnya hingga menuntut ia akan (‫)ﺣﻴهل‬
didalam berlepas dari padanya sekali-kali.
Dan lagi kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,
‫وﻳﻨﺒﻐﻰ ٔان ﻳﻌﲅ ﻃﺎﻋﺔ وادلﻳﻪ وﻣﻌﻠﻤﻪ وﻣﺆدﺑﻪ وﰻ ﻣﻦ ﻫﻮ ٔاﻛﱪ ﺳـﻨﺎ ﻣﻨﻪ ﻣﻦ ﻗﺮﻳﺐ و ٔاﺟﻨﱮ و ٔان ﻳﻨﻈﺮ‬
‫اﻟﳱﻢ ﺑﻌﲔ اﳉﻼةل واﻟﺘﻌﻈﲓ وان ﻳﱰك اﻟﻠﻌﺐ ﺑﲔ ٔاﻳﺪﳞﻢ‬
Artinya, dan seyogyanya bahwa diajari akan kanak-kanak itu akan berbuat
ta’at akan kedua ibu bapaknya dan jangan berbuat durhaka akan kedua ibu
bapaknya itu. Dan lagi seyogyanya diajari akan kanak-kanak itu ta’at akan orang
yang mengajar qur’an akan dia dan orang yang mengajar dan yang membanyakkan
akan dia. Dan lagi seyogyanya ia ta’at akan tiap-tiap orang yang tua dari padanya
umurnya itu sama ada kerabatnya atau dari pada orang yang (‫)ﻫﻠﺖ‬. Dan
seyogyanya bagi kanak-kanak itu melihat kepada sekalian orang yang tersebut itu
dengan tilik membesarkan ia akan mereka itu menta’zimkan ia akan mereka itu.
Dan seyogyanya bagi kanak-kanak itu bahwa meninggalkan akan bermain-main
dihadapan mereka itu.
Dan lagi kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,
‫وهمﲈ ﺑﻠﻎ ﺳﻦ اﻟﳣﻴﲒ ﻓﻴﻨﺒﻐﻰ ٔان ﻻﻳﺴﺎ ﻣﺢ ﰱ ﺗﺮﰷ ﻟﻄﻬﺎرة واﻟﺼﻼة وﻳﺆ ﻣﺮ ابﻟﺼﻮم ﰱ ﺑﻌﺾ الاايم ﻣﻦ‬
‫ﺷﻬﺮ رﻣﻀﺎن‬
Artinya, manakala sampai tahun tamyiz kanak-kanak itu sekira-kira tahu ia
membedakan antara baik dan jahat maka seyogyanya bagi bapak itu bahwa jangan
memudahkan akan kanak-kanak itu pada meninggalkan akan thaharah (‫ )ﻃﻬﺎرة‬dan
jangan dimudahkan akan dia pada meninggalkan sembahyang dan disuruh akan
kanak-kanak itu puasa didalam setengah hari dari pada beberapa hari bulan
ramadhan.
Dan kata imam al-Ghazali Rahimahullahu Ta’ala,
‫وﳚﺘﻨﺐ اﻟﻮدل ﻟﺒﺲ اﳊﺮﻳﺮ واذلﻫﺐ وﻳﻌﲅ ﳇﲈ ﳛﺘﺎج اﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﺣﺪودﻟﴩع وﳜﻮف ﻣﻦ اﻟﴪﻗﺔ و ٔاﰻ اﳊﺮام‬
‫وﻣﻦ اﻟﻜﺬب واﳋﻴﺎﻧﺔ واﻟﻔﺤﺶ وﰻ ﻣﺎ ﻳﻐﻠﺐ ﻋﲆ اﻟﺼﺒﻴﺎن‬
Artinya, dan seyogyanya bagi bapak itu bahwa menjauhkan anaknya itu akan
memakai kain sutera dan memakai emas dan seyogyanya bagi bapak itu mengajar
akan anaknya itu akan tiap-tiap yang berkehendak kepadanya itu dari pada hukum
syari’at dan yaitu ditakutinya akan dia akan mencuri yakni jangan ia mencuri dan
jangan ia memakan akan yang haram dan memakai akan yang haram dan
Halaman 47 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

ditegahkan akan kanak-kanak itu dari pada berdusta dan dari pada khianat dan dari
pada segala kejahatan dan dari pada segala yang ghalib atas kanak-kanak itu.
‫ﻓﺎذا وﻗﻊ ﻧﺸﻮﻩ ﻛﺬكل ﰱ اﻟﺼﺒﻴﺎن ﳁﻬﲈ ﻗﺎرب اﻟﺒﻠﻮغ ٔاﻣﻜﻦ ٔان ﻳﻌﺮف ٔاﴎار ﻫﺬﻩ ا ٔﻻﻣﻮرﻓﻴﺬ ﻛﺮهل ٔان ا ٔﻻ‬
‫ﻃﻌﻤﻪ ٔادوﻳﺔ واﳕﺎ اﳌﻘﺼﻮد ﻣﳯﺎ ٔان ﻳﻘﻮى الاﻧﺴﺎن ﲠﺎ ﻋﲆ ﻋﺒﺎدة ﷲ ﺗﻌﺎﱃ‬
Artinya, maka apabila berlaku kejadian-kejadian itu seperti yang tersebut
dahulu itu dalam kecilnya itu, maka manakala hampir ia akan baligh niscaya dapat
bahwa diajarkan dia akan segala rahasia segala perkara yang tersebut dahulu itu,
maka menyebutkan baginya bahwasannya makanan itu seperti obat dan hanya
sungguhnya maksud dari pada memakan akan makanan itu menguatkan manusia
dengan dia atas berbuat ibadat akan Allah Ta’ala
‫و ٔان ادلﻧﻴﺎ ﳇﻬﺎ ﻻ ٔاﺻﻞ ﻟﻬﺎ اذﻻ ﺑﻔﺎء ﻟﻬﺎ و ٔان اﳌﻮت ﻳﻘﻄﻊ ﻧﻌﳰﻬﺎ و ٔاﳖﺎ دار ﳑﺮﻻ دار ﻣﻘﺮو ٔان اﻻٓ ﺧﺮة دار‬
‫ﻣﻘﺮﻻدار ﳑﺮو ٔان اﳌﻮت ﻣﻨﺘﻈﺮ ﰱ ﰻ ﺳﺎﻋﺔ و ٔان اﻟﻜﻴﺲ اﻟﻌﺎﻗﻞ ﻣﻦ ﺗﺰ ودﻣﻦ ادلﻧﻴﺎ ﻟﻼٓﺧﺮة ﺣﱴ ﺗﻌﻈﻢ‬
‫ﻋﻨﻪ ﷲ درﺟﺘﻪ وﻳﺘﺴﻊ ﰱ ﺟﻨﺎت ﻧﻌﳰﻪ‬
Artinya, dan bahwasannya dunia itu sekaliannya itu tiada baginya afdhal
karena tiada kekal baginya dan bahwasannya maut itu memutuskan segala nikmat
yang didalam dunia itu. Dan bahwasannya adalah dunia itu negeri tempat lalu jua
dan adalah negeri yang tempat tetap itu yaitu negeri akhirat. Dan adalah negeri
akhirat itu negeri yang kekal dan adalah dunia itu yaitu negeri yang fana yaitu
tempat lalu berniaga kedalam akhirat. Dan bahwasannya mati itu yaitu sebaik-baik
yang dinanti didalam tiap-tiap saat. Dan bahwasannya adalah orang yang baik yang
mempunyai aqal itu yaitu orang yang mengambil bekal dari pada negeri dunia bagi
negeri akhirat hingga jadi besar martabatnya itu pada Allah Ta’ala dan luas
nikmatnya itu didalam surga, seperti firman Allah Ta’ala,
‫َوﺗَ َﺰ َّو ُدوا ﻓَﺎ َّن ﺧ ْ ََﲑ َّاﻟﺰا ِد اﻟﺘَّ ْﻘ َﻮى‬
Artinya, dan ambil oleh kamu akan bekal dari pada dunia kepada akhirat
ِٕ
maka sebaik-baik bekal itu yaitu takut akan Allah Ta’ala.

(Ketahui olehmu) bahwasannya tiada dapat takut yang jadi bekal didalam
akhirat itu melainkan belajar Ilmu Taqwa (‫ )ﺗﻘﻮى‬dan mengamalkan akan dia.
(Bermula) ilmu taqwa itu yaitu ilmu yang tersebut didalam kitab ini dan ilmu yang
tersebut didalam ushul (‫ ) ٔاﺻﻞ‬kitab ini yaitu Mukhtashar Ihya ‘Ulumiddin ( ‫ﳐﺘﴫ اﺣﻴﺎء‬
‫)ﻋﻠﻮم ادلﻳﻦ‬, dan ilmu yang tersebut didalam Ihya ‘Ulumiddin dan ilmu yang tersebut
didalam kitab Arba’in Fi Ushuliddin (‫) ٔارﺑﻌﲔ ﰱ ٔاﺻﻮل ادلﻳﻦ‬, ilmu yang tersebut didalam

Halaman 48 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

kitab Bidayatul Hidayah (‫ )ﺑﺪاﻳﺔ اﻟﻬﺪاﻳﺔ‬dan segala yang tersebut didalam kitab tashauf,
yang tersebut kebanyakan nama kitab ilmu tashauf itu pada akhir kitab ini,
Insyaallah Ta’ala.
(Bermula) orang yang mengetahui ilmu takwa dan mengamalkan akan dia itu
yaitulah orang yang menjalani tarikat Ahli Shufi itu seperti yang lagi akan datang,
kelebihan orang yang menjalani akan tarikat ahli shufi pada akhir kitab ini,
Insyaallah Ta’ala.

(Syahdan) bermula setengah dari pada yang munasab (‫ )ﻣﻨﺎﺳﺐ‬didalam fasal


ini yaitu kelebihan anak yatim, yakni kanak-kanak yang tiada baginya bapak.
(Dan setengah) dari pada kelebihan itu yaitu sabda Nabi (saw),
‫ٔاان وﰷﻓﻞ اﻟﻴﺘﲓ ﰱ اﳉﻨﻪ ﻫﻜﺬا رواﻩ ٔاﲪﺴﺪ واﻟﺒﺨﺎرى و ٔاﺑﻮ داود واﻟﱰﻣﺬى‬
Artinya, adalah aku dan orang yang memeliharakan akan anak yatim itu
didalam surga seperti ini, demikianlah meriwayatkan akan hadis ini oleh imam
Ahmad bin Hanbal dan Bukhari dan Abu Daud dan Tarmizi Radhiallahu ‘Anhu.
(Dan lagi) sabda Nabi (saw),
‫ﺧﲑ ﺑﻴﺖ ﰱ اﳌﺴﻠﻤﲔ ﺑﻴﺖ ﻓﻴﻪ ﻳﺘﲓ ﳛﺴﻦ اﻟﻴﻪ وﴍ ﺑﻴﺖ ﰱ اﳌﺴﻠﻤﲔ ﺑﻴﺖ ﻓﻴﻪ ﻳﺘﲓ ﻳﺴﺎء اﻟﻴﻪ ٔاانوﰷﻓﻞ‬
‫اﻟﻴﺘﲓ ﰱ اﳉﻨﺔ ﻫﻜﺬا رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى ﰱ ا ٔﻻدب واﺑﻦ ﻣﺎﺟﺔ و ٔاﺑﻮ ﻧﻌﲓ‬
Artinya, bermula yang terlebih baik rumah orang yang muslimin itu yaitu
rumah yang ada dalamnya anak yatim yang diberi kebajikan kepadanya dan yang
terlebih jahat rumah didalam rumah orang yang muslimin itu yaitu rumah yang
didalamnya anak yatim yang diberi kejahatan akan dia. Adalah aku dan orang yang
memeliharakan anak yatim itu didalam surga. Demikianlah meriwayatkan akan
hadis ini oleh Bukhari didalam kitab adab dan Ibnu Majah dan Abu Na’im
Radhiallahu ‘Anhum.
Dan sabda Nabi (saw),
‫ٔاانوﰷ ﻗﻞ اﻟﻴﺘﲓ هل وﻟﻐﲑﻩ ﰱ اﳉﻨﺔ واﻟﺴﺎﻋﻰ ٔﻻرﻣةل واﳌﺴﺎﻛﲔ ﰷجملﺎﻫﺪ ﰱ ﺳﺒﻴﻞ ﷲ رواﻩ اﻟﻄﱪاﱏ‬
Artinya, adalah aku dan orang yang memeliharakan akan anak yatim baginya
dan bagi orang yang lain dari padanya didalam surga dan adalah orang yang
mengusahai atas berbuat kebajikan akan perempuan yang tiada punya suami dan
akan orang yang miskin itu yaitu seperti pergi perang sabilillah. Meriwayatkan akan
hadis ini oleh Thabrani Rahimahullahu Ta’ala.
Dan lagi sabda Nabi (saw)
‫ﰷﻓﻞ اﻟﻴﺘﲓ هل وﻟﻐﲑﻩ ٔاان وﻫﻮ ﻛﻬﺎﺗﲔ ﰱ اﳉﻨﺔ رواﻩ ﻣﺴﲅ‬

Halaman 49 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

Artinya, bermula orang yang memeliharakan anak yatim baginya dan bagi
orang yang lain dari padanya adalah aku dan ia seperti dua jari aku ini didalam
surga. Meriwayatkan akan hadis ini Muslim Rahimahullahu Ta’ala.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫ﻣﻦ ﰥ ﻳﺘامي ٔاو ﻳﺘﳰﲔ ﰒ ﺻﱪ واﺣﺘﺴﺐ ﻛﻨﺖ ٔاان وﻫﻮ ﻛﻬﺎﺗﲔ ﰱ اﳉﻨﺔ رواﻩ اﻟﻄﱪاﱏ‬
Artinya, barang siapa menghimpunkan akan satu anak yatim atau dua anak
yatim, kemudian ia sabar atas memeliharakan akan dia berbuat kebajikan ia akan
dia karena Allah Ta’ala niscaya adalah aku dan dia seperti dua jariku ini didalam
surga, yang meriwayatkan akan hadis ini oleh Thabrani Rahimahullahu Ta’ala.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫ﻣﻦ ٔاﺣﺴﻦ إﱃ ﻳﺘﲓ ٔاوﻳﺘﳰﺔ ﻛﻨﺖ ٔاان واايﻩ ﰱ اﳉﻨﺔ ﻛﻬﺎﺗﲔ رواﻩ اﳊﲂ واﻟﱰﻣﺬى‬
Artinya, barang siapa berbuat kebajikan kepada anak yatim yang laki-laki
atau anak yatim yang perempuan niscaya adalah aku dan dia didalam surga seperti
dua jariku ini, yang meriwayatkan akan hadis ini oleh Hakim dan Tarmizi
Rahimahullahu Ta’ala.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫ﻣﻦ ﰥ ﻳﺘامي هل ٔاوﻟﻐﲑﻩ ﺣﱴ ﻳﻐﻨﻴﻪ ﷲ وﺟﺒﺖ هل اﳉﻨﺔ رواﻩ اﻟﻄﱪاﱏ‬
Artinya, barang siapa menghimpunkan akan anak yatim baginya atau bagi
orang yang lain dari padanya hingga mengkayakan Allah Ta’ala akan dia niscaya
wajib baginya surga, yang meriwayatkan akan hadis ini oleh Thabrani
Rahimahullahu Ta’ala.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫ٔاﺣﺮج ﻋﻠﻴﲂ و ٔاﺣﺮم ﻋﻠﻴﲂ ﺣﻖ اﻟﻀﻌﻴﻔﲔ اﻟﻴﺘﲓ واﳌﺮ ٔاة رواﻩ اﳊﺎﰼ واﻟﺒﳱﻘﻰ‬
Artinya, aku picikkan atau aku haramkan atas kamu akan haq orang yang
dho’if yaitu anak yatim dan perempuan, yang meriwayatkan akan hadis ini oleh
Hakim dan Baihaki Rahimahullahu Ta’ala ‘Alaihuma.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫ان ٔاردت ٔان ﻳﻠﲔ ﻗﻠﺒﻚ وﺗﺪرك ﺣﺎﺟﺘﻚ ارﰘ اﻟﻴﺘﲓ واﻣﺴﺢ ر ٔاﺳﻪ و ٔاﻃﻌﻤﻪ ﻣﻦ ﻃﻌﺎﻣﻚ ﻳﻠﲔ ﻗﻠﺒﻚ‬
‫وﺗﺪرك ﺣﺎﺟﺘﻚ رواﻩ اﻟﻄﱪاﱏ‬
Artinya, jikalau berkehendak kasih engkau bahwa jadi lembut hatimu dan
engkau dapat akan hajatmu maka kasihi olehmu akan anak yatim dan menyapu
olehmu akan kepalanya dengan tanganmu dan beri makan olehmu dari pada
makananmu niscaya jadi lembut hatimu itu dan engkau dapat hajatmu, yang
meriwayatkan akan hadis ini oleh Thabrani Rahimahullahu Ta’ala.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
Halaman 50 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

‫ٔاﺣﺐ اﻟﺒﻴﻮت اﱃ ﷲ ﺗﻌﺎﱃ ﺑﻴﺖ ﻓﻴﻪ ﻳﺘﲓ ﻳﻜﺮم‬


Artinya, bermula rumah yang terlebih kasih kepada Allah Ta’ala itu yaitu
rumah yang ada didalamnya anak yatim yang dimuliakan akan dia.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫اﻣﺴﺢ ر ٔاس اﻟﻴﺘﲓ ﻫﻜﺬا إﱃ ﻣﻘﺪم ر ٔاﺳﻪ وﻣﻦ هل ٔاب ﻫﻜﺬا إﱃ ﻣﺆﺧﺮ ر ٔاﺳﻪ رواﻩ اﳋﻄﻴﺐ واﺑﻦ ﻋﺴﺎﻛﺮ‬
Artinya, sapu olehmu akan kepala anak yatim dengan tanganmu baginya dari
pada tengkuknya hingga kepada hadapan kepalanya barang siapa kanak-kanak
yang ada baginya bapak maka sapulah olehmu akan kepalanya itu hingga
belakangnya itu, yang meriwayatkan akan hadis ini oleh Khatib dan Ibnu ‘Asakir
Rahimahullahu Ta’ala.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫اﻟﺼﱮ اذلى هل ٔاب ﳝﺴﺢ ر ٔاﺳﻪ إﱃ ﺧﻠﻔﻪ واﻟﻴﺘﲓ اذلى ﻟﻴﺲ هل ٔاب ﳝﺴﺢ ر ٔاﺳﻪ إﱃ ﻣﻘﺪﻣﻪ رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى‬
‫ﰱ اترﳜﻪ‬
Artinya, bermula kanak-kanak yang ada baginya bapak itu disapukan
kepalanya itu dari pada hadapan kepalanya itu hingga belakang kepalanya itu dan
anak yatim yang tiada baginya bapak disapu kepalanya itu belakang kepalanya itu
hingga kepada hadapan kepalanya itu, yang meriwayatkan akan hadis ini oleh imam
Al-Bukhari didalam tarikhnya.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫ٔادن اﻟﻴﺘﲓ ﻣﻨﻚ واﻟﻄﻒ ﺑﻪ واﻣﺴﺢ ﺑﺮ ٔاﺳﻪ و ٔاﻃﻌﻤﻪ ﻣﻦ ﻃﻌﺎ ﻣﻚ ﻓﺎن ذكل ﺑﻠﲔ ﻗﻠﺒﻚ وﺗﺪرك ﺣﺎﺟﺘﻚ‬
‫رواﻩ اﳋﺮﺑﻄﻰ واﺑﻦ ﻋﺴﺎﻛﺮ‬
Artinya, dikatakan olehmu akan anak yatim itu dari padamu dan kasih sayang
olehmu dengan dia dan sapu olehmu akan kepalanya dan beri olehmu makan akan
dia dari pada makananmu, maka bahwasannya yang demikian itu melembutkan
akan hatimu dan menyampaikan akan hajatmu. Yang meriwayatkan akan hadis ini
oleh Khuraithi dan Ibnu ‘Asyakir Rahimahullahu Ta’ala.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫إن ﰱ اﳉﻨﺔ دارا ﻳﻘﺎل ﻟﻬﺎ دار اﻟﻔﺮح ﻻﻳﺪ ﺧﻠﻬﺎ إﻻﻣﻦ ﻓﺮح ﻳﺘامي ﻣﻦ ﻳﺘﺎﱉ اﳌﺆ ﻣﻨﲔ رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻏﲑﻩ‬
Artinya, bahwasannya adalah didalam surga itu satu kampung dinamai
baginya kampung kesukaan padahal tiada ia masuk akan dia melainkan orang yang
menyukakan anak yatim dari pada beberapa anak yatim orang yang mukminin.
Yang meriwayatkan akan hadis ini oleh Al-Bukhari dan lainnya.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫إن ٔاردت ٔان ﺗﻠﲔ ﻓﻠﻴﻚ ﻓﺎﻃﻌﻢ اﳌﺴﻜﲔ واﻣﺴﺢ ر ٔاس اﻟﻴﺘﲓ رواﻩ اﻟﻄﱪاﱏ واﻟﺒﳱﻖ‬
Halaman 51 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

Artinya, jika engkau berkehendak bahwa jadi lembut hatimu itu maka beri
makan olehmu akan orang miskin dan sapulah olehmu akan kepala anak yatim.
Yang meriwayatkan akan hadis ini oleh Thabrani dan Baihaki Rahimahullahu Ta’ala.
Dan lagi sabda Nabi (saw),
‫إن ﷲ ﺗﻌﺎﱃ إذا ٔاراد ابﻟﻌﺒﺪ ﺗﻘﻤﺔ ٔاﻣﺎت ا ٔﻻﻃﻔﺎل وﻋﻘﻢ اﻟﻨﺴﺎء ﻓﱱل ﲠﻢ اﻟﻨﻘﻤﺔ وﻟﻴﺲ ﻓﳱﻢ ﻣﺮﺣﻮم رواﻩ‬
‫اﻟﻄﱪاﱏ‬
Artinya, bahwasannya Allah Ta’ala apabila berkehendak ia memberi bala
dengan hamba itu maka mematikan ia akan beberapa anaknya yang kecil dan
dijadikannya akan istri mereka itu tiada beranak maka pada ketika itu menurunkan
Allah Ta’ala dengan mereka itu akan bala atasnya dan tiada didalam mereka itu
orang yang diberi rahmat akan dia. Yang meriwayatkan akan hadis ini oleh Thabrani
Rahimahullahu Ta’ala.

Dan adalah segala hadis kelebihan anak yatim ini hamba naqal dari pada
risalah Al-Alamah Al-Muhaqqiq Al-Muwaffaq (‫ )اﻟﻌﻼﻣﺔ اﶈﻘﻖ اﳌﺪﻗﻖ‬bagi Maulana Syekh
Ibnu Hajar Al-Haitami Rahimahullahu Ta’ala pada bicara sedekah dan lainnya.
‫وﷲ ٔاﻋﲅ‬
‫ﻓﺼﻞ ﰱ ﺑﻴﺎن ﺗﻔﺼﻴﻞ اﻟﻄﺮﻳﻖ إﱃ ﲥﺬﻳﺐ ا ٔﻻﺧﻼق‬
Ini suatu fasal pada menyatakan perceraian jalan yang menyampaikan kepada
membaikkan akan segala perangainya itu.

(Ketahui) olehmu hai orang yang berkehendak kemenangan didalam akhirat


itu, bahwasannya segala sifat kecelaan didalam hati dan segala perangai yang jahat
itu yaitu penyakit yang didalam hati. (Maka) seyogyanya bersungguh-sungguh
mengobati akan segala penyakit yang didalam hati itu seperti engkau bersungguh-
sungguh mengobati akan penyakit yang zahir badanmu itu. Maka tiada sembuh
penyakitmu yang pada zahir badanmu itu melainkan dengan obat yang engkau
ambil dari pada thabib yang mahir, yakni dari pada thabib yang telah biasa
mengobati akan penyakit itu.
(Dan demikian lagi) penyakit yang bathin didalam hati itu maka yaitu tiada
sembuh ia melainkan dengan obat yang engkau ambil dari pada gurumu yang
Mursyid yang mahir ia akan mengetahui ilmu tashauf yaitu ilmu tarikat yang
memberi manfaat.

Halaman 52 dari 53
Sirussalikin Juz. 3

(Bermula) Syekh yang mursyid itu yaitu thabib yang mengobati akan hati
muridnya dan mengobati akan roh muridnya itu dari pada segala penyakit yang
didalam hati, seperti riya dan takabur dan hubbul dunia dan hasad dan barang
sebagainya. Dan adalah guru yang mursyid itu yaitu seperti Nabi (saw) yang
mengobatkan hati segala sahabatnya dengan syari’at dan ilmu tarikat. (Dan)
demikian lagi masyaikh Ahli Shufi yang mursyid itu yaitu mengobati akan hati
muridnya yang menjalani ilmu syari’at dan ilmu tarikat Ahli Shufi itu.
(Syahdan)

Halaman 53 dari 53

Anda mungkin juga menyukai