Anda di halaman 1dari 3

MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

Sesungguhnya dilihat dari sudut pandang manusia, yang ada adalah Allah dan alam (semesta). Allah
pencipta dan alam yang diciptakan. Alam ialah segala sesuatu yag dapat ditangkap panca indra, perasaan
dan pikiran walaupun samar-samar. Mulai dari partikel (zarrah) yakni bagian benda yang sangat kecil dan
berdimensi sampai kepada jasad (tubuh) yang sangat besar, ruang dan waktu (space and time) adalah
alam.

Sebelum Allah menciptakan Adam, alam semesta telah diciptakannya dengan tatanan kerja yang teratur,
rapih dan serasi. Keteraturan, kerapian dan keserasian alam semesta dapat dilihat pada dua kenyataan.
Pertama dalam hubungan alamiah antara bagian - bagian didalamnya dengan pola saling melengkapi dan
mendukung. Misalnya, apa yang diberikan matahari untuk kehidupan alam semesta. Selain
berfungsi sebagai penerang di waktu siang matahari juga berfungsi sebagai salah satu sumber energi bagi
kehidupan. Kedua, keteraturan yang ditugaskan kepada malaikat untuk menjaga dan melaksanakannya.

Kedua hal itulah ang kemudian membentuk berbagai keserasian, kerapian dan keteraturan yang kita
yakini sebagai Sunnatullah yakni ketentuan dan hukum yang ditetapkan Allah.

Setiap waktu secara teratur dan tetap matahari menyiramkan energinya kepada alam semesta, tanpa
bergeser dari posisi yang ditetapkan Allah. Bumi, sebagai bagian alam semesta menyerap sinar matahari
yang turun secara tetap. Menurut para ahli, sebesar seperdua milyar bagian dari seluruh pancaran
matahari yang meluncur ke bumi. Para ahli ilmu falak dapat meramalkan berbagai peristiwa alam seperti
gerhana matahari dan bulan, pergantian musim, cuaca dan sebagainya yang sangat bertautan dengan
ketentuan - ketentuan yang telah menjadi hukum dalam sistem alam semesta.

Ada tiga sifat utama Sunnatullah yang disinggung dalam Al-Quran yang dapat ditemukan oleh ahli ilmu
pengetahuan dalam penelitian. Ketiga sifat itu adalah (1) pasti, (2) tetap, (3) objektif.

Sifat Sunnatullah pertama adalah pasti atau tentu disebut pada ujung ayat - ayat Al-Quran surat 25 (Al-
Furqan) yang terjemahannya sebagai berikut ..”Dia telah menciptakan sesuatu, dan Dia (pula yang
memastikan (menentukan) ukurannya dengan sangat rapi.” Di penghujung ayat 3 surat 65 (At-Talaq)
terjemahannya (lebih kurang),..” sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan (kepastian) bagi tiap
sesuatu”.

Sifat Sunnatullah yang pasti, tentu itu menjamin dan memberi kemudahan kepada manusia membuat
rencana. Seseorang yang memanfaatkan Sunnatullah dalam merencanakan suatu pekerjaan besar, tidak
perlu ragu akan ketepatan perhitungannya. Karena , kalau dia bekerja menurut Sunnatullah, Allah
menjamin kebenaran perhitungannya. Dan setiap orang yang mengikuti dengan cermat ketentuan -
ketentuan yang sudah pasti itu, bias melihat hasil pekerjaan yang dilakukannya. Karena itu pula,
keberhasilan suatu pekerjaan (usaha atau amal) dapat diperkirakan terlebih dahulu. Jika dalam
pelaksanaan suatu rencana atau pekerjaan ternyata tidak berhasil dapat dipastikan perhitungannyalah
yang salah bukan kepastian atau ketentuan yang terdapat dalam Sunnatullah.

Kenyataan diatas didukung oleh sifat Sunnatullah kedua yaitu tetap, tidak berubah-ubah. Sifat ini terdapat
dalam bagian ayat 115 surat Al-An’an (6) yang terjemahannya (lebih kurang) sebagai berikut,.. “Tidak ada
yang sanggup mengubah kalimat - kalimat Allah”. Dalam bagian ayat 77 surat Al-Isra’ (17) Allah berfirman
sebagai berikut (terjemahannya lebih kurang),..”Dan engkau tidak akan menemui perubahan dalam
sunnah kami..”. Dengan sifat Sunnatullah yang tidak berubah-ubah, seorang ilmuwan dapat
memperkirakan gejala alam yang akan terjadi dan memanfaatkan gejala alam itu. Seorang ilmuwan
dengan mudah memahami gejala alam yang satu dikaitkan dengan gejala alam lain yang senantiasa
mempunyai hubungan yang konsisten (taat asas).

Sifat Sunnatullah yang ketiga yaitu objektif. Sifat ini tergambar pada firmanAllah dalam ayat 105 surat Al-
Anbiya (21), terjemahannya,..”bahwasanya dunia ini akan diwarisi oleh hamba - hamba-Ku yang saleh”.
Saleh artinya baik atau benar. Orang yang baik dan benar adalah orang yang bekerja menurut Sunnatullah
yang menjadi ukuran kebaikan dan kebenaran itu. Kebenaran yang terdapat dalam Sunnatullah adalah
kebenaran objektif, berlaku bagi siapa saja dimana saja. Contoh ekstrim berikut yang dapat menjelaskan
apa yang dikemukakan diatas. Disuatu padang yang luas tanpa ada bangunan dan pepohonan terdapat
dua menara yang menjulang sama tingginya yaitu menara masjid dan menara casino. Menara masjid tidak
memakai penangkal petir kerena pertimbangan bahwa masjid adalah bangunan untuk Ibadah dan
menaranya dipergunakan untuk memanggil orang mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah,
sedangkan menara casino memakai penangkal petir (memenuhi Sunnatullah). Seandainya hujan datang
dan petir sambung - menyambung , maka yang tersambar lebih dahulu adalah menara mesjid.

Alam semesta yang patuh kepada hukum, ketetapan dan ketentuan yang disebut Sunnatullah itu, berasal
dari suatu masa yang kemudian berdiferensiasi menjadi benda - benda langit. Benda - benda langit
berbeda-beda sifat dan ukurannya. Benda - benda langit itu membentuk kelompok seperti gugus
bimasakti (gugusan bintang kecil - kecil beribu-ribu banyaknya sehingga kelihatan lajur cahaya). Jumlah
gugus itu tidak terhitung banyaknya. Benda - benda langit, baik kelompok maupun sendiri -
sendiri bergerak secara teratur walaupun gerakannya bermacam-macam. Bulan misalnya
mengelilingi bumi dalam 29/30 hari. Bulan sambil mengelilingi bumi juga mengelilingi matahari dalam
365/366 hari. Bumi juga berputar di sekitar porosnya dalam waktu 24 jam. Matahari juga bergerak sedikit
dari utara ke selatan bolak - balik yang menyebabkan pergiliran musim. Dan karena keteraturannya, alam
semesta dapat dimanfaatkan manusia . “Tidakah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah
menyerahkan untuk (kepentingan)mu semua isi alam semesta (baik yang ada di langit maupun di bumi )
dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir batin..” demikian (lebih kurang) bunyi terjemahan surat
Luqman (31) ayat 20.

Manusia diberi “wewenang” mengelola dan memanfaatkan alam semesta, diberi kedudukan “istimewa”
sebagai khalifah. Khalifah arti harfiahnya adalah pengganti atau wakil. Menurut ajaran Islam, manusia
selain sebagai abdi diberikan kedudukan sebagai khalifah mengelola dan memanfaatkan alam semesta
terutama ‘mengurus’ bumi ini. Agar dapat menjalankan kedudukannya itu, manusia diberi bekal berupa
potensi diantaranya adalah akal yang melahirkan berbagai ilmu sebagai alat untuk mengelola dan
memanfaatkan alam semesta serta mengurus bumi ini. Ketika Adam sebagai manusia diangkat menjadi
khalifah di bumi, Allah mengajarkan kepadanya ilmu pengetahuan tentang “nama - nama (benda)”. Dalam
bagian pertama ayat 31surat Al-Baqarah (2) Allah menyatakan, “Dia telah mengajarkan kepada Adam
nama - nama (benda) seluruhnya..”. Pengetahuan yang diajarkan Allah kepada Adam ini merupakan
keunggulan komparatif manusia dari makhluk - makhluk lainnya.

Dengan akal dan ilmu yang dikuasainya manusia akan mampu menjalankan kedudukannya sebagai
khalifah mengelola dan memanfaatkan alam semesta serta mengurus bumi ini untuk kepentingan hidup
manusia serta makluk lain dilingkungannya dan akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.
Manusia akan ditanya apakah dalam menjalankan ‘amanat’ yang dipercayakan kepadanya itu, ia
mengikuti dan mematuhi pola dan garis - garis besar kebijaksanaan yang diberikan kepadanya melalui
para nabi dan rasul yang termuat dalam ajaran agama.

Anda mungkin juga menyukai