Anda di halaman 1dari 48

TADABBUR

SURAH AL-FATIHAH
.

Dinamakan surah Al Fatihah karena merupakan permulaan dari Al


Quran.
Surat Al Fatihah memiliki tiga nama yang disepakati para ulama,
antara lain Fatihatul kitab, Ummul Quran, dan As-Sab'u Al-Matsani
Surat Al Fatihah termasuk dalam golongan surat yang
diperselisihkan antara Makkiyah atau Madaniyah. Ibnu Abbas,
Qatadah, dan Abu Al-A'liyah mengatakan bahwa Surat Al Fatihah
diturunkan di Mekkah dan termasuk surat Makkiyah. Sedangkan
Abu Hurairah, Mujahid, Atha' bin Abi Rabah, dan lainnya
mengatakan bahwa surat Al Fatihah diturunkan di Madinah dan
tergolong surat Madaniyah, berdasarkan hadits riwayat At-
Thabrani
‫ز‬

Keutamaan Surat Al Fatihah


Dalam riwayat Imam Bukhari, Rasulullah SAW mengatakan bahwa
surat Al Fatihah merupakan surat paling agung dalam Al Quran.
Kedudukan surat Al Fatihah sebagai surat paling agung ini juga
telah disebutkan dalam surat Al Hijr ayat 87
‫ي‬ ‫َلَق ْد آ َناَك ا ِّم اْل َثاِني اْلُق آَن اْل ِظ‬
]١٥:٨٧[
‫َو َتْي َس ْبًع َن َم َو ْر َع َم‬
Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat
yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.
‫ِبْس ِم الَّلِه الَّرْح َٰم ِن الَّرِح يِم‬
.

]١:١[
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.

sebelum basmalah, ada kata-kata yang diperkirakan, yaitu


• Abda-u (aku memulai),
• Al shaqa (aku mlekatkan),
• Asta'inu (aku minta tolong),
• Astaghitsu (aku minta tolong dari bahaya)
.

Ismun (nama), berasal dari kata assumuwwu (yg dijunjung


tinggi)
Nama disebut, antara lain untuk menjunjung tinggi,
menghormati da mengabadikan yang punya nama..

Ketika kita membaca basmalah berarti kita sedang menjunjung


tinggi, memuliakan dan mengabadikan nama Allah dalam
perbuatan (amal) kita.
Konsekwensinya adalah, kita dituntut untuk mengerjakan
pekerjaan kita sesuai aturan-Nya, seperti jujur, amanah,
sungguh2 dan ihsan.
.

Dengan mengucapkan basmalah pekerjaan kita menjadi bernilai spiritual (ruhaniyah),


religius dan islami. Pekerjaan tanpa diawali dengan basmalah akan terputus dan bersifat
duniawi saja (sekuler), tidak nyambung sampai akhirat. Rasulullah Saw berabda:

‫َأ‬ ‫ِم‬ ‫ ِب ِم اِهلل الَّر مِن الَّرِح‬: ‫ُك ُّل َأ ٍر ِذ اٍل َال َد ُأ ِف ِه ِبـ‬
‫ْي َفُه َو ْبَتُر‬ ‫ْح‬ ‫ْس‬ ‫ُيْب ْي‬ ‫ْم ْي َب‬
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan
‘bismillahirrahmanir rahiim’, amalan tersebut terputus berkahnya.”
(HR. Al-Khatib dalam Al-Jami’, dari jalur Ar-Rahawai dalam Al-Arba’in, As-Subki dalam
tabaqathnya)
.

Dalam surah al-fatihah ,


Allah Swt.mengenalkan diri-Nya dengan menyebut empat
sifat, yaitu:
Ar rahman
Ar rahim
Ar rabb, dan
Al Malik
.

Sifat-sifat Allah itu ada dua macam:

sifat Jalaliyyah (sifat-sifat ketinggian, keluhuran dan keagungan), seperti:

,‫ المنتقم‬,‫ العدل‬,‫ الحكيم‬,‫ الحكم‬,‫ القهار‬,‫ المتكبر‬,‫ الجبار‬,‫ العزيز‬,‫الملك‬


‫ الملك الملك‬,‫القوي‬....
Sifat-sifat Jamaliyyah (sifat-sifat keindahan dan kelembutan), seperti:

,‫ الغف ور‬,‫ الطي ف‬,‫ الحليم‬,‫ المهيمن‬, ‫ المؤمن‬,‫ السالم‬, ‫ الرحيم‬,‫الرحمن‬


‫العفو‬,‫ الغفار‬,‫الشكور‬...
.

Sifat-sifat Jalaliyyah Allah melahirkan rasa cemas dan takut

Sifat-Sifat jamalyiyah Allah melahirkan rasa rindu dan cinta

Posisi manusia dihadapan sifat-sifa Jamaliyyah adalah sangat dekat

‫ي‬‫ِر‬‫َق‬ ‫ي‬‫ِّن‬ ‫ِإ‬‫َف‬ ‫ي‬‫ِّن‬ ‫ي‬ ‫ِد‬ ‫ا‬ ‫ِإَذا َأَلَك ِع‬
‫ٌب‬ ‫َب َع‬ ‫َو َس‬
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. (Al-Baqarah, 186)

‫اَل َتْح َزْن ِإَّن الَّلَه َم َعَنا‬


"Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita".(Qs. At-Taubah: 40)
.

Posisi Allah Swt.dihadapan sifat-sifat Jalaliyyah adalah jauh

]٤٢:١١[ ‫ َو ُه َو الَّس ِم يُع اْلَبِص ُري‬ ۖ‫َلْيَس َك ِم ْثِلِه َش ْي ٌء‬


Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha
Mendengar dan Melihat

]١١٢:٤[ ‫َأ‬ ‫َّل‬


‫َو َلْم َيُك ن ُه ُكُف ًو َح ٌد‬
‫ا‬
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
.

Posisi manusia dihadapan sifat Jalaliyyah Allah adalah


sebagai hamba yang harus selalu patuh pada ukum-
hukum-Nya, khusyu beribadah kepada-Nya serta selalu
memohon pertolongan, pasrah, bertawakkal dan
berlindung hanya kepada-Nya.

• Sedangkan posisi manusia dihadapan Jamaliyyah Allah


adalah sebagai khalifah dan kekasih-Nya yang berusaha
mewujudkan kasih sayang, ketentraman, kedamaian,
kesejahteraan, pelayanan, dan akhlak kemanusiaan
lainnya.
.

Allah Swt adalah sebuah nama yang mencakup dan


menggabungkan kedua sifat diatas (ismun jami'umn)

yaitu menggabungkan sifat2 jamaliyyah & sifat2 jalaliyyah

Gabungan keduanya disebut Kamaliyyah (sifat


kesempurnaan)
‫الَّرْح َٰم ِن الَّرِح يِم‬
yang Maha Pengsih lagi Maha penyayang

‫ ِرَّقٌة َتْق َتِض ى اِإل ْنَس اَن إَلى اْلَم رُحْو م‬: ‫الرحمة‬
Rakhmat ialah kelembutan yang mendorong untuk memberikan kebaikan pada
yang dikasihi

Dalam kalimat diatas, ada dua kata yang menjadi batasan pengertian rahmah, yaitu
kelembutan (ar riqqah) dan kebaikan (al ihsan). al-Mawardi mendepinisikan
rahmat sebagai “anugrah untuk orang yang membutuhkan” (anni'mah 'alal muhtaj)
.

Konsep cinta yang lain ialah : ‫المودة‬


(menginginkan kebaikan bagi yang dicintai)

‫( المحبة‬biji pohon kebaikan)


‫( الرعفة‬mengasihi)
‫( الرضى‬tidak memurkai)
Allah Swt.berfirman:

‫َل‬
‫َك َتَب َع ٰى‬  ۚ ‫ِه‬‫َّل‬‫ِّل‬ ‫ل‬ ‫ِض‬ ‫َأْل‬ ‫ا‬ ‫ِت‬
‫َّس َم َو َو ْر ُق‬
 ۖ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ‫ِف‬ ‫ا‬ ‫ِّل‬
‫ُقل َم َّم‬
‫ن‬
‫ِه‬
‫َنْف الَّرْح َم َة‬‫ِس‬
Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di
bumi". Katakanlah: "Kepunyaan Allah". Dia telah menetapkan atas
Diri-Nya kasih sayang.
Tiga Wujud Rahmat:
Rahmat umum: rahmat yang diberikan Allah tanpa
pandang bulu; seperti
makan,minum,kesehatan,berjalan,bicara,melihat
mendengar dll.
Rahmat husus :rahmat yang diberikan Allah husus
pada orang tertentu atau daerah tertentu, seperti
kecerdasan tertentu, bakat tertentu, bentuk rupa
tertentu dll.
Rahmat tersembunyi : yaitu rahmat Allah yang
terselubung pada keburukan dan musibah
.

Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw. Bersabda:

‫إن اهلل لما قضى الخلق كتب عنده فوق عرشه إن رحمتي سبقت غضبي‬
"Ketika Allah menetapkan penciptaan, Dia tulis di sisi-Nya di atas arsy-Nya

'Rahmat-Ku lebih mendominasi kemurkaan-Ku'.“

(HR. Bukhari, 6872, fath al-Bari, 7422)

Kesimpulan: mewajibkan sikap dasar RAHMAH pada diri-Nya merupakan


“hukum tertulis” agung pertama yang ada di alam semesta.
.

Sifat rahman dan rahim dalam ucapan basmalah dijadikan Allah


untuk memperkenalkan sifatnya yang paling banyak disebutkan.
Dari Abu hurairah ra. rasulullahSaw bersabda;
“Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. Salah satu di antaranya
diturunkannya kepada kaum jin, manusia, hewan, dan
tetumbuhan. Dengan rahmat itulah mereka saling berbelas kasih
dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar mengasihi
anaknya. Dan Allah mengakhirkan 99 rahmat untuk Dia curahkan
kepada hamba-hamba-Nya pada hari kiamat.
”(muttafaq ‘alaih, dalam Shahih Bukhari no 6104
dan Shahih Muslim no 2725 )
]١:٢[ ‫اْلَحْم ُد ِلَّلِه َرِّب اْلَعاَلِم يَن‬
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam

Ada empat kata pujian dalam bahasa Arab, yaitu Hamdun, Madhun,
Tsanaun, dan Syukrun.
Hamdun adalah pujian yang diberikan kebaikan yang dipilihnya,
atau pujian karena sebuah prestasi, sedangkan
Madhun : pujian bukan karena prestasi.
Tsanaun :pujian umum,baik karena prestasi maupun pujian bukan
karena prestasi
Syukrun :pujian karena kebikan yang lebih husus.
‫ر ّب‬
Makna Rabbun:
‫الخالق‬Pencipta
‫الملك‬ pemilik
‫السيد‬Tuan
‫المدبر‬ Pengatur
‫ القيوم‬Penanggung jawab
‫المربي‬ Pengasuh, pendidik
‫المنعم‬ pemberi anugrah
.

Perbedaan pemeliharaan Allah dan pemeliharaan manusia:

Rububiyyah Allah swt itu tidak saja kepada orang baik, tetapi juga
kepada orang yang jahat

Rububiyyah Allah itu tanpa kepentingan diri-Nya

Rububiyyah Allah itu tanpa mengurangi pembendaharaan-Nya

Rububiyyah Allah itu tanpa bosan dan kepenatan

Rububiyyah Allah itu abadi dan terus menerus.

Sedangkan pemeliharaan manusia adalah kebalikannya.


‫العالمين‬
Alam artinya sesuatu selain Allah

Alam ada lima tingkatan :


Alam Jamadat (dunia fisika)
Alam nabatat (dunia tumbuhan)
Alam hayawanat (dunia hewan)
Alam insaniyat (manusia)
Alam malakut (alam ruh,seperti dunia malaikat dan jin) yang
tidak bisa dijangkau oleh indra
]١:٤[ ‫ِن‬ ‫ِم‬ ‫ِك‬‫ِل‬
‫َما َيْو الِّد ي‬
Yang menguasai di Hari Pembalasan.

Bila kata ‘ma’, dipanjangkan, Malik artinya "Yang memiliki“


dan Bila bacaanya dipendekan, Malik artinya "Raja".
Yaum" artinya hari, tetapi yang dimaksud di sini ialah
waktu secara mutlak.
Ad-din banyak artinya, di antaranya: (1) perhitungan, (2)
ganjaran, pembalasan, (3) patuh, (4) menundukkan, dan (5)
syariat, agama. Yang selaras di sini ialah dengan arti
"pembalasan".
.

Ibnu ‘Abbas berkata,

“Yaumud diin adalah yaumul hisaab, yaitu hari setiap makhluk


dihisab, yakni pada hari kiamat. Amalan setiap orang akan
dibalas. Jika itu amalan baik, akan dibalas kebaikan. Jika itu
amalan jelek, akan dibalas kejelekan. Hal ini dikecualikan jika
kesalahannya telah dimaafkan.” Pendapat semacam ini dikatakan
oleh para sahabat, tabiin, dan salaf lainnya. (Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Azhim, 1:203-204)
.
(Tafsir As-Sa’di, hlm. 25)
Firman Allah Ta’ala Maaliki Yaumid Diin,
Al-Maalik adalah yang disifati dengan sifat memiliki yang
memerintah dan melarang, memberikan pahala dan hukuman,
mengatur segala yang dikuasainya dengan segala bentuk pengaturan
dan pemilikan hingga yaumiddin, yaitu hari kiamat, hari ketika
seluruh manusia dibalas, yang baik maupun yang buruk.
Karena pada hari itu akan ditampakkan amal mereka sejelas-
jelasnya, ditampakkan pula kesempurnaan kekuasaan, keadilan, dan
hikmah-Nya. Pada hari kiamat, tidak ada lagi satu makhluk yang
memiliki kerajaan. Sehingga, pada hari tersebut semua makhluk,
baik para raja, rakyat jelata, hamba sahaya dan orang-orang
merdeka, semuanya sama derajatnya di sisi Allah Swt.
]١:٥[ ‫ي‬ ‫ِإَّياَك ْع ُد ِإَّياَك َن َتِع‬
‫ُن‬ ‫ْس‬ ‫َو‬ ‫ُب‬ ‫َن‬
Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan.

Kenapa didahulukan kata iyyaka na'budu, kemudian waiyyaaka nasta'in ?

Iyyaka na'budu menunjukan dzillatul 'ubudiyyah (kehinaan penghambaan),


sedangkan

Wa iyyaaka nasta'in ialah ‘izzaturrububiyyah (kemuliaan Rububiyyah)


.

Pesannya adalah:

Tunjukan dahulu sikap penghambaan dengan penuh kehinaan,


barulah meminta pertolongan pada Allah Yang Maha Memiliki
Kemuliaan. Atau :

Posisikan dahulu diri sebagai hamba / budak, barulah


memperoleh posisi sebagai khalifah Allah di bumi dan menjadi
kekasih-Nya.
‫َنْع ُبُد‬ ‫َك‬‫ا‬‫َّي‬‫ِإ‬
hanya kepada Engkaulah kami menyembah

Kenapa didahulukan kata iyyaka baru kemudian na'budu?


Pesannya ialah:
Kenali dulu sang Ma'bud (yang disembah), agar menyembah tidak salah
tujuan. luruskan dulu aqidah, baru ibadah
Untuk penghususan, memfokuskan arah tujuan dan menghindari
kemusyrikan (Qs. 18/ 110)
Ibadah itu dimulai dari mengenang kebaikan-kebaikan Allah Swt, mengingat
ni'mat-ni'mat-Nya.
Pengabdian itu dimulai dari mengenal rububiyyah-Nya. (ayat 1 – 4), barulah
mewujudkan uluhiyyah-Nya. (ayat 5 – 7)
.

Perhatikanlah kembali surah al-fatihah diatas !

ayat 1 – 4 adalah pengenalan tauhid rububiyyah (Allah


sebagai rabb),
sedangkan dari ayat ke 5 – 7 adalah
pengenalan tauhid uluhiyyah (Allah sebagai Yang
Disembah)
.

Kenapa menggunakan kata na'budu (kami menyembah) bukan kata


a'budu (aku menyembah)? Dan kenapa pula menggunakan kata ganti
KA (kamu) - iyyaka ?
Pesannya antara lain:
• Kita diingatkan agar senantiasa menyadari kehadiran orang lain
disekitar kita
• Untuk menegaskan persaudaraan kita dengan sesama makhluk Allah
• Kita dibimbing agar senantiasa punya tanggung jawab pada
lingkungan
• Sebagai cara agar ibadah kita diterima.
• Mnggunakan kata ganti KA (kamu) – iyyaka untuk menggambarkan
situasi kedekatan dan keakraban, kata gati KA (kamu) adalah orang
kedua tunggal.
‫ي‬ ‫ِإَّياَك َن َتِع‬
‫ُن‬ ‫ْس‬ ‫َو‬
(dan hanya kepeda Engkaulah kami memohon
pertolongan)

Maksudnya: mintalah pertolongan kepada Allah Swt. agar Allah


swt. menyempurnakan kekurangan-kekurangan kita dalam
melaksanakan ibadah dan agar Allah Swt. memaafkan
kekurangan serta keberlebih-lebihan dalam ibadah kita.
]١:٦[ ‫اْه ِد َنا الِّص اَط اْلُمْس َتِق ي‬
‫َم‬ ‫َر‬
Tunjukilah kami jalan yang lurus

M'ana hidayah
Secara bahasa, hidayah artinya :
• petunjuk jalan (peta)
• menyampaikan pada tujuan (membimbing)
hidayah ada dua bentuk:
•‫هداية التشريعية‬ (petunjuk syari'ah)
Ia adalah al-Qur'an dan as-sunnah, ia adalah agama islam itu sendiri.
.

Dalam hidayah tasyriiyyah ini kita diberi kebebasan untuk memilih, baik
atau buruk

Untuk tersebarnya hidayah tasyriiyyah ini, para nabi,para ulama dan para
da’I terlibat.

• ‫هداية تكوينية‬
(bimbingan Allah secara langsung pada makhluk-Nya), yaitu sampainya
yang dibimbing kepada tujuan

( ‫) إصالة إلي المطلولة‬


.

Hidayah ada beberapa tingkatan:

• Hidayatul wijdan (naluri,insting)


• Hidayatul khawas(panca indra)
• Hidayatul 'aqli (petunjuk akal)
• Hidayatuddin (petunjuk agama) / hidayatut tasyriiyyah
• Hidayatuttaufiq (klopnya kehendak Allah dan keinginan
manusia) / hidayatut takwiniyyah.
.

Yang kita minta dalam shalat kita ketika membaca surah al-fatihah
ialah hidayah yang kelima, yaitu

hidayatuttaufiq atau hidayah takwiniyyah.

karena keempat hidayah sebelumnya sudah Allah berikan kepada


kaum muslimin secara cuma-cuma.

Diantara hidayah takwiniyyah yang Allah berikan pada manusia


adalah taklim (perkataan langsung), ilham, mimpi yang benar,
firasat,insting dll.
‫ي‬ ‫الِّص اَط اْل َتِق‬
‫َم‬jalan‫ُمْس‬yang lurus
‫َر‬

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menjelaskan bahwa ada


empat perkataan ulama tentang makna shiratal
mustaqim:
Pertama. Maksudnya adalah kitabullah. Ini merupakan
pendapat yang diriwayatkan oleh sahabat ‘Ali dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua. Maknanya adalah agama Islam. Ini merupakan
pendapat Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Al Hasan, dan Abul
‘Aliyah rahimahumullah.
.

Ketiga. Maksudnya adalah jalan petunjuk menuju agama Allah.


Ini merupakan pendapat Abu Shalih dari sahabat Ibnu ‘Abbas
dan juga pendapat Mujahid rahimahumullah.

Keempat. Maksudnya adalah jalan (menuju) surga. Pendapat ini


juga dinukil dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

( Lihat Zaadul Masiir).


.

Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah menjelaskan, “


Yang dimaksud dengan shirat (jalan) di sini adalah Islam, Al
Qur’an, dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketiganya dinamakan dengan “jalan” karena mengantarkan
kepada Allah Ta’ala.
Sedangkan al mustaqim maknanya jalan yang tidak
bengkok, lurus dan jelas yang tidak akan tersesat orang
yang melaluinya” (Duruus min Al Qur’an 54)
.

Shiratal Mustaqim Hanya Satu

Shiratal mustaqim yang merupakan jalan kebenaran jumlahnya


hanya satu dan tidak berbilang, Allah Ta’ala berfirman :

‫َف َّرَق ِبُك َعن ِبيِلِه َذِل‬ ‫ِب‬ ‫ِب‬‫َّت‬ ‫ِق‬ ‫ِط‬ ‫ِص‬ ‫َّن‬
‫ْم‬ ‫ُك‬ ‫ْم َس‬ ‫ُبَل َفَت‬ ‫ُّس‬ ‫ال‬ ‫و‬
‫ْا‬ ‫َّت‬ ‫َال‬
‫ُع َو َت ُع‬ ‫ُه‬‫و‬ ‫ا‬‫َف‬ ‫ًا‬ ‫يم‬ ‫ي‬
‫َر ُمْس َت‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫َذ‬‫ـ‬ ‫َوَأ َه‬
‫و‬ ‫َّل‬ ‫َل‬ ‫ِه‬
‫َو َّصاُك م ِب َع ُك ْم َتَّتُق َن‬
“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus,
maka ikutilah jalan tersebut, dan janganlah kamu mengikuti jalan-
jalan (yang lain) , karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu
dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu
bertakwa“ (Al An’am:153).
.

Diriwayatkan dari sahabat ‘Abdullh Ibnu


Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan :
Suatu ketika Rasulullah Saw. pernah membuat satu garis
lurus, kemudian beliau bersabda, “ Ini adalah jalan Allah”.
Kemudian beliau membuat garis-garis yang banyak di
samping kiri dan kanan garis yang lurus tersebut. Setelah
itu beliau bersabda , “Ini adalah jalan-jalan
(menyimpang). Di setiap jalan tersebut ada syetan yang
menyeru kepada jalan (yang menyimpang) tersebut.“
(H.R Ahmad 4142).(Lihat Jaami’ul Bayaan fii Ta’wiil Al
Qur’an)
‫ِه‬ ‫َل‬ ‫َع‬ ‫َت‬ ‫َأ‬ ‫ي‬ ‫ِذ‬‫َّل‬‫ا‬ ‫َط‬‫ا‬ ‫ِص‬
‫ْم‬ ‫ْي‬ ‫ْم‬ ‫َع‬‫ْن‬ ‫َن‬ ‫َر‬
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka

Lalu siapakah orang-orang yang telah Allah beri nikmat yang


dimaksud dalam ayat di atas? Hal ini dijelaskan oleh firman Allah
dalam ayat yang lain:
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka
itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiiqiin , orang-orang
yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah
teman yang sebaik-baiknya” (An Nisaa’:69).
]١:٧[
‫َن‬ ‫ي‬‫ِّل‬ ‫ا‬ ‫َّض‬ ‫ال‬ ‫اَل‬ ‫ِه‬ ‫َل‬ ‫ِب‬‫و‬ ‫ْل‬ ‫ا‬
‫َغْي َم ُض َع ْي ْم َو‬
‫ْغ‬ ‫ِر‬
“(shiratal mustaqim) bukanlah jalannya orang-orang yang
dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat
Dalam ayat ini dijelaskan tentang dua golongan yang telah
menyimpnag dari shiratal mustaqim :
Pertama. Golongan (‫)الَم غُض وِب‬, yaitu orang-orang yang dimurkai oleh
Allah. Mereka adalah orang-orang yang mngenal kebenaran namun
mereka tidak mau mengamalkannya. Sifat ini seperti orang-orang
Yahudi dan yang mengikuti mereka. Allah Ta’ala menjelaskan keadaan
orang-orang Yahudi dalam firman-Nya :
‫َفَبآُؤوْا ِبَغَض ٍب َعَلى َغَض ٍب‬
“mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan “ (Al
Baqarah :90)
.

‫ُأ ِّبُئُك م ِبَش ٍّر ِّمن َذِلَك ُثو ًة ِع نَد الّلِه ن َّل َنُه الّلُه َغِض َعَل ِه‬
‫َو َب ْي‬ ‫َم َع‬ ‫َم َب‬ ‫ُقْل َه ْل َن‬
“Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu
tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya
dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-
orang yang dikutuki dan dimurkai Allah “ (Al Maidah:60)
‫ِه‬‫ِّب‬
‫َّر‬ ‫ن‬ ‫ِّم‬ ‫َض‬‫َغ‬ ‫ُل‬‫ا‬ ‫ِع‬‫ْل‬ ‫ا‬ ‫و‬
‫ْا‬ ‫ُذ‬ ‫َخ‬‫َّت‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ِذ‬‫َّل‬ ‫ا‬ ‫َّن‬‫ِإ‬
‫ْم‬ ‫ْج َل َس َيَن ُه ْم ٌب‬ ‫َن‬
“Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak
lembu (sebagai sembahannya), kelak akan menimpa
mereka kemurkaan dari Tuhan mereka “ (Al A’raaf:152)
.

Kedua. Golongan ( ‫)الَّض اِّليَن‬, yaitu orang-orang yang sesat. Mereka


adalah orang-orang yang meninggalkan kebenaran di atas kejahilan
dan kesesatan. Sifat ini seperti orang-orang Nasrani dan yang
mengikuti mereka. Allah Ta’ala menjelaskan keadaan orang-orang
Nasrani dalam firman-Nya :
‫َو َال َتَّتِبُعوْا َأْهَو اء َقْو ٍم َقْد َض ُّلوْا ِم ن َقْبُل َو َأَض ُّلوْا َك ِثيرًا َو َض ُّلوْا َع ن َس َو اء الَّس ِبيِل‬
“Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang
telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan
mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka
tersesat dari jalan yang lurus “
(Al Maidah:77)
.

dari sahabat Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu, bahwa


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
‫ وإن الضالين النصارى‬، ‫إن المغضوب عليهم هم اليهود‬
“ Sesungguhnya (‫ )المغضوب‬adalah Yahudi
dan (‫ )الضالين‬adalah Nasrani” (H.R Ahmad, Tirmidzi, dan
yang lainnya.

Dihasankan oleh Imam Tirmidzi) (Lihat Fathul Qadir)


.

Sebab Menyimpang dari Shiratal Mustaqim

Setelah mengetahui kelompok yang menyimpang, kita bisa


mengetahui sebab kesesatan mereka. Ada dua hal pokok
yang menyebabkan sesorang bisa menyimpang
dari shiratal mustaqim.
Pertama. Meninggalkan ilmu. Inilah sikap kelompok
( ‫)الَّض اِّليَن‬, yaitu orang-orang yang sesat. Sebab kesesatan
mereka adalah kejahilan karena meninggalkan ilmu.
.

Kedua. Meninggalkan amal. Inilah sikap kelompok (‫)الَم غُض وِب‬, yaitu
orang-orang yang dimurkai oleh Allah. Mereka adalah orang-orang
yang mengenal kebenaran namun mereka tidak mau
mengamalkannya. Mereka dimurkai karena membangkang dengan
tidak mau beramal dengan ilmu yang dimiliki.
Oleh karena itu agar seseorang bisa tetap istiqomah di
atas shiratal mustaqim, dia harus senantiasa di atas jalan ilmu dan
amal. Mempelajari ilmu agar dia terhindar dari kelompok yang
tersesat, serta beramal dengan ilmu yang dimiliki agar dia
terhindar dari kolompok yang dimurkai Allah. Yang lebih penting
juga senantiasa berdoa kepada Allah, Zat yang senatiasa memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus.
‫واهلل أعلم‬
‫ِإ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫ِد‬ ‫َّل‬
‫ُس ْبَح اَنَك ال ُه َّم َوَحِبْم َك ْش َه ُد ْن اَل َهَل‬
‫‪،‬‬
‫ِإ‬ ‫و‬ ‫َأ‬ ‫ِف‬ ‫َأ‬ ‫‪،‬‬ ‫َأ‬ ‫اَّل‬‫ِإ‬
‫ْنَت ْس َتْغ ُرَك َو ُت ُب َلْيَك‬

Anda mungkin juga menyukai