EKONOMI MAKRO II
KELAS: A
SEMARANG
1
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah Penawaran Agregat : Pandangan – Pandangan Lain.
Pada kesempatan kali ini, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses pembuatan makalah ini. Terlebih
kepada Dosen Pengampu mata kuliah Ekonomi Makro II, atas bimbingannya sehinnga kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah dari Bab Pendahuluan hingga Bab Penutup.
Makalah ini ditujukan untuk memberikan penjelasan yang lebih dalam mengenai pandangan
penawaran agregat aliran klasik baru dan aliran Keynesian baru. Pada akhirnya, kami mengharap
saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan penulisan di kemudian hari.
2
3
DAFTAR ISI
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak penerbitan buku the general theory, analisis makroekonomi semakin berkembang.
Pemikiran Makro Ekonomi modern tidak dapat sepenuhnya menerima pandangan-pandangan
yang dikemukakan oleh golongan Klasik maupun Keynes. Mereka menganggap keyakinan
Klasik bahwa kesempatan kerja penuh selalu tercapai dalam ekonomi adalah terlalu optimis.
Sebaliknya keyakinan Keynes bahwa pengangguran yang serius selalu berlaku dalam
perekonomian, juga tidak sepenuhnya tepat. Analisis yang berhubungan dengan
makaroekonomi sesudah Keynes dapat dibedakan kepada 4 pemikiran yaitu golongan
monetaris, golongan ekspektasi rasional, golongan segi penawaran dan golongan Keynesian
baru. Namun dalam makalah ini kita membahas 2 pokok analisis, yaitu Analisis Klasik Baru
dan Keynesian Baru bertujuan untuk memperbaiki ketidaksempurnaan tersebut dengan cara
memperbaiki cara pendekatan dalam menentukan keseimbangan kegiatan ekonomi dengan
menggunakan analisis AD-AS.
4
5
Mengetahui pengaruh informasi yang tidak lengkap terhadap pasar tenaga kerja.
Menjelaskan upah uang (money wage) dan tingkat pengerjaan dipengaruhi oleh
pengharapan yang salah.
Menjelaskan penurunan kurva penawaran agregat menurut kedua pandangan tersebut.
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
Nama lengkapnya adalah Alban William Housego Phillips yang merupakan seorang
ilmuwan ekonomi asal Islandia Baru, kurva Phillips tentang penawaran agregat menggambarkan
ciri perhubungan diantara tingkat kenaikan upah dengan tingkat pengangguran atau diantara
tingkat harga dengan tingkat pengangguran. Nama kurva tersebut diambil dari orang yang
pertama sekali membuat studi dalam aspek tersebut. Pada tahun 1958 A.W. Phillips, yang pada
waktu itu menjadi professor di London School of Economics, menerbitkan suatu studi mengenai
ciri-ciri perubahan tingkat upah di Inggris dalam periode 1861-1957.1
Studi tersebut meneliti sifat hubungan diantara tingkat pengangguran dan kenaikan tingkat
upah. Kesimpulan dari studi tersebut adalah terdapat suatu sifat hubungan yang negatif
(berbalikan) diantara kenaikan tingkat upah dengan tingkat pengangguran. Pada ketika tingkat
1
Sadono Sukirno, op. cit., halaman 233.
6
7
pengangguran tinggi, persentasi kenaikan tingkat upah adalah rendah dan apabila tingkat
pengangguran rendah, persentasi kenaikan tingkat upah adalah tinggi.2
Phillips menggunakan suatu kurva dalam menjelaskan tentang teorinya berkaitan dengan
penawaran agregat, contoh hipotetikal sesuatu kurva Phillips ditunjukkan pada gambar di bawah.
Titik-titik dalam grafik tersebut menunjukkan hubungan diantara kenaikan tingkat upah nominal
dan tingkat pengangguran. Perhatikan dua contoh berikut: dalam tahun t0 yaitu tahun 1990,
tingkat pengangguran adalah m0 dan persentasi kenaikan upah adalah DW0 sedangkan dalam
tahun t1 yaitu tahun 1995, tingkat pengangguran adalah m1 dan tingkat kenaikan upah adalah
DW1.3
2
Ibid.
3
Ibid., halaman 234.
4
Ibid.
5
Bayu Aditya, Pemikiran Makroekonomi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), halaman 201.
7
8
Untuk memahami bentuk yang lebih realistis dari kurva penawaran agregat atau AS, dua
langkah perlu dilakukan. Yang pertama, berdasarkan kepada kurva Phillips, perlu ditentukan
sifat hubungan diantara tingkat upah dengan tingkat kesempatan kerja. Ini ditunjukkan oleh
grafik pertama (a) pada gambar di bawah ini. Kedua, berdasarkan sifat hubungan diantara tingkat
upah dan tingkat kesempatan kerja dalam grafik pertama (a) ini, selanjutnya ditentukan pula
hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil. Hubungan tersebut
menggambarkan kurva penawaran agregat dalam perekonomian dan ditunjukkan dalam grafik
dari gambar kedua (b). Kurva dari Phillips menunjukkan bahwa: semakin kecil tingkat
pengangguran, maka semakin tinggi tingkat kenaikan upah. Dengan kata lain, peningkatan
kesempatan kerja akan mempercepat kenaikan upah dan mempertinggi tingkat upah. Gambar
dari grafik tersebut secara sederhana adalah sebagai berikut:6
Nama lengkapnya adalah Robert Emerson Lucas Jr. yang merupakan ilmuwan ekonomi asal
Amerika Serikat. Kurva penawaran agregat yang dianalisis dalam teori makro ekonomi pada saat
ini selalu dikaitkan kepada analisisnya dalam tulisannya: “The Role of Monetary Policy” dalam
The American Economic Review (Maret 1968). Pada tahun 1973 Robert Lucas telah
6
Ibid., halaman 202.
8
9
Teori penawaran agregat dari Lucas berdasarkan kepada hubungan diantara tingkat upah
dengan tingkat kesempatan kerja yang merupakan pengembangan dari teori Phillips dan
berdasarkan sifat hubungan diantara tingkat harga dengan pendapatan nasional riil. Hubungan
tersebut menggambarkan kurva penawaran agregat dalam perekonomian hingga saat ini,
dikarenakan analisis Lucas yang berdasarkan aliran Klasik Baru yang lebih mendalam terkait
dengan teorinya tentang penawaran agregat.8
Penentuan penawaran agregat seperti halnya yang diterangkan oleh Lucas pada dasarnya
merupakan modifikasi dari pembentukan penawaran agregat dalam model Klasik. Dalam
modelnya, Lucas memperhatikan penyesuaian-penyesuaian jangka pendek yang berlaku sebagai
akibat perubahan harga dan tingkat upah. Telah ditunjukkan bahwa perubahan harga dan upah
akan menimbulkan perubahan terhadap permintaan tenaga kerja. Perubahan ini selanjutnya akan
menimbulkan perubahan terhadap penawaran agregat.9
Pada grafik di bawah ini menggambarkan kurva permintaan tenaga kerja dan digambarkan
sesuai dengan analisis dari Lucas terkait teorinya tentang penawaran agregat. Misalkan pada
mulanya keadaan di pasaran tenaga kerja ditunjukkan oleh titik E yaitu tingkat upah riil adalah
W0/P0 dan tenaga kerja yang digunakan adalah N0 yang akan dimisalkan juga sebagai jumlah
tenaga kerja pada kesempatan kerja penuh yang melambangkan suatu keseimbangan. Titik E ini
bertindih dengan titik B yang menggambarkan hubungan di antara upah W 2 dan tingkat harga P1
di mana W2/P1 = W0/P0 dan dengan titik D yang menggambarkan hubungan di antara upah W4
dengan tingkat harga P2 dimana W4/P2 = W0/P0. Titik A menggambarkan bahwa upah riil
merosot (W1/P1 lebih rendah dari W0/P0). Titik C menggambarkan keadaan sebaliknya yaitu
7
Ardiansyah, op. cit., halaman 233.
8
Ibid.
9
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), halaman 179.
9
10
kenaikan upah besar (W3/P2 lebih tinggi dari W0/P0). Secara grafik atau gambar, kurva Lucas
tersebut dapat digambarkan dengan:10
10
Roy Pranomo, op. cit., halaman 126.
11
Eugene Diulio, Teori Makroekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1993), halaman 120.
10
11
Keynesian Baru dalam membentuk kurva penawaran agregat AS. Grafik dibawah ini juga
menggambarkan permintaan tenaga kerja pada berbagai tingkat harga dan penawaran tenaga
kerja apabila para pekerja mempunyai ekspektasi bahwa tingkat harga yang berlaku adalah P 0.
Pada mulanya dimisalkan permintaan tenaga kerja ditunjukkan oleh kurva ND(P0) yaitu kurva
permintaan yang akan berlaku apabila tingkat harga adalah P0. Dengan demikian keseimbangan
pasaran tenaga kerja dicapai di titik E0. Berdasarkan kepada keseimbangan ini perjanjian kerja
diantara pekerja dengan majikan akan menetapkan tingkat upah pada W0. Menurut golongan
Keynesian Baru, tingkat upah ini relatif stabil dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan harga barang, selama kontrak perjanjian kerja masih berlaku. Pada keseimbangan ini
tenaga kerja yang digunakan adalah N0.12
Apabila berlaku kenaikan harga dari P0 menjadi P1 akan berlaku pergeseran ke atas kurva
permintaan tenaga kerja, yaitu menjadi ND (P1). Tanpa perubahan dalam tingkat upah (yaitu tetap
sebanyak W0) keseimbangan di pasaran tenaga kerja dicapai di titik E1. Sebagai akibat N1 tenaga
kerja akan digunakan dalam perekonomian dan akan meningkatkan produksi nasional riil
menjadi Y1. Grafik dari golongan Keynesian Baru dapat digambarkan sebagai berikut:13
12
Ibid.
13
Ibid., halaman 121.
11
12
Untuk menunjukkan pembentukan kurva penawaran agregat golongan Klasik Baru akan
menggunakan pendekatan seperti yang digunakan dalam menerangkan grafik di bawah ini.
Kenaikan harga, dari P0 menjadi P1 menyebabkan kurva permintaan tenaga kerja bergeser
menjadi ND (P1) dan keseimbangan di pasar tenaga kerja bergeser ke titik D yang
menggambarkan tingkat upah nominal meningkat menjadi W1 dan kesempatan kerja menjadi N3.
Berdasarkan kepada keseimbangan ini maka produksi nasional riil meningkat menjadi Y3 dan
hubungan di antara tingkat harga (P1) dengan pendapatan nasional riil (Y3) ditunjukkan oleh titik
D pada grafik bagian (d).14
Sekarang perhatikan keadaan yang sebaliknya, yaitu apabila harga turun dari P 0 menjadi
P2. Permintaan tenaga kerja akan menjadi ND (P2) dan keseimbangan di pasaran tenaga kerja
dicapai di titik E. Tingkat upah nominal menurun menjadi W2 dan tenaga kerja yang digunakan
adalah sebanyak N4 . Berdasarkan pada perubahan ini maka titik E pada grafik (d)
menggambarkan hubungan yang baru diantara tingkat harga (P2) dan pendapatan nasional riil
(Y4). Penawaran agregat dalam analisis Klasik Baru diperoleh dengan membentuk suatu kurva
yang melalui titik E, A, dan D yaitu kurva ASC. Dari analisis ini dapat disimpulkan: kurva
penawaran agregat Klasik Baru (ASC) adalah lebih curam dari kurva penawaran agregat
Keynesian Baru (ASK).15
14
Tommy Suhartono, op. cit., halaman 320.
15
Ibid.
12
13
Tidak hanya pergeseran di dalam kurva AD yang dapat menjadi sumber fluktuasi di dalam
output agregat (siklus bisnis), tetapi juga bisa terjadi karena pergeseran di dalam kurva
penawaran agregat atau AS. Kurva penawaran agregat dapat bergeser karena faktor-faktor yang
mempengaruhi biaya produksi, sebagai berikut:16
Ketika output agregat berada di atas tingkat output natural rate (Y > Yn), maka
kurva penawaran agregat (SRAS) akan bergeser ke dalam atau ke kiri atau ketika output
agregat berada di bawah tingkat output alamiah (Y<Yn), maka kurva SRAS akan
bergeser ke luar atau ke kanan.
Perubahan di dalam tingkat harga yang di harapkan (expected price level) akan
menyebabkan kurva SRAS bergeser ke kanan tau ke kiri dan semakin besar kenaikan
yang diharapkan di dalam tingkat harga (yaitu semakin tinggi tingkat harga yang di
harapkan), maka semakin besar pergeseran ke dalam dari kurva SRAS tersebut.
3. Dorongan Upah
Keberhasilan para pekerja untuk mendorong upah (wages push) naik juga akan
menyebabkan kurva SRAS bergeser ke dalam (inward shift) atau ke kiri.
Suatu guncangan penawaran yang negatif (negative supply shock) yang menaikan
biaya produksi akan mendorong kurva SRAS bergeser ke dalam atau ke kiri, sementara
suatu guncangan penawaran yang positif (positive supply shock) yang menurunkan biaya
produksi akan menggeser kurva SRAS ke luar atau ke kanan.
16
Muana Nanga, op. cit., halaman 144-145.
13
14
pekerja baru (“penjual” tenaga kerja) tahu jauh lebih banyak tentang kualitas kerja yang dapat
mereka sediakan daripada perusahaan (pembeli tenaga kerja) tersebut. Perusahaan baru akan
mempelajari hal – hal ini setelah para pekerja itu direkrut dan telah bekerja berapa lama. Dengan
demikian, perusahaan tersebut mungkin tidak belajar seberapa baik pekerja tadi selama enam
bulan hingga satu tahun. Jelas, perusahaan tersebut mestinya akan lebih diuntungkan andaikata
tahu seberapa produktifnya calon-calon pekerjanya sebelum merekrut mereka hal ini untuk
menghindari kerugian perusahaan dari informasi yang tidak lengkap tersebut.
14
15
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut Fisher, Phelps dan Taylor, kesimpulan dari pemikiran Klasik Baru bahwa kebijakan
pemerintah dalam mengelola permintaan tidak efektif bukan berdasarkan asumsi ekspektasi
rasional, tetapi hanya dari asumsi keseimbangan pasar secara serentak. Dalam Keynesian Baru,
model dengan asumsi adanya kekakuan harga, uang tidak netral, dan kebijakan pemerintah yang
efektif maka paling tidak secara prinsip model Keynesian Baru dapat dibangun. Fleksibilitas
harga yang besar seperti asumsi Klasik akan menyebabkan persoalan karena berpengaruh pada
fluktuasi perekonomian.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
https://speunand.blogspot.com/2011/01/ringkasan-pemikiran-keynesian-baru.html
Aditya, Bayu. 2007. Pemikiran Makroekonomi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
http://arengiff.blogspot.co.id/2011/03/perdebatan-antara-klasik-dan-keynes.html.
16